Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ berotot yang memompa darah lewat
apembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung salah satu
organ terpenting dalam tubuh yang apabila mengalami masalah dapat
berakibat kepada kematian. Adapun salah satu jenis penyakit jantung adalah
gagal jantung kongestif atau Kongestif Heart Failure (CHF).CHF adalah
penurunan fungsi jantung yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke
organ-organ dan jaringan keseluruh tubuh (Black& Hawks, 2009).
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit inimenjadi
penyebab nomor satu kematian di dunia dengan diperkirakan akan terus
meningkat hinggamencapai 23,3 juta pada tahun 2030 (Yancy, 2013; Depkes,
2014). Masalah tersebut juga menjadi masalah kesehatan yang progresif
dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di Indonesia
(Perhimpunan Dokter Kardiovaskuler, 2015).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI Tahun 2013,
prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia mencapai 0,13% dan yang
terdiagnosis dokter sebesar 0,3% dari total penduduk berusia 18 tahun ke atas.
Prevalensi gagal jantung tertinggi berdasarkan diagnosis dokter berada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,25% (Depkes, RI 2014;
PERKI, 2015). Prevelensinya yang terus meningkat akan memberikan
masalah penyakit, kecacatan dan masalah sosial ekonomi bagi keluarga
penderita, masyarakat, dan Negara (Depkes RI, 2014, Ziaeian, 2016).
Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta didapatkan data jumlah penderita congestive heart failure (CHF)
yang dirawat pada tahun 2015 dan 2016 tanpa penyakit penyerta selain
penyakit pernafasan sebanyak 328 pasien (Rekam Medis PKU Yogya, 2017).
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks dengan
gejala-gejala yang tipikal dari sesak nafas dan mudah lelah yang dihubungkan
dengan kerusakan fungsi maupun struktur dari jantung yang menggangu
kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke sirkulasi
(Syamsudin, 2011). Prevalensi gagal jantung sangat meningkat secara
eksplonensial dengan sejalannya pertambahan usia dengan 6-10% pada usia di
atas 65 tahun. Menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2016,
menyebutkan bahwa 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit
kardiovaskular pada tahun 2008, yang mewakili dari 31% kematian di dunia.
Di Amerika Serikat penyakit gagal jantung hampir terjadi 550.000 kasus
pertahun.Sedangkan di negara-negara berkembang di dapatkan kasus
sejumlah 400.000 sampai 700.000 per tahun (WHO, 2016).
Pengobatan yang lama dan sering keluar masuk rumah sakit akan
memberikan dampak terhadap kualitas hidup pasien terhadap penyakit yang
dialaminya. Dampak yang dialami merupakan reaksi psikologis terhadap
dampak dari gagal jantung yang dihadapi oleh pasien (Zaviera, 2007).Hampir
semua pasien yang mempunyai penyakit jantung menyadari bahwa jantung
adalah organ terpenting dan ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga
terancam. Hal ini yang menyebabkan pasien gagal jantung merasa cemas,
kesulitan tidur, merasa deprsesi dan merasa putus asa akan penyakit yang
dideritanya (Black, 2005).
Hal ini yang menyebabkan kualitas hidup pasien gagal jantung
sangat rendah.Hal ini terkait dengan tingginya tingkat kematian, sering rawat
inap, fisik yang melemah dan kognitif menurun serta mengurangi kualitas
hidup pasien tersebut (American Heart Assosiation, 2015). Mempertahankan
kualitas hidup yang baik adalah sama pentingnya dengan kelangsungan hidup
bagi sebagian besar pasien yang hidup dengan penyakit progresif atau kronis
(Lewis et. al, 2007).
Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita CHF dan
menjalani rawat inap selain itu, penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal jantung (readmission), walau
pengobatan dengan rawat jalan telah diberikan secara optimal. pada
ekstremitas, penurunan output urin, sianosis, akral dingin, asidosis
jaringan, gelisah, kelemahan, selain itu gagal jantung ini juga dapat
mengakibatkan kongesti pulmonalis yang pada akhirnya terjadi edema paru
dan menyebabkan pasien menjadi sesak napas (Muttaqin, 2009).
Salah satu tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukanoleh
perawat pada pasien dengan penururnan curah jantung adalah pemberian
posisi semi fowler, bertujuan untuk meningkatkan ventilasi oksigen
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan CHF?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan
CHF.
2. Tujuan Khusus
Yaitu agar pembaca mengetahui dan memahami tentangdefinisi CHF,
etiologi CHF, patofisiologi CHF, pathway CHF manifestasi klinik CHF,
penatalaksanaan medis, serta Asuhan Keperawatan yang harus di berikan
kepada klien dengan CHF.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) merupakan
kondisi terminal pada banyak jenis penyakit jantung , keadaan ini merupakan
kondisi patologik ketika fungsi jantung yang terganggu itu membuat jantung
tidak mampu mempertahankan curah jantung yang cukup umtuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh (Robbins, 2009).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-
sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal.Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat.Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
(Mansjoer dan Triyanti, 2008).
B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna,
yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung):
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
C. Patofisiologi
Lokasi organ di jantung yang sering terkena dengan CHFialah ventrikel
(bilik) kiri (Muttaqin, 2009).Ventrikel kiri mempunyai tugas yang paling berat. Jika
ventrikel kiri tidak mampu memompakan darah, maka akan timbul 2 hal:
1. Darah yang tinggal didalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole
daripada sebelumnya dan karena pengisian saat sistole berlangsung terus, maka
akan terdapat lebih banyak darah di dalam bilik kiri pada akhir diastole.
Peninggian volume dari salah satu ruang jantung, dalam hal ini bilik kiri
(preload). Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlakukan peregangan yang
makin lama makin besar untuk menghasilkan energy yang sama. Pada satu saat
akan terjadi bahwa peregangan diastolic yang lebih besar tidak lagi
menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan jantung akan gagal melakukan
fungsinya (dekompensasi).
2. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke aorta untuk
memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak di perifer, berarti curah jantung
sangat rendah. Curah jantung yang rendah menimbulkan perasaan lesu.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang
biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran
hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga peritoneum), anoreksia
dan mual, nokturia dan lemah.
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai memberikan penatalaksanaan.Alat
diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat non-invasif, yaitu
ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X dada (Muttaqin, 2009).
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis dan
manajemen gagal jantung.Sifatnya tidak invasive, dan segera dapat memberikan
diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan dengan
penyebabnya.Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran
dan fungsi ventrikel kiri.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena,
edema paru, atau kardiomegali.Bukti pertama adanya peningkatan tekanan vena paru
adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran
pembuluh darah.
3. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang
rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl,
Ureum, gula darah.
4. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab, EKG tidak dapat
menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan
adanya diagnosis yang salah.
Gambar EKG pada klien gagal jantung:
Sumber: Samudera-fox.com
Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan kelainan EKG, yaitu:
1. Tidak menunjukkan adanya RBBB atau LBBB.
2. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan adanya penyakit
jantung iskemik.
3. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri
karena adanya beban tekanan (adanya stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi).
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA CONGESTIVE HEART FAILURE
A. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
2) Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
3) Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas terdiri dari: (otot sela iga, otot leher, otot
prut).
f. Retraksi dada terdiri dari:
a) Sub sterna: di bawah trakea
b) Supra sternal: di atas klavikula
c) Inter kostal: kosta
d) Sub kosta: dibawah kosta
b. Pengkajian Sekunder
a) Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak
nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal
lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis,
tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung,
pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular
refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut
yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis,
warna kulit pucat, dan pitting edema.
B. Diagnosa Keperawatan
1. (00029) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas jantung
2. (00031) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang tertahan.
3. (00032) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.
4. (00204) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit.
C. Intervensi
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
NO. KEPERAW INTERVENSI
KRITERIA HASIL
ATAN
1. 1. (00029) Setelah dilakukan asuhan (4254)Manajemen Syok:
Penurunan keperawatan selama 1 x 24 Jantung
curah jam, diharapkan masalah a. Monitor tanda dan gejala
Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar klien
mampu mengatasi masalahnya secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,et all. 2009.Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Black & Hawk. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive
Outcome. St. Louis: Elseveir-Saunder