Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami


dan menjadi masalah bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo
menyerang sebentar saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada kalanya
vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan
makan atau minum tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional dan
tidak ada hubunganya dengan perubahan - perubahan organ di dalam otak.
Otak sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya vertigo
tidak disebabkan kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan
ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar, dan di
dalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan ketika seorang
yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika gejalanya
timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera (Junaidi, 2015).
Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala
dari penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak,
penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal
lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal
tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan suatu kondisi
anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat menganggu
kehidupan seorang penderita vertigo (Wreksoatmodjo, 2004; Dewanto, 2014).
Untuk mengatasi keluhan ini banyak dari pasien melakukan tindakan
pencegahan agar gangguan pada vertigo tidak timbul. Namun hanya sebagian
kecil dari mereka, dan orang – orang disekitarnya yang mengetahui
penagganan yang tepat. Kondisi ini sering dianggap tidak begitu berarti tetapi
pada waktu yang lain dapat merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa
(Sumarliya, Sukadino, dan Sofiyah, 2015).
Ada beberapa cara untuk menggurangi gejalanya baik secara
farmakologis atau non farmakologis. Terapi nonfarmakologis yakni contohnya
terapi bekam, Teknik bekam yakni dengan melakukan penghisapan
menggunakan gelas bekam, kemudian dari titik tersebut akan di keluarkan
darah kotor yang mengandung toksis ataudarah kotor yang berpotesimenjadi
sumbatanpembulu darah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari vertigo?


2. Apa saja etiologi dari vertigo?
3. Bagaimana pathofisiologi dari vertigo?
4. Bagaimana pathway dari vertigo?
5. Sebutkan dari manefestasi dari vertigo ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari vertigo ?
7. Apa saja pemeriksan penunjang dari vertigo ?
8. Apa saja komplikasi vertigo?
9. Asuhan keperawatan teori?

C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita khususnya


calon perawat mengetahui vertigo secara keseluruhan beserta lebih
detail lagi mengenai tinjauan vertigo dan terapi bekam pada vertigo.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi dari vertigo
b. Mengetahui dan memahami etiologi dari vertigo
c. Menjelaskan dan memahami pathofisiologi dari vertigo
d. Menjelaskan dan memahami pathway dari vertigo
e. Menjelaskan dan memahami manefestasi dari vertigo
f. Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan dari vertigo
g. Menjelaskan dan memahami pemeriksan penunjang dari vertigo
h. Menjelaskan dan memahami komplikasi vertigo
i. Asuhan keperawatan teori?
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa

Untuk memahami dan mengetahui tentang mengetahui tinjauan


vertigo beserta terapi bekam pada vertigo.

2. Bagi institusi

Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah sebagai


tambahan referensi untuk menguji mahasiswa atau mahasiswinya tentang
vertigo beserta terapi bekam pada vertigo.

3. Bagi Mahasiswa

Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah


wawasan tinjauan vertigo beserta terapi bekam pada vertigo.
BAB I

PEMBAHASAN

A. Definisi
Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang
cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam) (Smeltzer
& Bare, 2011).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu
gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak
memutar atau bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan
(Price Dkk, 2009).
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan (
Labuguen, 2010).

B. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi
dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat
di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan
area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di
dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya
sendiri (Mardjono, 2008).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional.
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere.
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada
arteri vertebral dan arteri basiler.

C. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem
ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan
ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis,
dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual
dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi
fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri
akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral
dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan
gejala lainnya (Price & Wilson, 2009).

D. Pathway
Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi pada
cerebellum tidak sama ke otak telinga dalam (vestibuler)

VERTIGO

Penurunan Tekanan Stres meningkat Tekanan pada

fungsi kognitif intrakranial otot leher

Ansietas Nyeri Koping individu tidak Gangguan pola tidur

efektif

E. Manifestasi Klinis
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan
dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan
turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah,
mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis (Smeltzer &
Bare, 2011).
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik
dirinya sendiri atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis.
Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :
1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitatif

b. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :


1. Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
2. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
3. Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
4. Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat
tidur.
5. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
6. Gerakkan kepala secara hati-hati.

c. Terapi Bekam
Bekam merupakan subuah metode pengobatan yang sudah digunkan
manusia sejak 2000 tahun yanglalu untuk mengobati berbagai penyakt
ringan dan berat. Metodel pengonatan ini bahkan sangat dianjurkan
Rasullah dan menurut beliau terapi bekam merupakan sebaik-baik
pengonatan dalam salah satu hadist beliau .
Teknik bekam yakni dengan melakukan penghisapan menggunakan
gelas bekam, kemudian dari titik tersebut akan di keluarkan darah kotor
yang mengandung toksis ataudarah kotor yang berpotesimenjadi
sumbatanpembulu darah.
Proses pembekaman akan memperlancar peredaran darah disekitar
area yang dilakukan pembekaman serta menenangkan syaraf dan
meningkatkan keseimbangan tubuh. Dengan lancarnya peredaran darah akan
membuat jaringan dan organ tubuh terpenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen
yang dibutuhkan.
Salah satu manfaat bekam adalah untuk mengobati sakit kepala
secara umum dan masalah vertigo ringan bahkan berat sekalipun. Dengan
melakukan pembekaman pada titik yang tepat akan mempercepat proses
penyembuhan pada gejala vertigo yang anda derita.
Titik bekam vertigo

Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada terapi bekam penyakit


vertigo, diperlukan pengetahuan letak titik yang pas dimana ketika
dilakukan pembekaman diatasnya akan memberikan efek positif untuk
kesembuhan penyakit tersebut.
Keterangan gambar:

a. Nomor 1 adalah titik bekam ummu mughits yang berada di tengah puncak
kepala atau 2/3 bagian pariental.
1) ummu mughits
Titik bekam di kepala ini juga dapat memnyembuhkan Parkinson,
vertigo, jerawat, sakit gigi, mengobati masalah, hidung, dan telinga,
serta mencerdaskan otak danmeningkatkan daya ingat,

b. Nomor 2 dan 3 adalah titik bekam Al-akhda’in yang berada di otot leher
belakang kanan dan kiri, vena jugularis internal.
2) Al-akhda’in
Titik bekam ini berfungsi mencegah sakit kepala mencegah sakit
wajah, mencegah sakit telinga, mencegah sakit hidung, mencegah
sakit tenggorokan .

c. Nomor 4 merupakan titik bekam Al-kahil yang terletak di tengah punuk


belakang. Di procesus siposus dan servikal.
3) Al-kahil
Titik iniberfungsi mencegah tekanandarah pada tengkuk, mengatasi
rabun, mengatasi benjola di mata, mengatasi rasa berat pada alis
danmata, mengatasi penyakit mata lainnya.

d. Nomor 5 dan 6 merupakan titik bekam Al-katifain yang berada di otot


pundak kanan dan kiri,antara scapula dan bahu.
4) Al-katifain
Nyeri lengan atas, kaku punggung dan leher, kelumpuhan kelenjar
limfe, tuli mendadak, sakit gigi.

Bekam yang disarankan untuk mengobati penyakit vertigo adalah


bekam basah yakni dengan mengeluarkan darah kotor dari ke enam titik
yang telah saya sebutkan diatas. Bekam basah hanya boleh dilakukan oleh
anda yang telah mengetahui atau sudah mempelajari dasar dan tehnik
melakukan bekam darah.

Terapi bekam akan sangat efektif untuk mengobati penyakit vertigo


dalam taraf gejala, mungkin dengan sekali bekam saja akan meringankan dan
bahkan menyembuhkan vertigo yang anda alami dengan izin Allah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan aliran
darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
3. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
4. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
5. Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik, otologik,
pemeriksaan fisik umum (Kang 2004).

H. Komplikasi
1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan


akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak
mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan


aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga
berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit.
Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan
sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu
vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal
antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota
keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun
tidak.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
TTV lengkap : TD, RR, Nadi, suhu
3. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi
bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
4. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik
manual maupun dengan alat.
5. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
6. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
7. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
8. Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
9. Sirkulasi
a. Riwayat hypertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
10. Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.
b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi.
c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala.
d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
11. Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore.
f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h. Penurunan refleks tendon dalam
i. Papiledema.
12. Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sndiri
e. Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
d. Keamanan
1. Riwayat alergi atau reaksi alergi
2. Demam (sakit kepala)
3. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
4. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)

2. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, stress
dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tekanan otot leher
4. Ansietas penurunan fungsi kognitif
3. Intervensi
1. Nyeri akut
1. Batasan karakteristik
1) Dilatasi pupil
2) Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampakkacau,
gerakan mata terpancar atau tetap pada satu focus, meringis)
3) Focus pada diri sendiri
4) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis,
waspada)
2. NOC (Kriteria hasil)
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
210127 Ketidak nyamanan
210113 Gangguan pergerakan
fisik
210108 Gangguan konsentrasi

210119 Gangguan dalam


rutinitas

210115 Kehilangan nafsu


makan
Keterangan :

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

3. NIC (Intervensi)
1) Menejemen lingkungan: kenyamanan
a Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
b Sesuaikan suhu ruanganyang paling menyamankan individu,
jika memungkinkan
c Sesuaikan pencahayaan untuk memenuhikebutuhan kegiatan
individu, hindari cahaya langsung pada mata
2) Terapi Relaksasi
a Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
b Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk
setiap kata
c Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien
3) Pemijatan
a Kaji keinginan klien untuk melakukan pemijatan
b Tatapkan lama waktu pemijatan untuk mencapai respon yang
di inginkan
c Tempatkan pada posisi yang aman untuk memfasilitasi
pemijatan

2. Gangguan pola tidur


1. Batasan karakteristik
1) Ketidakpuasan tidur
2) Penurunan kemampuan berfungsi
3) Kesulitan jatuh tertidur
2. NOC
Indicator Keterangan 1 2 3 4 5
000401 jam tidur
000402 jam tidur yang
diobservasi
000403 pola tidur
000404 Kualitas tidur
000405 Efisiensi tidur
000406 Tidur rutin

3. NIC
1) Manajemen obat
a. Tentukan kemampuan pasien pasien untuk mengobati diri
sendiri dengan cara yang tepat
b. Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai
c. Monitor pasien mengenai efek teraupeutik obat
2) Peningkatan tidur
a. Tentukan pola tidur /aktivitas pasien
b. Monitor / catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
c. Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur
3) Manajemen nyeri
a. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
b. Implementasikan penggunaan pasien – terkontrol analgesic
(PCA) jika sesuai
c. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri
bertambah berat

4. Ansietas
1. Batasan Karakteristik
1) Gelisah
2) Distress
3) Gemetar
2. NOC
Indicator Keterangan 1 2 3 4 5
200701 Afek tenang
200720 Lingkungan fisik
200721 Suhu ruangan
200723 Relaksasi otot
200704 Suhu tubuh

3. NIC
1) Teknik menenangkan
a Berada di sisi klien
b Pertahankan sikap yang tenang dan berhati hati
c Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
2) Pengurangan stress relokasi
a Dukung penggunaan strategi koping
b Nilai kebutuhan atau ke inginan individu dalam hal
dukungan social
c Eksplorasi jika individu telah berpindah sebelumnya
3) Manajemen prilaku menyakiti diri
a Tentukan motif atau alasan tingkah laku
b Pindahkan barang yang berbahaya dari lingkungan sekitar
pasien
c Komunikasikan resiko pada petugas ke sehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E., 2012. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Kang. L. S., 2010. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, Jakarta.
Labuguen, R.H., 2010. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, Volume 73, Number 2.
Mardjono M. & Sidharta P., 2008. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
Price, S. A. & Wilson, L. M., 2009. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol, EGC, Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2011. Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner & Suddarth, vol:3, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai