Anda di halaman 1dari 9

PENGORGANISASIAN INFORMASI ATAU PENGETAHUAN

DALAM INGATAN MANUSIA

Nama : Rahmad Widodo, S.Pd


Nomor Peserta : 18120518010009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi Judul
Untuk menghindari kesalahan dalam pengartian dan meluasnya pembahasan dalam makalah
ini, maka perlu diberikan penjelasan mengenasi definisi judul makalah. Adapun definisi dari judul
makalah ini adalah sebagai berikut :
Pengorganisasian : Suatu kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu
sehingga mempunyai arti bagi penerima. Data yang telah diolah menjadi
sesuatu yang berguna bagi si penerima maksudnya yaitu dapat memberikan
keterangan atau pengetahuan. Dengan demikian yang menjadi sumber
informasi adalah data. Informasi dapat juga di katakan sebuah pengetahuan
yang diperoleh dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.
Pengetahuan : Gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Ingatan : Kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di
masa yang akan datang.
Manusia : Makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu
manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam
ingatan manusia adalah proses pengumpulan data atau fakta yang diperoleh melalui pengamatan
dan disimpan serta digunakan lagi di masa yang akan datang oleh makhluk sosial (manusia).

B. Latar Belakang
Pengorganisasian informasi mengandung pengertian tentang bagaimana individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari
lingkungan. Pengorganisasian informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif. Psikologi kognitif sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara
berpikirnya orang. Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada
derajat penekanan pada soal belajar.
Segala macam belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat apa pun mengenai
pengalaman kita, kita tidak akan dapat belajar apa-apa. Kehidupan hanya sebuah pengalaman
sementara yang sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Kita tidak dapat melakukan apapun
walaupun percakapan yang sederhana sekalipun, karena untuk berkomunikasi kita harus mengingat
pikiran yang kita ungkapkan dan pikiran yang baru disampaikan kepada kita. Tanpa ingatan kita
tidak dapat merefleksikan diri kita sendiri, karena pemahaman diri tergantung pada suatu kesadaran
yang berkesinambungan yang hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Ingatan sangat
penting bagi manusia, karena ingatan adalah tempat penyimpanan pengetahuan bagi manusia.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana
pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia?”

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia.
2. Sebagai syarat tugas akhir daring Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPGDJ) tahap 1
Tahun 2018.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Tentang Informasi Atau Pengetahuan


1. Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu subjek yang
ingin diketahuinya. Pada hakikatnya, manusia memahami secara sederhana apa itu
pengetahuan namun yang menjadi masalahnya tidak semua manusia dapat mendefinisikan
dengan baik pengetahuan ilmu pengetahuan itu. Karena sebenarnya, pengetahuan itu timbul
karena manusianya sendiri yang mencari tahu. Ilmu kadang memiliki makna sebagai sesuatu
yang dimiliki seseorang setelah ia mempelajarinya, sementara pengetahuan adalah apa yang
diketahuinya.
Hakikat pengetahuan menurut aliran yang berkembang adalah sebagai berikut :
a. Idealisme
Para penganut aliran idealism berpandangan bahwa pengetahuan adalah proses-
proses mental dan psikologis yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, pengetahuan tidak
lain merupakan gambaran subyektif tentang suatu kenyataan. Menurut mereka,
pengetahuan tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kenyataan yang berada di
luar pikiran manusia.
b. Empirisme
Tentang asal-usul pengetahua para penganut aliran ini mengatakan bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman indra. Tentang hakikat pengetahuan, mereka
mengatakan bahwa pengetahuan adlah pengalaman. Seorang tokoh empirisme radikal
adalah David Hume. Dia berpendapat bahwa ide-ide dapat dikembalikan kepada sensasi-
sensasi (rangsang indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan. Apa yang
dialami, itulah pengetahuan.
c. Positivisme
Kalau idealism dapat dianggap sebagai kelanjutan dari rasionalisme, maka positivime
merupakan perpanjangan dari empirisme. Para penganut aliran ini menolak kenyataan di
luar pengalaman. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan yang berdasarkan dogma harus
digantikan pengetahuan yang berdasarkan fakta.
d. Pragtisme
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Willian James, John Dewey, dan C.S. Pierce. Menurut
aliran ini, hakikat pengetahuan terletak dalam manfaat praktisnya bagi kehidupan.
Pengetahuan adalah sarana bagi perbuatan. C.S. Pierce mengatakan bahwa yang penting
adalah pengaruh sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah rencana. Nilai sebuah
pengetahuan tergantung pada penerapannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat.
Suatu pengetahuan itu benar bukan karena ia mencerminkan kenyataan obyektif, melainkan
karena ia bermanfaat bagi umum. Menurut William James, ukuran kebenaran ditentukan
oleh akibat praktisnya. Sedangkan John Dewey menegaskan tidak perlu mempersoalkan
kebenaran suatu pengetahuan, tapi sejauh mana pengetahuan memecahkan persoalan
yang dihadapi masyarakat.
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi,
sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan
atau paham filsafatnya.

2. Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense)
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Secara umum pengetahuan
non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia mengenai suatu objek tertentu yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih
sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang
khas, yaitu metodologi ilmiah.
c. Pengetahuan noesis (filsafat)
Pengetahuan Noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas,
sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling hakiki. Pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebanaran yang asli yang mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika atau pengetahuan yang objeknya adalah arche
ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik, ontologi dan aksionlogi.
d. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui
para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemeluknya. Menjadi
tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan perpegang pada kitab yang dipegang oara
pememluknya.
3. Sumber Pengetahuan
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pembuktian kebenaran pengetahuan
berdasarkan penalaran akal atau rasioanal atau menggunakan logika deduktif. Premis dan
proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering
pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Namun pada dasarnya, manusia
memperoleh pengetahuan dari empat sumber yakni empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
a. Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya kepada pengalaman yang
mengembangkan paham. Menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan
gejala yang tertangkap oleh pancaindera. Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Barkeley,
David Hume. Para penganut aliran empirisme tentu saja menentang kaum rasionalis yang
begitu memberikan tempat dan peranan bagi akal dalam proses lahirnya pengetahuan.
Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh lewat pengalaman.
b. Rasionalisme, merupakan kaum rasionalis yang mengembangkan paham rasionalisme,
dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan. Para penganut rasionalisme tidak
menyangkal peran indra, tetapi mengatakan bahwa peran indra sangat kecil. Yang lebih aktif
justru rasio. Mereka mengatakan, pengetahuan manusia sebenarnya sudah ada lebih dulu
dalam rasio berupa kategori-kategori. Ketika indra manangkap objek, maka objek-objek
yang ditangkap itu hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu dalam
rasio. Jadi menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap bagi akal.
c. Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan yang tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, sering filsuf Prancis. Bergson membedakan
pengetahuan atas pengetahuan diskursif dan pengetahuan intuitif. Pengetahuan intuitif
bersifat langsung, sebab tidak dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini
diperoleh lewat intuisi, pengalaman langsung orang yang bersangkutan. Jelas, pengetahuan
seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi
orang yang mengalaminya.
d. Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang
terpilih untuk menyampaikannya (Nabi atau Rasul). Melalui wahyu, manusia diajarkan
tentang pengetahuan, baik yang terjangkau maupun tidak terjangkau oleh manusia.

B. Kajian Tentang Ingatan Manusia


1. Ingatan (Memori)
Ingatan (memori) yaitu suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan mereproduksi
kembali sebuah pengetahuan. Ingatan digolongkan menjadi dua, yaitu:
a) Daya ingatan yang mekanis, artinya kekuatan ingatan itu hanya untuk pengetahuan yang
diperoleh dari pengindraan.
b) Daya ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk pengetahuan-pengetahuan yang
mengandung pengertian.
Pengetahuan yang kita dapat melalui indera maupun melalui akal (pikiran), kemudian
masuk ke dalam kesadaran jiwa dan tersimpan oleh jiwa. Jiwa kita mempunyai kesanggupan
untuk menyimpan pengetahuan untuk beberapa lama, bahkan sampai seumur hidup; dan
mengeluarkan kembali pengetahuan tadi sewaktu-waktu dibutuhkan. Fungsi jiwa yang demikian
ini disebut ingatan atau memori. Dan ternyata ingatan itu tidak pasif saja, tidak hanya menerima
dan menyimpan saja, tetapi juga aktif, yakni mencari kembali pengetahuan-pengetahuan yang
telah masuk dalam ingatan, bahkan sudah masuk dalam ketidaksadaran, menimbulkan kembali
dalam kesadaran, maka fungsi pokok adalah sebagai berikut:
a) Encoding (Memasukkan pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar).
b) Storage (Menyimpan pengetahuan-pengetahuannya).
c) Recall (Mengingat kembali, jika diperlukan).
Menurut Bruno (1987), memori (ingatan) ialah proses mental yang meliputi pengkodean,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat
di dalam otak. Apabila menerima sebuah informasi melalui indera mata dengan cara melihat
simbol/tulisan atau telinga mendengar informasi, maka mula-mula informasi tersebut akan
masuk ke dalam short term memory atau working memory/memori jangka pendek. Kemudian,
informasi tersebut diberi kode-kode khusus. Setelah selesai proses pengkodean (encoding),
informasi itu masuk dan tersimpan di dalam long term memory atau permanent memory (memori
jangka panjang atau permanen). Suatu saat apabila memerlukan informasi tersebut, maka
memori akan kembali berkerja atau berproses mencari respon dari kumpulan item-item informasi
dan pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema yang relevan tersebut.
Setelah proses pencarian sukses dilakukan, maka terjadilah peristiwa kognitif yang
disebut recall atau retrieval, yaitu pemanggilan kembali informasi yang terstruktur dalam
schemata yang terdapat di dalam memori tersebut. Pemanggilan kembali informasi yang sudah
disimpan dapat menggunakan cara:
a) Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk
yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran
orang yang dimaksud.
b) Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu
petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang pada
saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.
c) Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi
suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks. Proses mengingat reintegrative terjadi bila
seseorang ditanya sebuah nama, misalnya nama artis pemain sinetron, maka akan teringat
banyak hal dari artis tersebut karena orang tersebut telah menontonnya berkali-kali.
Sehubungan dengan fungsi-fungsi ingatan tersebut di atas, maka terdapatlah sifat-sifat
dari ingatan tersebut, yaitu:
a) Ingatan disebut luas dan cepat (immediate memory span), apabila dalam waktu yang singkat
sanggup memasukkan banyak item (pengetahuan-pengetahuan) dari luar dan lengkap serta
cepat tersimpan dalam jiwa sebagai bahan-bahan ingatan. Cepat dan luas ingatan pada
manusia semakin bertambah sehubungan dengan bertambahnya umur dan latihan/praktik.
b) Ingatan disebut lama dan teguh, yaitu fungsi menyimpan atau retesi yang lama waktunya
dan tidak mengalami perubahan-perubahan ter-hadap pengetahuan yang disimpannya.
Retensi pengetahuan di dalam otak manusia dipikirkan sebagai memory traces, semacam
engram/ tusukan-tusukan pada plat hitam. Semakin kuat tusukan maka semakin kuat
retensinya. Hal ini apat terjadi apabila pengetahuan yang diperoleh dengan stimulus yang
kuat atau jelas, persepsinya jelas sehingga mengesankan.
c) Ingatan disebut setia dan siap, yaitu fungsi mengingat kembali pengetahuan-pengetahuan
dari retesi dengan siap siaga (sewaktu-waktu) dan tidak mengalami perubahan-perubahan
(setia).

2. Teori Ingatan
Kemampuan mengingat itu bukanlah suatu reproduksi yang pasif saja mengenai
pengalaman-pengalaman yang lampau. Tetapi sebaliknya, bahwa mengingat itu merupakan
suatu proses kreatif yang kompleks. Dari berbagai hasil riset yang dilakukan oleh sarjana-
sarjana psikologi Amerika Serikat dapat di-pelajari hasilnya yang antara lain dikemukakan,
bahwa tidak semua bahan yang pernah dipelajari dapat diingat kembali. Ingatan terhadap
bahan-bahan yang telah pernah dipelajari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Williams dan Knoks
antara lain mengetengahkan faktor-faktor dinamis yang mempengaruhi ingatan, mereka
mencatat bahwa reproduksi ingatan dipengaruhi oleh nama-nama objek; ingatan mengarah
kepada simetrisasi, kesederhanaan, dan kesempurnaan; dan gambaran-gambarannya
dipengaruhi oleh proses-proses yang terorganisir, oleh interaksi dengan gambaran-gambaran
lain, dan oleh sikap-sikap subjek.
Menurut Atkinson-Shiffrin, mengajarkan tentang ingatan ganda yang mengasumsikan
bahwa informasi yang kita miliki memasuki ingatan jangka pendek, dimana informasi tersebut
dapat dipertahankan dengan pengulangan/ dapat hilang dengan adanya peralihan. Ingatan
jangka panjang dianggap mempunyai kapasitas yang tidak terbatas tetapi mudah mengalami
kegagalan pengingatan kembali. Agar kode informasi dapat disusun menjadi ingatan jangka
panjang, informasi tersebut haruslah ditransfer kedalam ingatan jangka pendek. Hal ini
merupakan asumsi yang sangat penting yang menghubungkan ingatan tersebut. Tetapi kita juga
bias memproses materi hanya dengan ingatan jangka panjang.
Sedangkan Barlett mengatakan bahwa mengingat itu banyak ditentukan oleh masa yang
lampau. Dari pengalaman-pengalaman masa lampau individu mengem-bangkan organisasi
yang aktif dari gambaran-gambaran ingatan untuk menyusun skemata atau bagan. Dalam
mengingat individu kembali ke masa yang lampau dengan struktur kognisi sekarang dengan
memakai hipotesis, asumsi, interest, dan sikap.
Jadi, Teori ingatan menurut Barllet adalah daya jiwa untuk menyusun secara bayangan,
membentuk relasi sikap ke arah pengorganisasian gambaran-gambaran ingatan masa lampau
dan sering kali dengan disertai bentuk-bentuk detail yang menonjol yang biasanya tampak pada
gambaran atau bentuk bahasa. Secara singkat mengingat ialah merekonstruksikan gambaran-
gambaran ingatan dari pengalaman-pengalaman yang lampau.

C. Pengorganisasian Pengetahuan dalam Ingatan Manusia


Ketika kita belajar artinya kita sedang menyerap informasi dari apa yang kita pelajari. Proses
diterimanya informasi semua tersimpan dalam memori dan memori ada di dalam otak manusia.
Memori otak manusia kerjanya mirip dengan memori komputer. Pada komputer, memorinya disebut
RAM (Random Access Memory) berfungsi merekam, memelihara dan memanfaatkan informasi
baru. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup perbendaharaan kata, pengetahuan
bahasa, semua informasi yang telah kita pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang
telah dipelajari dari mulai berjalan, berbicara hingga prestasi musik, seni, olahraga dan sebagainya.
Konsep memori sangat erat berkaitan dengan pendekatan kognitif, dalam hal ini antara
belajar dan memori memiliki kaitan sangat erat. Belajar merupakan aktifitas dalam pendidikan dan
merupakan sebuah proses untuk mengetahui, memahami dan akhirnya menerapkan berbagai
informasi yang diterima selama proses pembelajaran. Ketika belajar mustahil terjadi tanpa tidak
melibatkan memori, sebab setiap eksekusi satu reaksi yang dipelajari membutuhkan memori
mengenai tindakan yang pernah dilakukan. Contohnya saja ketika seorang mahasiswa psikologi
diminta untuk mengulang kembali istilah-istilah sulit dalam pelajaran yang sebelumnya telah
dipelajari, maka dia tidak akan mampu merecall jika tidak ada memori yang tersimpan dalam otak
kita.
Setiap individu memiliki daya ingat (memori) yang berbeda-beda, sehingga hasil belajar yang
diperoleh pun berbeda-beda. Ada beberapa cara untuk memperkuat daya ingat, salah satunya
dengan latihan mental, misalnya dengan menggunakan tekhnik puzzle dan teki-teki. Selain itu
belajar secara berulang-ulang juga dapat membantu seseorang untuk memperkuat memorinya.
BAB III
PENUTUPAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam otak terdapat sistem memori atau
sistem akal manusia tersimpan yang disebut dengan ingatan. Dengan ingatan yang dimiliki, manusia
dapat menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi pengetahuan yang ada di dalam memori
yang berada di dalam otak. Dengan itu struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni:
sensory register, short term memory, dan long term memory.

Ingatan (Memori) manusia terbagi kepada dua macam, tergantung jenis informasi atau
pengetahuan yang masuk ke dalam ingatannya. Memori manusia itu ada yang hanya menyimpan
tentang arti-arti atau pengertian-pengertian dari informasi yang ia dapat. Ada juga yang hanya
menyimpan peristiwa-peristiwa yang pernah ia alami atau ia lihat, tergantung informasi apa yang masuk
kedalam ingatannya.

Setiap individu memiliki daya ingat (memori) yang berbeda-beda, sehingga hasil belajar yang
diperoleh pun berbeda-beda. Ada beberapa cara untuk memperkuat daya ingat, salah satunya dengan
latihan mental, misalnya dengan menggunakan tekhnik puzzle dan teki-teki. Selain itu belajar secara
berulang-ulang juga dapat membantu seseorang untuk memperkuat memorinya.

Anda mungkin juga menyukai