Referat Demam Tifoid
Referat Demam Tifoid
PENDAHULUAN
masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di
daerah urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan
bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak,
di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di
Asia Tenggara 100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang
dari 100 kasus per 100.000 penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga
10%, khususnya pada individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan
tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan
1–4% dengan rasio 10 kali lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%)
dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan
(carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga
1
dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun),
Sulawesi Selatan, tersebar di semua umur dan cenderung lebih tinggi pada umur
dewasa. Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah yaitu
1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%. Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014
suspeck penyakit typhus tercatat sebanyak 23.271 yaitu laki-laki sebanyak 11.723
16.743 penderita yaitu laki-laki sebanyak 7.925 dan perempuan sebanyak 8.818
penderita dengan insiden rate (2,07) dan (CFR=0,00%), dengan kasus yang
Utara (0 kasus), Kabupaten Luwu ( 1 kasus) dan Kabupaten Tana Toraja (19
kasus).2
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah
umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar
pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
3
B. Epidemiologi
juta kasus dengan 216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam
tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dicatat di Asia
yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di
Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan
Selandia Baru); serta yang termasuk rendah (<10 kasus per 100.000
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
4
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis
yang sangat luas. Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar
rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak
41.081 kasus, yang meninggal 274 orang dengan Case Fatality Rate
C. Etiologi
bertahan hidup selama berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan
yang dibekukan. Pada daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi pada
5
musim kemarau atau permulaan musim hujan. S.typhi yang infeksius
berusia 3-19 tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan
tempat buang air besar dalam rumah. Berikut ini gambar mengenai
insidens demam tifoid dan usia rata-rata pasien dari studi mengenai
D. Patogenesis
dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus, bakteri
sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya
tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil
6
yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri dalam
diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati,
ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses
E. Gejala Klinis
7
mirip influenza, nyeri kepala, anoreksia, nausea, nyeri perut, batuk kering
secara progresif dan pada minggu kedua, demam seringkali tinggi dan
dengan diameter sekitar 2-4 mm, dilaporkan pada 5%-30% kasus yang
Setelah 7-14 hari tanpa keluhan atau gejala, dapat muncul keluhan
atau gejala yang bervariasi mulai dari yang ringan dengan demam yang
tidak tinggi, malaise, dan batuk kering sampai dengan gejala yang berat
dengan demam yang berangsur makin tinggi setiap harinya, rasa tidak
disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan perut, dan pembengkakan pada
stadium lebih lanjut dari hati atau limpa atau kedua-duanya. Pada anak,
diare sering dijumpai pada awal gejala yang baru, kemudian dilanjutkan
tinggi dapat dijadikan indikator demam tifoid. Pada sekitar 25% dari
kasus, ruam makular atau makulopapular (rose spots) mulai terlihat pada
8
hari ke 7-10, terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat pada dada
bagian bawah dan abdomen pada hari ke 10-15 serta menetap selama 2-3
pada yang sudah sakit selama lebih dari 2 minggu. Komplikasi yang sering
2-4 minggu.6
F. Diagnosis
Anamnesis 3,7
9
Pemeriksaan Fisis
pemeriksaan paru.7
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Hematologi
b) Pemeriksaan Widal
dan H dari S. typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun.
10
Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah
91,4%, dan nilai prediksi positif 80%. Hasil pemeriksaan Widal positif
11
laboratorium tergantung endemisitas demam tifoid di masyarakat
12
lipopolisakarida S.typhi (Tubex) dan IgM terhadap S.typhi (Typhidot)
demam tifoid.
skala warna dan nilai > 6 dianggap sebagai positif kuat. Namun
13
pada kasus tersangka demam tifoid di daerah endemis karena IgM
d) Pemeriksaan PCR
(fliC) dari S. typhi dapat dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%),
e) Pemeriksaan Urin
flagella (d-H), dan antigen virulensi kapsul (Vi) pada spesimen urin
14
memiliki sensitivitas tertinggi pada akhir minggu pertama, yaitu
kasus (44%) dan d-H pada 4kasus (44%). Spesifisitas untuk Vi lebih
G. Indikas Rawat
15
e. Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2.
3) Diet
4) Transfusi Darah
perforasi usus.
H. Penatalaksanaan
Anak terus berbaring di tempat tidur dan letak baring harus sering
16
demam, dilanjutkan dengan mobilisasi secara bertahap sebagai
berikut:
b) Diet
anoreksia)
17
o Menanggulangi gangguan sirkulasi
Menanggulangi sirkulasi
penderita.
c) Pemberian Antibiotik
18
Kotrimoksazol merupakan obat pilihan apabila resistensi atau
hari.
minggu.3
19
kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit
10–14 hari atau sampai 5–7 hari setelah demam turun, sedang pada kasus
20
Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 4 kali
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis efektif pada isolat yang rentan.
21
I. Komplikasi
Pendarahan usus
ditandai dengan gejala akut abdomen dan peritonitis. Pada foto polos
Perforasi usus
Ileus paralitik
Pankreatitis
J. Prognosis
22
BAB 3
KESIMPULAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram
negatif Salmonella typhi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih
ringan dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara
menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala,
mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sulit buang air
meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari. Setelah
minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus,
nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah
/terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan
tremor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut
kembung. disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, acuh tak
23
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Lampung
24
1
Purba,Ivan E dkk. Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia : tantangan dan peluang.
2016. Vol.26. Media Litbangkas. Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan, Sumatera Utara.
2
Sahrir, Agusyanti dkk. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2014. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan. 2015. Halaman 31-32
3
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2013. Departemen ilmu kesehatan anak FK UNHAS.
SMF Anak RS Dr.Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Halaman 5-10
4
Pudjiadi, AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi II. 2011.
Halaman 47-49
5
Pramitasari, OP. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita Yang Dirawat Di
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013. Volume 2. Nomor 1.
Tahun 2013
6
Nelwan, RHH. Tatalaksana Terkini Demam Tifoid. Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Jakarta
7
Hadinegoro, SR dkk. Update Management of Infectious Disease and Gastrointestinal Disorders.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Halaman 1-
14
8
Ghassani, R. Management of Typhoid Fever in Infants with Irregular Eating Patterns and
Knowledge PHBS of Mothers on Scant. J.Medula Unila. Volume 3 Nomor 1. September 2014.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
25