Pembuatan Biobriket
Pembuatan Biobriket
PERCOBAAN V
Kelompok 2
BAB I
LATAR BELAKANG
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahsiswa mampu membuat
biobriket dari arang cangkang dan kulit biji karet.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Biji Karet
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet di dunia. Pusat
penanaman karet ada di Pulau Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh,
Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumatera Selatan. Dalam
skala yang lebih kecil Perkebunan Karet didapatkan pula di Jawa, Kalimantan dan
Daerah Indoneia Timur. Luas areal tanam di Luas areal tanam di Indonesia pada
tahun 2004 mencapai 2,3 juta Ha yang mayoritas dimiliki oleh rakyat (Setiawan
dan Angsono, 2005). Berdasarkan sistematika tumbuhan, karet dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Setiawan dan Angsono, 2005) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : Havea Brasiliensis
Karet merupakan kormofita berbiji yakni tumbuhan yang menggunakan biji
sebagai pembiakan generatif. Biji karet tertutup, tidak dapat dilihat dari luar, biji
karet tersebut terbungkus oleh buah karet. Tiap buah karet terdapat tiga biji karet.
Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan berwarna kecoklatan diselingi
putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna putih dan berbelah dua (Yusuf dan
Sulaiman, 1982). Biji karet dan kacang tanah mengandung asam – asam lemak
yang bermanfaat bagi kesehatan
2.2 Biobriket
Biobriket atau briket bioarang merupakan bahan bakar yang berbentuk
padatan dan untuk saat ini menjadi bahan bakar alternatif yang dapat untuk
dikembangkan secara besar dalam waktu yang relatif cukup singkat dan murah.
Biomassa campuran dalam pembuatan biobriket yang telah banyak dikembangkan
adalah tempurung kelapa, sabut kelapa, cangkang biji karet, limbah bambu, ampas
aren, ampas tebu, jerami, dan jarak.
Biobriket termasuk bahan yang lunak yang diolah menjadi bahan arang
keras dengan bentuk-bentuk tertentu. Kualitas dari biobriket ini tidak akan kalah
dengan kualitas batubara asli atau bahan bakar-bahan bakar jenis arang lainnya.
(Suryani dkk, 2012). Berikut ini adalah tabel 1. yang merupakan syarat mutu
biobriket.
Syarat biobriket yang baik adalah briket yang memiliki permukaan yang
halus dan tidak meninggalkan bekas-bekas hitam di tangan. Selain itu, briket
harus memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1) Tekstur yang halus, keras dan tidak mudah pecah
2) Mudah dinyalakan, dan semakin lama menyala dengan nyala api yang konstan
maka akan semakin baik (waktu nyala yang cukup lama)
3) Nilai kalor yang tinggi.
4) Asap yang dihasilkan sedikit dan asap cepat hilang.
5) Emisi gas hasil dari pembakaran tidak mengandung racun.
6) Menunjukkan upaya laju pembakaran (seperti: waktu, laju pembakaran, dan
suhu pembakaran) yang baik. (Jamilatun, 2008)
2.4.2 Karbonisasi
Prinsip dari proses karbonisasi yaitu pembakaran biomassa tanpa adanya
kontak dengan udara, sehingga unsur karbonnya akan tetap tinggal dan bagian
yang terlepas hanya volatile matter saja. Banyaknya arang yang dihasilkan dari
proses karbonisasi tergantung pada komposisi awal dari biomassa. Semakin
banyak volatile matter yang terkandung dalam bahan, maka akan semakin sedikit
arang yang akan dihasilkan. Kandungan zat terbang juga mempengaruhi kualitas
dari arang, karena zat terbang akan mempercepat proses pembakaran dari karbon
padatnya. (Moeksin, 2014)
Komponen utama yang dihasilkan pada proses karbonisasi adalah karbon
(arang), gas (CO2, CO, H2, CH4, dan lain-lain) dan tar. Temperatur pembakaran
di atas 170˚C akan menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat. Pada 275˚C akan
menghasilkan tar, metanol dan hasil samping lainnya. Pada temperatur 400-600˚C
akan terjadi pembentukan karbon. Temperatur karbonisasi sangat berpengaruh
terhadap arang yang akan dihasilkan, sehingga penentuan temperatur yang tepat
akan menentukan kualitas arang yang dihasilkan. Proses karbonisasi dapat dibagi
menjadi empat tahap sebagai berikut.
1) Penguapan air dan penguraian selulosa menjadi destilat yang sebagian besar
mengandung metanol dan asam-asam.
2) Penguraian dari selulosa secara intensif yang menghasilkan gas serta sedikit air.
3) Penguraian senyawa lignin menghasilkan lebih banyak tar pada waktu yang
lama dan suhu yang tinggi.
4) Pembentukan gas hidrogen dimana ini merupakan proses pemurnian arang
yang terbentuk. (Moeksin, 2014)
BAB III
METODEOLOGI
4.1 Hasil
Tabel hasil pembuatan Biobriket:
Sampel Pengamatan
Bentuk Tekstur Aroma Warna
Kulit Buah Bulat Keras Tidak Hitam
Beraroma
Cangkang Bulat Keras Tidak Hitam
Buah beraroma
4.2 Pembahsan
Adapun hasil yang telah didapat pada praktikum pembuatan Biobriket
cangkang seperti pada tabel di atas. Biobriket atau briket bioarang merupakan
bahan bakar yang berbentuk padatan dan untuk saat ini menjadi bahan bakar
alternatif yang dapat untuk dikembangkan secara besar dalam waktu yang relatif
cukup singkat dan murah. Biobriket termasuk bahan yang lunak yang diolah
menjadi bahan arang keras dengan bentuk-bentuk tertentu. Kualitas dari biobriket
ini tidak akan kalah dengan kualitas batubara asli atau bahan bakar-bahan bakar
jenis arang lainnya. Pada kesempatan kali ini kita telah membuat Biobriket
dengan bahan dasar kulit biji dan cangkang biji karet. Selama ini buah karet
dibuang percuma seperti limbah tanpa diolah menjadi produk apapun. Karena
pada tanaman karet yang banyak digunakan hanya getahnya atau lateks saja.
Maka dari itu untuk menambah nilai jual dari pertanian karet kita dapat
memanfaat kan biji karet sebagai inovasi terbaru yang dapat member manfaat
serta ramah lingkungan.
Proses pengolahan Biobriket dari biji karet ini lumayan memerlukan
waktu yang cukup lama mulai dari pemecahan cangkang dan kulit kemudian
pengarangan, pengambilan asap cair lalu jadilah arang yang dihasilkan. Setelah
arang sudah didapat maka perlu dihancurkan atau diperkecil partikelnya terlebih
dahulu agar mempermudah proses keselanjutnya. Arang yang telah hancur tadi
kemudian di simpan dan ditimbang sesuia keperluan dan mulailah kita
menyiapkan perekat, perekat yang digunakan kali ini adalah tepung tapioka.
Perekat/pengikat anorganik adalah perekat yang akan dapat menjaga ketahanan
suatu briket pada saat proses pembakaran, sehingga briket ini akan menjadi tahan
lama. Perekat anorganik juga memiliki daya lekat yang relatif kuat dibandingkan
dengan perekat organik, namun harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan
perekat organik dan akan menghasilkan abu yang lebih banyak. Tepung tapioka
termasuk dalam klasifikasi sebagai bahan perekat organik. Perekat tepung tapioka
akan menimbulkan asap yang relatif sedikit jika dibandingkan perekat-perekat
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan menggunakan
perekat tepung tapioka akan sedikit menurunkan nilai kalor dibandingkan dengan
nilai kalor dari kayu aslinya. Tepung tpioka yang akan dijadikan perekat ini kita
panaskan terlebih dahulu sebanyak dari berat arang yang akan dibuat menjadi
biobriket. Setelah itu ditambahakn air sebanyak 25 gram lalu dipanaskan hingga
mengental lalu dicampurkan tepung tapioka tersebut kedalam seruk arang hingga
menjadi adonan sampai homogen. Setelah homogen barulah adonan tersebut
dicetak bulat-bulat dengan alat pencetak lalu dikeringkan bisa dengan sinar
matahri dan juga dengan cara dikeringkan dengan pengovenan. Barulah jadi
Biobriket dan dapat diamatai hasilnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa limbah biji
karet ini dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar alternatif yaitu diolah
menjadi Biobriket serta dapat menambah nilai ekonomi para petani karet dan
mengolah bahan bakar yang ramah lingkungan untuk kedepannya.
5.2 Saran
Saran dalam praktikum ini untuk mahasiswa untuk mengerjakan secepatnya
karena praktikum ini membutukan waktu yang lumayan lama dan diperlukan
ketelitian saat pencetakan.
DAFTAR PUSTAKA
.
Suryani, I, Dkk. 2012. Pembuatan Briket Arang Dari Campuran Buah Bintaro
Dan Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Amilum. Jurnal Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Kampus Palembang 18
(1)
Yusuf dan Sulaiman, Y., 1982, Penyulingan Lembaran Karet Menjadi Bahan
Bakar Minyak Karet (BBMK) “, CV Genep Jaya Baru, Jakarta