Anda di halaman 1dari 9

Laporan Bacaan : Dua

Nama : Febriani G Banunaek

Nim : 712016115

Kode Mata Kuliah : FL313A

I. INFORMASI UMUM
Judul Buku : Di bawah lentera merah
Bab :
Penulis : Soe Hoe Gie
Soe Hok Gie (lahir di Jakarta, 17 Desember 1942 –
meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun) adalah
seorang aktivis Indonesia Tionghoa yang menentang kediktatoran berturut-turut
dari Presiden Soekarno dan Soeharto. Ia adalah mahasiswa Fakultas Sastra
Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969. Gie dikenal sebagai
penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami,
Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya
artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga
tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman
Peralihan (Bentang, 1995). Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam
Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah
Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan
PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di
Persimpangan Kiri Jalan.1

Penerbit : Yayasan Benteng Budaya


Tahun dan tempat : 1999,Yogyakarta

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Soe_Hok_Gie diakses pada 14/7/2019 pukul 9:36 WIB
II. Isu dan persoalan yang dibahas

Dalam buku dibawah lentera merah memuat kegelisahan penulis tentang komunis
yang menurutnya mereka berani melakukan pemberontakan karena berbagai alasan
salah satunya adalah kemiskinan,hal ini dibuktikan dengan menyamoaikan pendapat
dari seorang penulis luar negri yaitu Herry J.Benda. Buku ini memuat tntang
pergerakan perlawanan rakyat Indonesia pada awal abad ke-20,juga memuat ide-ide
para tokoh Serekat Islam di Semarang. Menurut penulis pemberontakan komunis di
Indonesia tidak bisa dilepskan dari Sarekat Islam di semarang mereka mulai melakukan
pergerakan pada awal abad ke-20 karena pada saaat itu terjadi banyak perubahan sosial
di negara ini.Pada taktu itu ( awal abad ke 20) situasi sosial di Indonesia sanat
berkembang dengan cepat akibat dari berkembangnya pendidikan,pertumbuhan
penduduk dan penggunaan teknologi modern. Hal ini berakibat pada nilai pegangan
tradisional yang secara cepat dialaihkan sehingga masyarakat ada dalam kebimbangan
antara mempertahankan nilai tradisional atau menghidupkan nilai modern. Salah satu
gerakan Islam yang disoroti adalah pergerakan sarekat Islam di Semarang yang dikenal
dengan sebuah gerakan yaitu gerekan samin karena merasa ada persamaan nilai antara
pemberontakan komunis dan ajaran saminis. Buku ini juga memuat latar belakang para
tokoh sarekat Islam semarang dan pemikiran-pemikiran mereka.

III. Pokok-Pokok penulis tentang isu dan persoalan diatas.

Penulis membagi buku ini dalam 5 bab dimana :

Bab 1 membahas pendahuluan yang berisi latar belakang penulis membuat buku ini
dimana penulis merasa ia harus melihat pemberontakan komunis dengan kaca mata
yang berbeda dari masyarakat umumnya,seperti halnya manusia Indonesia
melakukan perlawanan kepada Belanda karena merasa hak mereka sebagai manusia
di rampas demikian juga pasti ada alasan mengapa pemnerontakan komunis akhinya
terjadi. Bab II membahas latar belakang sosial,memuat tentang struktur
kepengurusan Pergerakan Sarekat Islam Semarang yang beralih kekusaan dari
presiden Moemahad Joesoef kepada Semaon.Perubahan kepengurusan ini
membawah wajah-wajah baru dengan berbagai ide yang ada dikepala
mereka.Sarekan Islam Semarang dibawah kepemimpinan Semaon memperoleh
dukungan yang sangat besar dari kaum buruh dan rakyat kecil.Sehingga mereka
akhirnya menjadi organisasi pertama yang menyuarakan tentang marxis di
Indonesia. Bab III diberi judul Dari kongres Nasional Centraal Sarekat Islam ke-2
sampai ke-3 berisi tentang gerakan marxis yang dilakukan dibawah kepempinan
semaon kemudian membuat semaoen mempengaruhi para pemimpin SI untuk
bergeser kearah sosialis revolusioner karena SI dianggap sebagai organisasi yang
lembek. Semaone berhasi mempengaruhi para pemimpin SI sehingga ia berhasil
menguasai oran SI yaitu Sinar Hindia berganti nama menjadi Sinar Djawa. Melalui
surat kabar ini lah ahirnya semaoen melancarkan gerakan radikalnya dan dengan
tegas mengkritik pemerintah. Bab IV Dari Kongres Nasioanl CSI ke-3 sampai PKI
memuat tentang isu perlawanan yang mereka gagaskann yaitu pemerintahan yang
menyiksa masyarakat dengan kenaikan harga bbahan pkok makanan dan kebutuhan
pada tahun 1918-1919.Rakyat yang melakukan aksi brutak untuk memperoleh
bahan makanan rupanya menjadi senjata ampun Semaoen untuk menembaki
pemerintah ditambah lagi dukungan dari Volksraad yang memperjuangkan untuk
mengurangi lahan tebu,hal ini memnjadikan posisi semaoen semakin jaya. Pada
tahun 1918 dimana SI melakukan siding untuk membahas situasi politik yang
semakin buruk menghasilkan sebuah putusan untuk membentuk sebuah badan yang
mampu menyokong aspirasi masyarakat. Dalam siding ini semua usulan semoaen
dianggap yang paling tepat karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bab V
Sekedar Catatan memuat tentang kelompok-kelompok yang tumbuh dan
berkembang di Jawa, Kelompok-kelompok ini dilatar belakangi oleh berbagai
kepentingan. Dengan adanya kelompok-kelompok ini maka situasi politik di Jawa
tidak menentu karena dilatar belakangi oleh agama yaitu agama Hindu dengan
Islam. Bab v ini merupakan sejarah kelompok yang menguasai tanah jawa yang
akan menjadi cikal-bakal organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia. Pergerakan
Indonesia yang dilakukan kaum pesantren diakibatkan oleh keputusan kaum priyai
untuk bersekutu dengan belanda. Pergerakan ini kemudian dilakukan pada awal
abad ke-20 karena pada saat itu pada pemuda Indonesia yang terpelajar telah selesai
menimbah ilmu sehingga pemikiran mereka mulai terbuka terhadap
kebebasan,kemerdekaan dan nilai cinta kepada sesma,mereka dengan gencar
menyuarakan semangat “sama rasa sama rata “.

IV. Argumen-Argumen Penulis

Tokoh SI Semarang berasal dari kalangan yang berbeda-beda jalan kehidupannya, latar
belakang sosialnya, pendidikannya, daerah dan akhirnya bersatu di dalam gerakan
Marxisme. Mereka adalah para pemuda yang baru menginjak usia dua puluhan. Semaoen,
Darsono, baru berumur 22 tahun. Partoatmojo 24 tahun pada tahun 1920.Tetapi mereka
adalah orang-orang yang menentang struktur sosial zamannya yang penuh kemiskinan dan
kebodohan. Dan mereka percaya bahwa di Hindia akan lahir juga suatu keselamatan yang
sejati bagi segenap penduduknya.Rangsangan sosialistik ini tidak hanya menarik mereka
saja.Ratusan pemuda lainnya, seperti Suwardi Suryaningrat yangwaktu itu telah berumur
31 tahun juga tertarik.Pemuda inilah yang menterjemahkan lagi Internasionale ke dalam
bahasa Melayu Indonesia (Melayu).“Bangoenlah bangsa jang tertindas.Bangoenlah kaoem
jang lapar.Kehendak jang moelia dalam doenia.Linjaplah adat fikiran toea. Hamba ra’jat
sadar, sadar Doenia telah berganti roepa Basoehlah soedah tersebar…”Tetapi di dalam
perjuangan yang menarik ini ada pula suatu ciri yang menarik.Kebanyakan dari tokoh-
tokoh sosialis Semarang itu meninggalkan Partai Komunis, walaupun mereka tetap
memihak “yang terhina dan yang lapar” sampai hari tuanya.Darsono dan Semaoen keluar
dari PKI.Sneevliet, walaupun sampai detik terakhir hidupnya di tonggak penembakan
algojo Hitler, tetapi menjadi seorang pembela kaum yang tertindas secara konsekuen. Baars
pun ingkar terhadap komunisme setelah ia melihat sendiri praktik-praktik Stalin.Lepas dari
apa yang telah diperbuat mereka, perjuangan Sarekat Islam Semarang di bawah Semaoen,
merupakan lembaran-lembaran yang paling indah dan agung dalam sejarah Indonesia,
sejarah Asia dan Dunia (Gie, 1999).2

Peristiwa pergantian pengurus ini mencerminkan adanyaperubahan dalam masyarakat


pendukung SI di Semarang.Pada mulanya SI Semarang dipimpin oleh mereka dari ka-
langan kaum menengah dan pegawai negeri yang mulai keluardari Sarekat Islam, termasuk
Soedjono.Kini, di bawah pimpinan Semaoen, para pendukung SI ber-asal dari kalangan

2
https://rodiyahdotblog.wordpress.com/2018/06/11/pos-blog-pertama/ diaksespada 14/7/2019 pukul 20.45
kaum buruh dan rakyat kecil.2 Pergantianpengurus itu adalah wujud pertama dari
perubahan gerakanSarekat Islam Semarang. Dari gerakan kaum menengah menjadi gerakan
kaum buruh dan tani. Saat itu sangat pentingartinya bagi sejarah modern Indonesia, karena
dari sinilahirlah gerakan kaum Marxis pertama di Indonesia. Persoalan pertama yang
dihadapi oleh SI dibahwah kekuasaan Semaoen adalag Agraria dimana pemerintahan
belanda menyuarakan agar laang hanya ditanami oleh komoditi yang diperlukan seperti
tebu. Persoalan agraria ini mempengaruhi iklim pergerakan SarekatIslam Semarang dan
sekitarnya dalam tahun 17-an danmenjadikan organisasi itu lebih revolusioner. Kenyataan-
kenyataan sosial yang mereka lihat, dengar dan alami,menggugah perasaan para tokoh
organisasi itu.Ketidakpuasaan umum, ketidak percayaan pada niat baikpemerintah dan lain
sebagainya, akhirnya membuat SarekatIslam Semarang lebih revolusioner.Selain masalah
diatas adapaun masalah lain seperti Volksraad dan Indie Weebaar maslah ini berkaitan
dengan hak atas tanas.Disamping persoalan yang bersifat nasional seperti agraria,Volksraad
dan Indie Weerbaar itu, terdapat pula persoalanlokal, yaitu penyakit pes di Semarang dan
sekitarnya. Dalammenghadapi wabah ini Kotapraja Semarang bertindak tidakbijaksana
sehingga massa rakyat semakin diperlakukan sewenang-wenang.Dalam triwulan pertama
tahun 1917 di Semarang berjangkitpenyakit pes. Wabah ini timbul dan meluas terutama
karenaperumahan rakyat di kampung-kampung sangat buruk.Mereka tinggal di dalam
gang-gang yang berjejal-jejal, sempitdan becek. Rumah yang terbuat dari atap rumbia dan
bambu merupakan sarang tikus. Keadaannya yang berjejal-jejal itumembuat sinar matahari
tidak masuk ke dalam ruanganrumah dan keadaan ini merupakan sorga bagi tikus. Keku-
rangan makan (nilai gizi yang rendah), tidak adanyapemeliharaan kesehatan masyarakat
oleh Pemerintah HindiaBelanda, akhirnya menimbulkan wabah pes. Belanda
hanyamemperhatikan hal kesehatan ini apabila penyakit itu menulari mereka.

Perlahan-lahan Semaoen mempengaruhi para pemimpin SI Semarang. Dan lama-


kelamaan SI berhasil membawa gerakan ini bergeser ke arah sosialis revolusioner. Sebagai
puncak usahanya merevolusionerkan SI Semarang, mulai 19 Novem-ber 1917, organ SI
Semarang yakni harian Sinar Hindia(kemudian berganti nama menjadi Sinar Djawa)
berhasildikuasainya. Perubahan-perubahan redaksi segera diadakan dengan memasukkan
tenaga-tenaga muda yang militan.Sebagai pemimpin redaksi, dipimpin oleh Semaoen,
dengan di bantu oleh Moh. Joesoef (berita-berita Indonesia danSemarang), Kadarisman
(telegram), Notowidjojo (ekonomi),Aloei (rapat-rapat dan reseve), Alimin (berita
kesewenang-wenangan dan luar negeri), dan Semaoen sendiri menjadiredaktur politik.
Alimin dimasukkan ke dalam redaksi,walaupun ia berdiam diri di Jakarta. Mereka masing-
masingbertanggung jawab sendiri-sendiri di muka pengadilan dan semua tidak
dibayar.Dalam kata pengantarnya mereka menyatakan bahwa haluan Sinar Djawa akan
lebih radikal dan terhadap pemerintah mereka akan menilainya secara jujur, sedangkan
terhadap kaum kapitalis dan kaum priyayi yang memeras akan mereka musuhi. Keadaan
buruk yang terus terjadi membuat SI harus bergerak untuk menyuarakan semuanya
kemudian dibawah kepempinan Semaoen menyelanggarakan kongres Nasional Sarekat Is-
lam ke-2 di Jakarta yang diselenggarakan dari tanggal 20 hingga 27 Oktober 1917. Kongres
itu dihadiri para utusan Sarekat Islam dari seluruh Indonesia3. Di sinilah Semaoen dan
kawan-kawannya mencoba mempengaruhi para peserta kongres dengan konsepsi-
konsepsinya tentang masalah perbaikan sosial. Pergeseran situasi ke kiri memang
merupakan kemenangan Sarekat Islam Semarang. Tetapi hal ini berarti perjuanganakan
semakin berat. Pemerintah tidak tinggal diam. Merekaberusaha menindas pergerakan SI
Semarang. Cara yangdilakukan ialah mengadakan penangkapan-penangkapanterhadap
tokoh-tokoh sosialis revolusioner. Korban pertama adalah Sneevliet yang sejak Desember
1918 telah diangkat ke kapal untuk dikirim balik ke Eropa.7 Korban kedua,Darsono yang
sejak September 1918 telah dikeram di penjaraSurabaya, dituduh menyiarkan hal yang
berisi pernyataankebencian terhadap Pemerintah. la dikenakan 9 persdelict.Sementara itu,
Douwes Dekker juga dituntut Pemerintah karena dituduh menyebarkan surat-surat
selebaran kepada serdadu-serdadu Belanda dengan tu juan menghasutnya.Semaoen dituntut
karena menterjemahkan tulisan Sneevliet.Padahal pemuatannya di luar tanggung jawabnya,
karenategas-tegas sudah ditulis di luar tanggung jawab redaksi.Marco, musuh tradisional
Belanda, hampir-hampir puladijerat Asisten Residen karena ia menulis sebuah sajak
yangdapat ditafsirkan sebagai anjuran mengusir kaum “kafir”.Partoatmodjo, Ketua Seksi
Perburuhan SI Semarang yangjuga anggota redaksi Sinar Hindia, dikenakan persdelict dan
dalam bulan Mei 1919 dihukum penjara 3 bulan.Penindasan dan penuntutan terhadap
anggota-anggota SIvSemarang dan tokoh SI lainnya yang anti Pemerintah,mungkin sekali

3
https://serbasejarah.files.wordpress.com/2010/01/soe-hok-gie-dibawah-lentera-merah.pdf diakses pada
14/7/2019 pukul 14:13
ada hubungannya dengan keputusan-keputusan yang diambil di dalam Kongres Nasional
ke-3 CSI.Seperti kita ketahui, di dalam Kongres ini sudah terdengar suara-suara untuk
mengaktifkan pekerjaan di kalangan kaum buruh. Karena hal inilah maka banyak anggota
SI kemudian bersepakat untuk memasukan ideologi komunis kedalam organisasi mereka.
Komunis yang sangat radikal itu dibentuk untuk menyurakan aspirasi masyarakat untuk
menentang pemerintahan. Pada bagian akhir catatan menuliskan tentang tiga kekuatan
besar organisasi jawa yaitu kelompok priyai ( Jawa-Hindu) kelompok pesantren ( islam )
dan kelompok masyarakat desa ( Pra-Hindu). Kelompok Priyai dan Kelompok Santri
adalah mereka yang berpendidikan tinggi sehingga kerab mengalami pertentangan.
Pertentangan mereka rupanya tidak selesai sampai kedatangan belanda hal ini
mengakibatkan pecahnya persatuan kelompok masyarakat di tanaha Jawa. Seiring
berjalannya wakru kaum priyai memutuskan untuk membangun sekutu dengan Belanda
sehingga kelompok pesantren harus bergerak untuk melawan penjajah dengan mendirikan
Budi Utomo. Akhirnya gerakan sarekat Islam semarang dibawah kepempinan semaoen
rupanya mendapat tempat tersendiri dalam sejarah sebagai suatu hal yang kelam nammun
membuahkan hasil yang baik.

V. Tanggapan Kritis Pelapor atas hal-hal diatas

Lahirnya kaum radikal Indonesia tidak bisa dilepaskan dari isu-isu sosial yang
dihadapi bangsa ini. Gerakan komunis yang dianggap sebagai pemberontakan
sebenarnya adalah sebuah gerakan untuk membelah masyarakat kecil yang tidak
berdaya dihadapan pemerintahan yang terlalu adi-kuasa saat itu.Namun karena
pemberontakan yag dilakukan sangatlah brutal maka para tokoh-tokoh yang
menggunakn organisasi ini untuk membela kepentingan rakyat diangap sebagai seorang
pemberontak ,akibatnya mereka ditangkap dan di hukum mati. Selain itu gerakan-
gerakan beratasnamakan suatu agama rupanya memuat suatu maksud tertentu bahwa
agama mempunyai peranan yang penting dalam urusan berbangsa dan bernegara, dalam
hal ini bisa kita lihat ketika gerakan-gerakan pemberontakan disuntukan dengan nilai-
nilai islami maka mereka percaya bahwa hal yang dilakukan oleh mereka adalah sebuah
kebaikan. Berlatar belakang sejarah ini saya mengkritisi pola pikir masyarakat yang
maaih terjebak dalam konstruksi bahwa PKI adalah satu gerakan yang terlarang dan
jahata bahkan sampai saat ini jika ada anak-anak yang bertingkah brutakl pasti ada
orang tua yang berkata “dasar PKI”. Terasa aneh jika kita melihat fakta bahwa justru
pemerintalah yang menyusahkan masyarakatnya dan faktanya demikian,mengapa saya
mengatakan bahwa pemerintah menyusakan?. Di daerah saya jika kita mau mengurus
KTP kita harus mengantri untuk mengambil nomor antrian dari pukul 04.00 waktu ini
nampaknya kurang efektif karena belum waktunya untuk kantor dibuka,namun ada saja
oknum-oknum tidak bertanggung jawan dari pemeintahan yang sengaja datang lebih
awal membagikan nomor antri jika kehabisan makan mereka mnawarkan nomor antrian
untuk dibeli. Setelah itu proses pengurusan KTP juga dipersulit sampai berhari-hari
akibatnya orang yang bertempat tinggal djauh dari kota harus menetap jika tidak maka
setiap hari harus kembali ke kantor karena mereka tidak memberikan kejelasan waktu.
Hal ini sudah pernha disuarakan namun ruypanya belum ada tindakan tegas dari
pemerintah. Banyak kejanggalan yang dilakukan oleh oknum pemerintah yang
menyusahkan masyarakat. Manusia Indonesia mungkin saja sudah merdeka hamper 73
tahun namun kita masih saja di jajah oleh budaya korupsi,kolusi dan nepotisme . Untuk
itu sebaik-baiknya suara adalah leih baik kita mengungkapkan apa yang menjadi
kegelisahan negri ini meskipiun akhirnya kita dibenci namun kit harus dengan tegas
menyuarakan pembelaan dan keberpihakan kita kepada semua orang yang tertindas
oleh hukum negri ini yang tajam kebawah namun tumpul keatas.

Kelebihan : Buku ini sangat berkometen karena sumber referensinya diambil


dari surat kabar dan wawancara langsung pelaku sejarah,dalam buku ini berisiskan
perjalanan sejarah gerasakn sarekat islam yang hadir sebagai bsebuah gerakan frontal
Islam untuk membela rakyat kecil yang tertinda. Dibawah kepemimpinan semaoen
akirnya mereka bergerak sampai kepada titik akhir mereka menjadi komunis. Tema
yang diangakat dalam bacaan ini sangat cocok dengan kalangan pelajar yang
mempunyai bakat minta sejarah.

Kekurangan : Ada penggunaan kata dalam buku yang kurang dipahami saya sebagai
pembaca. Referensi hanya dituliskan pada catatan kaki.

VI. Kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa Teologi yang sedang belajat Greja dan Pemikiran
Sosial bacaan ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk membandingkan organisasi
sosial yang berlandaskan kristiani seperti yang telah dipelajari pada materi-materi
sebelumnya dengan gerakan Islam di Indonesia khususnya semaerang. Sebagai
seorang mahasiswa Teologi saya melihat adanya nilai-nilai ketika organisasi ini
berjuang untuk menyatakan pembelaan yaitu nilai kemanusiaan dan cinta kasih.
Terlepas dari segala pemberontakan yang terjadi maka saya ingin menyamakan
gerakan pembelaan ini denga satu teladan Yesus Kristus yang secara terang-
terangan melakukan protes kepada pemerintahan romawi namun juga memberi
pengajaran kepada banyak oeang untuk menghargai pemerintah sebagai
perpanjangan tangan Allah. Di bagian inilah saya melihat bahwa sebagai gereja
yang hidup ditebgah masyarakat yang plural seharusnya gereja lebih peka dengan
keadaan jemaat disekitarnya,gereja harus mampu memberdayakan jemaat dan juga
menyatakan keberpihakanya pada masalah-masalah yang merugikan masyarakat
jika peraturan dan ketentuan hukum yang ditetapkan oleh poemerintah
memberatkan warga jemaat. Selain itu gereja juga harus mampu memberdayakan
masyarakat ,melihat dari kegigihan semaoen untuk berjuang percuma jika gereja
terus menerus ada dalam sebuah pengahayatan alkitab yang luar biasa namun hanya
berakhir dalam gedung gereja menurut saya sebaik-baik nya gereja adalah gereja
yang mampu untu berpelayanan tidak terbatas pada dinding gereja. Di Indonesia
kita telah banyak menemukan contoh seperti ini salah satunya adalah Mantan Pdt
gereja Imanuel Oenali Bapak Pdt.Yos Manu bersama dengan para pengurus PPA
jemaat Imanuel Oenali memberdayakan lahan gereja dengan melakukan pertanian
sayur. Pertanian ini dimaksudkan untuk mendorong keinginan anak-anak untuk
menanam selain itu juga mengajarkan kepada anak-anak tentang bagaimana
mengelolah dan mengusahakan tanah dan SDA yang sudah Tuhan sediakan.

Anda mungkin juga menyukai