Von Thunen
Von Thunen
Kelompok 6:
2017
Daftar Isi
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup Studi ................................................................................. 2
1.4.1 Ruang lingkup wilayah ...................................................................... 2
1.4.2 Ruang lingkup materi ........................................................................ 2
1.4.3 Ruang lingkup waktu ......................................................................... 2
1.5 Metodeologi Penulisan............................................................................. 2
1.5.1 pengumpulan data ............................................................................ 2
1.6 Sistematika Penulisann Penelitian ........................................................... 2
2 BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................................ 3
2.1 Historis Teori ............................................................................................ 3
2.2 Teori .......................................................................................................... 3
2.3 Keterbatasan Asumsi-Asumsi Dalam Teori ............................................ 10
3 BAB III DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS .................................... 11
3.1 Deskripsi Studi Kasus ................................................................................... 11
3.1 Pembahasan ........................................................................................... 12
3.2 Interpretasi Studi Kasus Terkait Perencanaan Wilayah dan Kota .......... 14
4 BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
4.2 Rekomendasi .......................................................................................... 18
5 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
i
Bab I
PENDAHULUAN
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi
atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang
langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai
macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Seiring dengan
perkembangan zaman, kegiatan ekonomi dan sosial juga semakin
berkembang. Setiap kegiatan ini membutuhkan lahan yang semakin banyak,
selain itu pemilihan lokasi lahan yang tepat juga mempengaruhi
keberlangsungan kegiatan ekonomi ini. Dimana pemilihan lokasi ekonomi
yang tepat akan mempengaruhi pendapatan dari kegiatan ekonomi tersebut.
Ada banyak ahli yang mengemukakan tentang teori lokasi , namun setiap
teori memiliki fungsinya masing-masing. Salah satu teori lokasi yang akan
dibahasa adalah teori lokasi von thunen.
1
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pemilihan suatu lokasi yang tepat menurut teori von
thunnen
2. Untuk mengetahui keadaan lokasi di daerah jati agung memurut teori von
thunnen
3. Untuk mengetahui kelemahan teori von thunnen
2
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pada bab ini penulis menguraikan historis teori, teori, dan keterbatasan
literatur.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2 BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.2 Teori
Struktur ruang pada waktu itu umumnya besifat “monocentric”, dimana setiap daerah
merupakan wilayah pertanian. Petani bertempat tinggal secara merata di wilayah ini dan
melakukan kegiatan pertanian untuk menghasilkan komoditas yang dapat dikonsumsi
sendiri atau untuk dijual. Hasil produksi yang akan dijual akan dibawa ke pusat
perdagangan yang merupakan
3
kota kecil dimana tuan tanah bertempat tinggal. Sedangkan perdagangan antar daerah
pada saat itu masih sangat terbatas. Struktur ruang yang bersifat monosentric ini adalah
seperti yang terlihat di bawah ini.
CBD
4
Q = jumlah produksi
P = harga produk rata-rata per unit
A = biaya produk rata-rata per unit
T(k) = ongkos angkut
R(k) = sewa tanah
*Ongkos angkut dan sewa tanah dipengaruhi oleh jarak (k)
Bila pasar bersifat kompetitif maka pasar akan cenderung positif
karena belum terdapat banyak saingan yang menanam komoditas yang
sama, kondisi ini akan merangsang pengusaha lain untuk ikut menanam
modal dalam usaha ini karena didorong oleh tingkat keuntungan yang
cukup besar. Akibatnya, secara bertahap tingkat keuntungan akan
menurun, sehingga dalam jangka panjang akan tercapai kondisi
keseimbangan (equilibrium) dimana tingkat keuntungan akan menjadi
nol. Dalam keadaan ini, maka:
p Q – a Q –QT(k) –R(k) = 0
sehingga
5
R*(k)
CBD k* B K
6
Ri*(k) = Qi (pi- ai) – Qi T(k) Persamaan 2.3
I =1,2
Dalam keadaan keseimbangan, maka sebidang tanah akan ditanami
dengan komositas yang bid-rent nya tinggi. Apabila Ri*(k) > R2(k) maka
lahan teersebut layak untuk ditanami jenis tanaman satu.
A
Tanaman 1
C
R(k) s
Tanaman 2
0 k* B D k
gambar 2.2 penentuan lokasi kegiatan pertanian untuk dua jenis tanaman
titik potong S menunjukan kondisi dimana bid rent dari kedua tanaman sama. Untuk
lahan yang ditanami dari titik 0 sampai dengan titik k* akan layak ditanamin dengan jenis
tanaman 1 karena tanaman ini memiliki bid rent yang lebih tinggi. Sedangkan lahan
yangluasnya dimulai dari titik K* sampai titik D akan layak ditanami dengan jenis
tanaman dua, karena bid rent pada tanaman ini lebih tinggi.
7
A
Tanaman 1
C
R(k) s
Tanaman 2
0 k* B D k
8
pertanian yang sama, namun ketika di pasarkan ternyata lokasi A lebih
menguntungkan, maka itulah lokasi yang lebih baik untuk hasil produksi.
harga
100
50
M jarak
20 km
50 km
Jika petani berada tepat dilokasi M, maka lokasi produksi menuju pasar menjadi
0, dengan demikian, petani tidak akan menanggung biaya transportasi, dan
semua pendapatan menjadi $ 100 dapat digunakan input faktor lahan dan non-
lahan.
Model von thunnen ini memprediksi , bahwa akan ada gradient sewa
lahan negatif, dimana harga tanah akan turun secara langsung untuk
mengimbangi jarak transportasi.
Asumsi teori von thunen
1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak terdapat
pengaruh pasar dari kota lain.
2. Tipe permukiman adalah padat dipusat wilayah (pusat pasar) dan makin
padat apabila menjauh dati pusat wilayah.
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam.
4. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif
seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa.
9
5. Kecuali perbedaan jarak ke psar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi
penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.
sewa tanah
gambar 2.4 kurva perbedaan sewa tanah sesuai dengan perbedaan jarak ke pasar
dari gambar di atas dapat dilihat bahwa harga sewa tanah yangpaling mahal
terdapat di pusat pasar.
Perkembangan dari teori von thunnen selain harga tanah yang tinggi di
pusat kota dan makin menurun bila makin menjauh dari pusat kota, juga adalah
harga tanah tinggi pada jalan-jalan utama. Makin tinggi kelas jalan utama, maka
semakin tinggi sewa tanah disekitarnya. Namun, akan ada kantong-kantong
lokasi yang menimpang dari ketentuan karena disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya faktor ke amanan, kenyamanan, dan ada konsentrasi kegiatan tertentu
di daerah tersebut.
10
3 BAB III
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS
11
Kecamatan Jati Agung bersifat sebagai daerah yang memproduksi hasil komoditas
pertanianatau perkebunan. Berbagai jenis komoditas ditanam pada lahan yang ada
di Keacamatan Jati Agung antara lain, padi, jagung manis, berbagai jenis sayuran
seperti sawi, kol kubis, bawang merah, bawang daun, kankung, selada, dll.
Berbagi jenis komoditas tanaman tersebut ditanam secara bergiliran disesuaikan
dengan kondisi ilkim dan cuaca yang ada. Salah satu unggulan tanaman sayuran
yang dibudidayakan di Kecamatan Jati Agung ini adalah sawi hijau (Pai Tsai),
karena jenis tanaman ini memiliki kandungan gizi yang lengkap yang memenuhi
syarat untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Memperhatikan kegunaan
yang beragam didalam kehidupan masyarakat sehari-hari, maka menjadikan
komoditas ini (sawi hijau) mudah dalam pemasarannya, sehingga apabila
dibudidayakan (diusahakan dengan baik ) dapat memberikan keuntungan.
Dipilihnya tanaman sawi hijau pada saat ini adalah disesuaikan dengan keadaan
iklim dan cuaca yang berlangsung saat ini cocok untuk tanaman yang satu ini,
disamping pemasaran hasil yang relatip mudah karena lokasi Kecamatan Jati
Agung yang relative dekat dengan sentra pemasaran (pasar) dengan konsumen
yang cukup banyak.
3.1 Pembahasan
Teori lokasi Von Thunen diterapkan dalam pola penggunaan lahannya.
gambar 3.2 Tata guna lahan menurut Teori Lokasi Von Thune
12
1. Isolated island,terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah
perkotaandengan daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya
daerah pemasokkebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian.
2. Single market,daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan
kelebihanproduksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil
pertanian daridaerah lain.
3. Single destination,daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya
kedaerah lain kecuali ke daerah perkotaan.
4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous)
dan cocok untuktanaman dan peternakan.
5. Maximum oriented, daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha
untukmemperoleh keuntu,ngan maksimum dan mampu untuk
menyesuaikan hasiltanaman dan peternakannya dengan permintaan yang
terdapat di daerah perkotaan.
6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan
darat.
7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan
jarak yangditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
Adapun Teori Von Thunen dapat dijabarkan melalui rumus sebagai berikut:
R = E ( p–a ) –E. f. K
Keterangan:
R =Rent(produktivitas lahan)
E = Produksi per unit area = Harga per unit komoditi = Biaya produksi per unit
komoditif = Ongkos angkut per unit jarak per unit komoditi = Jarak terhadap
pasar
Dari pendekatan tersebut dapat dikatakan bahwa sewa lahan berbanding lurus
dengankeuntungan yang didapatkan. Von Thunen menentukan hubungan sewa
lahan dengan jarakke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.
13
gambar 3.3 Kurva lahan Teori Lokasi Von Thunen
14
Asumsi Von Thunen Kondisi di Kecamatan Jati Agung
Terdapat suatu daerah terpencil yang Kecamatan Jati Agung merupakan
terdiriatas daerah perkotaan dengan daerah perbatasan antara Kota Bandar
daerah pedalamannya dan merupakan Lampung dengan Kabupaten Lampung
satu-satunya daerah pemasok kebutuhan Selatan. Sehingga pertumbuhan
pokok yang merupakan komoditi daerahnya cenderung lebih lambat.
pertanian
Daerah perkotaan tersebut Potensi sumbe rdaya alam Kecamatan
merupakandaerah penjualan kelebihan Jati Agung bisauntuk memenuhi
produksi daerahpedalaman dan tidak daerahnya dan daerahlainnya.
menerima penjualanhasil pertanian dari
daerah lain
Daerah pedalaman tidak menjual Hasil pertanian di Kecamatan Jati
kelebihanproduksinya ke daerah lain Agung cenderung lebih dijual di Kota
kecuali kedaerah perkotaan. Bandar Lampung yang lebih mudah
diakses dari pada Kabupaten Lampung
Selatan.
Daerah pedalaman merupakan Kecamatan Jati Agung memiliki ciri
daerahberciri sama (homogenous) dan yang sama dengan fungsi lahan sebagai
cocok untuktanaman dan peternakan daerah pertanian, hutan,
dan perkebunan.
Daerah pedalaman dihuni oleh petani Petani di Kecamatan Jati Agung
yangberusaha untuk memperoleh mencari hasil yang maksimum dengan
keuntunganmaksimum dan mampu mendistribusikan hasil panennya ke
untukmenyesuaikan hasil tanaman daerah Kota Bandar Lampung, karena
danpeternakannya dengan permintaan dirasa daerah tersebut lebih mudah
yangterdapat di daerah perkotaan. diakses, jarak yang lebih dekat, dan
biaya transortasi yang lebih murah.
Satu-satunya angkutan yang terdapat Distribusi hasil panen dari Kecamatan
padawaktu itu adalah angkutan darat. Jati Agung menggunakan angkutan
darat.
Biaya angkut ditanggung oleh petani
15
Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan dimasukkan ke dalam harga jual
danbesarnya sebanding dengan jarak sehingga petani mendapatkan
yangditempuh. Petani mengangkut keuntungan lebih dan karena hasil
semua hasildalam bentuk segar produksi pertanian lebih banyak dijual
ke Kota Bandar Lampung yang
memiliki akses mudah, semua hasil
dalam bentuk segar
4 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teori Von Thunen menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi
tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat yang
mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Teori ini
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut
memasukkan variable keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas
16
pertanian. ruang lingkup study kami adalah daerah Jati Agung, Lampung Selatan,
dimana daerah ini merupakan salah satu daerah terpencil yang hasil pertaniannya
melimpah sehingga pemasaran hasil pertaniannya didistribusi ke kota Bandar
Lampung. Jarak yang semakin jauh dari pusat kota, maka akan semakin mahal
juga sewa lahannya, dalam artian biaya transportasi yang ditanggung semakin
besar, sedangkan balik modal kecil. Hal tersebut yang menyebabkan interaksi
antara Jati Agung – Kota Bandar Lampung lebih sering. Adapun kelemahan dari
teori Von Thunen :
17
landscape sebagai faktor penting mempengaruhi komposisi
keruangan;
c. Adanya lokasi alternatif juga bisa berpengaruh pada komposisi
keruangan;
d. Skala produksi: biaya/unit vs jumlah produk; localisation
economies dan urbanisation economies;
e. Lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb;
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian pada bab penutup ini, yang
menyatakan bahwa teori von thunen dalam studi kasus di jati agung, peneliti
mencoba untuk memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut:
5 DAFTAR PUSTAKA
18