Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
NAMA : REYNA AGNES AWALIA
NIM : P1337420216004
TINGKAT : 3A
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris. Ini
merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke proksimal
untuk membentuk articulation genu dan ke distal terlihat semakin mengecil.
Os fibula atau calf bone terletak sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia.
Extremitas proximalis fibula terletak agak posterior dari caput tibia, dibawah articulation
genus dan tulang ini tidak ikut membentuk articulation genus.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula. ( Smeltzer
& Bare, 2001 : 2357 )
ANATOMI TULANG
1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka
masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana
terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan
benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu
korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid
dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap
sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari
matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae
(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang
menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat
pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah
inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar
tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya
terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat
sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk
sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah
yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow
kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan
Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah
osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang
dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat
oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang
kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi
sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang
daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik
(kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang
antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan
Ignatavicius, Donna. D,1995).
2. Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering
menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis,
tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan
tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi
seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya
halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan
struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara
epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa
pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow)
adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)
3. FUNGSI TULANG
1. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2. Tempat mlekatnya otot.
3. Melindungi organ penting.
4. Tempat pembuatan sel darah.
5. Tempat penyimpanan garam mineral.
(Ignatavicius, Donna D, 1993)
B. Etiologi
Menurut Barbara C Long (1996)
a) Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b) Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
c) Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya
struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh
kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang
menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat
pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan,.
Fraktur
Deformitas
Fraktur Infrakondilus tibia terjadi sebagai akibat pukulan pada tungkai pasien yang
mematahkan tibia dan fibula sejauh 5cm di bawah lutut. Walaupun tungkai bawah dapat
membengkak dalam segala arah, namun biasanya terjadi pergeseran lateral ringan dan tidak
ada tumpang tindih atau rotasi. Fraktur tidak masuk ke dalam lututnya. Dapat dirawat dengan
gips tungkai panjang, sama seperti fraktur pada tibia lebih distal. Jika fragmen tergeser, dapat
dilakukan manipulasi ke dalam posisinya dan gunakan gips tungkai panjang selama 6
minggu. Kemudian dapat dilepaskan dan diberdirikan denganmenggunakan tongkat untuk
menahan berat badan.
b) Fraktur Berbentuk T
Terjadi karena terjatuh dari tempat yang tinggi, menggerakkan korpus tibia ke atas
diantara kondilus femur, dan mencederai jaringan lunak pada lutut dengan hebat. Kondilus
tibia dapat terpisah, sehingga korpus tibia tergeser diantaranya. Traksi tibia distal sering dapat
mereduksi fraktur ini secara adekuat.
Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya trauma abduksi terhadap femur
dimana kaki terfiksasi pada dasar. Fraktur ini biasanya terjadi akibat tabrakan pada sisi luar
kulit oleh bumper mobil, yang menimbulkan fraktur pada salah satu kondilus tibia, biasannya
sisi lateral.
Pada fraktur kominutiva tibia atas biasanya fragmen dipertahankan oleh bagian
periosteum yang intak. Dapat direduksi dengan traksi yang kuat, kemudian merawatnya
dengan traksi tibia distal.
2. Fraktur Diafisis
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga
terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya
trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek,
sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral. Fraktur jenis ini dapat
diklasifikasikan menjadi:
Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:
1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara
transversal atau oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga dapat
membidai fragmen, dan pergeseran akan sangat terbatas.
2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral hampir
tanpa pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.
Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal,
tinggalkan fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi dan
reduksikan.
Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan fibula
yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial
yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimaldengan
fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversaldengan atau
tanpa fraktur fibula.
Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula secara
transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi pergeseran atau
hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat berdiri. Otot-otot tungkai
menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk mengkonfirmasikan diagnosis.
Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan persendian lutut
normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera jaringan lunak memungkinkan.
Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom
diresorbsi.
Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada tungkai
bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser ke arah lateral,
bertumpang tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah
reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan
dikoreksi. Perawatan tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat
pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu dapat mereduksikannya.
Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi masalah karena akan dikompensasi
pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian, pemendekan sebaiknya
dihindari.
3 Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4 Krepitasi (bunyi bila digerakkan) yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan,
teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.
5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
7 Pergerakan abnormal
9 Kehilangan fungsi
11. Perdarahan
G. Komplikasi
Menurut Depkes RI (1995) komplikasi dari fraktur adalah :
1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang bisa berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cidera
2. Emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih
3. Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika
tidak ditangani segera
4. Infeksi
5. Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu
setelah cidera
6. Koagulopati Intravaskuler Diseminata (KID)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada taha penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
b) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
d) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
e) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
Kebanyakan fraktur tibia tertutup ditangani dengan reduksi tertutup dan imobilisasi
awal dengan gips sepanjang tungkai jalan atau patellar – tendon – bearing. Reduski harus
relative akurat dalam hal angulasi dan rotasinya. Ada saatnya di mana sangat sulit
mempertahankan reduksi, sehingga perlu dipasang pin perkutaneus dan dipertahankan dalam
posisinya dengan gips ( mis. Teknik pin dalam gips ) atau fiksator eksterna yang digunakan.
Pembebanan berat badan parsial biasanya diperbolehkan dalam 7 samapi 10 hari. Aktivitas
akan mengurangi edema dan meningkatkan peredaran darah. Gips diganti menjadi gips
tungkai pendek atau brace dalam 3 sampai 4 minggu, yang memungkinkan gerakan lutut.
Penyembuhan fraktur memerlukan waktu 6 sampai 10 minggu.
Fraktur terbuka atau komunitif dapat ditangani dengan traksi skelet, fiksasi interna
dengan batang, plat atau nail, atau fiksasi eksterna. Latihan kaki dan lutut harus didorong
dalam batas alat imobilisasi. Pembebanan berat badan dimulai sesuai resep, biasanya 4
sampai 6 minggu.( Smeltzer & Bare & Bare, 2001 : 2386 )
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan
diagnosis medis.
b) Pengkajian Primer
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
c) Pengkajian Sekunder
Menurut Doenges (2000) pengkajian keperawatan pada klien fraktur :
Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang – kadang terlihata sebagai respons terhadap nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah) takikardia (respons stress,
hipovolemia) penurunan/tak nadi pada bagian distal yang cidera : pengisian
kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. pembengkakan jaringan/massa
hematoma pada sisi cidera.
Neurosensori
Tanda : Deformitas local : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.Agitasi
(mungkin mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas/trauma lain)Gejala :
Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot Kebas/kesemutan (parestesis)
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri berat tiba – tiba pada saat cidera (Mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang : dapat berkurang pada mobilisasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.Spasme/kram otot (setelah mobilisasi).
Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
2. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS: Pasien mengatakan Agen injuri fisik Nyeri akut
nyeri. (fraktur)
P: Nyeri injuri fisik
Q: Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R:Nyeri pada tungkai
kanan
S:Skala 6
T:Hilang timbul saat
bergerak
DO:
GCS:E M V
Kesadaran umum:
TTV:
T : mmHg
RR : x/menit
Suhu : OC
Nadi : x/menit
DS: Pasien mengatakan Kerusakan kerangka Hambatan mobilitas
kaki kanannya tidak neuromuskular fisik
bisa digerakkan
DO: Pasien post
operasi fraktur tibia
fibula
DS: Keluarga Prosedur pembedahan Riisko infeksi
mengatakan pasien tadi
sempat panas
DO: akral hangat,
S:38.8 C
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2000) diagnosa keperawatan pada klien fraktur :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromuskular
c) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
d) Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan
dan disuse
e) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
f) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif
4. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Dx NOC NIC Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri : a. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 a. Kaji nyeri secara tingkat nyeri
jam,maka diharapkan pasien tidak komprehensif pasien
mengalami nyeri Dengan Kriteria termasuk lokasi, b. Untuk mengetahui
hasil: karakteristik, durasi, tingkat
frekuensi, kualitas ketidaknyamanan
Skala Awal Tujuan dan faktor dirasakan oleh
Melap presipitasi. pasien
orkan b. Observasi reaksi c. Untuk
3 5
adanya nonverbal dari mengalihkan
nyeri ketidak nyamanan. perhatian pasien
Frekue c.Gunakan teknik dari rasa nyeri
nsi 3 5 komunikasi d. Untuk mengetahui
nyeri terapeutik untuk apakah nyeri yang
Pernya mengetahui dirasakan klien
taan 3 5 pengalaman nyeri berpengaruh
nyeri klien sebelumnya. terhadap yang
Ekspre d.Kontrol faktor lainnya
si lingkungan yang e. Untuk
nyeri 3 5 mempengaruhi nyeri mengurangi factor
pada seperti suhu yang dapat
wajah ruangan, memperburuk
Keterangan : pencahayaan, nyeri yang
1 : Berat kebisingan. dirasakan klien
2 : Besar e.Kurangi faktor f. untuk mengetahui
3 : Sedang presipitasi nyeri. apakah terjadi
4 : Ringan f. Pilih dan lakukan pengurangan rasa
5: Tidak ada penanganan nyeri nyeri atau nyeri
Dengan tujuan: (farmakologis/non yang dirasakan
1. Klien melaporkan nyeri farmakologis). klien bertambah.
berkurang g. Ajarkan teknik non g. Pemberian “health
2. Klien dapat mengenal farmakologis education” dapat
lamanya (onset) nyeri (relaksasi, distraksi mengurangi
3. Klien dapat dll) untuk mengetasi tingkat kecemasan
menggambarkan faktor nyeri.. dan membantu
penyebab h.Berikan analgetik klien dalam
4. Klien dapat untuk mengurangi membentuk
menggunakan teknik non nyeri. mekanisme
farmakologis i.Evaluasi tindakan koping terhadap
5. Klien menggunakan pengurang rasa nyer
nyeri/kontrol nyeri. h. Untuk
analgesic sesuai instruksi j.Kolaborasi dengan mengurangi
dokter bila ada tingkat
komplain tentang ketidaknyamanan
pemberian analgetik yang dirasakan
tidak berhasil. klien.
i. Agar nyeri yang
dirasakan klien
tidak bertambah.
j. Agar klien
mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
dalam
memanagement
nyeri yang
dirasakan.
k. Pemberian
analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pasien