PROPOSAL
MARET 2019
ANALISIS KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK DI DAERAH
TERDAMPAK GEMPABUMI 28 SEPTEMBER 2018
(STUDI KASUS DESA LOLU KABUPATEN SIGI)
A. Latar Belakang
Gempabumi adalah berbetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara
tiba-tiba dari slipnya massa batuan di lapisan kerak bumi. Pengertian tersebut
sekaligus menjawab mengapa permuakan tanah menjadi bergetar, yaitu akibat
energi gempa yang merambat dari pusat gempa ke segala arah. Energi gempa
akan menghasilkan sesuatu kekuatan yang dalam hal ini adalah getaran tanah
(Widodo dalam Femly, 2016).
Desa Lolu adalah daerah yang mengalami kerusakan yang cukup parah di tinjau
dari segi kerusakan bangunan maupun kerusakan jalan yang berbentuk
bergelombang. Bangunan (Ambruk) dan jalan yang rusak berat (Bergelombang)
biasanya disebabkan oleh lapisan tanah/batuan yang labil, yang berhubungan
dengan kepadatan suatu batuan. Oleh karena itu analisis kecepatan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kerusakan bangunan dan
jalan akibat gempabumi ditinjau dari kecepatan penjalaran gelombang seismik di
Desa Lolu Kabupaten Sigi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak kerusakan bangunan dan
jalan pada saat terjadi gempabumi di tinjau dari kecepatan penjalaran gelombang
seismik di Desa Lolu Kabupaten Sigi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu:
1. Informasi nilai kecepatan gelombang seismik yang mengakibatkan kerusakan
bangunan dan jalan di Desa Lolu Kabupaten Sigi.
2. Menjadi masukan bagi pemerintah setempat untuk memberikan informasi dan
sosialisasi kepada masyarakat tentang potensi kerusakan yang terjadi di Desa
Lolu yang disebabkan oleh gelombang seismik gempabumi agar masyarakat
lebih waspada dan berhati-hati serta menjadi salah satu upaya mitigasi
bencana.
E. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi
dengan menggunakan alat seismik untuk mengukur kecepatan gelombang seismik
di daerah tersebut pasca gempa dengan metode seismik refraksi. Faktor yang
dikaji adalah parameter-parameter yang sangat mempengaruhi terjadinya
kerusakan bangunan dan jalan yang terdiri dari modulus geser, kecepatan batuan,
dan modulus young.
F. Tinjauan Puataka
1. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan bergetarnya bumi
dengan berbagai intensitas. Getaran gempa dapat dapat disebabkan oleh
banyak hal antara lain akibat peristiwa vulkanik, yaitu gerakan tanah yang
disebabkan oleh aktivitas desakan magma ke permukaan bumi, atau akibat
meletusnya gunung berapi. Gempa yang terjadi akibat aktivitras vulkanik ini
disebut dengan gempa vulkanik. Gempa vulkanik terjadi di daerah sekitar
aktivitas gunung berapi dan akan menyebabkan mekanisme patahan yang
sama dengan gempa tektonik. Getaran gempa juga dapat diakibatkan oleh
peristiwa tektonik yaitu getaran tanah yang disebabkan oleh gerakan atau
benturan antara lempeng-lempeng tektonik yang terdapat di dalam lapisan
permukaan bumi (Hermansah, dalam Zakia,2016).
2. Gelombang Seismik
Berdasarkan arah getarnya, gelombang seismik dibedakan atas dua tipe yaitu:
1. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya searah
dengan arah penjalarean gelombangnya. Gelombang ini disebut juga
dengan gelombang P karena dating paling awal disbanding dengan
gelombang-gelombang yang lain.
2. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus
terhadap arah penjalarannya. Ggelombang ini disebut juga gelombang S
karena datangnya setelah gelombang P (Munadi, dalam Nelan,2016).
Hasil processing data jarak dan waktu pada metode seismik refraksi adalah
berupa kecepatan, kedalaman, dan ketebalan lapisan bawah permukaan bumi.
Dari korelasi yang dilakukan untuk mengetahui material lapisan bawah
permukaan dapat diinterpretasikan lapisan bedrock. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah gangguan pertama (first break) diabikan,
sehingga sebenarnya hanya data gelombang yang terjadi pada gangguan
pertama (first break) saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu
jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan
tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material
dan dikebnal sebagai parameter elastisitas batuan (Santoso, dalam
Nelan,2016).
Batuan tertua yang terdapat di Lembah Palu dan sekitarnya adalah formasi
Palolo yang terdiri dari sekis biotit,sekis kholorit, amfibolit, genes biotit, sekis
aktinolit, sekis hornblende, dan granulit. Formasi ini secara tidak selaras
ditutupi oleh Formasi Tinombo yang terdiri dari serpih berwarna kelabu,
hitam dan merah, batupasir konglomerat, batugamping rijang radiolarian,
batupasir tufaan, batu sabak, filit dan kuarsit serta rombakan batuan
metamorfosa. Keduanya kemudian diterobos oleh batuan granitit
berkomposisi granodirit yang tersingkap luas terutama di sebelah barat
Lembah Palu (Sudrajat,dalam Nelan,2016).
Pada mulanya Pulau Sulawesi terdiri dari sepasang busur yang memanjang
dari arah Utara-Selatan. Pergerakan lempeng pasifik telah mendorong
pasangan bususr ini ke barat sejak pliosen awal dan akhirnya menabrak
Kalimantan pada Miosen akhir. Diperkirakan kuarter awal dengan berhentinya
proses subduksi yang dimulai sejak Miosen, maka terjadi pemekaran di
belakang busur sepanjang Selat Makassar. Keratin Banggai-Sula yang patah
telah terbentuk untuk mengakomodasikan pergerakan ini.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten
Sigi Provinsi Sulawesi Tengah Palu. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 3.1.
2. Peralatan
1.Survei Pendahuluan
a.Setelah mendapatkan titik yang akan diukur, maka dipilih lokasi untuk
menempatkan alat accelerometer. Pemilihan lokasi untuk menempatkan
alat sebaiknya dijauhkan dari aktivitas manusia guna mengurangi noise
(gangguan) pada saat pengukuran.
b. Memasang alat dengan cara yang tepat. Sebelum pembacaan alat harus
diatur orientasi dan kedatarannya. Penentuan orientasi alat ditenetukan
dengan bantuan kompas, penentuan orientasi ini sangat penting karena
sensor perekaman alat terdiri atas 3 komponen yaitu vertical, komponene
horizontal, Untuk mengatur kedatarannya, alat dilengkapi dengan sistem
kaki dengan sistem sekrup sehingga sekrup diputar-putar sedemikian rupa
hingga gelembung udara pada nivo menjadi di tengah.
c.Setelah alat siap maka perekaman sudah dapat dilakukan, perekaman
dilakukan per titik lokasi.
d. Setelah selesai maka data akan tersimpan Compact Flash yang terdapat
di alat Digital Portable Seismograph. Pengukuran dilanjutkan ke titik
berikutya dengan langkah yang sama.
4. Pengolahan Data