Anda di halaman 1dari 28

SEMINAR FISIKA

DESAIN SISTEM KONTROL PENETAS TELUR MENGGUNAKAN


SENSOR DHT-11 BERBASIS ARDUINO UNO

Oleh:
YOSI ISFANDIANI
16034030/2016

Bidang Kajian :
Elektronika dan Instrumentasi

Dosen Pembimbing Mata Kuliah:


Zulhendri Kamus,S.Pd,M.Si
Drs.Akmam,M.Si
Ramli,S.Pd,M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
2
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah tidak lupa Penulis ucapkan kehadirat Allah yang


maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini merupakan syarat utama untuk lulus matakuliah Seminar Fisika yang
sedang penulis pelajari saat ini. Makalah ini berjudul “Desain Sistem Kontrol
Penetas Telur Menggunakan Sensor DHT-11 berbasis Arduino Uno” .
Ucapan terima kasih Penulis ucapkan kepada bapak Zulhendri Kamus, M.Si,
bapak Drs. Akmam, M.Si dan bapak Ramli M.Si selaku dosen Pembina. Terima
kasih untuk bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang Penulis miliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.

Padang, 17 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Tujuan ............................................................................................................2

1.4 Manfaat ..........................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................3

2.1 Sistem Kontrol................................................................................................3

2.2 Penetasan Telur.............................................................................................5

2.3 Sensor DHT11..............................................................................................8

2.4 Arduino Uno.................................................................................................10

2.5 Instrument yang digunakan .........................................................................13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................19

3.1 Diagram Blok dan Prinsip Modul Sistem.....................................................19

3.2 Analisis Desain Rangkain.............................................................................23

BAB IV PENUTUP..............................................................................................24

4.1 kesimpulan....................................................................................................24

4.2 Saran.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (a). Diagram loop terbuka (b).diagram looop tertutup............................4


Gambar 2 Blok diagram sensor DHT11...................................................................8
gambar 3 Bentuk rangkaian sensor DHT11.............................................................9
Gambar 4 blok Diagram arduino uno.....................................................................10
Gambar 5 bentuk fisik arduino uno........................................................................11
Gambar 6 Bentuk fisik Motor DC.........................................................................14
Gambar 8 Liquid Cristal Display...........................................................................14
Gambar 9 DC Power Supply.................................................................................15
Gambar 10 Kipas dan lampu..................................................................................15
Gambar 11 Bentuk fisik Relay..............................................................................15
Gambar 12 Blok Diagram desain penetas telur..................................................... 16
Gambar 13 Skema power Supply..........................................................................17
Gambar 14 Skema sensor DHT11.........................................................................17
Gambar 15 Skema driver Lampu..........................................................................17
Gambar 16 Skema driver Kipas............................................................................18
Gambar 17 Skema LCD 16X2..............................................................................18
Gambar 18 Skema driver motor DC.....................................................................18
Gambar 19 Skema modul relay.............................................................................19
Gambar 20. Modul pengendali utama sistem.........................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa sekarang ini perkembangan sistem kontrol sangatlah pesat, salah

satu pengaplikasiannya adalah sistem kontrol penetas telur. penetasan telur

merupakan suatu usaha yang memiliki nilai jual tinggi dan mendukung untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat, salah satunya adalah produksi unggas.

Unggas (ayam, bebek, dan burung puyuh) adalah salah satu hewan yang menjadi

sumber protein hewani yang pada umumnya dikonsumsi sebagai pelengkap lauk-

pauk oleh manusia setiap harinya. Permintaan akan unggas tersebut setiap

bulannya meningkat cukup tajam. Berdasarkan permintaan yang semakin

meningkat dan tidak diimbangi dengan produksi pengembangbiakan unggas yang

semakin meningkat pula, terjadilah suatu kelangkaan atas unggas tersebut. Oleh

karena itu dengan melihat kondisi seperti ini tentu alat penetas telur sangat

penting.

Alat penetas telur adalah ruangan tertutup yang dipanasi dengan aliran

listrik atau pemanas buatan yang dipakai untuk mengerami telur. Pengeraman

dengan alat penetas dilakukan agar telur yang ditetaskan relatif banyak. Pada saat

ini telah banyak beredar alat penetas telur, namun sayangnya masih konvensional

dan belum otomatis. Penggunaan metode yang konvensional ini memiliki

beberapa kelemahan diantaranya adalah: 1) masih menggunakan cara kerja sistem

yang bersifat on/off pada lampu yang digunakan sebagai sumber panas atau

penentu tingkat suhu; 2) masih belum bisa mencapai kata presisi untuk tingkat
1
pemancaran panas yang diperlukan oleh telur; 3) dan tentunya memerlukan

ketepatan jadwal yang lebih ekstra dalam menyalakan atau menonaktifkan lampu

jika dibandingkan dengan alat penetas telur otomatis. Pengecekan yang berkala

ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pemutar atau pembalik telur

secara otomatis.

Dari permasalahan tersebut maka dibuat sistem kontrol ruang penetas telur

yang lebih stabil. Penstabilan sistem kontrol pada ruang penetas telur dapat

dilakukan dengan mengatur suhu, kelembaban dan pembalik telur yang dapat

dikendalikan secara otomatis. Sistem pengendali suhu, kelembaban dan pembalik

telur otomatis dapat diimplementasikan dengan menempatkan sensor DHT11

sebagai sensor pengontrol suhu dan kelembaban, dan motor DC sebagai

pengontrol pembalik telur yang ditampilkan melalui LCD yang dikendalikan oleh

Arduino Uno.

Arduino Uno ini berfungsi memproses sinyal dari sensor yang digunakan

untuk mengatur pembalikan telur,kelembaban dan keadaan suhu dalam ruangan

dengan cara mengaktifkan motor DC, kipas dan pemanas. Pemanas akan aktif

selama suhu di dalam ruang penetas telur belum mencapai suhu yang diinginkan.

Jika suhu didalam ruangan sudah mencapai suhu yang diinginkan maka pemanas

akan otomatis mati. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas tentang

“Desain Sistem kontrol tetas telur menggunakan sensor DHT11 Berbasis Arduino

Uno”.

2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat

dijelaskan yaitu: “Bagaimana desain sistem kontrol ruang penetas telur

menggunakan sensor DHT11 ?”

1.3 Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan yaitu untuk mendesain sistem kontrol

pada ruang penetas telur menggunakan sensor DHT11.

1.4 Manfaat

Secara umum pembahasan ini bermanfaat untuk mendesain dan membuat

suatu sistem kontrol tetas telur menggunakan sensor DHT-11 berbasis Arduino

Uno yang bisa digunakan untuk meningkatkan produksi tarnak jenis unggas.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Sistem Kontrol


Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama-

sama dan melakukan suatu sasaran tertentu. Sehingga sistem kontrol adalah suatu

sistem yang keluaran sistemnya dikendalikan pada suatu nilai tertentu atau untuk

mengubah beberapa ketentuan yang telah ditetapkan oleh masukan ke sistem.

Selain itu sistem kontrol adalah suatu alat untuk mengendalikan, memerintah dan

mengatur keadaan dari suatu sistem. Proses dalam suatu sistem kontrol ada dua

sistem kontrol yaitu sistem kontrol lup terbuka dan lup tertutup yang dapat dilihat

pada gambar 2.1 dibawah:

(a)

(b)

Gambar 2.2. (a) Diagram lup terbuka (b) diagram lup tertutup
Sistem kontrol terbagi menjadi dua yaitu sitem kontrol lup terbuka dan

sistem lup tertutup. Sedangkan, dari kedua sistem kontrol tesebut, penulis akan

menggunakan sistem kontrol lup tertutup karena Sistem kontrol lup tertutup
4
adalah Suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya memiliki pengaruh langsung

terhadap aksi pengendalian yang dilakukan. Dalam sistem kontrol tertutup ada

beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1) Input/masukan

Masukan atau input adalah rangsangan dari luar yang diterapkan ke

sebuahsistem kendali untuk memperoleh tanggapan tertentu dari sistem

pengaturan.masukkan juga sering disebut respon keluaran yang

diharapkan.

2) Output/Keluaran

Keluaran atau output adalah tanggapan sebenarnya yang didapatkan dari

suatu sistem kendali.

3) Plant

Seperangkat peralatan objek fisik dimana variabel prosesnya akan

dikendalikan

4) Controller

Controller merupakan elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap

pengaturan.

2.2 Penetasan Telur

Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan

untuk daging dan telur. Penetasan telur unggas menjadi popular di tingkat

peternak kecil dan menengah bahkan ditingkat rumah tangga untuk dijadikan jenis

petelur, pedaging atau untuk menghasilkan unggas-unggas yang cantik untuk

5
dipelihara sebagai binatang peliharaan. Waktu yang dibutuhkan hingga telur

unggas tersebut menetas masing-masing jenis unggas berbeda-beda. Misalnya

untuk telur ayam membutuhkan waktu 21-22 hari, itik membutuhkan waktu 28

dan wallet membutuhkan waktu 13 hari.( Nasruddin: 2007, Vol.1,No.1). Kualitas

telur ayam dapat bervariasi karena beberapa faktor seperti pemeliharaan, suhu,

kelembaban relatif dan musim.( Pirsaraei,dkk, 2008Vol.7 ISSN 1684–53152008).

Untuk suhu pengeraman antara 36 sampai 42 derajat celcius dengan

kelembaban ruang pada kisaran 55-60%). Sedangkan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Banten menyatakan temperatur pengeraman

terjadi pada rentang 38C sampai dengan 39C dan kelembaban udara

sekitar 60-70%.Terdapat lima hal utama yang harus diperhatikan pada ruang

penetas telur yaitu suhu, kelembaban udara, ventilasi, pemutaran telur dan

kebersihan (Fadhila,dkk:2014, Vol.2.No. 4) yaitu:

1) Suhu.
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul

dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau

derajat panas disebut termometer. Biasanya pengukuran suhu atau

temperatur udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan

Fahrenheit (F). Sistem pengontrolan temperatur memegang peranan

penting untuk mengendalikan temperatur pada suatu level yang

diinginkan. Sistem kendali atau control system adalah susunan

komponen fisika yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga

membentuk suatu kesatuan utuh yang fungsinya untuk mengatur,

6
memerintah sistem itu sendiri atau sistem lainnya (Imam,M: 1995

dalam Syufrawardi, S., Yohandri, Y., & Asrizal, A: 2008. Vol. XI)
Embrio dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur

berada pada kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika

suhunya kurang dari yang dibutuhkan. Suhu yang dibutuhkan untuk

penetasan telur setiap unggas berbedabeda. Suhu untuk perkembangan

embrio dalam telur ayam antara 38,33- 40,55˚ C itik 37,78-39,45˚ C,

puyuh 39,5˚ (Hariyanto,& Waluyo: 2015, Vol. 03.No. 1). Secara umum

suhu ideal untuk menetaskan telur yaitu bila suhu terendah menunjukkan

angka lebih kurang 38 ° Celcius dan suhu tertinggi adalah 38,5 – 39°C.

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam

massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur

kelembaban udara disebut psychrometer atau hygrometer. Selama

penetasan berlangsung, diperlukan kelembapan udara yang sesuai dengan

perkembangan dan pertumbuhan embrio, seperti suhu dan kelembapan

yang umum untuk penetasan telur setiap jenis unggas juga berbeda-beda.

Bahkan, kelembapan pada awal penetasan berbeda dengan hari selajutnya.

Kelembapan untuk telur pada saaat awal penetasan sekitar 52%-55% dan

menjelang menetas sekitar 60%-70%, itik pada minggu pertama 70% dan

minggu selanjutnya 60%-65%.


2) Ventilasi.
Dalam perkembangan normal, embrio membutuhkan oksigen dan

mengeluarkan karbondioksida melalui pori-pori kerabang telur. Untuk itu,

dalam pembuatan alat penetas telur tetap harus diperhatikan akan oksigen

7
yang ada didalam alat tersebut agar embrio bisa berkembang dengan

normal.
3) Pemutaran telur.

Selama telur tetas ada di dalam ruang setter/inkubator (umur 4-18 hari),

telur harus diputar 90° setiap minimal 6 jam sekali. Hal ini dilakukan

agar embrio tidak menempel pada kulit telur. Pemutaran harus

dilakukan perlahan-lahan, karena bila terlalu cepat maka akan timbul

guncangan yang dapat menyebabkan embrio menempel pada kulit

telur. Selain itu arah putaran harus searah agar membantu proses

sirkulasi udara dan panas. Rak pemutaran telur berguna mencegah bibit

ayam yang menempel pada kulit telur yang akan menyebabkan kecacatan

pada ayam saat menetas(Nugroho: 2012 Dalam Hariyanto,dkk :

2015.Vol.03.No.1).

4) Waktu Penatasan Telur.

Penetasan telur biasanya diperlukan waktu sekitar 21 hari untuk menetas.

2.3 Sensor DHT11

Sensor adalah jenis transduser yang digunakan untuk mengubah variasi

mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.

Sensor biasanya dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting

dalam pengendalian proses pabrikasi modern. Sensor memberikan ekivalen mata,

pendengaran, hidung, lidah dan menjadi otak mikroprosesor dari sistem

otomatisasi industri. Sensor memiliki bentuk yang bermacam-macam tergantung

fungsi dan kegunaannya. Sensor digunakan hampir di semua sendi kehidupan

manusia.
8
Tujuan utama di gunakan sensor ialah untuk memudahkan pekerjaan

manusia sebab ciri khas sensor ialah ia dapat mengindera dari jauh sehingga dapat

di monitoring dari jarak jauh tanpa perlu berada di tempat yang sama dengan

sensor. Salah satu jenis sensor yang akan digunakan penulis dalam project ini

adalah sensor DHT11. Sensor DHT11 adalah salah satu sensor yang dapat

mengukur dua parameter lingkungan sekaligus, yakni suhu dan kelembaban

udara (humidity). Dalam sensor ini terdapat sebuah thermistor tipe

NTC(Negative Temperature Coefficient) untuk mengukur suhu, sebuah sensor

kelembaban tipe resistif dan sebuah mikrokontroler 8 bit yang mengelola kedua

sensor tersebut dan mengirim hasilnya ke pin output dengan format single-wire

bi-directional (kabel tunggal dua arah)(Hidayat & Wanarti : 2019. Vol. 08 No. 01,

199-207). Berikut adalah bentuk diagram sensor DHT11 yang dapat dilihat pada

Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Blok diagram sensor DHT11


Blok diagram sensor DHT11, DHT11 adalah salah satu sensor yang dapat

mengukur dua parameter lingkung sekaligus, yakni suhu dan kelembaban udara

(humidity). Dalam sensor ini terdapat sebuah thermistor tipe NTC

(NegativeTemperature Coefficient) untuk mengukur suhu, sebuah sensor

kelembaban tipe pesisitif dan sebuah mikrokontroller 8-bit yang mengolah kedua

9
sensor tersebut dan mengirim hasil ke pin output dengan format single-wire

bidirectional (kabel tunggal dua arah). Sensor digital yang dapat mengukur suhu

dan kelembaban udara di sekitarnya. Memiliki koefisien kalibrasi disimpan dalam

OTP program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu, maka

module ini menyertakan koefisien tersebut dalam kalkulasinya Jadi walaupun

kelihatannya kecil, DHT11 ini ternyata melakukan fungsi yang cukup kompleks.

Berikut adalah spesifikasi dari DHT11.

Spesifikasi dari DHT 11 adalah sebagai berikut:

a. Tegangan suply : + 5V

b. Range temperatur : 0 – 50 ⁰C

c. keakuratan ± 2 ⁰C.

d. Range kelembaban : 20% – 95% RH

e. keakuratan ± 5 %.

f. Output : Sinyal digital

Pada spesifikasi diatas dapat dilihat bentuk rangkain sensor DHT11 pada Gambar

3.

Sumber:https://www.mouser.com/ds/2/758/DHT11-Technical-Data-Sheet-
Translated-Version-1143054.pdf
Gambar 2.4. Bentuk rangkaian sensor DHT11

10
Ganbar 4 merupakan bentuk rangkaian sensor DHT11 dimana sensor ini memiliki

fungsi GND,VDD, dan MCU.

2.4 Arduino Uno


Arduino Uno merupakan sebuah board minimum sistem mikrokontroler

yang bersifat open source. Didalam rangkaian board Arduino terdapat

mikrokontroler AVR seri ATMega 328 yang merupakan produk dari Atmel.

Arduino memiliki kelebihan tersendiri dibanding board mikrokontroler yang lain

selain bersifat open source, Arduino juga mempunyai bahasa pemrogramannya

sendiri yang berupa bahasa C. selain itu didalam board Arduino sendiri sudah

terdapat loader yang berupa USB sehingga memudahkan kita kerika memprogram

mikrokontroller didalam Arduino (Djuandi, 2011). Arduino Uno adalah board

berbasis mikrokontroler pada ATmega328 yang memiliki Boardini 14 digital

input / output pin (dimana6 pin dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input

analog, 16 MHz osilatorkristal, koneksi USB, jack listrik tombol reset. Pin-pin

ini berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, hanya

terhubung ke komputer dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa didapat

dari adaptor AC-DC atau baterai untuk menggunakannya. Berikut ini adalah

bentuk fisik dari Arduino uno yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Bentuk fisik Arduino Uno

11
Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa arduino uno terdiri dari banyak bagian-

bagian. Arduino dikatakan sebagai sebuah platform dari physical computing yang

bersifat open source. Arduino bukan sekedar sebuah alat pengembangan, tetapi

merupakan kombinasi antara hardware, Bahasa pemrograman dan Integrated

Development Environment (IDE) yang canggih. IDE adalah sebuah software yang

berperan untuk menulis program, meng-compile menjadi kode biner dan meng-

upload ke dalam memori mikrokontroller. Board Arduino Uno memiliki fitur-fitur

baru sebagai berikut :

1,0 pinout: tambah SDA dan SCL pin yang dekat ke pin aref dan dua pin

baru lainnya ditempatkan dekat ke pin RESET, dengan IO REF yang

memungkinkan sebagai buffer untuk beradaptasi dengan tegangan yang

disediakan dari board sistem. Pengembangannya, sistem akan lebih

kompatibel dengan Prosesor yang menggunakan AVR, yang beroperasi dengan

5V dan dengan Arduino Karena yang beroperasi dengan 3.3V. Yang kedua

adalah pin tidak terhubung, yang disediakan untuk tujuan pengembangannya.

Setiap 14 pin digital pada Arduino Uno dapat digunakan sebagai input dan output,

menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead(). Fungsi-fungsi

tersebut beroperasi di tegangan 5 Volt. Setiap pin dapat memberikan atau

menerima suatu arus maksimum 40 mA dan mempunyai sebuah resistor pull-up

(terputus secara default) 20-50 kOhm. Selain itu, beberapa pin mempunyai fungsi-

fungsi spesial:

a. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan

memancarkan (TX) serial data TTL (Transistor-Transistor Logic).

12
Kedua pin ini dihubungkan ke pin-pin yang sesuai dari chip Serial

Atmega8U2 USB-ke-TTL.

b. External Interrupts: 2 dan 3. Pin-pin ini dapat dikonfigurasikan

untuk dipicu sebuah interrupt (gangguan) pada sebuah nilai rendah,

suatu kenaikan atau penurunan yang besar, atau suatu perubahan nilai.

Lihat fungsi attachInterrupt() untuk lebih jelasnya.

c. PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Memberikan 8-bit PWM output dengan

fungsi analogWrite().

d. SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini

mensupport komunikasi SPI menggunakan SPI library.

e. LED: 13. Ada sebuah LED yang terpasang, terhubung ke pin digital

13. Ketika pin bernilai HIGH LED menyala, ketika pin bernilai LOW

LED mati. Arduino UNO mempunyai 6 input analog, diberi label A0

sampai A5, setiapnya memberikan 10 bit resolusi (contohnya 1024

nilai yang berbeda). Secara default, 6 input analog tersebut mengukur

dari ground sampai tegangan 5 Volt, dengan itu mungkin untuk

mengganti batas atas dari rangenya dengan menggunakan pin AREF

dan fungsi analogReference(). Di sisi lain, beberapa pin mempunyai

fungsi spesial:

f. TWI: pin A4 atau SDA dan pin A5 atau SCL. Mensupport

komunikasi TWI dengan menggunakan Wire library

13
Ada sepasang pin lainnya pada board: AREF, referensi tegangan untuk input

analog. Digunakan dengan analogReference(). Reset, membawa saluran ini LOW

untuk mereset mikrokontroler. Secara khusus, digunakan untuk menambahkan

sebuah tombol reset untuk melindungi yang memblock sesuatu pada board.

2.5 Instrument
Selain sensor DHT11 dan Arduino Uno ada beberapa komponen pelengkap yang

digunakan dalam mendesain sebuah sistem kontrol tetas telur yaitu:


2.5.1 Motor DC
Motor servo adalah sebuah motor dengan sistem umpan balik tertutup di

mana posisi dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol

yang ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC.

Driver motor merupakan salah satu perangkat umum yang digunakan

untuk kendali motor DC. Driver motor ini yang nantinya bertugas

mengendalikan arah putaran maupun kecepatan motor DC yang akan

dikendalikan. Berikut ini adalah bentuk fisik dari motor DC yang

digunakan yang dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut:

Gambar 2.6. Bentuk fisik Motor DC

2.5.2 LCD (Liquid Cristal Display)


LCD adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai

media penampil data yang sangat efektif dalam suatu sistem elektronik.

Agar sebuah pesan atau gambar dapat tampil pada layar LCD, diperlukan
14
sebuah rangkaian pengatur (scanning) dan pembangkit tegangan sinus.

Modul LCD yang digunakan dalam penelitian ini adalah LMB162A.

Gambar 2.7 dibawah ini adalah tampilan dari LCD.

Sumber: (Jufril:2015.I SSN :2407–1846 e-ISSN : 2460 –8416)


Gambar 2.7. Liquid Cristal Display
Gambar 2.7 diatas dapat dilihat bahwa Modul ini merupakan modul LCD

matriks dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap

karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (I baris pixel

terakhir adalah kursor).LCD sangat berfungsi sebagai penampil yang

nantinya akan digunakan untuk menampilkan status kerja alat.


2.5.3 Power Supply
Power supply (catu daya) adalah suatu sistem yang menyalurkan energi

listrik, menurunkan tegangan AC serta mengubah tegangan AC menjadi

tegangan DC. Catu daya teregulasi dibangun dengan menggunakan IC

regulator tegangan. Regulasi tegangan yang tak terlalu besar dapat

menggunakan IC tiga terminal yang dikenal dengan 78xx dan 79xx

(Dasriyani, 2014). Bentuk dari power supply dapat dilihat pada Gambar

2.8.

Gambar 2.8. DC Power Supply

15
2.5.4 Kipas dan lampu
Kipas dan lampu digunakan untuk menstabilkan suhu. Cara kerja alat yang

diuji adalah saat program dijalankan sensor DHT11 mendeteksi suhu

ruang telur. Berikut adalah bentuk fisik dari kipas dan lampu yang

digunakan yang dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut:

Gambar 2.9. Kipas dan lampu


2.5.5 Relay
Relay adalah komponen listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi
medan elektromagnetis. Jika sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik,
maka di sekitar penghantar tersebut timbul medan magnet. Medan magnet
yang dihasilkan oleh arus listrik tersebut selanjutnya diinduksikan ke
logam. Berikut ini adalah bentuk fisik relay yang dapat dilihat pada
Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Bentuk fisik Relay

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Blok Diagram dan Prinsip Modul Sistem


Pokok bahasan yang dibahas ialah mendesain sistem kontrol tetas telur. Alat

yang didesain dalam penelitian ini terdiri dari hardware. Dan hardwere yang

akan dibahas yaitu; catu daya, sensor DHT11 , Heater/lampu, kipas, dan LCD

serta motor DC. Diagram blok sistem kontrol penetas telur yang dibahas dapat

dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Motor DC
16
Sensor
Sensor suhu D1-REV1 Kelembapan

LCD Arduino Uno kipas


Heater Pompa Air
Gambar 3.1. Blok Diagram desain penetas telur
(Irfan, M.,dkk. (2014). 148-158)

Blog diagram diatas dapat dijelaskan fungsi masing masing sistem modul

yang digunakan. Catu Daya Catu Daya (Power Supply) pada sistem ini memiliki

peranan penting sebagai sumber tegangan DC pada sistem. input tegangan

jala-jala PLN sebagai input Power Supply memiliki 2 buah output yang

masingmasing 9 Volt dan 12 Volt. Tegangan 9 Volt digunakan untuk Arduino

Uno R3 sedangkan tegangan 12 Volt untuk kebutuhan supply driver kipas.


Catu Daya Catu Daya (Power Supply) pada sistem ini memiliki peranan

penting sebagai sumber tegangan DC pada sistem. Berdasarkan alat pengukuran

input Power Supply sebesar 224,6 Volt AC. Untuk tegangan output 1 yang

terukur yaitu 9,06 Volt sebagai sumber Arduino, sedangkan tegangan output 2

yang terukur sebesar 12,20 Volt sebagai sumber kipas DC.Pada gambar 3.2

berikut ini adalah skema rangkaian catu daya.

Gambar 3.2. Skema power Supply


Sensor DHT11 merupakan sensor yang telah terkalibrasi dengan akurasi
±3,5 %. Penelitian sebelumnya telah melakukan proses pengujian sistem
17
sensor DHT11 dengan membandingkan terhadap alat ukur temperatur dan
kelembaban lain yang mempunyai tingkat akurasi ±2,5 % yaitu dengan TESTO
625. Berdasarkan hasil pengamatan, selisih pembacaan nilai R rata-rata antara
instrumen dengan kalibrator hanya 0,19%, selisih pembacaan rata-rata temperatur
0,23. Berikut Gambar 3.3 skema sensor DHT11.

Gambar 3.3. Skema sensor DHT11


Driver lampu mempunyai prinsip kerja menggunakan masukan tegangan

AC 220 Volt yang disearahkan melewati beberapa dioda yang disusun secara

jembatan wheatstone yang menghasilkan tegangan DC dengan daya serta

arus yang besar. Terdapat komponen Optocoupler sebagai saklar penghubung

dengan MOSFET. Driver lampu mempunyai peranan sebagai PWM akuator

yang mendapat sinyal dari Arduino. Pada Gambar 3.4 berikut ini adalah skema

rangkaian driver lampu.

Gambar 3.4. Skema driver Lampu


Driver kipas ini mempunyai peranan untuk menjalankan kipas pada saat

proses penetasan telur agar temperatur didalam inkubator merata serta

membuang udara panas apabila temperatur melebihi nilai setpoint. Berikut

Gambar 3.5 Skema driver kipas.

18
Gambar 3.5. Skema driver Kipas
Tampilan LCD difungsikan untuk menampilkan nilai temperatur dan

kelembaban didalam inkubator penetas telur. LCD 16X2 ini menggunakan

modul I2C LCD untuk meminimalisir jumlah kabel yang terhubung pada pin

Arduino. Berikut ini adalah bentuk dari skema LCD yang dapat dilihat pada

Gambar 3.6

Gambar 3.6. Skema LCD 16X2


Modul Driver Motor DC yang digunakan dalam penelitian ini adalah IC

L298N yang berfungsi untuk dapat mengendalikan motor DC, dimana di dalam

rangkaian terdapat empat input. Pin input ini dihubungkan dengan PortD di Modul

AVR dan transistor BC548 sebagai relay digital sedangkan outputnya ke motor

DC. Selain itu pada rangkaian ini juga terdapat 2 buah masukan daya yaitu VCC 5

Volt dari AVR dan 12 Volt dari power supply serta empat buah dioda untuk

menghindari arus balik yang dikeluarkan oleh motor DC. Pemutaran secara

otomatis dengan bantuan motor DC 24 Volt untuk memindahkan posisi tray

didalam mesin incubator agar terjadi sudut 25.6 derajat untuk tiap-tiap waktu

yang ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya. Pemutaran

telur sedikitnya adalah 3 kali sampai 6 kali 24 jam. Pada gambar 3.5 berikut ini

adalah Skema driver motor DC

19
Gambar 3.5. Skema driver motor DC.
Modul relay yang digunakan pada penelitian ada tiga buah. Modul ini

digunakan sebagai picu untuk mengaktifkan pompa air, kipas dan heateruntuk

pemanas. Modul ini terdiri dari relayuntuk switching tegangan 220 Volt, 12 Volt,

dan 5 Volt yang diaktifkan oleh tegangan DC 5 Volt secara elektronik, resistor

untuk menjaga tegangan yang jatuh ke transistor, transistor untuk mengaktifkan

relaybila dipicu oleh output dariAVR, dan dioda yang digunakan untuk mencegah

arus balik dari dalam kumparan relay. Pada gambar 3.6 berikut ini adalah skema

modul relay:

Gambar 3.6 Skema modul relay.


Modul-Modul yang dirancang terpisah, akan digabungkan menjadi satu kesatuan

dengan memanfaatkan fungsi masing-masing modul. Berikut adalah desain blok

diagram sistem pengontrol ruang pengeram telur yang dapat dilihat pada Gambar

3.7
Blok diagram Gambar 3.1 diatas modul utama untuk memproses input

data dari sensor, lalu mengeluarkan output sesuai kondisi yang didapat dari data

input sensor dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut:

20
Gambar 3.8. Modul pengendali utama sistem.
(Shafiudin & Kholis: 2018, Vol. 336, No.1)

3.2 Analisis Desain Rangkaian


Dari penelitian yang telah ada maka dapat dianalisis desain rangkaian

penetas telur yang meliputi catu daya, sensor DHT11, driver lampu, serta

driver kipas. Perangkat kontrol ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu catu

daya yang akan digunakan Arduino dan perangkat pendukung lainnya. Arduino

uno sebagai sistem pengontrolan, sensor sebagai masukan Arduino untuk

membaca suhu pada egg incubator, LCD yang akan digunakan sebagai

perangkat grafis untuk menampilkan data yang diproses Arduino, Relay

sebagai pengantarmuka dari minimum system terhadap lampu pijar yang

akan digunakan untuk memanaskan egg incubator sebagai masukan untuk

melakukan penggeseran tampilan LCD dan motor DC sebagai pengontrol

pembalik telur.

BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Desain sistem kontrol penetas telur menggunakan sistem kontrol lop

tertutup karena sistem kontrol lup tertutup adalah suatu sistem kontrol yang sinyal

21
keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang

dilakukan. Dalam mendesain sebuah penetas telur dapat menggunakan instrumen

penelitian yaitu sensor DHT11, motor DC, kipas, lampu, catu daya dan relay.

Komponen ini berfungsi sebagai inputnya. Sedangkan untuk pengolahan signal

output dari sensor DHT11 dan komponen pelengkapnya digunakan Arduino Uno.

dan LCD 16x2 digunakan sebagai penampil datanya.

4.2 Saran
-

DAFTAR PUSTAKA

AR, T. I., Hariyanto, N., & Waluyo, W. (2015). Perancangan Dan Realisasi Alat
Penatas Telur Dengan Catu Daya Pembangkit Listrik Tenaga Surya Berbasis
Arduino Uno R3. REKA ELKOMIKA, 3(1).
Djuandi, Feri, (2011).“Pengenalan Arduino". Jakarta: Penerbit Elexmedia.
Hidayat, R., & Wanarti Rusimamto, P. U. P. U. T. (2019). Sistem Pengendalian
Temperatur Pada Inkubator Penetas Telur Otomatis Berbasis Fuzzy Logic
Control. Jurnal Teknik Elektro, 8(1).
Irfan, M., Maleakhi, A., Mulyana, R., & Susanto, R. (2014). Perancangan sistem
pengeram telur ayam otomatis. Jurnal Teknik Komputer, 148-158.
Jufril, D., Darwison, D., Rahmadya, B., & Derisma, D. (2015). Implementasi
Mesin Penetas Telur Ayam Otomatis Menggunakan Metoda Fuzzy Logic
Control. Prosiding Semnastek.
Nasruddin, M. N. (2007). Penentuan suhu pada ruangan penetasan telur berbasis
mikroprosesor. Jurnal penelitian MIPA, 1, 30-33.

22
Syufrawardi, S., Yohandri, Y., & Asrizal, A. (2008). Sistem Pengontrolan
Temperatur ON-OFF Menggunakan Mikrokontroler AT89C51 dengan
Pengindera Termokopel. Sainstek, 11(1), 78-85.
Shafiudin, S., & Kholis, N. (2018). Monitoring System and Temperature
Controlling on PID Based Poultry Hatching Incubator. In IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering (Vol. 336, No. 1, p. 012007).
IOP Publishing.
Pirsaraei, Z. A., Shahneh, A. Z., Zaghari, M., Zamiri, M. J., & Mianji, G. R.
(2008). Effect of testosterone and growth hormone injection before puberty
on follicles size, rate of egg production and egg characteristics of the
Mazandaran Native breeder hens. African Journal of Biotechnology, 7(17).

23

Anda mungkin juga menyukai