Anda di halaman 1dari 25

SISTEM REPRODUKSI

Modul 2 Keputihan

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Skenario ...................................................................................................... 4
1.2 Kata Kunci .................................................................................................. 4
1.3 Mind Map ................................................................................................... 4
1.4 Pertanyaan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
2.1 Keputihan fisiogis ....................................................................................... 6
2.2 Keputihan patologis ................................................................................... 6
2.3 Differential diagnosis ................................................................................ 10
2.3.1 Kandidiasis vulvovaginitis ................................................................. 10
2.3.2 Vaginosis bakterialis .......................................................................... 12
2.3.1 Uretriris non-gonore ........................................................................... 14
2.3.2 Trikomoniasis vaginalis ..................................................................... 16
2.3.1 Gonore ................................................................................................ 20
2.4. Pandangan islam mengenai keputihan dan cara bersuci ......................... 23
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 25
Kesimpulan .................................................................................................... 25
Daftar pustaka ................................................................................................ 26

2
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario
Seorang perempuan P2A0, usia 35 tahun , datang dengan keluhan keputihan sejak satu
bulan yang lalu. Keluhan keputihan disertai rasa gatal dan pedih terutama saat sanggama.
Pada pemeriksaan inspekulo terlihat bercak putih pada vulva dan mukosa vagina yang
melekat erat dan sedikit berdarah bila dibersihkan. Pasien sering menggunakan
antibiotika untuk mengobati sinusitus yang sering berulang sejak satu tahun terakhir ini.
Hasil “general chekup” menujukkan bahwa pasien juga menderita diabetes meliutis
dengan kadar gula darah puasa sebesar 230mg%.

Kata Kunci
• perempuan P2A0, usia 35 tahun
• KU :
o keputihan sejak satu bulan yang lalu
o gatal dan pedih terutama saat sanggama
• KT :
o bercak putih pada vulva dan mukosa vagina yang melekat erat dan sedikit
berdarah bila dibersihkan
o sering menggunakan antibiotika untuk mengobati sinusitus yang sering
berulang sejak satu tahun terakhir ini
• Punya penyakit DM
• GDP 230%

Mind Map

3
Pertanyaan
1. Keputihan secara fisiologis beserta faktor risiko nya
2. Keputihan secara patologis bserta etiologinya (mikrobiologi, parasitologi, non-
infeksi, faktor risiko
3. Bagaimana alur diagnosis dari skenario?
4. DD :
1. Kandidiasis vulvovaginitis
2. Vaginosis bakterialis
3. Uretriris non-gonore
4. Trikomoniasis vaginalis
5. Gonore

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian keputuhan fisiologis

Ciri – Ciri Dapat dijumpai pada

• Tidak berbau • Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena
pengaruh hormone estrogen dan progesteron sang
• Jernih atau bening,
ibu.
kadang putih kental
• Masa sekitar menarche atau pertama kali datang
• Tidak gatal
haid.
• Tidak perih
• Masa di sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-
• Jumlahnya sedikit kelenjar mulut rahim.
• Adanya rangsangan seksual
• Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai
darah ke daerah vagina dan mulut rahim, serta
penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
• Akseptor kontrasepsi pil

B. Pengertian keputihan patologis


Definisi
Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari
jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya kelainan
alat reproduksi sehingga jumlah, warna, dan baunya harus diperhatikan. Keputihan
abnormal atau patologis dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan penyangga, dan pada infeksi karena
penyakit menular seksual). Ciri-ciri keputihan patologik adalah terdapat banyak
leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (biasanya
kuning, hijau, abu-abu, dan menyerupai susu), disertai dengan keluhan (gatal, panas,
dan nyeri) serta berbau (apek, amis, dan busuk).

Patofisiologi
Perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai
bayi hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis
dan patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman

5
penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem
vagina akan terganggu. Bakteri ini memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen
pada dinding vagina sehingga mengakibatkan keadaan pH vagina basa dan
menjadikan kuman penyakit berkembangdan hidup subur di dalam vagina.

Faktor-faktor yang memicu keputihan abnormal


1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat
meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja
berlebihan dan menguras fisik. Meningkatnya pengeluaran energi menekan
sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen menyebab- kan
penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh Lactobacillus doderlein
untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan
untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri,
jamur, dan parasit mudah berkembang.
2. Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupa- kan kondisi yang dialami seseorang akibat dari
meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan atau
sulit diatasi. Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi hormon
adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan penyempitan
pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ- organ tertentu termasuk vagina
terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam
laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan
parasit penyebab keputihan mudah berkembang.
3. Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Keputihan yang abnormal banyak
dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin.
Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin
(cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina,
penggunaan pem- balut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi.
Penelitian di Pondok Cabe Ilir Jakarta mene- mukan bahwa remaja yang
mempunyai pengetahuan rendah, sikap yang jelek dan perilaku buruk dalam
menjaga kebersihan akan memperburuk kondisi keputihan abnormal.

6
Penyebab keputihan patologis
a. Infeksi
1. Jamur
Candida albicans adalah jamur paling
sering menyebabkan keputihan. Beberapa
faktor lain yang dapat menyebabkan
infeksi jamur Candida sp. seperti
pemakaian obat antibiotika atau
kortikosteroid yang lama, kehamilan,
kontrasepsi hormonal, penyakit diabetes
mellitus, penurunan kekebalan tubuh
karena penyakit kronis, selalu memakai
pakaian dalam ketat dan dari bahan yang sukar menyerap keringat. Beberapa
faktor dapat mempermudah seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat haid,
hamil, minum antibiotika dalam jangka waktu lama, kontrasepsi oral (pil KB),
obat kortikosteroid, dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
2. Bakteri
a. Gonococcus sp.
Gonokokus adalah diplokokus gram
negatif, tidak bergerak dan tidak berspora.
Bentuk dari gonokokus menyerupai biji
kopi dengan lebar 0,8 µ dan panjang 1,6 µ
yang secara karakteristik tumbuh
berpasangan dan bagian yang
berdekatan adalah datar (rata). Gonokokus bersifat anaerob obligat, tidak
tahan lama diudara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan zat
desinfektan, hidup optimal pada suhu 25,5ºC dan pH 7,4. Untuk pertumbuhan
optimal diperlukan kadar CO2 2-10%.
b. Gardnerella vaginalis
Gardnerella adalah salah satu genus dari bakteri gram variabel yang
merupakan suatu spesies. Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial
vaginosis pada wanita. Salah satu dari
spesies Haemophilus, tumbuh, berukuran
kecil, sirkuler, koloni abu-abu,di bawah
mikroskop terlihat gram negative, namun
sebenarnya memiiki dinding sel gram
positive, dengan sel clue, sel epitel yang
menyelimuti bakteri.

7
c. Chlamydia Trachomatis
Chlamydia trachomatis adalah
salah satu dari tiga spesies bakteri dalam
genus Chlamydia, famili Chlamydiaceae,
kelas Chlamydiae, filum Chlamydiae,
domain Bacteria. C. trachomatis adalah
agen chlamydial pertama yang ditemukan
dalam tubuh manusia. Bakteri ini pertama
kali diidentifikasi tahun 1907. Bakteri ini
sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab penyakit mata yang disebut
Trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan dalam cairan vagina yang
menyebabkan penyakit uretritis non-spesifik (non-gonore). Keputihan yang
ditimbulkan bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan
dengan Gonorrhea. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan bakteri
gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang berat, kemandulan,
hingga kehamilan diluar kandungan.
3. Parasit
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
merupakan spesies yang patogen
pada manusia dan menyebabkan
trikomoniasis vagina. Trichomonas
vaginalis merupakan protozoa pada
traktus urogenitalis penyebab
penyakit menular seksual. Parasit
ini mempunyai 4 flagella anterior
yang juga berfungsi untuk
pergerakan, dan 1 flagella
menempel pada undulating
membrane. Sebuah axostyle prominent yang berasal dari bagian anterior
menjuntai kebagian posterior badan hingga menyerupai ekor (tail) yang
digunakan untuk melakukan invasi ke epitel host. Sitoplasma mengandung
siderophillic granules yang terkonsentrasi disepanjang axostyle dan costa.
Parasit ini mempunyai gerakan cepat patah patah (jerky) dan berdenyut
(twitching type movement). Pada wanita, parasit ini hidup di vagina dan
servix dan bisa juga ditemukan di glandula Bartholini, urethra maupun urinary
bladder. Pada laki laki ditemukan terutama pada urethra bagian anterior, tapi
mungkin juga ditemukan di prostate dan preputial sac.

8
4. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes
Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV dapat
meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan HPV
tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping. HPV dapat menimbulkan penyakit
Kondiloma akuminata yang disebut juga genital warts, kutil kelamin, veneral
warts ( jengger ayam).

C. Differential Diagnosis
a. Kandidiasis vulvovaginitis

Definisi
Kandidiasis vulvovaginalis merupakan infeksi pada mukosa vagina dan atau
vulva (epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh jamur Candida. Infeksi dapat
terjadi secara akut, subakut, dan kronis, didapat baik secara endogen maupun
eksogen yang sering menimbulkan keluhan berupa duh tubuh.
Etiologi
Penyebab tersering Kandidiasis vulvovaginalis adalah spesies Candida albicans
(80-90%) sedangkan penyebab terbanyak ke dua adalah Candida glabrata (10%),
sedangkan 3% lainnya oleh spesies Candida lain.

9
Alur Diagnosis
Anamnesis
• Pruritus akut dan keputihan (fluor albus). Sekret vagina biasanya mukoid
atau cair dengan butir-butir atau “gumpalan keju” (cottage cheese)
• Rasa sakit di daerah vagina, rasa panas,
• Dyspareunia
• Disuria eksternal (sakit bila buang air kecil)
Pemeriksaan fisik
Mukosa vagina kemerahan dan pembengkakan labia dan vulva sering
disertai pustulopapular di sekeliling lesi.
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Mikroskopis : Pulasan dari sekret vagina dijadikan sampel
lalu dilakukan pewarnaan Gram atau KOH 10% kemudian di letakkan di
bawah mikroskop cahaya. Candida albicans akan terlihat dimorfik dengan
ragi sel-sel tunas berbentuk lonjong dan hifa. Serta dalam bentuk yang
invasif kandida tumbuh sebagi filamen, miselia, atau pseudohifa
 Pemeriksaan pH Vagina : Pemeriksaan pH vagina adalah dengan cara
meletakkan kertas pH pada dinding vagina. Hindari kontak dengan
mukosa serviks yang memiliki pH tinggi. pH < 4,5 disebabkan oleh
Candida
Penatalaksanaan
Secara Topikal:
• Nystatin 100.000 u / intravagina
• Butaconazole krim 2%
• Clotrimazol krim atau vagina supp.
• Miconazole krim atau vagina supp.
• Terconazole krim atau vagina supp.

10
Sistemik:
Itrakonazole
Fluokonazole
Pencegahan
• Hindari bahan iritan lokal
• Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintesis
• Meminimalisir faktor predisposisi

b. Bakterial Vaginosis
Definisi
Bacterial vaginosis adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi perubahan
ekologi vagina oleh karena pertumbuhan Lactobacillus yang merupakan flora
normal dominan pada vagina digantikan oleh bakteri lain seperti Gardnerella
vaginalis dan bakteri-bakteri anaerob lainnya.
Etiologi
Biasanya bakterial vaginosis disebabkan karena pengurangan jumlah hidrogen
peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Dan munculnya
bakteri Gardnerella vaginalis, Pertumbuhan Mycoplasma hominis, Peningkatan
konsentrasi bakteri jenis lain, terutama bakteri anaerob.
Epidemiologi
 Promotif
Frekuensi bergantung pada tingkatan sosial ekonomi penduduk pernah disebutkan
bahwa 50 % wanita aktif seksual terkena infeksi G. vaginalis, tetapi hanya sedikit

11
yang menyebabkan gejala sekitar 50 % ditemukan pada pemakai AKDR dan 86 %
bersama-sama dengan infeksi Trichomonas. Pada wanita hamil, penelitian telah
didokumentasikan mempunyai prevalensi yang hampir sama dengan populasi
yang tidak hamil, berkisar antara 6%-32%.31 Kira-kira 10-30% dari wanita hamil
akan mendapatkan Vaginosis bacterialis selama masa kehamilan mereka.
 Preventif
Gardnerella vaginalis dapat diisolasi dari 15 % anak wanita prapubertas yang
masih perawan, sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak
seksual.
 Prevalensi
Hampir 90 % laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi Gardnerella
vaginosis, mengandung G.vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra, tetapi
tidak menyebabkan uretritis.
Faktor Risiko
• Riwayat berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual
• Melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita
• Kekurangan bakteri baik lactobacilli
• Kebiasaan mencuci organ kewanitaan dengan douche, memakai produk feminine
hygiene, menyebabkan bakteri baik ikut tercuci sehingga terjadi
ketidakseimbangan flora normal di vagina
Gejala klinis dan tanda
Gejala Bakterial vaginosis pada mulanya tidak spesifik bahkan tidak bergejala.
Separuh penderita Bakterial vaginosis tidak merasa sakit karena tidak muncul
gejala. Penderita mengeluh saat terjadi keputihan berbau amis antara lain:
1. Keputihan dengan cairan lendir vagina putih atau abu-abu melekat di
sepanjang dinding vagina juga vulva
2. Cairan lendir vagina berbau amis
3. Vagina gatal
4. Sakit, perih terasa panas seperti terbakar saat kencing
5. Demam
Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi akibat pengobatan Bakterial vaginosis yang
tidak tuntas, seperti:
1. Peningkatan risiko penularan HIV
2. Risiko kelahiran prematur pada infeksi yang dialami ibu hamil
3. Peningkatan risiko penularan penyakit menular seksual, seperti klamidia atau
gonorea
4. Peningkatan risiko radang rongga panggul (Pervic Inflammatory Disease)
yang dapat mempersulit mendapatkan keturunan

12
Pada penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil, dapat menimbulkan
komplikasi antara lain :
1. Kelahiran Prematur
2. Ketuban pecah dini
3. Bayi lahir berat rendah
4. Endometritis post partum
Penatalaksanaan
Farmako:
• Metronidazol 500 mg 2 x sehari selama 7 hari
Dimasukkan melalui vagina
• Metronidazol oral 2 gram dosis tunggal
Non-farmako :
• Melakukan edukasi untuk tidak berganti-ganti pasangan, menjaga personal
hygine seperti sering mengganti pakaian dalam dan tidak menggunakan cairan
pembersih untuk membersihkan vagina
Prognosis
Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita
walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama
dapat dipakai. Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat
disembuhkan.5 Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus.
Dengan pengobatan metronidazol memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).

c. Uretritis non-gonore
Definisi
Inflamasi pada uretra yang disebabkan oleh infeksi, ditandai dengan duh
mukopurulen atau purulen dan rasa terbakar saat berkemih, serta tidak ditemukan
adanya gonokokus.
Etiologi
Beberapa organisme dapat menyebabkan uretritis karena infeksi. Uretritis non-
gonokokal terbanyak disebabka n oleh C. trachomatis (15-55 % kasus).
Epidemiologi
Kelompok usia terbanyak pada wanita adalah 15-24 tahun, sedangkan pada pria
adalah 20-24 tahun. Etnis American Indian/Alaska Natives dan Latin serta Afro-
American lebih banyak daripada kulit putih.

Siklus hidup C.trachomatis dapat dibagi menjadi beberapa tahap:


1. Perlekatan partikel awal yang infeksius pada sel hospes
2. Masuknya partikel ke sel hospes

13
3. Perubahan morfologi menjadi partikel retikuler yang berada di dalam
intraseluler dan mengalami replikasi di dalam vakuola, letaknya melekat pada
inti sel hospes. Bentuk ini disebut sebagai badan inklusi
4. Vakuola yang pecah menyebabkan perubahan morfologi dari partikel retikuler
menjadi badan elementer
5. Pelepasan partikel yang infeksius

Alur Diagnosis
Anamnesis
• Duh uretra
• Krustasi pada meatus atau noda celana dalam
• Disuria Gatal/lritasi pada penis/uretra
• Asimptomatis
Pemerlksaan Flsis
• Kemerahan pada meatus uretra
• Duh uretra, didapatkan pada masase uretral, kadang didapatkan juga pada
penderita tanpa keluhan duh sebelumnya.
Diagnosis
Diagnosis uretritis harus dikonfirmasi dengan ditemukannya lekosit PMN pada
uretra dengan cara:
a. Hapusan uretral dengan pewarnaan Gram atau methylene-blue, mengandung >
5 leukosit PMN per lapangan pandang besar (x1000) dan/atau
b. Spesimen porsi awal urin setelah sentrifugasi dengan pewarnaan Gram,
mengandung >10 lekosit PMN per lapangan pandang besar (xlOOO)
Penatalaksanaan
• Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal Atau
• Doxycycline 100 mg oral dua kali sehari selama 7 hari
Pencegahan

14
Metode terbaik dalam pencegahan komplikasi dari infeksi Chlamydia adalah
penapisan terhadap remaja dan dewasa muda yang aktif secara seksual. Edukasi
penderita sangat penting , menekankan penggunaan kondom. CDC menganjurkan
penapisan dilakukan pada wanita usia < 25 tahun yang aktif secara seksual.
Prognosis
Kegagalan terapi dengan regimen rekomendasi cukup jarang. Relaps dapat terjadi
dengan regimen alternatif. Reinfection cukup sering dan berhubungan dengan
pasangan seksual yang tidak diterapi atau didapatkan dari pasangan seksual yang
baru.

d. Trikomoniasis Vagina
Definisi
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis (TV). Pada wanita infeksi TV terutama menyebabkan
vaginitis, sedangkan pada laki-laki menyebabkan uretritis. Penyakit ini ditandai
dengan keluarnya duh tubuh vagina pada wanita dan duh tubuh uretra pada laki-
laki.
Etiologi
Trichomonas vaginalis, ciri-ciri nya tidak mempunyai kista namun memiliki
trofozoit, Berukuran 17 micro, Mempunyai 4 flagel anterior, 1 fagel posterior
membran bergelombang, Berkembang biak dengan cara membelah diri, Infeksi
terjadi secara langsung (saat bersetubuh, dalam bentuk trofozoit) dan secara
tidak langsung (melalui alat mandi, sanitasi yang kurang baik : toilet seat, dll.)
Epidemiologi
• Diperkirakan sekitar 180 juta wanita di seluruh dunia terinfeksi TV.
• Infeksi TV merupakan salah satu dari tiga penyebab tersering vaginitis selain
bakteri anaerob dan jamur Candida.
• Prevalensi pada wanita bervariasi antara 5-74% dengan angka tertinggi
dilaporkan pada klinik penyakit menular seksual dan populasi risiko tinggi.
• Prevalensi laki-laki lebih rendah dibandingkan wanita. Karena infeksi pada
laki-laki sering asimtomatik, diagnosis pada laki-laki lebih jarang ditegakkan
dan tidak mencari pertolongan ke klinik.
• Manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah dari TV. Tropozoit
ditransmisikan terutama melalui hubungan seksual. Transmisi nonseksual
dilaporkan terjadi melalui semprotan air, spekulum, atau tempat duduk toilet.

15
Patofisiologi

Faktor risiko
• Terdapat penyakit menular seksual lainya terutama gonore
• Kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
• Memiliki 4 atau lebih pasangan seksual
• Pekerja seks komersial
• Kadar pH vagina yang tinggi (pH 4 sampai 7).

Gejala klinis
• Duh tubuh vagina berwarna hijau kekuningan yang berbuih, berbau, gatal-
gatal
• Rasa nyeri, panas dan gatal pada vagina/vulva
• Disuria
• Dispareunia

16
Tanda
• Strawberry cervix yang tampak berupa lesi bercak-
bercak makula eritema yang difus atau terlokalisir
pada serviks
• Tampak lesi bekas garukan pada vagina
• Nyeri abdomen bagian bawah (<10% kasus). Bila
terjadi nyeri abdomen bagian bawah, perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi salpingitis atau
kondisi patologis intraabdomen lainnya
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium
Spesimen klinis yang representatif untuk pemeriksaan laboratorium meliputi
urin, cairan vaginal dan endoserviks
• Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dapat menggunakan preparat basah, dan pewarnaan
menggunakan pengecatan Gram, giemsa, Papanicolaou, periodic acid-schiff,
acridine orange, fluorescein dan immunoperoksidase. Pengecatan dengan
pewarnaan Papanicolaou dapat digunakan secara rutin untuk mendeteksi TV
pada wanita yang asimtomatik.
• Biakan
Biakan merupakan baku emas untuk diagnosis infeksi TV. Biakan
mikroorganisme dilakukan dalam medium diamond. Pemeriksaan diagnostik
cepat {rapid test).
• Nucleic acid amplification test (NAAT).
Metode NAAT, seperti polymerase chain reaction (PCR) menjadi alternatif
dalam mendiagnosis infeksi TV karena rendahnya sensitivitas preparat basah
dan terbatasnya ketersediaan medium biakan "Spesimen usapan vagina lebih
sensitif untuk pemeriksaan PCR dibandingkan dengan urin."
Komplikasi
• Adneksitis
• Piosalping
• Endometritis
• Erosi serviks
• Bayi berat badan lahir rendah
• Infertilitas
• Meningkatkan risiko terinfeksi HIV sebesar 1.52x

17
Penatalaksanaan
Farmako:
• Metronidazol 2 x 250 mg/hr, 5-7 hari untuk istri dan suami
• Metronidazol 500 mg dalam bentuk tablet vagina sehari sekali selama 5-7
hari untuk istri
Non-farmako :
• Menjaga kebersihan kemaluan
• Tidak menggunakan barang pribadi secara bersama
Prognosis
Prognosis baik. Angka kesembuhan dengan metronidazol adalah 90-95% dan
tinidazol 86-100%. Reinfeksi dilaporkan sekitar 30%.
Evaluasi
• Menghindari kontak seksual yang tidak sehat
• Aktivitas seksual dihentikan sementara sampai orang dengan trikomoniasis
mendapat pengobatan lengkap dan menjadi asimtomatik
• Reinfeksi dapat dicegah dengan memberikan pengobatan yang lengkap pada
saat yang sama pada pasangan seksualnya

18
e. Gonore
Definisi
Infeksi pada traktus genitourinarius bawah yang ditularkan secara seksual
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
Etiologi
Neisseria gonorrhoeae

Epidemiologi
Diantara penyakit yang dilaporkan di Amerika, gonore diperkiraan 650.000
kasus/tahun. Insiden lebih tinggi terjadi di negara berkembang serta penularan
lebih efisien terjadi dari laki-laki ke perempuan. Infeksi gonore di Indonesia
menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis penyakit menular seksual. Pada
tahun 2013, kasus gonore di Sumatera Utara adalah sebanyak 811 kasus dengan
rincian kasus pada jenis kelamin laki - laki adalah sebanyak 477 kasus dan pada
perempuan sebanyak 333 kasus.
Faktor Risiko
• LGBT
• PSK
• Waria
• Gelandangan
• Pengguna narkoba suntik
• Partner seksual multiple
• Menderita HIV dan PMS lain
Patofisiologi
Kuman Neisseria gonorrhoeae memiliki faktor virulensi yang berperan penting
dalam menginfeksi manusia. Faktor virulensi tersebut adalah :
• Pili: membantu penempelan kuman ke mukosa epitel, mencegah neutrofil
membunuh kuman
• Protein porin (protein I): mencegah fusi dari fagolisosom pada netrofil
• Protein Opa (protein II): membantu penempelan kuman pada kuman lain dan
sel, menurunkan respon imun
• Lipooligosakarida (LOS) : mempengaruhi aktivitas endotoksik
• IgA-protease: menghancurkan IgA

19
 Fase 1) bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput lendir
dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
 Fase 2) bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi selama infeksi,
yang dibantu oleh pili, opa dan porin. Oppacity associated protein (OPA)
kemudian membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang.
 Fase 3) masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses yang disebut
endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar, membentuk
vakuola. (dilakukan oleh Adhesin dan Spingomielinase)
 Fase 4) vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang, dimana bakteri
berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel. LOS
merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan
kerusakan sel.
 Fase 5) reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil. Selaput
lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan neutrofil pada
jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria gonorrhoeae untuk
menghasilkan protease IgA ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya aktivitas
antibodi

20
Alur diagnosis
Anamnesis
 Pria: apakah ada nyeri serta discharge (drip) mucoid (kencing nanah) pada
saat miksi, tidak nyaman abdominal, apakah ada demam, apakah terdapat
hematuria, apakah nyeri saat ereksi.
 Wanita: umumnya tidak menunjukan gejala, tapi tetap tanyakan.
Apakah kencing bernanah, disuria, per- darahan inter menstrual (spotting),
dispareunia (nyeri saat berhubungan intim), dan Apakah nyeri abdomen
bawah ringan, tanyakan mengenai menstruasi
Pemeriksaan fisik
Pada infeksi orofaring, dapat ditemukan faringitis ringan. Pada infeksi rektal,
ditemukan yang mukopurulen. Pada infeksi okuler, pembengkakan jelas kelopak
mata, hyperemia dan kemosis, dan discharge yang banyak dan purulent.
 Pria:
1) Discharge purulen atau mukopurulen uretra, di dapatkan dengan
melakukan teknik milking
2) Pemeriksaan epididimitis: nyeri dan edema epididimis unilateral
 Wanita:
1) Discharge vaginal purulen atau mukopurulen atau discharge servikal
2) Perdarahan vagina, vulvovaginitis kerapuhan serviks (tendensi
perdarahan saat manipulasi)
3) Nyeri gerakan serviks saat pemeriksaan palpasi bimanual
4) Rasa penuh dan/ tenderness pada adneksa, unilateral maupun bilateral
5) Nyeri/tenderness pada abdominal bawah, dengan atau lanpa rebound
tenderness

21
6) Kemungkinan nyeri punggung (terutama bila plD) - Tenderness kuadran
kanan atas (bila perihepatitis)
Pemeriksaan penunjang
Pem. Laboratorium : pengambilan spesimen eksudat
a) Pewarnaan Gram:pada pria dengan gejala uretritis positif bila
ditemukan adanya diplokokus Gram negatif dengan morfologi tipikal
yang ditemukan berhubungan dengan neutrofil. Pada wanita hapusan
endoservik + gejala klinis PID.
b) Kultur: kultur eksidat, kultur darah
c) Spesimen untuk Nucleic ocid hybridizotion fesf berasal dari swab
endoservikal pada wanita dan swab uretra pada pria. spesifisitas nya
dimana terdapat reaksi silang dengan spesies Nersserio nongonokokal.
Komplikasi
• Sapingitis akut (PID) -> infertilitas dan kehamilan ektopik
• Abses kelenjar Bartholi pada wanita
• Epididimitis, prostatitis, dan striktur uretra pada laki-laki
Penatalaksanaan
Farmako:
• Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal
• Cefixime 400 mg oral dosis tunggal
• Dosis tunggal injeksi regimen cephalosporin ditambah Azithromycin 1 gram
oral dosis tunggal
• Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari
Non-farmako :
• Stop berhubungan seksual sementara.
• Konseling tentang penyakitnya.
Prognosis
Dengan terapi segera, infeksi gonokokal pada uretra jarang menyebabkan
morbiditas jangka panjang

D. Pandangan islam mengenai keputihan dan cara bersuci


Dalam islam, dikenal ada tiga jenis cairan yang keluar melalui qubul atau jalan depan.
Tiga carian tersebut antara lain :
1. Mani/Sperma
Cairan ini ketika basah normalnya beraroma seperti adonan tepung, dan ketika
mengering baunya seperti telur. Mani keluarnya dengan memuncrat (merasakan
kenikmatan) dan memiliki efek melemahkan buah zakar. Apabila keluar maka
membatalkan puasa dan diwajibkan mandi junub.
2. Madzi (Cairan putih, bening dan lengket)

22
Cairan ini biasanya keluar ketika bersyahwat atau berhubungan antara lelaki
maupun perempuan. Perbedaan cairan ini dibanding mani adalah bahwa madzi
tidak muncrat dan tidak melemahkan zakar. Apabila keluar maka tidak
membatalkan puasa dan tidak diwajibkan mandi junub.
3. Wadi
Cairan ini bersifat bening, agak kental, biasanya keluar ketika kencing atau
keadaan tertentu yang disebabkan karena perubahan siklus tubuh. Dari ketiga
cairan yang disebutkan, yang paling mudah dibedakan adalah wadi, pasalnya
cairan ini hanya keluar saat kencing, baik bersamaan dengan keluarnya air
kencing atau setelahnya.

Hal ini dijelaskan dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, juz II, halaman 141-
142 :

• ‫وج ِه ث ُ َّم إذَا‬ َ ِ‫ي الرجل في حال صحته ابيض ثحين يَتَدَفَّ ُق فِي ُخ ُرو ِج ِه دَ ْفعَةً بَ ْعدَ دَ ْفعَ ٍة َويَ ْخ ُر ُج ب‬
ِ ‫ش ْه َوةٍ َويُتَلَذَّذُ بِ ُخ ُر‬ ُّ ِ‫فَ َمن‬
.‫ْض‬ ْ
ِ ‫ت َرائِ َحتُهُ ك ََرا ِئ َح ِة البَي‬ ْ َ‫س كَان‬ َ ِ‫ين َوإِذَا يَب‬ ْ ٌ ْ َ
ِ ‫ور َو َرائِ َحتُهُ ك ََرائِ َح ِة طلعِ النَّ ْخ ِل قَ ِريبَة ِم ْن َرائِ َح ِة العَ ِج‬ ُ ُ
ٌ ُ ‫خ ََر َج يَ ْعقبُهُ فت‬
Dari tiga jenis cairan yang disebutkan, dua yang terakhir yakni madzi dan
wadi adalah cairan yang hukumnya Najis. Sedangkan Mani berhukum suci
(meskipun harus mandi wajib setelah keluar) sebagaimana telah dijelaskan
oleh Imam Syafi’i dalam Kitab Al-Umm.
• ‫س ُكلُّهُ ما َخال المنى‬
َ ٌ ‫ف فَ ُه َو ن َِج‬ ُ ‫ف أو يُ ْع َر‬ ُ ‫طوبَ ِة بَ ْو ٍل أو َمذْي ٍ أو َودْي ٍ أو ما الَ يُ ْع َر‬ ُ ‫كل ما خ ََر َج من ذَك ٍَر من ُر‬
Artinya, “Setiap kencing, madzi, wadzi atau sesuatu yg tidak diketahui atau
sesuatu yang diketahui yang keluar dari penis atau kemaluan bagian depan
maka semua hukumnya najis kecuali mani.”

23
BAB III
KESIMPULAN

Dari teori teori yang sudah dipaparkan di atas bahwa pasien menderita kelainan yang
disebabkan oleh jamur, karena sesuai dengan gejala-gejala yang ada di skenario yaitu
punya penyakit DM yang merupakan gejala khas dari kelainan yang disebabkan
jamur dan gejala berupa bercak putih pada vulva dan mukosa vagina yang melekat
erat dan sedikit berdarah bila dibersihkan. Dalam panndangan islam cairan keputihan
yang dialami oleh perempuan termasuk ke dalam jenis cairan yang ketiga, yaitu wadi.
Ia sesuai dengan ciri-ciri dari wadi, yakni cairan keluar biasanya setelah kencing, atau
karena kecapekan, dan tidak mengandung ciri dari mani maupun madzi yang lengket
dan bersyahwat. Cara bersuci dari cairan tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu
dari kemaluan sebelum berwudhu dan melaksanakan shalat. Jika cairan ini mengenai
benda lain, seperti pakaian, maka harus dicuci terlebih dahulu dengan cara dibasuh
dengan air sampai hilang bau, warna, dan rasanya. Sehingga, bagi wanita yang
mengalami keputihan, harus mengganti celana dalamnya, dan membasuh
kemaluannya sebelum wudhu dan shalat.

24
Daftar Pustaka

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.
VI. Jakarta: Internal Publishing

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II.
VI. Jakarta: Internal Publishing

2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed. 6. Jakarta: InternaPublishing

Kowalak, Jennifer P. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Kumar, Vinay. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins Ed. 9. Jakarta: Elsevier

2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed. 6. Jakarta: InternaPublishing

25

Anda mungkin juga menyukai