Oleh:
YOSI ISFANDIANI
16034030/2016
Bidang Kajian :
Elektronika dan Instrumentasi
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
2
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB IV PENUTUP..............................................................................................24
4.1 kesimpulan....................................................................................................24
4.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan suatu usaha yang memiliki nilai jual tinggi dan mendukung untuk
Unggas (ayam, bebek, dan burung puyuh) adalah salah satu hewan yang menjadi
sumber protein hewani yang pada umumnya dikonsumsi sebagai pelengkap lauk-
pauk oleh manusia setiap harinya. Permintaan akan unggas tersebut setiap
semakin meningkat pula, terjadilah suatu kelangkaan atas unggas tersebut. Oleh
karena itu dengan melihat kondisi seperti ini tentu alat penetas telur sangat
penting.
Alat penetas telur adalah ruangan tertutup yang dipanasi dengan aliran
listrik atau pemanas buatan yang dipakai untuk mengerami telur. Pengeraman
dengan alat penetas dilakukan agar telur yang ditetaskan relatif banyak. Pada saat
ini telah banyak beredar alat penetas telur, namun sayangnya masih konvensional
yang bersifat on/off pada lampu yang digunakan sebagai sumber panas atau
penentu tingkat suhu; 2) masih belum bisa mencapai kata presisi untuk tingkat
1
pemancaran panas yang diperlukan oleh telur; 3) dan tentunya memerlukan
ketepatan jadwal yang lebih ekstra dalam menyalakan atau menonaktifkan lampu
jika dibandingkan dengan alat penetas telur otomatis. Pengecekan yang berkala
ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pemutar atau pembalik telur
secara otomatis.
Dari permasalahan tersebut maka dibuat sistem kontrol ruang penetas telur
yang lebih stabil. Penstabilan sistem kontrol pada ruang penetas telur dapat
dilakukan dengan mengatur suhu, kelembaban dan pembalik telur yang dapat
pengontrol pembalik telur yang ditampilkan melalui LCD yang dikendalikan oleh
Arduino Uno.
Arduino Uno ini berfungsi memproses sinyal dari sensor yang digunakan
dengan cara mengaktifkan motor DC, kipas dan pemanas. Pemanas akan aktif
selama suhu di dalam ruang penetas telur belum mencapai suhu yang diinginkan.
Jika suhu didalam ruangan sudah mencapai suhu yang diinginkan maka pemanas
akan otomatis mati. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas tentang
“Desain Sistem kontrol tetas telur menggunakan sensor DHT11 Berbasis Arduino
Uno”.
2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
1.3 Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan yaitu untuk mendesain sistem kontrol
1.4 Manfaat
suatu sistem kontrol tetas telur menggunakan sensor DHT-11 berbasis Arduino
Uno yang bisa digunakan untuk meningkatkan produksi tarnak jenis unggas.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
sama dan melakukan suatu sasaran tertentu. Sehingga sistem kontrol adalah suatu
sistem yang keluaran sistemnya dikendalikan pada suatu nilai tertentu atau untuk
Selain itu sistem kontrol adalah suatu alat untuk mengendalikan, memerintah dan
mengatur keadaan dari suatu sistem. Proses dalam suatu sistem kontrol ada dua
sistem kontrol yaitu sistem kontrol lup terbuka dan lup tertutup yang dapat dilihat
(a)
(b)
Gambar 2.2. (a) Diagram lup terbuka (b) diagram lup tertutup
Sistem kontrol terbagi menjadi dua yaitu sitem kontrol lup terbuka dan
sistem lup tertutup. Sedangkan, dari kedua sistem kontrol tesebut, penulis akan
menggunakan sistem kontrol lup tertutup karena Sistem kontrol lup tertutup
4
adalah Suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya memiliki pengaruh langsung
terhadap aksi pengendalian yang dilakukan. Dalam sistem kontrol tertutup ada
1) Input/masukan
diharapkan.
2) Output/Keluaran
3) Plant
dikendalikan
4) Controller
pengaturan.
untuk daging dan telur. Penetasan telur unggas menjadi popular di tingkat
peternak kecil dan menengah bahkan ditingkat rumah tangga untuk dijadikan jenis
5
dipelihara sebagai binatang peliharaan. Waktu yang dibutuhkan hingga telur
untuk telur ayam membutuhkan waktu 21-22 hari, itik membutuhkan waktu 28
telur ayam dapat bervariasi karena beberapa faktor seperti pemeliharaan, suhu,
terjadi pada rentang 38C sampai dengan 39C dan kelembaban udara
sekitar 60-70%.Terdapat lima hal utama yang harus diperhatikan pada ruang
penetas telur yaitu suhu, kelembaban udara, ventilasi, pemutaran telur dan
1) Suhu.
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul
dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau
temperatur udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan
6
memerintah sistem itu sendiri atau sistem lainnya (Imam,M: 1995
dalam Syufrawardi, S., Yohandri, Y., & Asrizal, A: 2008. Vol. XI)
Embrio dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur
berada pada kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika
puyuh 39,5˚ (Hariyanto,& Waluyo: 2015, Vol. 03.No. 1). Secara umum
suhu ideal untuk menetaskan telur yaitu bila suhu terendah menunjukkan
angka lebih kurang 38 ° Celcius dan suhu tertinggi adalah 38,5 – 39°C.
massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur
yang umum untuk penetasan telur setiap jenis unggas juga berbeda-beda.
Kelembapan untuk telur pada saaat awal penetasan sekitar 52%-55% dan
menjelang menetas sekitar 60%-70%, itik pada minggu pertama 70% dan
dalam pembuatan alat penetas telur tetap harus diperhatikan akan oksigen
7
yang ada didalam alat tersebut agar embrio bisa berkembang dengan
normal.
3) Pemutaran telur.
Selama telur tetas ada di dalam ruang setter/inkubator (umur 4-18 hari),
telur harus diputar 90° setiap minimal 6 jam sekali. Hal ini dilakukan
telur. Selain itu arah putaran harus searah agar membantu proses
sirkulasi udara dan panas. Rak pemutaran telur berguna mencegah bibit
ayam yang menempel pada kulit telur yang akan menyebabkan kecacatan
2015.Vol.03.No.1).
mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
manusia.
8
Tujuan utama di gunakan sensor ialah untuk memudahkan pekerjaan
manusia sebab ciri khas sensor ialah ia dapat mengindera dari jauh sehingga dapat
di monitoring dari jarak jauh tanpa perlu berada di tempat yang sama dengan
sensor. Salah satu jenis sensor yang akan digunakan penulis dalam project ini
adalah sensor DHT11. Sensor DHT11 adalah salah satu sensor yang dapat
kelembaban tipe resistif dan sebuah mikrokontroler 8 bit yang mengelola kedua
sensor tersebut dan mengirim hasilnya ke pin output dengan format single-wire
bi-directional (kabel tunggal dua arah)(Hidayat & Wanarti : 2019. Vol. 08 No. 01,
199-207). Berikut adalah bentuk diagram sensor DHT11 yang dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
mengukur dua parameter lingkung sekaligus, yakni suhu dan kelembaban udara
kelembaban tipe pesisitif dan sebuah mikrokontroller 8-bit yang mengolah kedua
9
sensor tersebut dan mengirim hasil ke pin output dengan format single-wire
bidirectional (kabel tunggal dua arah). Sensor digital yang dapat mengukur suhu
OTP program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu, maka
kelihatannya kecil, DHT11 ini ternyata melakukan fungsi yang cukup kompleks.
a. Tegangan suply : + 5V
b. Range temperatur : 0 – 50 ⁰C
c. keakuratan ± 2 ⁰C.
e. keakuratan ± 5 %.
Pada spesifikasi diatas dapat dilihat bentuk rangkain sensor DHT11 pada Gambar
3.
Sumber:https://www.mouser.com/ds/2/758/DHT11-Technical-Data-Sheet-
Translated-Version-1143054.pdf
Gambar 2.4. Bentuk rangkaian sensor DHT11
10
Ganbar 4 merupakan bentuk rangkaian sensor DHT11 dimana sensor ini memiliki
mikrokontroler AVR seri ATMega 328 yang merupakan produk dari Atmel.
sendiri yang berupa bahasa C. selain itu didalam board Arduino sendiri sudah
terdapat loader yang berupa USB sehingga memudahkan kita kerika memprogram
input / output pin (dimana6 pin dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input
analog, 16 MHz osilatorkristal, koneksi USB, jack listrik tombol reset. Pin-pin
terhubung ke komputer dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa didapat
dari adaptor AC-DC atau baterai untuk menggunakannya. Berikut ini adalah
bentuk fisik dari Arduino uno yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.
11
Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa arduino uno terdiri dari banyak bagian-
bagian. Arduino dikatakan sebagai sebuah platform dari physical computing yang
bersifat open source. Arduino bukan sekedar sebuah alat pengembangan, tetapi
Development Environment (IDE) yang canggih. IDE adalah sebuah software yang
berperan untuk menulis program, meng-compile menjadi kode biner dan meng-
1,0 pinout: tambah SDA dan SCL pin yang dekat ke pin aref dan dua pin
5V dan dengan Arduino Karena yang beroperasi dengan 3.3V. Yang kedua
Setiap 14 pin digital pada Arduino Uno dapat digunakan sebagai input dan output,
(terputus secara default) 20-50 kOhm. Selain itu, beberapa pin mempunyai fungsi-
fungsi spesial:
12
Kedua pin ini dihubungkan ke pin-pin yang sesuai dari chip Serial
Atmega8U2 USB-ke-TTL.
suatu kenaikan atau penurunan yang besar, atau suatu perubahan nilai.
fungsi analogWrite().
e. LED: 13. Ada sebuah LED yang terpasang, terhubung ke pin digital
13. Ketika pin bernilai HIGH LED menyala, ketika pin bernilai LOW
fungsi spesial:
13
Ada sepasang pin lainnya pada board: AREF, referensi tegangan untuk input
sebuah tombol reset untuk melindungi yang memblock sesuatu pada board.
2.5 Instrument
Selain sensor DHT11 dan Arduino Uno ada beberapa komponen pelengkap yang
yang ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC.
untuk kendali motor DC. Driver motor ini yang nantinya bertugas
media penampil data yang sangat efektif dalam suatu sistem elektronik.
Agar sebuah pesan atau gambar dapat tampil pada layar LCD, diperlukan
14
sebuah rangkaian pengatur (scanning) dan pembangkit tegangan sinus.
karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (I baris pixel
(Dasriyani, 2014). Bentuk dari power supply dapat dilihat pada Gambar
2.8.
15
2.5.4 Kipas dan lampu
Kipas dan lampu digunakan untuk menstabilkan suhu. Cara kerja alat yang
ruang telur. Berikut adalah bentuk fisik dari kipas dan lampu yang
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang didesain dalam penelitian ini terdiri dari hardware. Dan hardwere yang
akan dibahas yaitu; catu daya, sensor DHT11 , Heater/lampu, kipas, dan LCD
serta motor DC. Diagram blok sistem kontrol penetas telur yang dibahas dapat
Motor DC
16
Sensor
Sensor suhu D1-REV1 Kelembapan
Blog diagram diatas dapat dijelaskan fungsi masing masing sistem modul
yang digunakan. Catu Daya Catu Daya (Power Supply) pada sistem ini memiliki
jala-jala PLN sebagai input Power Supply memiliki 2 buah output yang
input Power Supply sebesar 224,6 Volt AC. Untuk tegangan output 1 yang
terukur yaitu 9,06 Volt sebagai sumber Arduino, sedangkan tegangan output 2
yang terukur sebesar 12,20 Volt sebagai sumber kipas DC.Pada gambar 3.2
AC 220 Volt yang disearahkan melewati beberapa dioda yang disusun secara
yang mendapat sinyal dari Arduino. Pada Gambar 3.4 berikut ini adalah skema
18
Gambar 3.5. Skema driver Kipas
Tampilan LCD difungsikan untuk menampilkan nilai temperatur dan
modul I2C LCD untuk meminimalisir jumlah kabel yang terhubung pada pin
Arduino. Berikut ini adalah bentuk dari skema LCD yang dapat dilihat pada
Gambar 3.6
L298N yang berfungsi untuk dapat mengendalikan motor DC, dimana di dalam
rangkaian terdapat empat input. Pin input ini dihubungkan dengan PortD di Modul
AVR dan transistor BC548 sebagai relay digital sedangkan outputnya ke motor
DC. Selain itu pada rangkaian ini juga terdapat 2 buah masukan daya yaitu VCC 5
Volt dari AVR dan 12 Volt dari power supply serta empat buah dioda untuk
menghindari arus balik yang dikeluarkan oleh motor DC. Pemutaran secara
didalam mesin incubator agar terjadi sudut 25.6 derajat untuk tiap-tiap waktu
telur sedikitnya adalah 3 kali sampai 6 kali 24 jam. Pada gambar 3.5 berikut ini
19
Gambar 3.5. Skema driver motor DC.
Modul relay yang digunakan pada penelitian ada tiga buah. Modul ini
digunakan sebagai picu untuk mengaktifkan pompa air, kipas dan heateruntuk
pemanas. Modul ini terdiri dari relayuntuk switching tegangan 220 Volt, 12 Volt,
dan 5 Volt yang diaktifkan oleh tegangan DC 5 Volt secara elektronik, resistor
relaybila dipicu oleh output dariAVR, dan dioda yang digunakan untuk mencegah
arus balik dari dalam kumparan relay. Pada gambar 3.6 berikut ini adalah skema
modul relay:
diagram sistem pengontrol ruang pengeram telur yang dapat dilihat pada Gambar
3.7
Blok diagram Gambar 3.1 diatas modul utama untuk memproses input
data dari sensor, lalu mengeluarkan output sesuai kondisi yang didapat dari data
20
Gambar 3.8. Modul pengendali utama sistem.
(Shafiudin & Kholis: 2018, Vol. 336, No.1)
penetas telur yang meliputi catu daya, sensor DHT11, driver lampu, serta
driver kipas. Perangkat kontrol ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu catu
daya yang akan digunakan Arduino dan perangkat pendukung lainnya. Arduino
membaca suhu pada egg incubator, LCD yang akan digunakan sebagai
pembalik telur.
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Desain sistem kontrol penetas telur menggunakan sistem kontrol lop
tertutup karena sistem kontrol lup tertutup adalah suatu sistem kontrol yang sinyal
21
keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang
penelitian yaitu sensor DHT11, motor DC, kipas, lampu, catu daya dan relay.
output dari sensor DHT11 dan komponen pelengkapnya digunakan Arduino Uno.
4.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
AR, T. I., Hariyanto, N., & Waluyo, W. (2015). Perancangan Dan Realisasi Alat
Penatas Telur Dengan Catu Daya Pembangkit Listrik Tenaga Surya Berbasis
Arduino Uno R3. REKA ELKOMIKA, 3(1).
Djuandi, Feri, (2011).“Pengenalan Arduino". Jakarta: Penerbit Elexmedia.
Hidayat, R., & Wanarti Rusimamto, P. U. P. U. T. (2019). Sistem Pengendalian
Temperatur Pada Inkubator Penetas Telur Otomatis Berbasis Fuzzy Logic
Control. Jurnal Teknik Elektro, 8(1).
Irfan, M., Maleakhi, A., Mulyana, R., & Susanto, R. (2014). Perancangan sistem
pengeram telur ayam otomatis. Jurnal Teknik Komputer, 148-158.
Jufril, D., Darwison, D., Rahmadya, B., & Derisma, D. (2015). Implementasi
Mesin Penetas Telur Ayam Otomatis Menggunakan Metoda Fuzzy Logic
Control. Prosiding Semnastek.
Nasruddin, M. N. (2007). Penentuan suhu pada ruangan penetasan telur berbasis
mikroprosesor. Jurnal penelitian MIPA, 1, 30-33.
22
Syufrawardi, S., Yohandri, Y., & Asrizal, A. (2008). Sistem Pengontrolan
Temperatur ON-OFF Menggunakan Mikrokontroler AT89C51 dengan
Pengindera Termokopel. Sainstek, 11(1), 78-85.
Shafiudin, S., & Kholis, N. (2018). Monitoring System and Temperature
Controlling on PID Based Poultry Hatching Incubator. In IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering (Vol. 336, No. 1, p. 012007).
IOP Publishing.
Pirsaraei, Z. A., Shahneh, A. Z., Zaghari, M., Zamiri, M. J., & Mianji, G. R.
(2008). Effect of testosterone and growth hormone injection before puberty
on follicles size, rate of egg production and egg characteristics of the
Mazandaran Native breeder hens. African Journal of Biotechnology, 7(17).
23