Anda di halaman 1dari 11

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization) (2016), Perawatan Paliatif
adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. Perawatan Paliatif juga
merupakan suatu pendekatan dalam perawatan pasien yang terintegrasi dengan
terapi pengobatan untuk mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit
kronis atau mengancam jiwa (National Consensus Project for Quality Palliative
Care, 2009).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan
paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%,
penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan
memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta
orang meninggal dikarenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif.
Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok
dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada
usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014). Prevalensi penyakit paliatif di dunia
berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia
Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia Barat,
Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Indonesia merupakan
salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain
bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000
orang, diabetes melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan
(KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar

1
2

330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan
penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat
sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan paliatif
merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan
paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO, 2016). Perawatan paliatif
meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional, dukungan
spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan
sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan
pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga
mereka (Canadian Cancer Society, 2016). Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga
menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif tidak hanya pemenuhan atau
pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan
psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan yang dikenal
sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasih sayang
terhadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan
pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien
(Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian penting dalam perawatan,
ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi kejiwaan,
kerohanian dan juga keagamaan.
Berdasarkan data di atas, kami tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah
berupa makalah tentang “Konsep Perawatan Paliatif” dimana kami berharap
semoga makalah ini dapat menjadi pedoman bagi setiap pembaca terutama
mahasiswa keperawatan tentang bagaimana perawatan paliatif pada klien.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi perawatan paliatif ?
1.2.2 Apa tujuan perawatan paliatif ?
3

1.2.3 Bagaimana sejarah perkembangan perawatan paliatif ?


1.2.4 Bagaimana karakteristik Perawatan Paliatif ?
1.2.5 Bagaimana klasifikasi Perawatan Paliatif ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi perawatan paliatif
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan perawatan paliatif
1.3.3 Untuk mengetahui Sejarah perkembangan perawatan paliatif
1.3.4 Untuk mengetahui Karakteristik Perawatan Paliatif
1.3.5 Untuk mengetahui Klasifikasi Perawatan Paliatif

1.4 Manfaat Penulisan


Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca
terkhusus mahasiswa (i) keperawatan.
4

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Perawatan paliatif menurut WHO (2014) adalah “pendekatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa,
dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan
penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun
spiritual”.
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap
bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan
keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau
sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan
menyembuhkan.

2.2 Tujuan Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif (palliative care) ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan
gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan
pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat
meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk dukungan
disaat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama pasien
sakit serta disaat sedih. Palliative care tidak bertujuan untuk mempercepat ataypun
menunda kematian.

2.3 Sejarah Perkembangan Perawatan Paliatif (Palliative Care)


Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan rumah sakit
pada awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan hospice yang memberikan
perawatan untuk orang sakit dan sekarat di London dan Irlandia. Dalam beberapa
tahun terakhir, perawatan paliatif telah menjadi suatu pergerakan yang besar, yang
mempengaruhi banyak penduduk. Pergerakan ini dimulai sebagai sebuah gerakan

4
5

yang dipimpin relawan di Negara-negara Amerika dan telah berkembang menjadi


bagian penting dari system perawatan di kesehatan.
Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an.
Cicely Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat
memiliki peran penting dalam menerik perhatian pasien pada akhir kehidupannya
saat mengidap penyakit ganas stadium lanjut. Palliative care mulai didefinisikan
sebagai subyek kegiatan ditahun 1970 dan dating untuk menjadi sinonim dengan
dukungan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit yang
membatasi hidup, disampaikan oleh tim multidisipliner.
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang.
Pendidikan palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah kedokteran dan
semua sekolah keperawatan. Dua puluh layanan yang terkait dengan palliative care
tersedia di seluruh negeri. Tiga belas organisasi yang dibangun di Singapura untuk
menyediakan palliative care. Modul palliative care ditambahkan ke kurikulum
sekolah kedokteran. Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten dan rumah
sakit umum untuk memperkenalkan suatu palliative care pada tahun 1998 di
Malaysia. Palliative care dimasukkan ke dalam rencana kesehatan nasional
Mongolia. Modul palliative care termasuk dalam kurikulum sekolah kedokteran di
Mongolia. Sebuah program pendidikan palliative care telah diterapkan untuk
asisten keperawatan di Selandia Baru. Empat puluh satu pelayanan palliative care
ini sudah tersebar di seluruh negeri dan mulai tahun 2005 palliative care diakui
sebagai spesialisasi medis di Australia.
Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari adanya
perubahan yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas system
penanggulangan penyakit kanker pada tahun 1989. Penanggulangan penyakit
kanker ini harus dilaksanakan secara paripurna dengan mengerjakan berbagai
intervensi mulai dari pencegahan, deteksi dini, terapi, dan perawatan paliatif.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada tanggal 19 Juli
2007 yang berisi keputusan Menkes tentang kebijakan palliative care. Dengan
terbitnya surat keputusan tersebut diharapkan bisa menjadi pedoman-pedoman
6

pelaksanaan palliative care di seluruh Indonesia serta mendorong lajunya


pengembangan palliative care secara kualitas maupun kuantitas.

2.4 Karakteristik Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak
hanya mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi,
pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara
terkoordinasi dan melayani sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat
inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care dan respite care. Rawat rumah
dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak dapat
pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan
memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya,
baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah
menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang
merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak).
Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling
dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain,
mengikuti terapi musik, dan lain-lain. Beberapa karakteristik perawat paliatif
adalah :
1) Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
2) Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang
normal.
3) Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
4) Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
5) Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
6) Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.
7) Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
8) Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi
perjalanan penyakit.
7

9) Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia,


seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang
diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang
berat.

2.5 Klasifikasi Perawatan Paliatif


Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Palliative Care Religius
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious
sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan
kehidupan beragama, menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar
dari masing-masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative
care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif
religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak
meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga
sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara
beribadah dalam suatu agama.
Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah :
 Doa dan dzikir
 Optimisme
 Sedekah
 Shalat Tahajud
 Puasa

2) Terapi Paliatif Radiasi


Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan
menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu
pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan
melalui dua cara. Pertama dengan menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua
dengan brakiterapi. Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber
8

radiasi berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang
mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu
teknik radiasi dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan
sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada palliative care terutama adalah untuk
mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi tumor local.

3) Terapi Paliatif Kemoterapi


Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil masa
tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri, terutama pada tumor yang
kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan
mampu menghilangkan nyeri pada lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker
tentis.Pertimbangan pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-benar
dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari
berbagai aspek untuk kepentingan pasien.

4) Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi
nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat desakan massa tumor
/ metastasis. Pada umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi /
bedah untuk mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan
pada stadium paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur
limpeding / tulang panjang.

5) Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke, demikian hasil
riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang rajin mendengarkan music
setiap hari, menurut hasil riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan
verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang tidak
menikmati musik. Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi
kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu adalah riset
pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti
pertama bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke dapat
9

meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan


negative.

6) Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik,
harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya dapat dicegah
/ dikurangi dengan melakukan penanganan antisipatorik yang memadai. Tetapi hal
ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena kondisi kerja yang belum
memungkinkan.

7) Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku.
Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi banyak gangguan psikologis-organis
seperti hysteria, stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan
tertentu), gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.
10

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya,
meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positif selama sakit,
membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat meninggalnya, menjawab
kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk dukungan disaat-saat sedih dan
kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama pasien sakit serta disaat
sedih. Klasifikasi palliative ada beberapa macam yaitu religious, music,
kemoterapi, hipnoterapi, dan lain-lain.

3.2 Saran
Bagi pembaca makalah ini penulis menyarankan supaya kita semua selalu
menerapkan pola gaya hidup yang baik dan menyehatkan. Perawatan paliatif dapat
terjadi pada orang yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar. Oleh
karena itu penulis menyarankan juga supaya kita bisa meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat sehingga dapat terhindar dari infeksi bakteri/virus penyebab
meningitis.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Adhisty, K. 2016. Pelayanan Paliatif pada Pasien Kanker di RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta. Tesis. Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada. Diakses dari http://infolib.med.ugm/pada 29 November
2018.

World Health Organization. 2014. Palliative Care. Switzerland: Geneva.

World Health Organization. 2015. Cancer. Available at:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/. Diakses pada tanggal 29
November 2018.

World Health Organization. 2015. Risk Faktor. Available at:


http://www.who.int/cardiovaskular_disease/en/cvd_atlas_03_risk_factrpdf
Diakses pada tanggal 29 Novermber 2018.

World Health Organization. 2011. Top 10 Cause of Death. Available at:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/. Diakses pada
tanggal 29 November 2018.

Anda mungkin juga menyukai