Anstabel Pelvis
Anstabel Pelvis
Pengertian
Unstabel pelvis adalah suatu keadaan yang tidak stabil dari posisi pelvis (asimetris) yang
disebabkan oleh trauma
Etiologi
Secara umum, Unstabel pelvis disebabkan :
1. Osteoporosis
2. Trauma tumpul
Patofisiologi
Trauma pelvis
Hipoalbumin
Kelemahan umum
Pengelolaan
Pengelolaan pasien dengan trauma pelvis di ruang perawatan meliputi:
1. Monitor perdarahan dan hemodinamik
2. Pencegahan syok hemoragik
3. Fiksasi internal dan eksternal
- pemasangan traksi
- Pembedahan: reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF) meliputi:
prostesa panggul Austin-Moore, pemasangan pen, paku atau sekrup.
4. Pengelolaan nyeri
B2 (blood)
Gangguan hemodinamik akibat perdarahan dapat menimbulkan gejala: pusing,
keringat dingin, nadi meningkat dan lemah, tekanan darah menurun.
B3 (Brain)
Jarang ditemui penurunan tingkat kesadaran dan GCS dalam keadaan normal.
B4 (Bladder)
Klien mengeluh sulit kencing bahkan tidak bisa kencing (anuria), kadang-kadang
ditemui kencing campur darah.
B5 (Bowel)
Akibat trauma mengenai saluran pencernan, klien dapat mengeluh nyeri daerah perut
dan anus, perdarahan lewat anus.
B6 (Bone)
Klien mengeluh nyeri daerah perut bawah (pelvis), terdapat krepitasi, dan pada
pemeriksaan foto atau CT Scan, nampak gambaram tulang pelvis yang terputus.
Diagnosa Keperawatan.
Dari proses patofisiologis penyakit dan gejala, maka diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan peroduksi
sekret.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan kelemahan otot pernafasan
3. Defisit voluma cairan berhubungan dengan perdarahan akibat laserasi pembuluh
darah peritonial.
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma, akibat pembedahan,
prosedur invasif.
5. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah
jantung, penurunan oksigenasi akibat perdarahan.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan aliran urine akstravasasi dan prosedur
invasif.
7. Resiko terhadap ansietas berhubungan dengan penyakit kritis, ketakutan akan
kematian.
Rencanan Keperawatan:
Dx: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
Intervensi keperawatan:
1. Lakukan auskultasi suara nafas
R/ mengevaluasi keadaan jalan nafas.
2. Lakukan fisioterafi nafas: clauping dan fibrasi bila tidak terdapat patah tulang iga.
R/ clauping merontokan sekret dan fibrasi dapat merangsang batuk.
3. Lakukan pengisapan lendir (section) dengan teknik aseptik.
R/ mengeluarkan sekret dan mencegah aspirasi.
4. Berikan oksigen 100% sebelum pengisapan.
R/ mencegah hipoksia dan memberikan oksigen cadangan.
5.Lakukan pengisapan dan fisioterapi nafas berulang tiap 3 jam.
Dx: Devisit voluma cairan berhubungan dengan perdarahan akibat laserasi pembuluh
darah.
Intervensi keperawatan:
1. Resusitasi cairan kristaloid atao koloid
R/ mengganti voluma cairan yang hiang.
2. Pertahankan patensi aliran IV.
R/ cairan intra vena lebih adekuat dalam menentukan jumlah kebutuhan.
3. Pantau tekanan darah dan nadi setiap 1 jam
R/ mengetahui perkembangan atau kegaglan dari intervensi yang telah dilakaukan.
4. Pantau haluran urine setiap jam.
R/ mengetahui aut put (fungsi ginjal), dan memudahkan dalam menrencanakan
kebutuhan selanjutnya.
5. Pantau elektrolit: kalium dan natrium
R/ mengidentifikasi keseimbangan elektrolit.
DX: Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
curah jantung dan penurunan oksigenasi.
Intervensi keperawatan:
1. Kaji fungsi organ: tanda-tanda vital, haluaran urine, sensoris, curah jantung.
R/ mengidentifikasi tingkat perubahan fungsi organ.
2. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah
R/ mengetahui keadaan oksigen dalam darah.
3. Pantau BUN, kreatinin, bilirubin, dan fungsi hepar.
4. Kaji adanya perubahan warna kulit (ikterus, pucat, sianosis)
R/ mengetahui tingkat perfusi jaringan perifer.
5. Kaji keadaan akral
DX: Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma dan prosedur tindakan.
Tujuan: Luka yang ada akan sembuh dan tidak terjadi kerusakan jaringan.
Intervensi keperawatan:
1. Kaji keadaan luka (bersih, luas dan dalamnya)
R/memudahkan dalam perawatan.
2. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/ meningkatkan aliran darah pada organ atau daerah tertentu.
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan anti septik.
R/ mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.
4. Lindungi kulit dari drainage yang mengiritasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Daftar Rujukan
Tabrani Rab. (1998). Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.
Hudak and Gallo. (1994). Critical care nursing, Lippincort, Phliadhelpia.
Barbara Engram. (1993). Medical Surgical Nursing Care Plans, Delmar.
Doenges M.E. at all. (1989), Nursing Care Plans, Guidelines for Planning Patien Care
edition 2, F.A. Davis, Phliladhelpia.
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
Pengakjian dilakukan pada tanggal: 19 Nopember pukul 10.00 wib.
1.1 Identitas
Nama : Nn. Sl.
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Celep Selatan gg IV/ 73A Sidoarjo.
MRS: 5 Nopember 2001 dengan DX: internal bleeding
2. Pengkajin Sistem
2.1. Breathing
Klien terpasang ventilator dengan program: mode SIMV 8 dan ASB 20. Pola nafas tidak
teratur, frekuensi 24 x/menit, pada monitor: saturasi oksigen 98%. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan: suara nafas ronkhi +, sianosis -,
2.2. Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Pada monitor
terekam: tekanan darah 125/70 mmhg, nadi 120x/menit, kapiler refill 2 detik.
Pemeriksaan laboratorium: HB= 9,9 gr%, HCT= 32 dan PLT = 235.
2.3. Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien nampak lemah, refleks dalam
batas normal.
2.4. Blader
Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 700 cc/ 7 jam, warna kuning
kecoklatan. Laporan operasi terdapat: hematoma luas pada buli-buli dan kedua renal.
2.5. Bowel