Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan pada saat ini merupakan faktor terpenting dalam menilai kemampuan

seseorang. Hal ini terlihat dari standar nilai kelulusan yang semakin baik dan

tinggi. Menurut Mudyahardjo (2008), defenisi pendidikan di bagi menjadi dua

yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi pendidikan secara luas

menyatakan pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman

belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Sedangkan defenisi sempit tentang pendidikan, Mudyahardjo (2008)mengatakan

pendidikan adalah sekolah dengan tujuannya adalah untuk mempersiapkan hidup.

Sekolah maupun perguruan tinggi merupakan tempat yang paling tepat untuk

mendapatkan pendidikan karena di sekolah atau perguruan tinggi sendiri terdapat

beberapa instrumen penting yang membuat tujuan pendidikan dapat

terwujud,salah satunya adalah kurikulum pendidikan. Sekolah serta perguruan

tinggi juga dapat mempersiapkan hidup seseorang karena di sekolah serta

perguruan tinggi setiap individu akan mendapatkan pembekalan-pembekalan

kemampuan tertentu, seperti contohnya kemampuan otomotif untuk memperbaiki

kendaraaan bermotor. Instansi pendidikan formal juga akan memberikan ijazah

yang berguna untuk individu dalam mencari pekerjaan dan menggapai cita-cita.
Permasalahan remaja dalam dunia pendidikan seringkali muncul, baik pihak

akademisi maupun orang tua dituntut untuk lebih bekerja sama dalam hal

ini.Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat,

dan pemerintah. Keluarga khususnya orang tua memegang peranan penting dalam

membentuk sikap dan perilaku anak. Berbagai permasalahan dapat mempengaruhi

minat anak untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

Sejalan dengan itu, Astuti,(2008) menyebutkan bahwa penekanan dari

sekelompok individu yang lebih kuat,lebih senior, lebih besar, terhadap individu

atau bisa juga beberapa individu yang lebih lemah, lebih kecil, lebih junior, dapat

berujung pada pemerasan (meminta uang atau materi), tetapi dapat juga dalam

bentuk lain dengan menyuruh korban melakukan sesuatu yang sama sekali tidak

disukai oleh korban, penekanan tersebut tidak terjadi sekali atau dua kali tetapi

berkelanjutan bahkan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,

sehingga menjadi semacam kebiasaan atau bahkan kebudayaan dari kelompok.

Perilaku penekanan tersebut diatas biasanya disebut dengan istilah bullying atau

penindasan yang dilakukan oleh teman–teman sebayanya (peer group).

Perilaku bullying,sebuah fenomena lama,baru-baru ini telah menjadi penelitian

yang menarik dalam pendidikan diatas sepuluh tahun terakhir,sistematika

penelitian pada topik di mulai pada tahun 1970-an dan terbatas pada negara

skandinavia saja (Olweus,2002). Namun,dalam dua dekade, banyak negara

(misalnya jepang,U.K.kanada,AS)mulai mempelajari perilaku bullying


disekolah.Khususnya,yang menarik disini telah dipicu oleh prevalansi kekerasan

dalam sekolah diseluruh dunia (Mc Eachren et.al 2005).

Bullying merupakan suatu aksi atau serangkaian aksi negatif yang sering kali

agresif dan manipulatif, dilakukan oleh satu atau lebih orang terhadap orang lain

atau beberapa orang selama kurun waktu tertentu, bermuatan kekerasan, dan

melibatkan ketidak seimbangan kekuatan.Pelaku biasanya mencuri-curi

kesempatan dalam melakukan aksinya, dan bermaksud membuat orang lain

merasa tidak nyaman/terganggu, sedangkan korban biasanya juga menyadari

bahwa aksi ini akan berulang menimpanya.

Kekerasan dalam pendidikan merupakan perilaku yang melampaui batas kode etik

dan aturan dalam pendidikan,baik dalam bentuk fisik maupun pelecehan atas hak

seseorang. Maraknya pemberitaan-pemberitaan dimedia cetak maupun elektronik

mengenai kekerasan disekolah menjadi bukti bahwa telah tercerabutnya nilai-nilai

kemanusian.Tentunya kasus-kasus kekerasan tersebut tidak saja mencoreng citra

pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak kalangan sebagai sebuah

tempat dimana proses humanisasi berlangsung,tetapi juga menimbulkan sejumlah

pertanyaan,bahkan gugatan dari berbagai pihak yang semakin kritis

mempertanyakan esensi pendidikan disekolah dewasa ini.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh(Magfirah dan

Rachmawati,2010) dalam jurnalnya yang menyinggung tentang iklim sekolah dan

bullying menyimpulkan bahwa semakin negatif iklim sekolah semakin tinggi pula

kecenderungan perilaku bullying terjadi.Tindakan bullying tersebut bertentangan

dengan undang-undang (UU) no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Pasal54 dalam UU tersebut menyatakan jika sekolah harus menjadi zona anti

kekerasan.Namun realitanya,aksi tidak terpuji tersebut masih terus terjadi dan tak

kunjung berhenti.

Pada banyak negara bullying sudah disikapi secara serius,bahkan dibeberapa

negara di Asia fenomena ini telah banyak dibahas dan dilakukan penelitian-

penelitian.Dalam riset pustaka yayasan seami jiwa amini atas beberapa surat kabar

yang memberitahukan bunuh diri dikalangan anak dan remaja usia 6 hingga 15

tahun di indonesia yang dilaporkan media massa tahun 2002-2005,tedapat sekitar

lima kasus tindakan atau percobaan bunuh diri itu telah menjadi korban bullying.

Didalam kasus-kasus tersebut,remaja nekad akibat ejekan,cemoohan,dan olok-

olok dari teman-teman mereka.Laporan media masa tersebut umumnya disertai

analisis redaksi atau komentar pakar mengenai fenomena tragis itu.Di indonesia

penelitian tentang bullying masih merupakan hal yang baru.Hasil studia ahli

intervensi bullying,Dr.Amy Huneck(dalam yayasan seami jiwa amini,

2008)mengungkapkan bahwa 10-60% siswa indonesia melaporkan mendapat

cemoohan,ejekan,pengucilan, pemukulan,tendangan ataupun dorongan sedikitnya

sekali dalam seminggu.Bullying ditiga kota besar di indonesia


yaitu,yogyakarta,jakarta,surabaya mencatat terjadi tingkat kekerasan sebesar

67,9% ditingkat sekolah menengah atas(SMU) dan 66,1% ditingkat sekolah

menengah pertama (SMP),Catatan yang dilakukan para siswa dan siswi ini

tercatat 41,2% untuk SMP,43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi

kekerasan adalah masalah pengucilan.Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa

fenomena perilaku bullying merupakan masalah yang serius.Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Ahmad B Eko Prasetyo mengenai bullying disekolah dan

dampaknya bagi masa depan anak.Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di

indonesia,bullying masih menjadi masalah yang ada disekolah.

Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan

(fisik,psikologis maupun sosial)individu,khususnya remaja(sejiwa 2008).Sehingga

hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.oleh karena

itu,perawat profesional perlu memberikan pengetahuan bagi remaja terkait

pentingnya pencegahan perilaku bullying dan cara penanggulangannya.Hal ini

erat kaitannya dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan

utama (primary health care)yang lebih berfokus pada preventif dan promotif tanpa

meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan untuk

pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan.

Pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah

bullying ini dilakukan peneliti karena terlihat adanya perilaku bullying yang

dilakukan siswa dan siswi berupa tindakan mengejek antar satu siswa dengan
yang lain sehingga menyebabkan perkelahian dan juga pelanggaran yang

dilakukan siswa dan siswi pada saat jam sekolah seperti keluar dari jam

belajar,jajan dikantin saat bukan jam istirahat dan membuat keributan pada saat

jam belajar.Sehingga terjadi perilaku yang menyimpang antara siswa,guru dan

sekolah.Sehungga diharapkan perilaku tersebut juga dapat mendukung agar

kontrol sosial dapat berjalan baik dan terhindar dari perilaku bullying.

Social control theory (Hirschi dalam Wiatroswki, Griswold, & Roberts,

1981;Wadsworth, 2000) menyebutkan adanya peran mikrosistem di dalam

pembentukan perilaku anak. Asumsi teori ini adalah koneksi sosial antara anak

dengan keluarga,teman, sekolah dan lingkungan sosial lain. Pada lingkungan

sosial yang mikro tersebutmenurut Ngai & Cheung (2005); Wester, MacDonald,

& Lewis (2008) menyebutkan sebagai lingkungan eksternal dari anak dan

diberlakukan aturan-aturan, values danbelief yang bersifat konvensional.

Secara spesifik, social control theory menekankan adanya supervisi dan perilaku

moral dapat diberikan oleh orang tua sehingga dapat mengurangi angka

kenakalan. Studi yang dilakukan oleh Farrington, Loeber, Yin, and Anderson

(dalamWester, MacDonald, & Lewis, 2008) pada 500 remaja melaporkan bahwa

penyebab bullying adalah rendahya supervisi orang tua, rendahnya apresiasi yang

diberikan orang tua sebagai bentuk reinforcement, dan rendahnya keterlibatan

dalam aktivitas kebersamaan dalam sekolah.


Rendahnya keterlibatan dalam aktivitas kebersamaan di sekolah menyebabkan

pelajar sulit beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya,maka peneliti mencoba

mengangkat masalah tersebut kedalam skripsi dengan judul “Pengaruh kontrol

sosial terhadap perilaku Bullying pelajar di Mtss Timbang Langsa Tahun 2014”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : “Adakah hubungannya Pengaruh kontrol sosial terhadap perilaku

Bullying pelajar di Mtss Timbang Langsa Tahun 2014”.

C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan kontrol sosial dengan perilaku bullying pada

pelajar di Mtss Timbang Langsa Tahun 2014.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi hubungan kontrol sosial dengan perilaku bullying pada

pelajar di Mtss Timbang langsa Tahun 2014 berdasarkan jenis kelamin.

b. Mengidentifikasi hubungan kontrol sosial dengan perilaku bullying pada

pelajar di Mtss Timbang Langsa tahun 2014 berdasarkan Lingkungan

sekolah
c. Mengidentifikasi hubungan kontrol sosial dengan perilaku bullying pada

pelajar di Mtss Timbang Langsa tahun 2014 berdasarkan teman sebaya

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Guru

Dapat memberi masukan kepada guru dalam menyampaikan informasi

kepada siswa terkait dengan masalah bullying.

b. Bagi siswa

Dalam hal ini siswa mampu memperoleh pemahaman baru mengenai

bullying sehingga siswa tidak melakukan tindak bullying.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam

mengurangi perilaku bullying melalui proses belajar yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai