Anda di halaman 1dari 8

Pengertian / Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah memasuki usia kerja (working
age population)
o Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 sampai dengan 65 tahun yang sedang bekerja atau mencari
pekerjaan
o Susunan penduduk menurut umurnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
o a) Penduduk produktif (usia kerja): umur 15 – 65 tahun
b) Penduduk nonproduktif (dibawah usia kerja): umur 14 tahun kebawah
c) Penduduk nonproduktif (diatas usia kerja : umur 65 tahun keatas

2. Permasalahan Lapangan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia

Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia :

a. Rendahnya kualitas tenaga kerja

Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut.
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas
hasil produksi barang dan jasa.

b. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja

Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban
tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan
pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong
pembangunan ekonomi.

c. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga
kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi
pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.

d. Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar.
Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar
mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat.
Dengan demikian pengangguran akan semakin banyak.

e. Problem Gaji / UMR

Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan (gaji)
yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini , yakni
kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak
protes kaum buruh. Adapun dalam sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi penarik bagi para
investor asing. Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah (bukan rakyat), justru
memelihara kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah lebih sering memihak ‘sang investor’ ,
dibanding dengan buruh (yang merupakan rakyatnya sendiri) ketika terjadi krisis perburuhan. Rendahnya gaji juga
berhubungan dengan rendahnya kualitas SDM. Persoalannya bagaimana, SDM bisa meningkat kalau biaya
pendidikan mahal? Solusi terhadap problem UMR dan UMD ini tentu saja harus terus diupayakan dan diharapkan
mampu membangun kondisi seideal mungkin.

3. Contoh Kasus:
SRAGEN, KOMPAS.com – Kondisi Erwiana Sulistiyaningsih (21), pasca penganiayaan yang dialaminya saat bekerja
di Hongkong, sudah mulai membaik. Erwiana mengalami penganiayaan oleh majikannya bernama Law Wantung.
Erwiana mendapat perlakuan tidak manusiawi oleh majikanya tersebut saat melakukan kesalahan. Dari keterangan
Erwiana, Law tidak segan segan memukul bagian muka dan bagian tubuh lainnya. Luka paling parah adalah
dibagian pergelangan tangan dan kaki serta wajah yang lebam dan membengkak. Erwiana menceritakan bahwa
dirinya juga diancam akan dibunuh oleh majikannya, apabila melaporkan dan menceritakan perihal kekerasan yang
dialaminya. “Sebelum ke dipulangkan, saya diancam akan dibunuh dan dia akan melacak keberadaan keluarga saya
di Indonesia,” kata Erwiana pada Kompas.com akhir pekan lalu. Sementara itu, perjalanan Erwiana pulang ke
Indonesia pun tak luput dari kisah yang memiriskan. Dengan luka luka di bagian pergelangan kaki dan tangan,
Erwiana dipaksa untuk menutupinya dengan kain. Saat itulah, salah satu rekan Erwiana yang juga TKI, Riyanti,
curiga terhadap kondisi Erwiana yang tampak memprihatinkan dengan kondisi wajah lebam. Riyanti mengaku
Erwiana hanya mengaku terkena penyakit kulit. “Saat di bandara dirinya tidak mau mengaku, dan bilang kalau kena
penyakit kulit. Lalu setelah saya desak, akhirnya dia derita kalau disiksa majikannya. Dia juga diancam dibunuh kalau
mau lapor ke polisi,” kata Riyanti kepada wartawan. Pihak keluarga pun menyesalkan perlakukan majikan Erwiana,
dan menuntut pelaku ditangkap dan diproses secara hukum. “Kita mendesak pemerintah segera menangani kasus
ini segera dan mendesak pemerintah Hongkong untuk menangkap pelaku dan memenuhi segala hak termasuk gaji
Erwiana, yang sempat tertunda,” kata Karsiwen, dari Jaringan Buruh Migran Indonesia mewakili keluarga.
Melihat persoalan ketenagakerjaan yang demikian kompleks di atas, tentu saja juga membutuhkan pemecahan yang
komprehensip dan sistemis. Sebab, persoalan tenaga kerja, bukan lagi merupakan persoalan individu, yang bisa
diselesaikan dengan pendekatan individual. Akan tetapi, persoalan tenaga kerja di atas merupakan persoalan sosial,
yang akhirnya membutuhkan penyelesaian yang mendasar dan menyeluruh. Jadi, problem utamanya adalah sistem
Kapitalisme yang saat ini diterapkan. Dalam hal ini syariat Islam sebagai aturan yang berasal dari Allah, akan mampu
menyelesaikan persoalan ini. Mengingat syariat Islam adalah aturan yang menyeluruh yang secara praktis akan
menyelesaikan berbagai persoalan manusia. Sudah saatnya kita mengganti sistem Kapitalisme yang telah membuat
buruh dan manusia lainnya menderita, dan menggantinya dengan syariat Islam.

Tenaga kerja
Klasifikasi tenaga kerja
a. Tenaga kerja berdasarkan penduduknya
1) Tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah,
dan mereka yang mengurus rumah tangga.
2) Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja.
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di
bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-
anak.
b. Tenaga kerja berdasarkan kualitasnya
1) Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya:
pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2) Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan
melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang
sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan
lain-lain.
3) Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.
Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
2. Angkatan kerja
Angkatan kerja dibagi menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
a. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang
sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sdang menunggu panen/
hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.
b. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa
mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan suatu kegiatan
yang dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.
Beberapa ukuran dasar dalam angkatan kerja:
a. Tingkat partisipasi angkatan kerja yaitu menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu
kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu. Ini dapat juga
merupakan tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam usia kerja ( tingkat aktivitas
umum).
Rumus:

Untuk mencari angka tingkat partisipasi angkatan kerja penulis mengambil contoh data kota
padang panjang dalam angka 2010.

Tabel 1. Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis
Kelamin Kota Padang Panjang 2010
Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Angkatan Kerja 14690 11252 25944
Bekerja 13426 9665 23091
Pengangguran 1264 1589 2853
2. Bukan Angkatan Kerja 4700 9601 14301
Sekolah 2522 2368 4890
Mengurus Rumah Tangga 488 6618 7106
Lainnya 1690 615 2305
Jumlah 19390 20855 40255
Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Tabel 2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis
Kelamin Kota Padang Panjang 2010
Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Angkatan Kerja 75,76 53,96 64,47
Bekerja 69,24 46,34 57,38
Pengangguran 8,60 14,12 11,00
2. Bukan Angkatan Kerja 24,24 46,04 35,53
Sekolah 13,01 11,35 12,15
Mengurus Rumah Tangga 2,52 31,73 17,66
Lainnya 8,72 2,95 5,73
Jumlah 100 100 100
Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Artinya bahwa tingkt partisipasi angkatan kerja kota Padang Panjang sebesar 64,47% pada
tahun 2010.

b. Tingkat Aktivitas umum adalah tingkat aktivitas untuk seluruh penduduk dalam usia kerja.
Untuk Indonesia adalah labor force dibagi seluruh penduduk berumur 10 tahun keatas.
c. Rasio beban ketergantungan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai berapa
persen penduduk yang dianggap mempunyai aktivitas konsumtif harus ditanggung oleh
penduduk usia 15-64 tahun yang dianggap sebagai penduduk yang secara potensial disebut
produktif.
Rumus:

Untuk mencari angka rasio beban ketergantungan penulis mengambil contoh data kota padang
panjang dalam angka 2010.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Padang Panjang
2010
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 2995 2603 5598
5-9 3070 2900 5970
10-14 2860 2855 5715
15-19 3002 2590 5592
20-24 1770 1772 3542
25-29 1774 2103 3877
30-34 1928 2416 4344
35-39 2363 2416 4779
40-44 1959 1969 3928
45-49 1549 1418 2967
50-54 847 923 1770
55-59 938 890 1828
60-64 862 1132 1994
65-69 588 606 1194
70-74 381 488 869
75+ 407 506 913
Jumlah 27293 27587 54880
Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Artinya bahwa angka beban ketergantungan kota padang panjang tahun 2010 mencapai 58,52 %
atau dengan pembulatan 59 % berarti setiap 100 orang penduduk berusia produktif harus
menanggung 59 orang penduduk yang nonproduktif.

3. Usia kerja
Usia kerja merupakan tingkat umur seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan memperoleh
pendapatan. usia kerja di Indonesia berkisar antara berumur 10-55 tahun sedangkan batas usia
kerja menurut bank dunia adalah 15-64 tahun.

4. Kesempatan kerja
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya lapangan kerja
(pekerjaan) untuk diisi pencari kerja. Kesempatan kerja dapat diartikan kembali sebagai
permintaan akan tenaga kerja atau seberapa banyak tenaga kerja yang terserap kedalam dunia
kerja.

5. Pengangguran
Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak melakukan kegiatan kerja, atau sedang
mencari pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal.
a. Klasifikasi pengangguran
1) Pengangguran menurut lama waktu bekerja
a) Pengangguran terbuka, merupakan tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan,
meskipun mereka sedang mencari pekerjaan. Pengangguran ini terjadi apabila seseorang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal, sementara lapangan kerja yang
tersedia tidak cocok dengan latar belakang pendidikannya, atau karena malas mencari pekerjaan.
b) Setengah menganggur merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaannya. Pengangguran ini jam kerjanya kurang dari tiga
puluh lima jam selama seminggu. Sebagai contoh, seorang buruh bangunan yang telah
menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek
berikutnya.
c) Pengangguran terselubung, adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak
memperoleh pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sebagai contoh,
suatu kantor mempekerjakan sepuluh orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat
di kerjakan dengan baik dengan delapan karyawan saja, sehingga terdapat kelebihan dua orang
tenaga kerja dan orang-orang tersebut dinamakan pengangguran terselubung.

2) Pengangguran menurut penyebab


a) Pengangguran struktural, disebabkan oleh ketidak cocokan antara keterampilan tenaga kerja
yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia. Latarbelakang ketidakcocokan ini
berupa perubahan struktur permintaan penawaran dalam jangka panjang sebagai dampak
kemajuan teknologi, perubahan selera, dan persaingan antar perusahaan.
b) Pengangguran siklikal, berkaitan dengan naik turunya aktifitas atau keadaan perekonomian
suatu Negara.
c) Pengangguran musiman, disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap tenaga kerja yang
sifatnya berkala. Pengangguran seperti ini biasa terjadi pada tenaga kerja paruh waktu (part
time).
d) Pengangguran friksional, disebabkan oleh pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja.
Sering kita jumpai tenaga kerja yang berpindah dari satu perusahaan keperusahaan lain, atau
berpindah dari jenis pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan lainnya.
e) Pengangguran teknologi adalah Pengangguran yang terjadi karena adanya penggunaan alat-alat
teknologi yang semakin modern yang menggantikan tenaga krja manusia.

b. Dampak negatif pengangguran terhadap lingkungan sosial


1) Penurunan produktifitas
Tenaga kerja akan menurun produktifitasnya jika tidak dimanfaatkan. Peningkatan rasa frustasi,
patah semangat, dan perasaan tidak berdaya, yang terjadi pada pengangguran, dalam jangka
panjang akan menumbuhkan sikap masa bodoh. Para penganggur tidak mampu lagi mengelola
dirinya sendiri dan tidak mampu menangkap peluang yang ada secepatnya.
2) Penurunan setandar hidup
Jika pekerja menganggur, maka pendapatannya anjlok dan standar kehidupan menurun. Sebagian
pekerja mungkin dapat meminta bantuan kepada pihak lain untuk membuka usaha tapi
kebanyakan dari mereka terpaksa harus melakukan penghematan besar-besaran.
3) Penurunan pendapatan Negara
Semakin besar jumlah pengangguran semakin menurun pendapatan Negara dari pajak
penghasilan. Begitu pendapatan menurun semakin menurun juga kemampuan pemerintah
melayani kebutuhan warganya.
4) Pertumbuhan ekonomi terhambat
Pengangguran akan menurunkan daya beli masyarakat, sehingga permintaan terhadap barang-
barang hasil produksi berkurang. Hal ini akan menyebabkan turunnya penanaman modal.
Sebagai akibatnya aktifitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi akan terhambat.
5) Biaya sosial meningkat
Pengangguran mengakibatkan masyarakat harus menanggung jumlah biaya sosial antara lain ada
kaitan erat antara peningkatan pengangguran dan kejahatan.

c. Upaya Mengatasi Pengangguran


1) Peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal. Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan
dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang
keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi ditempat baru. Peningkatan
modal dapat dilakukan dengan memindahkan industry padat karya kewilayah yang mengalami
masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran
struktural
2) Pengelolaan permintaan masyarakat. Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal
melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat kebarang atau jasa
yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
3) Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja. Untuk mengatasi pengangguran
musiman, perlu ada pemberiaan informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang
sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu
perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan yang seperti apa yang
cocok dengan keterampilan yang dimiliki.
4) Pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan nasional. Semakin banyak barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara,
semakin tinggi pendapatan nasional. Pendapatan nasional yang tinggi dapat memungkinkan
pembentukan modal menjadi lebih besar melalui tabungan perorangan, tabungan perusahaan
maupun tabungan pemerintah. Tabungan-tabungan tersebut memberikan kesempatan membentuk
investasi yang menyebabkan perluasan usaha yang berarti menciptakan kesempatan kerja.
5) Program pendidikan dan latihan kerja. Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga
kerja yang tidak terampil dan ahli. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu digalakkan lembaga
yang mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan dan
latihan kerja adalah kesesuaian program dengan kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan
perusahaan.
6) Pengiriman tenaga kerja keluar negeri. Pengiriman tenaga kerja keluar negeri merupakan salah
satu pilihan dalam usaha memperluas kesempatan kerja sekaligus dapat menghasilkan devisa
negara.
7) Wiraswasta. Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja diperusahaan tertentu,
pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila
muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta. Kendala utama
wiraswasta adalah modal dan peluang. Seseorang dengan keteramoilan dan keahlian tertentu
tidak sanggup berbuat apapun apabila seseorang tersebut tidak memiliki modal dan peluang
usaha karena bidang usaha yang menguntungkan hampir pasti sudah dikuasai oleh perusahaan
raksasa. Itulah mengapa upaya menggerakkan wiraswasta perlu disertai keleluasaan memperoleh
modal dan peluang bisnis.
B. Teori-teori Ketenagakerjaan
1. Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian
dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi
sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi
tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.
Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary
condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik
yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert
Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan
produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai
dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung.
Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara
lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.
3. Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam
serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari
penurunan tingkat upah.
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat
pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat
akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan
konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong
turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of
productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan
labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya
turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini
menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja
yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.
4. Teori Harrod-domar
Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas
produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak
menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus
akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
5. Teori Tentang Tenaga Kerja
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti yang sudah
dibukakan dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini adalah ketidak seimbangan akan
permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada
suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan
terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding
penawaran tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai