Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK DI DAERAH

TERDAMPAK GEMPABUMI 28 SEPTEMBER 2018


(STUDI KASUS DESA LOLU KABUPATEN SIGI)

PROPOSAL

MARIA FRANSISKA SEPE


G 101 16 040

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET 2019
ANALISIS KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK DI DAERAH
TERDAMPAK GEMPABUMI 28 SEPTEMBER 2018
(STUDI KASUS DESA LOLU KABUPATEN SIGI)

A. Latar Belakang
Gempabumi adalah berbetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara
tiba-tiba dari slipnya massa batuan di lapisan kerak bumi. Pengertian tersebut
sekaligus menjawab mengapa permuakan tanah menjadi bergetar, yaitu akibat
energi gempa yang merambat dari pusat gempa ke segala arah. Energi gempa
akan menghasilkan sesuatu kekuatan yang dalam hal ini adalah getaran tanah
(Widodo dalam Femly, 2016).

Provinsi Sulawesi Tengah merupakan Provinsi yang rawan akan terjadinya


gempabumi dan bencana alam lainnya. Kabupaten Sigi adalah salah satu
Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan daerah
yang terdampak gempabumi pada tanggal 28 september 2018 dengan kekuatan
7,4 Mw yang menyebabkan terjadinya kerusakan yang cukup parah pada salah
satu Desa yaitu Desa Lolu. Kerusakan jalan dan infrastruktur di Desa Lolu ini
diakibatkan karena Desa ini letaknya berada pada garis sesar Palu-koro. Sesar
Palu-koro merupakan sesar mendatar (strike-slip fault) sebab dekat dengan jalur
pertemuan tiga lempeng dunia yakni lempeng Eurasin, Indo-Austrlia dan Pasifik
serta lempeng Mikro di Filipina. Sesar Palu Koro yang memanjang lebih 240 Km
dari utara (Kota Palu) ke selatan (Malili) hingga Teluk Bone, merupakan sesar
sentral aktif dengan kecepatan pergeseran sekitar 25-30 mm/tahun. Sesar ini
berada di bawah perut bumi, pergeseran pada lempeng-lempeng tektonik yang
cukup aktif di sesar Palu-koro membuat tingkat kegempaan diwilayah ini
dikategorikan cukup tinggi (Kaharuddin, dalam Pakpahan 2015).

Desa Lolu adalah daerah yang mengalami kerusakan yang cukup parah di tinjau
dari segi kerusakan bangunan maupun kerusakan jalan yang berbentuk
bergelombang. Bangunan (Ambruk) dan jalan yang rusak berat (Bergelombang)
biasanya disebabkan oleh lapisan tanah/batuan yang labil, yang berhubungan
dengan kepadatan suatu batuan. Oleh karena itu analisis kecepatan

gelombang seismik di daerah terdampak gempabumi 28 september


2018 (studi kasus desa lolu kabupaten sigi) menjadi sangat penting untuk
diketahui dengan tujuan untuk mengetahui dampak kerusakan bangunan dan jalan
pada saat terjadi gempabumi ditinjau dari kecepatan penjalaran gelombang
seismik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kerusakan bangunan dan
jalan akibat gempabumi ditinjau dari kecepatan penjalaran gelombang seismik di
Desa Lolu Kabupaten Sigi.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak kerusakan bangunan dan
jalan pada saat terjadi gempabumi di tinjau dari kecepatan penjalaran gelombang
seismik di Desa Lolu Kabupaten Sigi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu:
1. Informasi nilai kecepatan gelombang seismik yang mengakibatkan kerusakan
bangunan dan jalan di Desa Lolu Kabupaten Sigi.
2. Menjadi masukan bagi pemerintah setempat untuk memberikan informasi dan
sosialisasi kepada masyarakat tentang potensi kerusakan yang terjadi di Desa
Lolu yang disebabkan oleh gelombang seismik gempabumi agar masyarakat
lebih waspada dan berhati-hati serta menjadi salah satu upaya mitigasi
bencana.

E. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi
dengan menggunakan alat seismik untuk mengukur kecepatan gelombang seismik
di daerah tersebut pasca gempa dengan metode seismik refraksi. Faktor yang
dikaji adalah parameter-parameter yang sangat mempengaruhi terjadinya
kerusakan bangunan dan jalan yang terdiri dari modulus geser, kecepatan batuan,
dan modulus young.

F. Tinjauan Puataka

1. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan bergetarnya bumi
dengan berbagai intensitas. Getaran gempa dapat dapat disebabkan oleh
banyak hal antara lain akibat peristiwa vulkanik, yaitu gerakan tanah yang
disebabkan oleh aktivitas desakan magma ke permukaan bumi, atau akibat
meletusnya gunung berapi. Gempa yang terjadi akibat aktivitras vulkanik ini
disebut dengan gempa vulkanik. Gempa vulkanik terjadi di daerah sekitar
aktivitas gunung berapi dan akan menyebabkan mekanisme patahan yang
sama dengan gempa tektonik. Getaran gempa juga dapat diakibatkan oleh
peristiwa tektonik yaitu getaran tanah yang disebabkan oleh gerakan atau
benturan antara lempeng-lempeng tektonik yang terdapat di dalam lapisan
permukaan bumi (Hermansah, dalam Zakia,2016).

Dalam referensi geofisika dan geologi serta ilmu-ilmu kebumian lainnya,


disebutkan bahwa ada 3 jenis gempa bumi. Ada juga yang menyebutkan 4
jenis dengan memasukan gempa buatan ,(Abdullah, dalam Zakia,2016) yaitu:
1. Gempabumi longsoran (runtuhan), deisebabkan oleh longsoran tanah dan
runtuhan goa-goa di dalam tanah, baik goa alam maupun goa
penambangan. Getarannya sangat local sehingga efeknya tidak berdampak
luas.
2. Gempabumi vulkanik, disebabkan oleh meletusnya gunung api. Proses
letusannya dan material yang dimuntahkannya yang jatuh kembali ke
bumi menimbulkan getaran, tetapi bersifat local sehingga efek getaran
tersebut tidak berdampak luas. Efek berbahaya dari lertusan gunung api
adalah hawa dan lahar panasnya. Namun demikian, letusan gunung api
yang mengeluarkan material padat yang sangat besar dan jatuh di lautakan
dapat menimbulkan getaran besar dan tsunami, seperti yang terjadi pada
letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883, yang menelan korban
sekitar 36.417 jiwa manusia dan kerusakan harta benda lainnya.
3. Gempabumi tektonik, disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng
litosfer. Efek getrannya dapat bersifat local dan luas, tergantung besar
energy yang dilepaskan oleh pusat gempanya.
4. Gempabumi buatan. Selain ketiga jenis gempa tersebut, ada lagi yang
disebut gempa buatan. Porcobaan-percobaan senjata (nuklir) dan
pemboman terntara sekutu di Nagasaki dan Hirosima Jepang pada 1945
termasuk gempa buatan.

Gempa tektonik terjadi karena adanya pergeseran lempeng-lempeng litosfer


penyususn kerak bumi. Selama pergeseran tersebut akan muncul energi dan
terakumulasi. Setelah mencapai titik optimal, energy tersebut akan lepas
secara mendadak. Energi yang dilepaskan ini sebagian berubah menjadi
energy panas dan sebagian lagi menjadi energy yang berbentuk gelombang
elastic atau gelombang seismik. Gempabumi tektonik selalu terjadi secara
tiba-tiba dan terkadang menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Abdullah,
dalam Zakia, 2016).

2. Gelombang Seismik

Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.


Bumi sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang
antar satu lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda .
Ketidak kontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang
merambatkan sebagian energinya akan diteruskan ke medium di bawahnya
(Telford,dalam Nelan,2016).

Berdasarkan arah getarnya, gelombang seismik dibedakan atas dua tipe yaitu:
1. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya searah
dengan arah penjalarean gelombangnya. Gelombang ini disebut juga
dengan gelombang P karena dating paling awal disbanding dengan
gelombang-gelombang yang lain.
2. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus
terhadap arah penjalarannya. Ggelombang ini disebut juga gelombang S
karena datangnya setelah gelombang P (Munadi, dalam Nelan,2016).

Menurut Sheriff dan Geldart (1995), dalam Nelan,2016 secara alamiah


kecepatan gelombang seismik tergantung pada karakteristik fisik dari
medium. Kecepatan gelombang primer dirumuskan pada Persamaan 2.1,

Dengan merupakan modulus geser, k merupakan modulus Bulk dan

merupakan elastisistas medium.

3. Metode Seismik Refraksi


Dasar metode seismik refraksi dapat digambarkan dimana suatu sumber
gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat
elastis maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi
dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian
dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan
bumi. Di permukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian
detector (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan
sumber ledakan (profil line), kemudian dicatat /direkam oleh seismograf.
Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antara geophone dan
sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat
diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya ( Telford, dalam Nelan,2016).

Hasil processing data jarak dan waktu pada metode seismik refraksi adalah
berupa kecepatan, kedalaman, dan ketebalan lapisan bawah permukaan bumi.
Dari korelasi yang dilakukan untuk mengetahui material lapisan bawah
permukaan dapat diinterpretasikan lapisan bedrock. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah gangguan pertama (first break) diabikan,
sehingga sebenarnya hanya data gelombang yang terjadi pada gangguan
pertama (first break) saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu
jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan
tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material
dan dikebnal sebagai parameter elastisitas batuan (Santoso, dalam
Nelan,2016).

4. Kondisi Geologi Lembah Palu

Zona palu didominasi oleh batuan terobosan granodionit dan batuan


metamorfosa termal-dinamo yang kaya akan biotit. Diantara zona Palu dan
zona Poso terdapat cekungan memanjang yang dinamakan Cekungan Tawaeli
yang ditutupi batuan sedimen muda berumur miosen Atas, serta mengandung
pula lava yang berkomposisi andesitic dan dasitik.

Batuan tertua yang terdapat di Lembah Palu dan sekitarnya adalah formasi
Palolo yang terdiri dari sekis biotit,sekis kholorit, amfibolit, genes biotit, sekis
aktinolit, sekis hornblende, dan granulit. Formasi ini secara tidak selaras
ditutupi oleh Formasi Tinombo yang terdiri dari serpih berwarna kelabu,
hitam dan merah, batupasir konglomerat, batugamping rijang radiolarian,
batupasir tufaan, batu sabak, filit dan kuarsit serta rombakan batuan
metamorfosa. Keduanya kemudian diterobos oleh batuan granitit
berkomposisi granodirit yang tersingkap luas terutama di sebelah barat
Lembah Palu (Sudrajat,dalam Nelan,2016).

Selain Formasi Palolo dan Tinpmbo (dalam Sudrajat,1981), juga terdapat


formasi Pakuli Formasi ini mewakili batuan yang tersebar sangat intensif di
Lembah Palu dan sangat mudajh dikenali yang berbentuk sebagai kipas
alluvium. Pembentukannya sangat berhubungan dengan pertumbuhan patahan
Palu-Koro. Formasi Pakuli terdiri dari batuan klastik berpilah buruk,
menyudut, tidak terkompaksi sampai agak terkompaksi dengan ukuran
komponen mulai dari pasir sampai dengan karakal. Komponen umumnya
dalah batuan granit dan batuan metamorfosa. Formasi Pakuli tersebar secara
intensif sepanjang gawir patahan Palu-Koro, terutama sepanjang bagian barat
dan timur Lembah Palu serta Lembah Palolo. Kedudukan stratigrafi Formasi
Pakuli terletak secara tidak selaras di atas Formasi Matindok dan batuan granit
serta Formasi Palolo. Bagian atasnya sebagian tertutup sendapan alluvium
lembah dan alluvium sungai (Sudrajat,dalam Nelan,2016).

5. Kondisi Geomorfologi Lembah Palu

Pada mulanya Pulau Sulawesi terdiri dari sepasang busur yang memanjang
dari arah Utara-Selatan. Pergerakan lempeng pasifik telah mendorong
pasangan bususr ini ke barat sejak pliosen awal dan akhirnya menabrak
Kalimantan pada Miosen akhir. Diperkirakan kuarter awal dengan berhentinya
proses subduksi yang dimulai sejak Miosen, maka terjadi pemekaran di
belakang busur sepanjang Selat Makassar. Keratin Banggai-Sula yang patah
telah terbentuk untuk mengakomodasikan pergerakan ini.

Satuan geomorfologi Lembah Palu membentuk semacam endapan kipas


alluvium di tepi kiri dan kanannya,dan di apit oleh kedua satuan geomorfologi
lainnya. Satuan geomorfologi Lembah Palu yang terbentang antara Kota Palu
dan Kecamatan Kulawi lebih lanjut dapat dibagi dalam beberapa sub satuan.
Pembagian sub satuan morfologi ini didsarkan kepada espresi morfologinya
yang kemudian ternyata mempunyai ciri-ciri litologi tersendiri. Dengan ciri-
ciri litologi ini, maka dapat diketahui lingkungan pembentuknya
(Sudrajat,dalam Nelan,2016).

Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan litologi yang menyusun


daerah penelitian yaitu Penyebaran litologi batuan yang tersingkap merupakan
material sedimen berupa endapan pasir lempungan, endapan gamping pasiran,
endapan pasir kerikilan, dan satuan batupasir konglomerat. Endapan pasir
kerikilan tersebar kearah barat, dan utara-selatan, di daerah Palu bagian timur.
Endapan pasir lempungan berada di sekitar daerah Birobuli Mpanau Kota
Palu. Data geologi regional (Sukamto,dkk., dalam Nelan2016) menyebutkan
bahwa satuan ini berumur Holosen. Endapan tersusun atas akumulasi
beberapa material seperti kerikil-kerakal, dan pasir lempungan serta dominan
berupa pasir lempungan.

Endapan gamping pasiran berada di sekitar Kelurahan Talise. Menurut Tjia


dan Zakaria.(1974) dalam (Sopaheluwakan,dkk.,1997) bahwa kehadiran
batugamping koral daerah Lembah Palu merupakan proses pengangkatan
vertikal berdasarkan pada data batugamping koral terangkat, yaitu 4,5
mm/tahun dalam kurun waktu 24 ribu tahun terakhir. Kehadiran endapan
gamping pasioran hanya ditemukan dominan pada daerah Selatan dari pantai
Palu bagian Timur.

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten
Sigi Provinsi Sulawesi Tengah Palu. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 3.1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini :


1. Satu set alat seismik refraksi,terdiri dari :
a. seismograf tipe MC SEIS-160 OYO made in Japan, yang digunakan
untuk merakam perambatan gelombang yang terjadi di bawah
permukaan.
b. Detektor gheopon 4 buah sebagai sensor untuk mendeteksi perambatan
gelombang di bawah permukaan.
c. Kabel penghubung (Trigger, Ekstension, Konektor)
d. Sumber arus (accu)
e. Palu
f. Landasan baja
2. Peta topografi daerah Desa Lolu, peta geologi global daerah Kabupaten
Sigi.
3. Global possitioning system (GPS) brfungsi untuk menentukan posisi
setiap geophone
4. Kompas geologi untuk menentukan rah bentangan
5. Rol meter (100 meter) untuk mengukur jarak antar geophone dan
mengukur jarak tembak.
6. Alat tulis menulis
7. Data sekunder gempabumi dari tahun 1907 hingga tahun 2018 (BMKG
Palu,2018).

3. Prosedur Pengambilan Data

1.Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi


awal lokasi penelitian, untuk menentukan luas cakupan daerah penelitian,
kemudian menyiapkan perta geologi Lembar Palu dan Peta RBI yang akan
digunakan,menentukan koordinat titik penelitian yang akan diukur.
Penentuan sampel pengukuran ini berdasarkan proposive sampling artinya
penentuan titiknya ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan
2.Akusisi Data

a.Setelah mendapatkan titik yang akan diukur, maka dipilih lokasi untuk
menempatkan alat accelerometer. Pemilihan lokasi untuk menempatkan
alat sebaiknya dijauhkan dari aktivitas manusia guna mengurangi noise
(gangguan) pada saat pengukuran.
b. Memasang alat dengan cara yang tepat. Sebelum pembacaan alat harus
diatur orientasi dan kedatarannya. Penentuan orientasi alat ditenetukan
dengan bantuan kompas, penentuan orientasi ini sangat penting karena
sensor perekaman alat terdiri atas 3 komponen yaitu vertical, komponene
horizontal, Untuk mengatur kedatarannya, alat dilengkapi dengan sistem
kaki dengan sistem sekrup sehingga sekrup diputar-putar sedemikian rupa
hingga gelembung udara pada nivo menjadi di tengah.
c.Setelah alat siap maka perekaman sudah dapat dilakukan, perekaman
dilakukan per titik lokasi.
d. Setelah selesai maka data akan tersimpan Compact Flash yang terdapat
di alat Digital Portable Seismograph. Pengukuran dilanjutkan ke titik
berikutya dengan langkah yang sama.

4. Pengolahan Data

Untuk pengolahan Data mikrotremor ini menggunakan software geopsy yaitu


Data sinyal yang tersimpan pada alat kemudian diekspor dalam bentuk file
dengan ekstensi csv (comma separate value). Adapun data rekaman berupa
waveform tersimpan di compact flash yang terdapat di alat Digital Portable
Seismograph. Kemudian diunduh menggunakan software bawaan TDL -303S
Netrec.Xe dalam format TRC. Data rekaman hasil pengukuran kemudian
diubah dari format ASCII menjadi format SAF dengan menggunakan software
Datapro , File berformat SAF kemudian dilolah dengan menggunakan
software Geopsy.
H. Daftar Pustaka
Ayu Sri Nelan. (2016). Identifikasi Potensi Tanah Longsor Dengan Menggunakan
Seismik Refraksi Di Derah Kebun Kopi Desa Nupadomba Kecamatan
Tanantovea Kabupaten Donggala. Skripsi. Fakultas MIPA, Universitas
Tadulako.

Pakpahan Suliyanti, Drajat Ngadmanto, Masturyono, Supriyanto Pahadi, Rasmid,


Handi Sulistyo Widodo, dan Pupung Susilanto. (2015). Analisis Kegempaan
Di Zona Sesar Palu Koro Sulawesi Tengah. Jurnal Lingkungan Dan
Bencana Geologi. 6 (3), 253-264.

Wahyuningsih Femly. (2016). Indentifikasi Kerentanan Seismik Berdasarkan


Analisis Data Mikrotremor (Studi Kasus Palu Selatan Dan Palu Timur).
Skripsi. Fakultas MIPA, Universitas Tadulako.

Zakia. (2016). Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data


Mikrotremor. Skripsi. Fakultas MIPA, Universitas Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai