Anda di halaman 1dari 20

POLA LOKASI DAN STRUKTUR RUANG

TEORI LOKASI VON THUNEN

Studi Kasus : Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan

Kelompok 6:

Amulkan ferdiansyah (22116054)


Muhammad maliq alfi satria (22116026)
Intan nurul azizah (22116003)
Siti zubaidah (22116029)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2017
Daftar Isi
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup Studi ................................................................................. 2
1.4.1 Ruang lingkup wilayah ...................................................................... 2
1.4.2 Ruang lingkup materi ........................................................................ 2
1.4.3 Ruang lingkup waktu ......................................................................... 2
1.5 Metodeologi Penulisan............................................................................. 2
1.5.1 pengumpulan data ............................................................................ 2
1.6 Sistematika Penulisann Penelitian ........................................................... 2
2 BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................................ 3
2.1 Historis Teori ............................................................................................ 3
2.2 Teori .......................................................................................................... 3
2.3 Keterbatasan Asumsi-Asumsi Dalam Teori ............................................ 10
3 BAB III DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS .................................... 11
3.1 Deskripsi Studi Kasus ................................................................................... 11
3.1 Pembahasan ........................................................................................... 12
3.2 Interpretasi Studi Kasus Terkait Perencanaan Wilayah dan Kota .......... 14
4 BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
4.2 Rekomendasi .......................................................................................... 18
5 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

i
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


landasan dari teori lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin
ada lokasi. Ruang adalah permukaan bumi baik yang ada di atasnya maupun
yang ada di bawahnya sepanjang manusia masih bisa menjangkaunya. Lokasi
menggambarkan posisi dalam ruang tersebut. Study tentang lokasi yaitu
melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa
dampak yang di timbulkan dari kegiatan masing-masing.

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi
atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang
langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai
macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Seiring dengan
perkembangan zaman, kegiatan ekonomi dan sosial juga semakin
berkembang. Setiap kegiatan ini membutuhkan lahan yang semakin banyak,
selain itu pemilihan lokasi lahan yang tepat juga mempengaruhi
keberlangsungan kegiatan ekonomi ini. Dimana pemilihan lokasi ekonomi
yang tepat akan mempengaruhi pendapatan dari kegiatan ekonomi tersebut.
Ada banyak ahli yang mengemukakan tentang teori lokasi , namun setiap
teori memiliki fungsinya masing-masing. Salah satu teori lokasi yang akan
dibahasa adalah teori lokasi von thunen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemilihan suatu lokasi perrtanian menurut teori von thunnen?
2. Bagaimana keadaan lokasi jati agung menurut teori von thunnen?
3. Apa kelemahan dari teori von thunnen?

1
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pemilihan suatu lokasi yang tepat menurut teori von
thunnen
2. Untuk mengetahui keadaan lokasi di daerah jati agung memurut teori von
thunnen
3. Untuk mengetahui kelemahan teori von thunnen

1.4 Ruang Lingkup Studi

1.4.1 Ruang lingkup wilayah


Wilayah yang dijadikan ruang lingkup study ini adalah daerah jati
agung, lampung selatan.

1.4.2 Ruang lingkup materi


Pada makalah ini akan membahas materi yang meliputi pengertian
teori von thunnen, bagaimana pemilihan lokasi yang tepat menurut
teori von thunnen, dan apa kelemahan dari teori von thunnen.

1.4.3 Ruang lingkup waktu


Waktu yang digunakan untuk melakukan observasi kurang lebih satu
jam

1.5 Metodeologi Penulisan

1.5.1 pengumpulan data


pengumpulan data di lakukan dengan cara observasi langsung.
Observasi dilakukan di daerah Jati Agung, Lampung Selatan.

1.6 Sistematika Penulisann Penelitian


BAB I PENDAHULUAN

pada bagian pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang, rumusan


masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi , metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan.

2
BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pada bab ini penulis menguraikan historis teori, teori, dan keterbatasan
literatur.

BAB III DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS


pada bab ini penulis menguraikan deskripsi study kasus, pembahasan, dan
interpretasi study kasus terhadap perencanaan wilayah dan kota.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini penulis membahas kesimpulan, dan saran

DAFTAR PUSTAKA

2 BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Historis Teori


Teori von thunnen pada awalnya muncul pada abad ke-19 di Jerman yang
mempelopori kelompok teori Bid-rent dan khusus membahas pemilihan lokasi kegiatan
pertanian. Pada waktu itu perekonomian didominasi pertanian yang dikelola dengan
sistem tuan tanah (land-lord). Raja dan para bangsawan yang menjadi tuan tanah, mereka
menyewakan lahan mereka untuk dikelola oleh rakyat yang bekerja sebagai petani. Sewa
tanah dibayar dengan hasil pertanian yang besar kecilnya lebih banyak ditentukan oleh
tuan tanah yang bersangkutan. Ini berarti sistem perdagangan pada waktu itu sudah ada,
walupun masih dilaksanakan secara tradisional.

2.2 Teori
Struktur ruang pada waktu itu umumnya besifat “monocentric”, dimana setiap daerah
merupakan wilayah pertanian. Petani bertempat tinggal secara merata di wilayah ini dan
melakukan kegiatan pertanian untuk menghasilkan komoditas yang dapat dikonsumsi
sendiri atau untuk dijual. Hasil produksi yang akan dijual akan dibawa ke pusat
perdagangan yang merupakan

3
kota kecil dimana tuan tanah bertempat tinggal. Sedangkan perdagangan antar daerah
pada saat itu masih sangat terbatas. Struktur ruang yang bersifat monosentric ini adalah
seperti yang terlihat di bawah ini.

CBD

gambar 2.1 struktur ruang monosentric

Berdasarkan struktur ruang yang sangat sederhana tersebut, von thunnen


memformulasikan suatu teori lokasi khusus untuk kegiatan pertanian. Pada teori
ini, faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi atau penggunaan lahan (land-
use) adalah tinggi rendahnya sewa tanah. Biasanya sewa tanah ini akan semakin
tinggi bila mendekati pusat kota. sedangkan pemilihan lokasi akan ditentukan oleh
kemampuan membayar sewa tanah yang dapat dihasilkan dari penggunaan lahan
yang bersangkutan. Besar kecilnya sewa tanah (bid-rent) akan ditentukan oleh
hasil produksi yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan baik untuk kegiatan produksi maupun ongkos angkut untuk
membawa hasil produksi kepasar.

1. Kasus Satu Jenis Tanaman


Bila lahan hanya ditanami oleh satu jenis tanman saja. Analisis dimulai
dari tujuan utama kegiatan pertanian yang dikelola secara swasta yaiutu
untuk mencari keuntungan maksimum. Sehubungan dengan halini, maka
analisis dimulai dengan fungsi keuntungan (π) yang dapat ditulis sebagai
berikut:

Π = p Q – a Q –QT(k) –R(k) Persamaan 2.1

4
Q = jumlah produksi
P = harga produk rata-rata per unit
A = biaya produk rata-rata per unit
T(k) = ongkos angkut
R(k) = sewa tanah
*Ongkos angkut dan sewa tanah dipengaruhi oleh jarak (k)
Bila pasar bersifat kompetitif maka pasar akan cenderung positif
karena belum terdapat banyak saingan yang menanam komoditas yang
sama, kondisi ini akan merangsang pengusaha lain untuk ikut menanam
modal dalam usaha ini karena didorong oleh tingkat keuntungan yang
cukup besar. Akibatnya, secara bertahap tingkat keuntungan akan
menurun, sehingga dalam jangka panjang akan tercapai kondisi
keseimbangan (equilibrium) dimana tingkat keuntungan akan menjadi
nol. Dalam keadaan ini, maka:
p Q – a Q –QT(k) –R(k) = 0
sehingga

R*(k) = Q(p-a) Q- T(Q) Persamaan 2.2

Dimana R*(k) adalah bid rent yang menunjukan kemampuan pengelola


lahan untuk membayar sewa tanah dari hasil pemanfaatan tanah
bersangkutan. Pemilihan lokasi yang paling optimal untuk usaha
pertanian pada komoditas ter tentu akan ditentukan oleh perbandingan
kemampuan pengelola lahan untuk membayar sewa tanah dengan
tingkat sewa tanah yang berlaku di pasaran. Berdasarkan prinsip ini,
maka bila R*(k) > R (k), yaitu kemampuan membayar sewa tanah lebih
besar dari sewa tanah dipasaran, maka lahan tersebut layak dari segi
ekonomis digunakan karena dapat memberi keuntungan. Hal ini berarti
lokasi yang digunakan untuk lahan pertanian tersebut adalah pada lahan
yang bersangkutan.

5
R*(k)

Kurva bid-rent (R*(k))


A

R(k) E kurva sewa tanah

CBD k* B K

grafik 2 .1 bid rent

Kurva AB yang mempunyai kemiringan negatif adalah kurva bid-rent.


Sedangkan garis horizontal merupakan kurva sewa tanah yang tingginya
ditetapkan berdasarkan harga pasar yang berlaku. E adalah titik
keseimbangan antara R*(k) dengan R(K). Daerah sebelah kiri titik E
menunjukan kondisi R*(K) > R(K) yang berarti daerah dari titik 0
sampai dengan titik K* layak untuk ditanami.
Dalam kondisi keseimbangan. Bid rent akan cenderung sama
dengan land rent. Alasannya adalah bila R*(K) > R(K), berarti
keuntungn yang diperoleh dari penanaman suatu komoditas masih sangat
besar, sehingga hal ini akan mendorong para pengusaha lainnya untuk
ikut juga menanam komoditas yang sama. Jika hal ini terjadi terus, maka
penawaran komoditas hasil produksi akan semakin banyak sehingga
harga akan cenderung menurun sebagai akibat dari kelebihan penawaran.
Hal ini akan menyebabkan keuntungan dan sewa lahan menjadi
menurun.
2. Kasus Dua Tanaman
Dalam satu lahan yang dapat ditanami oleh berbagai jenis tanaman
membutuhkan jenis dan kesuburuan lahan yang sama. Dengan demikian
dalam keadaan keseimbangan, sebidang lahan akan ditanami dengan
lebih dari satu jenis tanaman. Persamaan bid-rent :

6
Ri*(k) = Qi (pi- ai) – Qi T(k) Persamaan 2.3

I =1,2
Dalam keadaan keseimbangan, maka sebidang tanah akan ditanami
dengan komositas yang bid-rent nya tinggi. Apabila Ri*(k) > R2(k) maka
lahan teersebut layak untuk ditanami jenis tanaman satu.

A
Tanaman 1

C
R(k) s

Tanaman 2

0 k* B D k

gambar 2.2 penentuan lokasi kegiatan pertanian untuk dua jenis tanaman

titik potong S menunjukan kondisi dimana bid rent dari kedua tanaman sama. Untuk
lahan yang ditanami dari titik 0 sampai dengan titik k* akan layak ditanamin dengan jenis
tanaman 1 karena tanaman ini memiliki bid rent yang lebih tinggi. Sedangkan lahan
yangluasnya dimulai dari titik K* sampai titik D akan layak ditanami dengan jenis
tanaman dua, karena bid rent pada tanaman ini lebih tinggi.

3. Kasus banyak tanaman


Kenyataan umum menunjukan bahwa paada suatu bidang lahan biasanya juga
dapat ditanami oleh banyak jenis tanaman. Penentuan lokasi pertanian secara
optimal, pada prinsipnya sama dengan kasus 2. Aspek yang perlu dipecahkan
adalah bagaimana kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai titik
keseimbangan. Misalnya, I1,I2,....... In adalah jenis tanaman yang dapat ditanam
dalam suatu lahan tertentu dengan bid-rent R1*(k), R2*(k), ............Rn *(k). dalam
hal ini, tanaman disusun berdasarklan urutan nilai bid-rentnya.

7
A
Tanaman 1

C
R(k) s

Tanaman 2

0 k* B D k

grafik 2.3 bid-rent

Ambillah I untuk mewakili satu jenis tanaman dari keseluruhan nilai In ,


hasil tanaman ini akan dipasarkan pada suatu tempat. Hal ini akan
menimbulkan batas dalam wilayah pasar yang ditunjukan oleh Kn, pada
waktu bersamaan suatu tanaman dapat memilih lokasi yang jauh dari
pasar, bila mana nilai bid-rentnya lebih besar dari biaya karena pindah
lokasi dan hal ini merupakan batas wilayah pasar.
Beradasarkan hal ini dapat dibuat pernyataan umum bahwa,
keseimbangan antar wilayah pemilihan lokasi kegiatan pertanian adalah
bila mana:
Ri(k) = Rr-1 (penentuan batas dalam Kri))
Rr(k) = Rr+i (penentuan batas luar Kri)

untuk memahami teori von thunnnen kita mengasumsikan ada suatu


pasar yang terletak di lokasi M, von thunen mengasumsikan bahwa tanah ini
dimiliki oleh tuan tanah, dan menghasilkan barang pertanian yang sama,
teknologi produksi yang sama, dan koefisien produksi yang sama. Setiap lokasi
produksi yang dilihat dapat lebih menguntungkan, maka itulah lokasi yang
digunakan untuk produksi. Contohnya ada seorang petani yang bertani pada
lokasi A B dan C, mereka menanami satu jenis tanaman yang sama, teknologi
produksi yang sama dan koefisien produksi yang sama, dan jumlah hasil

8
pertanian yang sama, namun ketika di pasarkan ternyata lokasi A lebih
menguntungkan, maka itulah lokasi yang lebih baik untuk hasil produksi.

harga

100

50

M jarak
20 km
50 km

grafik 2.4 lokasi pasar

Jika petani berada tepat dilokasi M, maka lokasi produksi menuju pasar menjadi
0, dengan demikian, petani tidak akan menanggung biaya transportasi, dan
semua pendapatan menjadi $ 100 dapat digunakan input faktor lahan dan non-
lahan.
Model von thunnen ini memprediksi , bahwa akan ada gradient sewa
lahan negatif, dimana harga tanah akan turun secara langsung untuk
mengimbangi jarak transportasi.
Asumsi teori von thunen
1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak terdapat
pengaruh pasar dari kota lain.
2. Tipe permukiman adalah padat dipusat wilayah (pusat pasar) dan makin
padat apabila menjauh dati pusat wilayah.
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam.
4. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif
seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa.

9
5. Kecuali perbedaan jarak ke psar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi
penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.

sewa tanah

sewa yang terjadi dari hasil


tawar menawar

0 D = jarak dari pasar

gambar 2.4 kurva perbedaan sewa tanah sesuai dengan perbedaan jarak ke pasar

dari gambar di atas dapat dilihat bahwa harga sewa tanah yangpaling mahal
terdapat di pusat pasar.
Perkembangan dari teori von thunnen selain harga tanah yang tinggi di
pusat kota dan makin menurun bila makin menjauh dari pusat kota, juga adalah
harga tanah tinggi pada jalan-jalan utama. Makin tinggi kelas jalan utama, maka
semakin tinggi sewa tanah disekitarnya. Namun, akan ada kantong-kantong
lokasi yang menimpang dari ketentuan karena disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya faktor ke amanan, kenyamanan, dan ada konsentrasi kegiatan tertentu
di daerah tersebut.

2.3 Keterbatasan Asumsi-Asumsi Dalam Teori


Keterbatasan dari asumsi ini adalah tidak dijelaskan bagaimana hubungan faktor alamiah
yang mempengaruhi harga sewa lahan . Selain itu, tidak ada contoh kasus yang kongkrit.

10
3 BAB III
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS

3.1 Deskripsi Studi Kasus


Kecamatan Jati Agung merupakan sebuah kecamatan yang terletak di
Kabupaten Lampung Selatan. Secara administratif, kecamatan ini terbagi
menjadi 21 desa.

gambar 3.1 lokasi jati agung

Batas geografis Kecamatan Jati Agung dengan wilayah lain adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sekampung Udik,


Kabupaten Lampung Timur.
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupeten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Selatan.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur.

11
Kecamatan Jati Agung bersifat sebagai daerah yang memproduksi hasil komoditas
pertanianatau perkebunan. Berbagai jenis komoditas ditanam pada lahan yang ada
di Keacamatan Jati Agung antara lain, padi, jagung manis, berbagai jenis sayuran
seperti sawi, kol kubis, bawang merah, bawang daun, kankung, selada, dll.
Berbagi jenis komoditas tanaman tersebut ditanam secara bergiliran disesuaikan
dengan kondisi ilkim dan cuaca yang ada. Salah satu unggulan tanaman sayuran
yang dibudidayakan di Kecamatan Jati Agung ini adalah sawi hijau (Pai Tsai),
karena jenis tanaman ini memiliki kandungan gizi yang lengkap yang memenuhi
syarat untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Memperhatikan kegunaan
yang beragam didalam kehidupan masyarakat sehari-hari, maka menjadikan
komoditas ini (sawi hijau) mudah dalam pemasarannya, sehingga apabila
dibudidayakan (diusahakan dengan baik ) dapat memberikan keuntungan.
Dipilihnya tanaman sawi hijau pada saat ini adalah disesuaikan dengan keadaan
iklim dan cuaca yang berlangsung saat ini cocok untuk tanaman yang satu ini,
disamping pemasaran hasil yang relatip mudah karena lokasi Kecamatan Jati
Agung yang relative dekat dengan sentra pemasaran (pasar) dengan konsumen
yang cukup banyak.

3.1 Pembahasan
Teori lokasi Von Thunen diterapkan dalam pola penggunaan lahannya.

gambar 3.2 Tata guna lahan menurut Teori Lokasi Von Thune

Menurut teori Von Thunen (Djojodipuro,1992:149), lokasi pertanian akan


berkembangpada pola tertentu tergantung pada tujuh asumsi:

12
1. Isolated island,terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah
perkotaandengan daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya
daerah pemasokkebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian.
2. Single market,daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan
kelebihanproduksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil
pertanian daridaerah lain.
3. Single destination,daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya
kedaerah lain kecuali ke daerah perkotaan.
4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous)
dan cocok untuktanaman dan peternakan.
5. Maximum oriented, daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha
untukmemperoleh keuntu,ngan maksimum dan mampu untuk
menyesuaikan hasiltanaman dan peternakannya dengan permintaan yang
terdapat di daerah perkotaan.
6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan
darat.
7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan
jarak yangditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.

Adapun Teori Von Thunen dapat dijabarkan melalui rumus sebagai berikut:

R = E ( p–a ) –E. f. K

Keterangan:

R =Rent(produktivitas lahan)

E = Produksi per unit area = Harga per unit komoditi = Biaya produksi per unit
komoditif = Ongkos angkut per unit jarak per unit komoditi = Jarak terhadap
pasar

Dari pendekatan tersebut dapat dikatakan bahwa sewa lahan berbanding lurus
dengankeuntungan yang didapatkan. Von Thunen menentukan hubungan sewa
lahan dengan jarakke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.

13
gambar 3.3 Kurva lahan Teori Lokasi Von Thunen

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perbandingan


antara harga jual dengan biaya produksi tersebut, masing-masing jenis produksi
memiliki kemampuannya untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi
kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan
itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan
berupa diagram cincin.

gambar 3.4 cincin pada Teori Lokasi Von Thunen

3.2 Interpretasi Studi Kasus Terkait Perencanaan Wilayah dan Kota


Asumsi Teori Von Thunen telah diterapkan dan telah membentuk tata guna lahan
di kecamatan ini. Adapun hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

14
Asumsi Von Thunen Kondisi di Kecamatan Jati Agung
Terdapat suatu daerah terpencil yang Kecamatan Jati Agung merupakan
terdiriatas daerah perkotaan dengan daerah perbatasan antara Kota Bandar
daerah pedalamannya dan merupakan Lampung dengan Kabupaten Lampung
satu-satunya daerah pemasok kebutuhan Selatan. Sehingga pertumbuhan
pokok yang merupakan komoditi daerahnya cenderung lebih lambat.
pertanian
Daerah perkotaan tersebut Potensi sumbe rdaya alam Kecamatan
merupakandaerah penjualan kelebihan Jati Agung bisauntuk memenuhi
produksi daerahpedalaman dan tidak daerahnya dan daerahlainnya.
menerima penjualanhasil pertanian dari
daerah lain
Daerah pedalaman tidak menjual Hasil pertanian di Kecamatan Jati
kelebihanproduksinya ke daerah lain Agung cenderung lebih dijual di Kota
kecuali kedaerah perkotaan. Bandar Lampung yang lebih mudah
diakses dari pada Kabupaten Lampung
Selatan.
Daerah pedalaman merupakan Kecamatan Jati Agung memiliki ciri
daerahberciri sama (homogenous) dan yang sama dengan fungsi lahan sebagai
cocok untuktanaman dan peternakan daerah pertanian, hutan,
dan perkebunan.
Daerah pedalaman dihuni oleh petani Petani di Kecamatan Jati Agung
yangberusaha untuk memperoleh mencari hasil yang maksimum dengan
keuntunganmaksimum dan mampu mendistribusikan hasil panennya ke
untukmenyesuaikan hasil tanaman daerah Kota Bandar Lampung, karena
danpeternakannya dengan permintaan dirasa daerah tersebut lebih mudah
yangterdapat di daerah perkotaan. diakses, jarak yang lebih dekat, dan
biaya transortasi yang lebih murah.
Satu-satunya angkutan yang terdapat Distribusi hasil panen dari Kecamatan
padawaktu itu adalah angkutan darat. Jati Agung menggunakan angkutan
darat.
Biaya angkut ditanggung oleh petani

15
Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan dimasukkan ke dalam harga jual
danbesarnya sebanding dengan jarak sehingga petani mendapatkan
yangditempuh. Petani mengangkut keuntungan lebih dan karena hasil
semua hasildalam bentuk segar produksi pertanian lebih banyak dijual
ke Kota Bandar Lampung yang
memiliki akses mudah, semua hasil
dalam bentuk segar

Pemilihan suatu lokasi pertanian yang tepat akan meningkatkan keuntungan


yang diperoleh, hal ini akan menakibatkan peningkatan pendapatan masyarakat.
Apabila hal ini terjadi pada masyarakat suatu wilayah atau daerah, maka
pendapatan wilayah tersebut akann menjadi besar. Selain itu,pemilihan lokasi
yang tepat dapat meminimalisir biaya yang harus kita keluarkan. Misalnya dengan
pemilihan lokasi pertanian yang dekat dengan pasar akan membuat peningkatan
permintaan akan hasil pertanian, dan memudahkan dalam pendistribusian barang.

Jika hal ini terjadi di banyak daerah, makan dapat meningkatkan


pendapatan perkapita masyarakat daerah dan mempercepat pembangunan daerah.
Ketika pendapatan masyarakat daerah lebih banyak, maka masyarakat akan lebih
sejahtera. Ilmu-ilmu penempatan lokasi pertanian yang tepat dapat meningkatkan
tata guna lahan. Selain itu, ketika kita mempelajari tentang penempatan lokasi
pertanian yang tepat dapat mengurangi alih fungsi lahan.

4 BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teori Von Thunen menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi
tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat yang
mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Teori ini
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut
memasukkan variable keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas

16
pertanian. ruang lingkup study kami adalah daerah Jati Agung, Lampung Selatan,
dimana daerah ini merupakan salah satu daerah terpencil yang hasil pertaniannya
melimpah sehingga pemasaran hasil pertaniannya didistribusi ke kota Bandar
Lampung. Jarak yang semakin jauh dari pusat kota, maka akan semakin mahal
juga sewa lahannya, dalam artian biaya transportasi yang ditanggung semakin
besar, sedangkan balik modal kecil. Hal tersebut yang menyebabkan interaksi
antara Jati Agung – Kota Bandar Lampung lebih sering. Adapun kelemahan dari
teori Von Thunen :

1. Merupakan model keseimbangan yang sifatnya parsial, tidak memuat


interelasi antara variabel yang telah di khususkan, perhitungan akan susah
dilakukan bila terjadi perubahan di masa mendatang;
2. Tidak memperhatikan faktor non ekonomis yang mempengaruhi produksi;
3. Tidak memperhitungkan perbedaan luas perusahaan pertanian atau luas
pasaran yang tak menghasilkan ekonomi berskala produksi atau pasaran
yang bersangkutan sehingga dapat merusak zona tata guna lahan.
4. Keterkaitannya pada waktu.
5. Keterkaitannya pada wilayah karena :
a. Kemajuan di bidang transportasi telah menghemat banyak waktu
dan uang (mengurangi resiko busuk komoditi);
b. Adanya berbagai bentuk pengawetan, memungkinkan pengiriman
jarak jauh tanpa resiko busuk;
c. Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga
tidak terpengaruh pada kota;
d. Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama
menyangkut pemasaran (tidak selalu memanfaatkan jasa kota dalam
pemasarannya).
6. Faktor yang bisa mempengaruhi komposisi keruangan selain biaya
transportasi adalah:
a. Prasarana jalan yang baik dan kemudahan akses ke pasar kota
menjadi faktor penentu komposisi keruangan;
b. Mekanisme pasar yang terbuka hingga menimbulkan
terjadinya supply dandemand, memungkinkan terjadinya economic

17
landscape sebagai faktor penting mempengaruhi komposisi
keruangan;
c. Adanya lokasi alternatif juga bisa berpengaruh pada komposisi
keruangan;
d. Skala produksi: biaya/unit vs jumlah produk; localisation
economies dan urbanisation economies;
e. Lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb;

4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian pada bab penutup ini, yang
menyatakan bahwa teori von thunen dalam studi kasus di jati agung, peneliti
mencoba untuk memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Sebaiknya pemerintah kabupaten Lampung Selatan lebih


mengkhususkan pengembangan dalam bidang pertanian di
kecamatan Jati Agung.
2. Masyarakat dan pemerintah kabupaten harus saling bekerja
sama untuk pendistribusian hasil pertaniannya.

5 DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai