Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Definisi
- Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena
orang lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri
adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam
Dermawan D dan Rusdi, 2013).
- Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya
(Keliat, 2011).
- Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan
pasien tidak mampu berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti
dengan orang lain disekitarnya.

B. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala isolasi social yang ditemukan pada klien pada saat
wawancara biasanya berupa beberapa hal dibawah ini :
• Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
• Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
• Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
• Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
• Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
• Klien merasa tidak berguna
• Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi, antara lain :

• Tidak memiliki teman dekat.


• Menarik diri.
• Tidak komunikatif.
• Tindakan berulang dan tidak bermakna.
• Asyik dengan pikiranya sendiri.
• Tidak ada kontak mata.
• Tampak sedih , apatis, afek tumpul.

Isolasi social merupakan keadaan subjektif. Meskupun demikian, perawat harus


memvalidasi inferensi atau dugaan yang berkonsentrasi pada perasaan kesendirian
karena penyebabnya beragam dan setiap klien menunjukan kesendirian mereka
dalam cara yang berbeda. Menuru Carpenito Moyet (2009), karakteristik isolasi
social terbagi menjadi dua, yaitu karakter utama ( Major ) dan karakter tambahan
(Minor).

C. Rentang Respon
Suatu hubungan antarmanusia akan berada pada rentang respons adaptif dan
maladaptif seperti tergambar di bawah ini.

Adaptif Maladaptif

• Menyendiri
• Merasa sendiri
(solitude)
(loneliness) • Manipulasi
• Otonomi
• Menarik diri
• Bekerja sama • Impulsif
(withdrawal)
(mutualisme) • Narsisme
• Tergantung
• Saling bergantung
(dependent)
(interdependence)
Gambar 1.1 (sumber: Stuart,2013)

Keterangan :

a. Respons Adaptif
Respons adaptif adalah respons individu menyelesaikan sesuatu hal
dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini
meliputi:
1. Menyendiri ( Solitude )
Respons yang dilakukan individu merenungkan hal yang telah terjadi atau
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan
rencana-rencana.
2. Otonomi
Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran , perasaan dalam
hubungan social. Individu mampu menetapkan diri untuk interdependen
dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal dimana
individu mampu untuk saling memberi dan menerima dalam hubungan
social.
4. Saling ketergantungan
Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu dalam hubungan
social.
b. Respons Maladaptif
Respons maladaptive adalah respons individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.
Respons maladatif tersebut antara lain :
1. Manipulasi
Gangguan social yang menyebabkan individu memperlakukan sebagai
objek, dimana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi yang
dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.
2. Impulsif
Respons social yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman, dan tidak dapat melakukan
penilaian secara objektif.
3. Narsisisme
Respons social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan, dan
mudah marah jika tidak mendapatkan dukungan dari orang lain.

D. Pohon Masalah
RESIKO PERUBAHAN SENSORIPERSEPSI : HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH KRONIS

E. Masalah Keperawatan
 Resiko Perilaku Kekerasan
 Halusinasi
 Isolasi Sosial : Menarik Diri
 Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan
otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma
sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing
strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai
keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan
orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan
berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP
dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang,
dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur
kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab
pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda
adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.
RENCANA KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan (TUK/TUM) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dx : Isolasi Sosial TUM : 1. Setelah 1x interaksi, klien 1.1. Bina hubungan saling percaya Membina hubungan saling
Klien dapat berinteraksi dapat menunjukan tanda-tanda dengan mengemukakan prinsip percaya dengan klien. Kontak
dengan orang lain. percaya kepada perawat : komunikasi terapeutik : yang jujur, singkat, dan knsisten
a. Ekspresi wajah cerah, a. Mengucapkan salam terapeutik. dengan perawat dapat membantu
TUK 1 : tersenyum Sapa klien dengan ramah, baik klien membina kembali interaksi
Klien dapat membina b. Mau berkenalan verbal maupun nonverbal, penuh percaya dengan orang
hubungan saling percaya c. Ada kontak mata b. Berjabat tangan dengan klien lain.
d. Bersedia menceritakan c. Perkenalkan diri dengan sopan
perasaan d. Tanyakan nama lengkap klien
e. Bersedia mengungkapkan dan nama panggilan yang
masalah disukai klien.
f. Membuat kontrak topik, e. Jelaskan tujuan pertemuan.
waktu, dan tempat setiap
kali bertemu klien.
g. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien
dan perhatian kebutuhan
dasar klien.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1. Tanyakan pada klien tentang : Dengan mengetahui tanda dan
Klien mampu 1. Klien dapat menyebutkan a. Orang yang tinggal serumah gejala isolasi sosial yang
menyebutkan penyebab minimal satu penyebab isolasi atau sekamar dengan klien. muncul, perawat dapat
isolasi sosial. sosial. Penyebab munculnya b. Orang yang paling dekat dengan menentukan langkah intervensi
isolasi sosial : diri sendiri, klien dirumah atau ruang selanjutnya.
orang lain dan lingkungan. perawatan
c. Hal apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut.
d. Orang yang tidak dekat dengan
klien, baik dirumah atau diruang
perawatan.
e. Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut.
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain.
2.2. Diskusikan dengan klien penyebab
isolasi sosial atau tidak mau
bergaul dengan orang lain
2.3. Beri pujian terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan
perasaan
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1. Tanyakan kepada klien tentang : Perbedaan seputar manfaat
Klien mampu 1. Klien dapat menyebutkan a. Manfaat hubungan sosial hubungan sosial dan kerugian
menyebutkan keuntungan dalam b. Kerugian isolasi sosial isolasi sosial membantu klien
keuntungan berhubungan sosial, seperti : 3.2. Diskusikan Bersama klien tentang mengidentifikasi apa yang
berhubungan sosial dan a. Banyak teman manfaat berhubungan sosial dan terjadi pada dirinya, sehingga
kerugian dari isolasi b. Tidak kesepian kerugian isolasi sosial. dapat diambil langkah untuk
sosial. c. Bisa diskusi 3.3. Beri pujian terhadap kemampuan mengatasi masalah ini.
d. Saling menolong klien dalam mengungkapkan
2. Klien dapat menyebutkan perasaannya. Penguatan (reinforcement) dapat
kerugian menarik diri, seperti : membantu meningkatkan harga
a. Sendiri kesepian diri klien.
b. Tidak bisa diskusi
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 4.1. Observasi perilaku klien ketika Kehadiran yang dapat dipercaya
Klien dapat 1. Klien dapat melaksanakan berhubungan sosial memberi klien rasa aman dan
melaksanakan hubungan hubungan sosial secara 4.2. Jelaskan kepada klien cara terlindungi.
sosial secara bertahap. bertahap dengan : berinteraksi denga orang lain.
a. Perawat 4.3. Berikan contoh cara berbicara Setelah dapat berinteraksi
b. Perawat lain dengan orang lain. dengan orang lain dan memeberi
c. Klien lain 4.4. Beri kesempatan klien kesempatan klien dalam
d. Keluarga mempraktikan cara berinteraksi mengikuti aktivitas kelompok,
e. Kelompok dengan orang lain yang dilakukan klien merasa lebih berguna dan
dihadapan perawat. rasa percaya diri klien dapat
4.5. Bantu klien berinteraksi dengan bertumbuh kembali.
denga satu orang teman atau
anggota keluarga
4.6. Bila klien sudah menunjukan
kemajuan, tingkatkan jmlah
interaksi dengan dua, tida, empat
orang dan seterusnya.
4.7. Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan oleh
klien.
4.8. Latih klien bercakap-cakap dengan
anggota keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan
rumah tangga.
4.9. Latih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sosial
misalnya : belanja ke warung, ke
pasar, ke kantor pos, ke bank, dll.
4.10. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan klien setelah
berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin klien akan
mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Beri
dorongan terus-menerus agar
klien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 5.1. diskusikan dengan klien tentang Ketika klien merasa dirinya
Klien mampu 1. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan lebih baik dan mempunyai
menjelaskan perasaannya setelah sosial dengan : makna, interaksi sosial dengan
perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a. orang lain orang lain dapat ditingkatkan.
berhubungan sosial. a. Orang lain b. kelompok
b. kelompok 5.2. beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya.
TUK 6 : Kriteria Evaluasi : 6.1. Diskusikan pentingnya peran serta Dukungan dari keluarga
Klien mendapat Keluarga dapat menjelaskan keluarga sebagai pendukung untuk merupakan bagian penting dari
dukungan keluarga tentang : mengatasi perilaku isolasi sosial. rehabilitasi klien.
dalam memperluas 1. Isolasi sosial beserta tanda 6.2. Diskusikan potensi keluarga untuk
hubungan sosial. dan gejalanya. membantu klien mengatasi
2. Penyebab dan akibat dari perilaku isolasi sosial.
isolasi sosial. 6.3. Jelaskan pada keluarga tentang :
3. Cara merawat klien menarik a. Isolasi sosial beserta tanda dan
diri. gejalanya
b. Penyebab dan akibat isolasi
sosial
c. Cara merawat klien isolasi
sosial
6.4. Latih keluarga xcara merawat klien
isolasi sosial.
6.5. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan.
6.6. Beri motivasi keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi.
6.7. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit.
TUK 7 : Kriteria Evaluasi : 7.1. Diskusikan dengan klien tentang Membantu dalam meningkatkan
Klien dapat Klien bisa mnyebutkan : manfaat dan kerugian tidak minum perasaan kendali dan
memanfaatkan obat a. Manfaat minum obat obat, nama, warna, dosis, efek keterlibatan dalam perawatan
dengan baik b. Kerugian yang ditimbulkan terapi, dan efek samping kesehatan klien.
akibat tidak minum obat penggunaan obat.
c. Nama, warna, dosis, efek 7.2. Pantau klien pada saat penggunaan
terapi, dan efek samping obat obat.
d. Akibat berhenti minum obat 7.3. Berikan pujian kepada klien jika
tanpa konsultasi dokter klien menggunakan obat dengan
benar.
7.4. Diskusikan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dokter.
7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi
dengan dokter atau perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
STRATEGI PELAKSANAAN

ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali


penyebab isolasi sosial, membantu klien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan
mengajarkan pasien berkenalan

A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
- Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
 Klien merasa orang lain tidak selevel.
- Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan : isolasi sosial : Menarik Diri

3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungandengan orang
lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan denganorang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungansosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidenti&kasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Merdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi denganorang lain.
d. Merdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.

Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya Prisilia Romony , saya dipanggil
Prity, saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa dan
senang dipanggil siapa ? “
b. Evaluasi
1) Bagaimana perasaan ibu S saat ini ?
2) Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu S dibawa kerumah sakit ini ?
3) Apa keluhan ibu S hari ini ? Dari tadi saya perhatikan ibu S duduk
menyendiri, ibu S duduk menyendiri, ibu S tidak tampak ngobrol
dengan teman-teman yang lain ? Ibu S sudah mengenal teman-teman
yang ada disini ?
c. Kontrak
1) Topik
“ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman ibu S ? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu S tidak mau ngobrol
dengan temanteman ? 2) Waktu
“ Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana kalau 15
menit.” 3) Tempat
“ Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang ibu S ?
Bagaimana kalau disini saja ? “

Fase kerja
a. Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu S ? siapa yang paling dekat
dengan ibu S ? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S ? Apa yang
membuat ibu S jarang bercakap-cakap denganya ?
b. Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini ? O... ibu S merasa sendirian ?
Siapa saja yang ibu S kenal diruangan ini ? O... belum ada ? Apa yang
menyebabkan ibu S tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung
atau ngobrol dengan temanteman yang ada disini ?
c. Kalau ibu S tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-
tandanya apa saja ? mungkin ibu S selalu menyendiri ya... terus apalagi bu...
(sebutkan)
d. Ibu S tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ? coba sebutkan
apa saja ? keuntungan dari mempunyai banyak teman itu bu S adalah...
(sebutkan)
e. Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibu S tahu tidak ?
coba sebutkan apa saja ? Ya ibu S kerugian dari tidak mempunyai banyak
teman adalah... (sebutkan). Jadi banyak juga ruginya ya kalau kita tidak
punya banyak teman. Kalau begitu inginkan ibu S berkenalan dan bergaul
dengan orang lain ?
f. Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain.
g. Begini lo ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah :
pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang “
perkenalkan nama lengkap, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus
nama panggilan yang disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini
“ assalamualaikum, perkenalkan nama saya Febriana, saya lebih senang
dipanggil Prity, asal saya dari Tobelo dan hobby saya membaca.
h. Selanjutnya ibu S menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan,
nama panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. C
ontohnya seperti ini nama ibu siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari
mana dan hobbynya apa ?
i. Ayo ibu S dicoba ! misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba
berkenalan dengan saya ! ya bagus sekali ! coba sekali lagi bu S. Bagus
sekali !
j. Setelah ibu S berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca,
hobi, keluarga, pekerjaan dan sebagainya

Fase Terminasi
a. Evaluasi respon
1) Evaluasi subyektif
- Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang tentang
penyebab ibu S tidak mau bergaul dengan orang lain dan berlatih
cara berkenalan ?
2) Evaluasi obyektif
- Coba ibu S ibu sebutkan kembali penyebab ibu S tidak mau bergaul
dengan orang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ? terus keuntungan
dan kerugianya apa saja ?
- Coba ibu S sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya
bagus
- Nah sekarang coba ibu S praktikkan lagi cara berkenalan dengan
saya. Iya bagus

b. Kontrak
1) Topik

“ Baik bu S sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana


kalau 2 jam lagi sekitar jam 11 saya akan datang kesini lagi untuk
melatih ibu S berkenalan dengan perawat lain yaitu teman saya perawat
N“

2) Waktu
“ ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam 9 ? “

3) Tempat
“ ibu mau bercakap-cakap dimana ? “

c. Rencana tindak lanjut


1) Selanjutnya ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi.
Sehingga ibu S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu S
bisa praktikkan pasien pasien lain.
2) Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau
berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba tulis
disini. Oh jadi mau tiga kali ya bu.
3) Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal
latihanya dan ibu S bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di
ruangan ini.

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang


masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial

Fase Orientasi:

“Selamat Pagi Pak”

”Perkenalkan saya perawat H, saya yang merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar
ini”

”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”

” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”

”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”

Kerja:

”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”

“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”

”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang


mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak
dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat”

“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”

“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya
harus sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa
hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang
caranya adalah bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga
perlu memberikan semangat dan dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela
kondisi pasien.”

« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap


dengan S. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan
kegiatan rumah tangga bersama.”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”

” Begini contoh komunikasinya, Pak: S, bapak lihat sekarang kamu sudah


bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak
senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang
dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat
berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah,
kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana S, kamu
mau coba kan, nak ?”

”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”

”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan
tadi?”

“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial »

« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial »

« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »

«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. »

« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »

« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »

« Selamat pagi »
DAFTAR PUSTAKA

- Eko Prabowo (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Medical Book. Lilik Ma’rifatul A (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi
Praktik Klinik. Graha Ilmu. Trimelia (2011). Asuhan Keperawatan Klien
Isolasi Sosial. CV. Trans Info Media
- Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier
- Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
- Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:
CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC
- Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari
http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB%2
0II.pdf pada 17 Mei 2019
- Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari
https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_ISOLA
SI_SOSIAL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SOSIAL
pada 12 Juni 2018
- Farida Kusumawati,dkk.2010.Buku Ajar KeperawatanJiwa.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai