Hima
Hima
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Judul
Untuk menghindari kesalahan dalam pengartian dan meluasnya pembahasan dalam makalah
ini, maka perlu diberikan penjelasan mengenasi definisi judul makalah. Adapun definisi dari judul
makalah ini adalah sebagai berikut :
Pengorganisasian : Suatu kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu
sehingga mempunyai arti bagi penerima. Data yang telah diolah menjadi
sesuatu yang berguna bagi si penerima maksudnya yaitu dapat memberikan
keterangan atau pengetahuan. Dengan demikian yang menjadi sumber
informasi adalah data. Informasi dapat juga di katakan sebuah pengetahuan
yang diperoleh dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.
Pengetahuan : Gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Ingatan : Kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di
masa yang akan datang.
Manusia : Makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu
manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam
ingatan manusia adalah proses pengumpulan data atau fakta yang diperoleh melalui pengamatan
dan disimpan serta digunakan lagi di masa yang akan datang oleh makhluk sosial (manusia).
B. Latar Belakang
Pengorganisasian informasi mengandung pengertian tentang bagaimana individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari
lingkungan. Pengorganisasian informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif. Psikologi kognitif sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara
berpikirnya orang. Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada
derajat penekanan pada soal belajar.
Segala macam belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat apa pun mengenai
pengalaman kita, kita tidak akan dapat belajar apa-apa. Kehidupan hanya sebuah pengalaman
sementara yang sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Kita tidak dapat melakukan apapun
walaupun percakapan yang sederhana sekalipun, karena untuk berkomunikasi kita harus mengingat
pikiran yang kita ungkapkan dan pikiran yang baru disampaikan kepada kita. Tanpa ingatan kita
tidak dapat merefleksikan diri kita sendiri, karena pemahaman diri tergantung pada suatu kesadaran
yang berkesinambungan yang hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Ingatan sangat
penting bagi manusia, karena ingatan adalah tempat penyimpanan pengetahuan bagi manusia.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana
pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia?”
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia.
2. Sebagai syarat tugas akhir daring Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPGDJ) tahap 1
Tahun 2018.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense)
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Secara umum pengetahuan
non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia mengenai suatu objek tertentu yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih
sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang
khas, yaitu metodologi ilmiah.
c. Pengetahuan noesis (filsafat)
Pengetahuan Noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas,
sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling hakiki. Pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebanaran yang asli yang mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika atau pengetahuan yang objeknya adalah arche
ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik, ontologi dan aksionlogi.
d. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui
para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemeluknya. Menjadi
tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan perpegang pada kitab yang dipegang oara
pememluknya.
3. Sumber Pengetahuan
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pembuktian kebenaran pengetahuan
berdasarkan penalaran akal atau rasioanal atau menggunakan logika deduktif. Premis dan
proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering
pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Namun pada dasarnya, manusia
memperoleh pengetahuan dari empat sumber yakni empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
a. Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya kepada pengalaman yang
mengembangkan paham. Menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan
gejala yang tertangkap oleh pancaindera. Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Barkeley,
David Hume. Para penganut aliran empirisme tentu saja menentang kaum rasionalis yang
begitu memberikan tempat dan peranan bagi akal dalam proses lahirnya pengetahuan.
Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh lewat pengalaman.
b. Rasionalisme, merupakan kaum rasionalis yang mengembangkan paham rasionalisme,
dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan. Para penganut rasionalisme tidak
menyangkal peran indra, tetapi mengatakan bahwa peran indra sangat kecil. Yang lebih aktif
justru rasio. Mereka mengatakan, pengetahuan manusia sebenarnya sudah ada lebih dulu
dalam rasio berupa kategori-kategori. Ketika indra manangkap objek, maka objek-objek
yang ditangkap itu hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu dalam
rasio. Jadi menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap bagi akal.
c. Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan yang tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, sering filsuf Prancis. Bergson membedakan
pengetahuan atas pengetahuan diskursif dan pengetahuan intuitif. Pengetahuan intuitif
bersifat langsung, sebab tidak dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini
diperoleh lewat intuisi, pengalaman langsung orang yang bersangkutan. Jelas, pengetahuan
seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi
orang yang mengalaminya.
d. Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang
terpilih untuk menyampaikannya (Nabi atau Rasul). Melalui wahyu, manusia diajarkan
tentang pengetahuan, baik yang terjangkau maupun tidak terjangkau oleh manusia.
2. Teori Ingatan
Kemampuan mengingat itu bukanlah suatu reproduksi yang pasif saja mengenai
pengalaman-pengalaman yang lampau. Tetapi sebaliknya, bahwa mengingat itu merupakan
suatu proses kreatif yang kompleks. Dari berbagai hasil riset yang dilakukan oleh sarjana-
sarjana psikologi Amerika Serikat dapat di-pelajari hasilnya yang antara lain dikemukakan,
bahwa tidak semua bahan yang pernah dipelajari dapat diingat kembali. Ingatan terhadap
bahan-bahan yang telah pernah dipelajari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Williams dan Knoks
antara lain mengetengahkan faktor-faktor dinamis yang mempengaruhi ingatan, mereka
mencatat bahwa reproduksi ingatan dipengaruhi oleh nama-nama objek; ingatan mengarah
kepada simetrisasi, kesederhanaan, dan kesempurnaan; dan gambaran-gambarannya
dipengaruhi oleh proses-proses yang terorganisir, oleh interaksi dengan gambaran-gambaran
lain, dan oleh sikap-sikap subjek.
Menurut Atkinson-Shiffrin, mengajarkan tentang ingatan ganda yang mengasumsikan
bahwa informasi yang kita miliki memasuki ingatan jangka pendek, dimana informasi tersebut
dapat dipertahankan dengan pengulangan/ dapat hilang dengan adanya peralihan. Ingatan
jangka panjang dianggap mempunyai kapasitas yang tidak terbatas tetapi mudah mengalami
kegagalan pengingatan kembali. Agar kode informasi dapat disusun menjadi ingatan jangka
panjang, informasi tersebut haruslah ditransfer kedalam ingatan jangka pendek. Hal ini
merupakan asumsi yang sangat penting yang menghubungkan ingatan tersebut. Tetapi kita juga
bias memproses materi hanya dengan ingatan jangka panjang.
Sedangkan Barlett mengatakan bahwa mengingat itu banyak ditentukan oleh masa yang
lampau. Dari pengalaman-pengalaman masa lampau individu mengem-bangkan organisasi
yang aktif dari gambaran-gambaran ingatan untuk menyusun skemata atau bagan. Dalam
mengingat individu kembali ke masa yang lampau dengan struktur kognisi sekarang dengan
memakai hipotesis, asumsi, interest, dan sikap.
Jadi, Teori ingatan menurut Barllet adalah daya jiwa untuk menyusun secara bayangan,
membentuk relasi sikap ke arah pengorganisasian gambaran-gambaran ingatan masa lampau
dan sering kali dengan disertai bentuk-bentuk detail yang menonjol yang biasanya tampak pada
gambaran atau bentuk bahasa. Secara singkat mengingat ialah merekonstruksikan gambaran-
gambaran ingatan dari pengalaman-pengalaman yang lampau.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam otak terdapat sistem memori atau
sistem akal manusia tersimpan yang disebut dengan ingatan. Dengan ingatan yang dimiliki, manusia
dapat menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi pengetahuan yang ada di dalam memori
yang berada di dalam otak. Dengan itu struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni:
sensory register, short term memory, dan long term memory.
Ingatan (Memori) manusia terbagi kepada dua macam, tergantung jenis informasi atau
pengetahuan yang masuk ke dalam ingatannya. Memori manusia itu ada yang hanya menyimpan
tentang arti-arti atau pengertian-pengertian dari informasi yang ia dapat. Ada juga yang hanya
menyimpan peristiwa-peristiwa yang pernah ia alami atau ia lihat, tergantung informasi apa yang masuk
kedalam ingatannya.
Setiap individu memiliki daya ingat (memori) yang berbeda-beda, sehingga hasil belajar yang
diperoleh pun berbeda-beda. Ada beberapa cara untuk memperkuat daya ingat, salah satunya dengan
latihan mental, misalnya dengan menggunakan tekhnik puzzle dan teki-teki. Selain itu belajar secara
berulang-ulang juga dapat membantu seseorang untuk memperkuat memorinya.