Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKONOMI

‘NOBEL EKONOMI’

Oleh :

HANINA MARIA AL QIBTHIYA – 16

XII-1

SMA NEGERI 7 SURABAYA

Jl. Ngaglik 27-29 Surabaya

2017/2018
Lembar Pengesahan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Menyatakan bahwa makalah yang saya buat disusun oleh saya sendiri dengan sebaik-baiknya.

Penyusun Guru Ekonomi

Hanina Maria Al Qibthiya Drs. Syamsudin, MM


NIS. 17426 NIP. 196508132007011014

ii
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya. panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Nobel ekonomi.

Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas semester ganjil pada mata pelajaran ekonomi.

Saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap berharap semoga makalah ini dapat memberi wawasan dan informasi
yang bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 16 Agustus 2017

Penyusun

iii
Daftar Isi

Lembar pengesahan ii
Kata pengantar iii
BAB I Pendahuluan 1-2
BAB II ISI

1. Ronald Coase
A. Biodata …………………………………………………………………. 3
B. Pemikiran ………………………………………………………………. 3-7
C. Pendapat/komentar …………………………………………………….. 7
D. Sumber/Web …………………………………………………………… 7
2. Gary Becker
A. Biodata ………………………………………………………………. 8
B. Pemikiran ……………………………………………………………….. 9
C. Pendapat/Komentar ……………………………………………………… 10
D. Sumber/Web ……………………………………………………………. 10
3. Robert Fogel
A. Biodata ……………………………………………………………… 10
B. Pemikiran …………………………………………………………… 10-12
C. Pendapat/Komentar ………………………………………………. 12
D. Sumber/Web ………………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………13..
Saran ……………………………………………………………………… 13
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………. 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Nobel Ekonomi (resminya bahasa Swedia: Sveriges riksbanks pris i ekonomisk


vetenskap till Alfred Nobels minne, atau Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Bidang
Ekonomi dalam Mengenang Alfred Nobel), yang umumnya disebut sebagai Nobel Ekonomi,
adalah sebuah penghargaan untuk jasa-jasa menakjubkan pada bidang ekonomi, dan umumnya
dianggap sebagai penghargaan paling diidam-idamkan pada bidang tersebut. Penghargaan
tersebut didirikan pada 1968 oleh sebuah sumbangan dari bank sentral Swedia, Sveriges
Riksbank, pada hari peringatan ke-300 bank tersebut. Meskipun penghargaan tersebut
bukanlah salah satu penghargaan yang Alfred Nobel dirikan atas kehendaknya pada 1895,
penghargaan tersebut disebutkan bersama dengan Penghargaan Nobel lainnya oleh Yayasan
Nobel.[6] Para pemenang diumumkan bersama dengan pemenang Penghargaan Nobel lainnya,
dan meraih penghargaan tersebut pada acara yang sama. Para penerima Nobel Ekonomi dipilih
oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia.[7][8] Penghargaan tersebut pertama kali
diberikan pada 1969 kepada ekonomi Belanda dan Norwegian Jan Tinbergen dan Ragnar
Frisch.[5][9][10]

Sejarah pemikiran ekonomi mengacu pada berbagai pemikir dan teori tentang hal-hal
yang kelak menjadi ekonomi politik dan ekonomi dari dunia kuno sampai dunia saat ini. Studi
ini mencakup banyak sekolah pemikiran ekonomi yang berbeda-beda. Filsuf Yunani seperti
Aristoteles membahas pemikiran tentang "seni" memperoleh kekayaan dan mempertanyakan
apakah properti sebaiknya berada dalam kepemilikan swasta atau umum. Pada abad
pertengahan, cendekiawan Thomas Aquinas menyatakan adalah suatu kewajiban moral bisnis
untuk menjual barang-barang dengan harga wajar. Filsuf Britania, Adam Smith, sering disebut-
sebut sebagai bapak ekonomi modern karena treatise-nya The Wealth of Nations
(1776).Pemikirannya dibuat berdasarkan berbagai karya dari pendahulunya pada abad ke-18,
terutama pada fisiokrat. Bukunya muncul pada malam Revolusi Industri dengan perubahan-
perubahan besar dalam dunia ekonomi.[3] Penerus Smith meliputi para pakar ekonomi klasik
seperti Rev. Thomas Malthus, Jean-Baptiste Say, David Ricardo, dan John Stuart Mill. Mereka
menguji cara kelas bawah, kapitalis dan buruh memproduksi dan mendistribusikan penghasilan
negara dan menguji efek populasi dan perdagangan internasional. Di London, Karl Marx
mengkritik sistem kapitalis yang ia anggap eksploitatif dan mengasingkan pihak lain. Sejak
1870, ekonomi neoklasik berusaha menciptakan bidang studi yang lebih positif, matematis dan
ilmiah daripada politik normatif.

Setelah peperangan pada awal abad ke-20, John Maynard Keynes memimpin reaksi
melawan abstensi pemerintahan dari urusan-urusan ekonomi dan menganjurkan kebijakan
fiskal intervensionis untuk mendorong permintaan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan dunia
dibagi antara dunia pertama yang kapitalis, dunia kedua yang komunis, dan dunia ketiga yang
miskin, konsensus pascaperang mulai hilang. Para ahli seperti Milton Friedman dan Friedrich
von Hayek memperingatkan The Road to Serfdom dan sosialisme serta memfokuskan teori
mereka terhadap hal-hal yang dapat diperoleh melalui kebijakan moneter dan deregulasi yang
lebih baik. Karena kebijakan Keynesian gagal pada 1970-an, muncullah kelompok Klasik Baru,
dengan pencetus teori utama seperti Robert Lucas dan Edward Prescott. Kebijakan ekonomi

1
pemerintah sejak 1980-an ditantang dan pakar ekonomi pembangunan seperti Amartya Sen dan
pakar ekonomi informasi seperti Joseph Stiglitz memperkenalkan ide-ide baru terhadap
pemikiran ekonomi pada abad ke-21.

Semakin majunya tingkat peradaban, makin banyak dan makin bervariasi pula
kebutuhan manusia. Di lain pihak, alat pemenuh kebutuhan manusia terbatas adanya. Ketidak
seimbangan antara kebutuhan yang meningkat dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas
tersebut menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Banyak
persoalan di dunia ini yang menyangkut tentang persoalan ekonomi. Dengan adanya teori-teori
ekonomi yang berkembang, sebagian persoalan ekonomi tersebut dapat diatasi. Akan tetapi,
sesudah persoalan yang satu selesai diatasi, muncul kembali persoalan yana lain. Ini
menyebakan kita perlu menggali ilmu ekonomi dengan lebih dalam, lebih canggih, dan lebih
ampuh untuk digunakan dalam menghadapi persoalan-persoalan ekonomi baik masa sekarang,
ataupun dimasa yang akan datang.

Pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses
yang panjang. Perkembangannya berlangsung berabad-abad seiring dengan munculnya
peradaban- peradaban yang ada di dunia. Bahkan pemikiran tersebut mulai tampak sejak
zaman batu, perunggu, dan besi. Kemudian semakin berkembang sejak ditemukannya tulisan
pada peradaban India kuno, Mesir kuno, dan Babylonia. Sedangkan barat lebih cendrung pada
peradaban Yunani kuno yang kaya akan peninggalan dari kaum intelektualnya. Salah satu
corak perkembangan pemikiran ekonomi pada masa lampau adalah kegiatan bisnisnya yang
menggunakan sistem bunga. Para pakar sejarah pemikiran ekonomi menyimpulkan bahwa
kagiatan bisnis dengan sistem bunga telah ada sejak tahun 2500 sebelum masehi, baik di
Yunani kuno, Romawi kuno, dan Mesir kuno.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. RONALD COASE
A. Biodata

29 Desember 1910
Lahir
Willesden, Inggris
2 September 2013 (umur 102)
Meninggal
Chicago, Amerika Serikat
Tempat tinggal Amerika Serikat
Kebangsaan United Kingdom
Bidang Ekonomi
Institusi University of Chicago
Alma mater LSE
Pembimbing
Arnold Plant
doktoral
Coase Theorem
Dikenal karena analisis biaya transaksi /
transaction cost
Penghargaan Nobel bidang
Penghargaan
Ekonomi tahun 1991

B. Pemikiran
Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi untuk Memori Alfred Nobel 1991
diberikan kepada Ronald H. Coase "atas penemuan dan klarifikasi pentingnya biaya
transaksi dan hak kepemilikan atas struktur kelembagaan dan fungsi ekonomi".
Ronald H. Coase (1991), banyak membahas tentang masalah perusahaan, sumber daya
alam, harga, utilitas publik, dan hak kepemilikan (property rights). Menurut Coase, hak
kepemilikan pribadi adalah salah satu syarat bagi berfungsinya ekonomi pasar. Pemberian
nonel pada tahun 1991 dianggap terlambat karena sejak tahun 1937 dalam artikel The
Nature of the Firm, telah dibahas tentang teori perusahaan, mekanisme alokasi sumber daya,
serta masalah biaya transaksi (transaction cost). Spektrum teori ekonomi kelembagaan ini
sangat luas, dan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perubahan ekonomi yang
sangat cepat. Tentu dalam kesempatan ini tidak mungkin untuk mengulas satu per satu
seluruh teori yang berada dalam cabang ilmu ekonomi kelembagaan tersebut akibat
keterbatasan tempat dan waktu. Secara singkat, dalam paper ini hanya akan disampaikan
tiga teori penting yang selama ini menjadi pijakan para perencana pembangunan maupun
pengambil kebijakan yang mencoba mengadopasi pendekatan ekonomi kelembagaan untuk
mengupas persoalan-persoalan ekonomi.
Ketiga teori itu adalah teori ekonomi biaya transaksi (transaction costs), teori hak
kepemilikan (property rights), dan teori modal sosial. Teori-teori ini sudah diterima secara
umum eksistensinya, namun di Indonesia nyaris belum pernah disentuh karena keterbatasan

3
informasi maupun dominasi pemikiran aliran ekonomi klasik/neoklasik, baik pada level
pengambil kebijakan maupun para intelektual (ekonom) yang bekerja di universitas dan
lembaga studi/riset.

A. Teori Ekonomi Biaya Transaksi Seperti diketahui, pandangan neoklasik menganggap


pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apapun karena pembeli (consumers) memiliki
informasi yang sempurna dan penjual (producers) saling berkompetisi sehingga
menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dunia nyata faktanya adalah sebaliknya, di mana
informasi, kompetisi, sistem kontrak, dan proses jual-beli bisa sangat asimetris. Inilah yang
menimbulkan adanya biaya transaksi, yang sekaligus bisa didefinisikan sebagai biaya-biaya
untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran, dan pemaksaan pertukaran.
Singkatnya, teori biaya transaksi menggunakan transaksi sebagai basis unit analisis,
sedangkan teori neoklasik memakai produk sebagai dasar unit analisis. Berikutnya, teori
ekonomi kelembagaan juga diformulasikan oleh teori Coase (Coase Theorem) yang
mengklarifikasi tentang biaya transaksi dalam teori ekonomi neoklasik. Coase
mendemonstrasikan bahwa inefisiensi dalam ekonomi neoklasik bisa terjadi bukan cuma
akibat adanya struktur pasar yang tidak sempurna atau penjelasan standar lainnya,
melainkan karena adanya kehadiran secara implisit biaya transaksi. Dalam kasus monopoli,
misalnya, inefisiensi bukan hanya terjadi akibat struktur pasar yang terkosentrasi, namun
juga oleh sebab kesulitan pihak monopolis menentukan jumlah pembeli dan harus
menegosiasikan di antara mereka. Sedangkan pada kasus eksternalitas, inefisiensi terjadi
jika biaya sosial produksi melebihi biaya privat produksi (eksternalitas negatif) sehingga
perusahaan tidak mampu memberikan kompensasi bagi tambahan biaya tersebut.
Sebenarnya untuk mendefinisikan biaya transaksi ini sangatlah pelik. Namun, sebagai upaya
untuk mengerjakan investigasi konsep tentang biaya transaksi sangatlah berguna untuk
mengenali bentuk dan struktur sebuah pertukaran/transaksi (Furubotn dan Richter, 1991:8).
Menurut Williamson, transaksi terjadi bila barang dan jasa ditransfer melalui teknologi yang
terpisah. Satu tahap aktivitas berhenti dan tahap yang lain dimulai. Selanjutnya, Coase
menunjukkan bahwa ‘jika pekerja pindah dari departemen (divisi) Y ke departemen (divisi)
X, dia tidak pindah karena perubahan harga relatif, tetapi dia pindah karena diminta untuk
melakukannya’. Akhirnya, Commons menyatakan bahwa ‘unit terakhir dari sebuah aktivitas
harus mengandung ketiga prinsip, yaitu konflik (conflict), saling menguntungkan
(mutually), dan ketertiban (order). Unit itu tidak lain adalah transaksi’. Sedangkan menurut
Mburu, biaya transaksi adalah: (1) biaya pencarian dan informasi; (2) biaya negosiasi
(bargaining) dan keputusan atau mengeksekusi kontrak; dan (3) biaya pengawasan
(monitoring), pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan (compliance). Secara lebih detail,
proses negosiasi sendiri bisa sangat panjang dan memakan banyak biaya. Seluruh pelaku
pertukaran harus melakukan tawar-menawar antara satu dengan lainnya. Serikat kerja dan
pihak manajemen perusahaan, misalnya, setiap saat harus melakukan proses negosiasi baru
secara periodik. Kemudian pengukuran juga dapat sangat mahal, karena menyangkut
keinginan untuk mengetahui secara mendalam terhadap suatu barang dan jasa yang hendak
diperjualbelikan. Pembeli mobil, misalnya, ia bukan sekadar ingin tahu mengenai harga,
melainkan juga informasi lain tentang kondisi mesin, keiritan bahan bakar, kenyamanan
mobil, kelengkapan interior, dan lain sebagainya. Akibat kekurangan informasi inilah yang
menimbulkan tambahan biaya transaksi. Terakhir, penegakan pertukaran juga memuncukan
biaya transaksi. Jika dalam sekali proses pertukaran seluruh kesepakatan bisa dilakukan
dengan baik, maka biaya transaksi berikutnya bisa ditekan. Tetapi jika yang terjadi

4
sebaliknya, dibutuhkan mekanisme pemaksaan yang menjamin proses pertukaran bisa
berlangsung, yang tentu saja ini menimbulkan biaya transaksi. Furubotn dan Richter
menunjukkan bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk menggunakan pasar (market
transaction costs) dan biaya melakukan hak untuk memberikan pesanan di dalam
perusahaan (managerial transaction costs). Di samping itu, ada juga rangkaian biaya yang
diasosiasikan untuk menggerakkan dan menyesuaikan dengan kerangka politik kelembagaan
(political transaction costs). Untuk masing-masing tiga jenis biaya transaksi tersebut bisa
dibedakan menurut dua tipe: (1) biaya transaksi ‘tetap’ (‘fixed’ transaction costs), yaitu
investasi spesifik yang dibuat di dalam menyusun kesepakatan kelembagaan (institutional
arrangements); dan (2) biaya transaksi ‘variabel’ (‘variable’ transaction costs), yakni biaya
yang tergantung pada jumlah dan volume transaksi. Pada poin ini, sifat dari biaya transaksi
sama dengan ongkos produksi, di mana keduanya mengenal konsep biaya tetap dan biaya
variabel. Cuma, dalam identifikasi yang mendalam, tentu membedakan antara biaya tetap
dan variabel dalam biaya transaksi tidak semudah apabila membandingkannya dalam biaya
produksi. Terakhir, biaya transaksi politik (political transaction costs) berhubungan dengan
penyediaan organisasi dan barang publik yang diasosiakan dengan aspek politik. Secara
umum, biaya transaksi politik ini tidak lain adalah biaya penawaran barang publik yang
dilakukan melalui tindakan kolektif, dan bisa dianggap sebagai analogi dari biaya transaksi
manajerial. Secara khusus, biaya ini meliputi: (1) biaya penyusunan, pemeliharaan, dan
perubahan organisasi politik formal dan informal; (2) biaya untuk menjalankan politik (the
costs of running polity). Biaya ini adalah pengeluaran masa sekarang untuk hal-hal yang
yang bekaitan dengan ‘tugas kekuasaan’ (duties of sovereign) [Furubotn dan Richter, 2000:
44-47]. Dalam konteks kerangka kerja neoklasik, Tietenberg menerima premis yang
dikembangkan oleh aliran neoklasik dan menyarankan bahwa struktur yang efisien dari hak
kepemilikan dapat memproduksi alokasi sumberdaya yang efisien pula. Kemudian dia
mengidentifikasi empat karakteristik dari hak kepemilikan yang penting: 1. Universalitas:
seluruh sumberdaya dimiliki secara privat dan seluruh jatah (entitlement) dispesifikasi
secara lengkap. 2. Eksklusivitas: seluruh keuntungan dan biaya diperluas sebagai hasil dari
kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya seharusnya jatuh ke pemilik, dan hanya kepada
pemilik, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui penjualan atau yang lain. 3.
Transferabilitas: seluruh hak kepemilikan seharusnya dapat dipindahkan/ditransfer dari satu
pemilik kepada pihak lain lewat pertukaran sukarela. 4. Enforsibilitas: hak kepemilikan
seharusnya dijamin dari praktik/pembeslahan keterpaksaan atau pelanggaran dari pihak lain.
Pada akhirnya, bila dipilah-pilah jenis-jenis hak kepemilikan yang eksis dalam masyarakat,
setidaknya terdapat tiga tipe yang penting, yakni hak kepemilikan individu (private property
right/ownership), hak kepemilikan negara (state property right/ownership), dan hak
kepemilikan komunal (communal property right/ownership). Hak kepemilikan
individu/pribadi dimaksudkan bahwa setiap individu berhak untuk menguasai dan memiliki
aset spesifik yang diinginkan, di mana dengan kepemilikan tersebut dia berhak untuk
memperoleh keuntungan, entah dengan cara diolah, dijual, atau dengan jalan lain.
Sedangkan hak kepemilikan negara diartikan bahwa aset spesifik hanya dibolehkan menjadi
milik negara sehingga individu/pribadi tidak diperkenankan untuk memilikinya. Sementara
itu, hak kepemilikan komunal tidak lain merupakan kepemilikan yang dipunyai oleh
kelompok yang telah terdefinisikan dengan baik (well-defined group) dari orang-orang
(people) yang bergabung untuk menggenggam aset yang tidak bisa dipindahkan
(nontransferable asset). Di luar itu, memang masih ada beberapa jenis hak kepemilikan lain,

5
misalnya hak kepemilikan terbuka (open access property right), namun eksistensinya saat ini
semakin melemah seiring dengan intensitas modernisasi ekonomi.

B. Aplikasi Ilmu Ekonomi Kelembagaan


Berikut ini secara singkat ditunjukkan 3 aplikasi pendekatan ekonomi kelembagaan (dengan
memakai teori ekonomi biaya transaksi, teori hak kepemilikan, dan teori modal sosial)
dalam isu-isu ekonomi. Pertama, aplikasi teori ekonomi biaya transaksi dalam industri gula
di Indonesia. Kasus industri gula di Indonesia selama ini selalu ditinjau dari sisi produksi
sebagai penyebab inefisiensi, entah karena benih dan pupuk yang mahal, lahan sewa makin
mahal, atau mesin pabrik gula yang kuno. Tapi riset yang penulis lakukan menemukan fakta
lain, bahwa sebagian sumber inefisiensi industri gula berasal dari sisi biaya transaksi. Biaya
transaksi yang tinggi di pabrik gula (PG) berasal dari manajemen yang lemah sehingga, baik
secara internal maupun eksternal. Biaya transaksi yang muncul akibat menggunakan “pasar”
(market transaction costs), muncul karena PG harus menanggung biaya membuat kontrak
dengan petani/pihak lain, bantuan kepada APTR/KUD, proses lelang gula, dan lain-lain.
Kemudian biaya transaksi yang berkaitan dengan model manajemen perusahaan (managerial
transaction costs), PG dibebani ongkos yang muncul akibat hirarkhi pengambilan keputusan
yang berjenjang. Pada kasus PG milik pemerintah, manajemen PG hanya memiliki otoritas
terbatas untuk mengambil keputusan, misalnya, dalam pembelian mesin atau rencana
investasi. Seluruh proses itu harus melewati pihak PTPN (PT Perkebunan Negara), yang
tentu saja dapat mengganggu proses produksi. Akhirnya, PG juga terbebani dengan biaya
yang muncul karena menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah (political transaction
costs), misalnya pajak, polusi, keamanan, dan pungutan ilegal. Sedangkan pada level petani
tebu, terdapat ragam biaya transaksi yang banyak. Saat ini sekurangnya terdapat dua model
kelembagaan yang bisa dipilih petani tebu, yakni petani tebu rakyat kredit (TRK) dan petani
tebu rakyat mandiri (TRM). TRK adalah petani yang memperoleh fasilitas kredit dari
pemerintah, yang untuk mendapatkannya harus berhubungan dengan pabrik gula, APTR,
dan koperasi. Sedangkan TRM adalah petani bebas yang tidak terikat skema kredit dari
pemerintah. Masing-masing kelembagaan ini memiliki kelemahan dan keunggulannya
masing-masing. TRK memiliki kelebihan menjamin kepastian usaha petani dan sistem bagi
hasil, namun kelemahannya sering kali pihak KUD tidak menulis secara detail potongan
yang dikenakan sehingga rawan manipulasi. Sedangkan TRM kelebihannya tidak banyak
pungutan yang dikenakan, tapi keterbatasannya beberapa bagian yang menjadi hak petani
(misalnya tetes) tidak bisa diterima. Akhirnya, secara umum biaya transaksi yang
ditanggung oleh petani tebu adalah: pajak, tebang-muat-angkut, donasi dan fee kepada
koperasi, sumbangan kepada kelompok petani, fee untuk perantara (khusus TRM), membuat
kontrak, perayaan/selamatan, selisih bunga (interest margin) dari yang resmi ditetapkan
pemerintah (khusus TRK), biaya oportunitas, keterlambatan penyaluran kredit, dan lain-lain.
Kedua, aplikasi teori hak kepemilikan. Terdapat dua hal yang bisa diungkapkan: (i) melihat
hubungan antara hak kepemilikan dengan kepastian hukum untuk melindungi penemuan-
penemuan baru (seperti teknologi). Dalam sudut pandang ini, negara yang bisa menjamin
hak kepemilikan terhadap penemuan/inovasi teknologi (lewat paten) akan memiliki
implikasi yang besar terhadap produktivitas dan efisiensi ekonomi. Logikanya sederhana,
jaminan terhadap hak paten akan memberi insentif material bagi pelaku ekonomi (maupun
para ahli) untuk terus menemukan inovasi baru. Bila inovasi (teknologi) tercipta, maka
secara langsung akan memengaruhi pola produksi yang bisa meningkatkan produktivitas;
dan (ii) melihat hubungan antara hak kepemilikan dengan degradasi lingkungan. Seperti

6
dimaklumi, sampai hari ini ketergantungan aktivitas ekonomi terhadap sumberdaya alam
(SDA) masih sangat besar, khususnya di negara berkembang. Ketergantungan terhadap
SDA menyebabkan terjadinya kecenderungan untuk melakukan eksploitasi sebesar-
sebesarnya sehingga berpotensi merusak lingkungan (environmental degradation). Dalam
konteks ini, hak kepemilikan yang tidak jelas terhadap SDA cenderung akan merusak
lingkungan dan dalam jangka panjang akan menurunkan pertumbuhan (efisiensi) ekonomi.
Sekadar ilustrasi, untuk melihat relasi antara hak kepemilikan dan inovasi teknologi,
peristiwa yang sering terjadi di negara berkembang adalah banyak investor (khususnya
asing) yang hengkang karena tidak ada jaminan terhadap setiap hak kepemilikan yang
diproduksi, baik dalam bentuk produk maupun hak paten. Setiap muncul komoditas industri
yang baru (misalnya elektronik, software, kaset, dan lain-lain) selalu diiringi dengan
munculnya produk-produk bajakan yang membanjiri pasar dengan harga yang jauh lebih
murah. Akibatnya, produsen tidak memiliki insentif untuk menciptakan produk baru
sehingga membuat kegiatan ekonomi lesu. Bahkan, dalam kasus yang ekstrem, produsen
tersebut pindah ke negara lain yang lebih memiliki kepastian hukum, sehingga membuat
negara yang ditinggalkan investasinya menjadi macet. Cerita akhirnya mudah ditebak,
negara tersebut menjadi tidak dapat mempercepat kegiatan ekonomi sehingga kehilangan
kesempatan untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Lebih naas lagi,
negara itu juga kehilangan peluang untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang efisien
karena tidak ada inovasi baru akibat penegakan hukum yang lemah (lack of law
enforcement). Dari kacamata relasi antara hak kepemilikan dan kerusakan lingungan, tanpa
hak milik atas sumberdaya alam yang ditegakkan, kepentingan yang berasal dari luar akan
mengambil keuntungan dari akses yang terbuka dan, tanpa rasa tanggung jawab sama sekali
atas perbuatan mereka, mengeksploitasi modal secara berlebihan dengan cara, misalnya,
menangkap ikan secara berlebihan, menggunakan lahan perkayuan desa secara berlebihan,
dan menyedot air tanah dalam jumlah berlebihan. Tetapi, bila kelompok komunal tertentu
diberi hak milik terhadap sumberdaya alam, maka kelompok tersebut akan mengembangkan
mekanisme untuk membatasi akses oleh orang luar, mendistribusikan tanggung jawab
pengelolaan, mengalokasikan hak-hak penggunaan di antara kelompok, pemantauan dan
pemenuhan/pelaksanaan. Contoh-contoh dari sistem pengelolaan sistem komunal mencakup
contoh untuk hutan-hutan di Jepang; perikanan di Turki; irigasi di India selatan; dan padang
penggembalaan di pegunungan Alpen Swiss, Himalaya, dan Andes. Contoh-contoh tersebut
membuktikan bahwa adanya kepastian terhadap hak kepemilikan akan mendonasikan
kegiatan ekonomi dalam pengertian positif, yakni pertumbuhan ekonomi dan tanggung
jawab untuk melestarikan lingkungan.

C. Pendapat/komentar
Menurut pendapat saya mengenai pemikiran Ronald Coase hak kepemilikan pribadi adalah salah
satu berfungsinya ekonomi pasar. Salah satunya masalah biaya transaksi (Transaction Coast).
Karena biaya transaksi berperan dalam ekonomi pasar, pasar berjalan sempurna tidak luput dari
transaksi sebagai basis unit analisis. Selain itu, biaya transaksi sanget berguna untuk mengenali
bentuk dan struktur sebuah transaksi.
D. Sumber/Web
https://id.wikipedia.org/wiki/Ronald_Harry_Coase

7
2. Gary Becker
A. Biodata

2 Desember 1930
Lahir
Pottsville, Pennsylvania, A.S.

03 Mei 2014 (umur 83)


Meninggal
Chicago, Illinois, A.S.

Kebangsaan Amerika Serikat

Universitas Chicago
(1968–sekarang)
Institusi
Universitas Columbia
(1957–1968)

Bidang Ekonomi sosial

Universitas Princeton
Alma mater
Universitas Chicago

Analisis modal manusia


Kontribusi
Teorema Rotten kid

1967 John Bates Clark Medal


1992 Penghargaan Nobel dalam Ekonomi
Penghargaan 1997 Pontifical Academy of Sciences
2004 John von Neumann Award
2007 Presidential Medal of Freedom

8
B. Pemikiran
Gary S. Becker (1992), berjasa karena telah mengingatkan akan pentingnya peran
sumber daya manusia, yang selama ini diabaikan oleh teori-teori neo-klasik dalam
pembangunan.
Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi yang Mengenang Alfred Nobel 1992
dianugerahi kepada Gary Becker "karena telah memperluas domain analisis mikroekonomi
ke berbagai perilaku dan interaksi manusia, termasuk perilaku non-pasar".
Menurut Becker, ekonomi memberikan semesta pendekatan paling komprehensif untuk
memahami semua perilaku manusia. Secara umum, subjek dalam ekonomi dapat dibagi
dalam beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs makroekonomi. Selain
itu, subjek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs
heteredox, dan lain sebagainya. Ekonomi yang difungsikan sebagai ilmu terapan dalam
manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam
bidang-bidang selain moneter, seperti penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah,
kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga, dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan
karena pada dasarnya, ekonomi seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah ilmu yang
mempelajari pilihan manusia.
Dan Becker adalah perintis tren tersebut. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan
bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya
ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya ini
terkadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus. Banyak ahli
ekonomi merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk
membuat kita mengerti fenomena yang terjadi di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami
perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya, walaupaun menurut pendapat kritikus
terkadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Becker melihat kapital manusia sebagai nilai yang ditambahkan
kepada seorang pekerja ketika pekerja mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan aset lain
yang berguna bagi pemberi kerja atau perusahaan serta bagi proses produksi dan pertukaran.
Nilai yang ditambahkan ini melekat dalam diri pekerja itu sendiri. Jadi, investasi kapital
manusia melalui peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman, tetapi juga bagi
pekerja itu sendiri.
Pemikiran Becker sangat dipengaruhi oleh Milton Friedman seorang ekonom dari
Chicago. Milton memberikan sebuah keyakinan dan pandangan baru bahwa masalah-
masalah sosial dapat dipecahkan dengan ilmu ekonomi. Pemikiran Becker mendapat
kecaman. Ilmuan sosiologi menuduh pemikiran Becker sebagai "imperialisme ekonomi".
Namun, kecaman dan kritikan tersebut dibantah Becker dengan menyatakan bahwa ilmu
sosiologi telah menghasilkan ilmu ahli yang mampu berpikir besar. Becker juga
menunjukkan keprihatinannya terhadap konflik sosial secara lebih tajam daripada ekonomi-
ekonomi lainnya. Gagasannya tentang tidak adanya garis pemisah antara ilmu ekonomi dan
sosiologi telah membuat dirinya menjadi ekonom besar.

9
C. Pendapat/komentar
Menurut pendapat saya mengenai pemikiran Gary Becker mikro ekonomi melibatkan interaksi
manusia, sebagai perilaku non pasar. Keterlibatan manusia sebagai nilai yang ditambahkan sebagai
pekerja . Mendapatkan pengetahuan,ketrampilan, dan aset lain yang berguna bagi perusahaan
serta bagi proses produksi dan transaksi.
D. Sumber/Web
https://id.wikipedia.org/wiki/Gary_Becker
http://www.sejarah-negara.com/2014/11/gagasan-ekonomi-becker.html

3. Robert Fogel
A. Biodata

Lahir 1 Juli 1926 New York City, New York, A.S.


Meninggal 11 Juni 2013 (berusia 86) Oak Lawn, Illinois, A.S.
Kebangsaan Amerika
Bidang Sejarah ekonomi Cliometrics Sekolah atau Tradisi Chicago School
Alma mater Sekolah Menengah Stuyvesant
Universitas Cornell, Columbia, Johns Hopkins
Penghargaan Hadiah Nobel dalam Ilmu Ekonomi (1993), Bancroft Prize (1975)

B. Pemikiran
Robert Fogel (1993), percaya bahwa institusi atau pranata sosial sangat menentukan
kemajuan ekonomi suatu bangsa. Menurut mereka, institusi mencakup tradisi sosial, budaya,
politik, hukum, dan ideologi. Dengan menggunakan teori dan tehnik statistik, mereka berhasil
mengubah sejarah ekonomi menjadi suatu perangkat penting guna memahami sebuah proses
pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini dikenal dengan cliometrics atau sejarah ekonomi baru.
Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi untuk Memori Alfred Nobel 1993
dianugerahi bersama oleh Robert W. Fogel dan Douglass C. North "karena telah memperbarui
penelitian dalam sejarah ekonomi dengan menerapkan teori ekonomi dan metode kuantitatif
untuk menjelaskan perubahan ekonomi dan institusional.

10
Fogel meraih gelar magister di bidang ekonomi di Columbia University pada tahun 1960,
belajar ekonomi dari ahli sejarah stigler george dan ekonomi dari Carter Goodrich. Dia meraih
gelar Ph.D. Di Johns Hopkins University pada tahun 1963, di mana dia bekerja di bawah simon
kuznets. Minatnya, sejak awal, adalah dalam memahami faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena pelatihannya dari Stigler dan Kuznets, dia cenderung
secara empiris. Buku besar pertamanya, berdasarkan gelar Ph.D. Disertasi, adalah Railroads
and American Economic Growth. Pekerjaan Fogel di rel kereta api adalah aplikasi kelas satu
dan sangat rinci dari salah satu prinsip ekonomi terpenting: bahwa ada pengganti hampir
semuanya. Jadi, alih-alih hanya menerima gagasan bahwa rel kereta api begitu penting dalam
pertumbuhan ekonomi karena di mana-mana, Fogel dengan hati-hati mempertimbangkan di
mana perpanjangan kanal mungkin telah menggantikan jalur kereta api sehingga kereta api
tidak pernah dibangun. Dia juga memperhitungkan biaya kanal hipotetis ini, bersamaan dengan
penghematan biaya karena tidak membangun rel kereta api. Fogel menyimpulkan bahwa
hampir semua lahan pertanian yang menjadi bernilai ekonomis karena rel kereta api juga pasti
berharga hanya ada rangkaian kanal yang diperpanjang. Kontribusi bersih rel kereta api
terhadap produk nasional bruto (GNP) karena mengurangi biaya pengiriman produk pertanian,
Fogel menyimpulkan, hanya berjumlah sekitar 2 persen dari GNP. Tentu saja, Fogel menyadari
bahwa metodenya tidak memperhitungkan berkurangnya biaya pengiriman barang
nonpertanian melalui jalur kereta api. Fogel, bersama koleganya dari Universitas Rochester,
Stanley Engerman, menimbulkan banyak kontroversi di awal tahun 1970an dengan pekerjaan
mereka dalam bidang ekonomi perbudakan. Fogel dan Engerman mengklaim, di dalam buku
mereka yang penuh fakta, Time on the Cross, perbudakan itu layak secara ekonomi sebelum
Perang Saudara dan bahwa faktor ekonomi tidak akan menurunkannya; Komitmen etis untuk
mengakhiri perbudakan diperlukan agar hal itu terjadi. Fogel dan Engerman juga mengklaim
bahwa perbudakan itu efisien, walaupun sejarawan ekonomi lainnya (termasuk Gavin Wright,
Peter Temin, Paul David, Richard Sutch, Roger Ransom, dan yang terakhir, Jeffrey Rogers
Hummel) telah memperebutkan klaim ini. Pada tahun 1975, Fogel bergabung dengan
fakultas Universitas Chicago. Pada awal tahun 1980an, dia mulai mempelajari sebuah
pertanyaan yang membara dalam demografi ekonomi: Apa yang menyebabkan peningkatan
dramatis dalam harapan hidup selama dua abad terakhir? Antara tahun 1850 dan 1950,
misalnya, harapan hidup A.S. saat kelahiran meningkat dari sekitar empat sampai enam puluh
delapan tahun. Fogel menemukan bahwa kurang dari separuh penurunan angka kematian dapat
dijelaskan dengan standar makanan yang lebih baik.
Studi besar pertama Fogel yang melibatkan cliometrics adalah Railroads and American
Economic Growth: Essays in Econometric History (1964). Saluran ini berusaha mengukur
kontribusi kereta api terhadap pertumbuhan ekonomi A.S. pada abad ke-19. Argumen dan
metodenya masing-masing memberi sanggahan pada serangkaian argumen historis non-
numerik yang telah banyak mengandung efek ekspansif terhadap rel kereta api tanpa referensi
yang ketat terhadap data ekonomi. Fogel menentang argumen historis sebelumnya untuk
menunjukkan bahwa onset perkeretaapian tidak diperlukan oleh ekonomi Amerika. Meneliti
transportasi barang pertanian, Fogel membandingkan ekonomi 1890 dengan ekonomi 1890
hipotetis dimana infrastruktur transportasi terbatas pada gerobak, kanal, dan jalur air alami.
Fogel menunjukkan bahwa tidak adanya rel kereta api pada dasarnya akan menaikkan biaya
transportasi dari peternakan ke pasar primer, terutama di Midwest, dan mengubah lokasi
geografis produksi pertanian. Terlepas dari pertimbangan ini, kenaikan biaya transportasi
secara keseluruhan, yaitu "penghematan sosial" yang disebabkan oleh perkeretaapian, kecil -
sekitar 2,7% dari tahun 1890 GNP. Potensi teknologi pengganti, seperti sistem kanal yang

11
lebih luas atau jalan yang lebih baik, akan semakin menurunkan pentingnya perkeretaapian.
Kesimpulan bahwa rel kereta api tidak diperlukan untuk pembangunan ekonomi membuat
nama kontroversial untuk cliometrics.

C. Pendapat/komentar
Menurut pendapat saya mengenai pemikiran Robert Fogel institusi sangat menentukan kemajuan
ekonomi suatu bangsa. Institusi yang mencakup tradisi sosial,budaya,politik,hukum dan ideologi,
sebagai suatu perangkat penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.
D. Sumber/Web
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Fogel
http://www.econlib.org/library/Enc/bios/Fogel.html
https://romagia.wordpress.com/nie/new-institutional-economics-atau-ekonomi-kelembagaan-
definisi-teori-dan-aplikasi/

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari semua yang telah kita bahas di atas tadi jadi bisa kita simpulkan bahwa ekonomi
dimasa praklasik ataupun dimasa makantilisme maupun dimasa fisioktrat belumlah banyak di
amalkan atau pun dipelajari oleh banyak orang, bahkan masih banyak orang yang
meragukannya. Disamping semua itu para-para pemikir pun tak mau menyerah sampai disitu,
dan sampai akhirnya ilmu ekonomi berkembang luas didunia ini.

Sejarah pemikiran ekonomi dimulai sejak zaman pra klasik, klasik, neo-klasik,
historismus, sosialisme, keynesss dan neo-keynessian. Pada zaman pra klasik dapat
dikelompokkan menjadi masa Yunani Kuno, skolastik, merkantilisme dan masa fisiokrat. Yang
masing-masing memiliki tokoh-tokoh dengan pemikirannya masing-masing. Misalnya pada
zaman yunani aristoteles berpendapat bahwa ekonomi merupakan suatu bidang tersendiri, yang
pembahasannya harus dipisahkan dengan bidang lain. Beliau juga meetakkan pemikiran dasar
tentang nilai dan harga. Pertukaran barang dan kegunaan uang dalam pertukaran barang
tersebut.

SARAN
Dengan adanya tokoh-tokoh ekonomi lainnya diharapkan pemikiran-pemikiran mengenai
teori ekonomi dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan ekonomi. Dalam makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dari kapasitas materinya yang kurang ataupun dari segi
bahasanya yang sulit dimengerti, dll. Maka dari itu untuk perbaikan makalah-makalah yang
selanjutnya, mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan instropeksi kami dalam
penyusunan sebuah makalah.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_pemikiran_ekonomi

http://t-smarttazkia.blogspot.co.id/2015/01/rangkuman-uas-spe-2015.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ronald_Harry_Coase

https://id.wikipedia.org/wiki/Gary_Becker
http://www.sejarah-negara.com/2014/11/gagasan-ekonomi-becker.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Fogel
http://www.econlib.org/library/Enc/bios/Fogel.html
https://romagia.wordpress.com/nie/new-institutional-economics-atau-ekonomi-kelembagaan-
definisi-teori-dan-aplikasi/

14

Anda mungkin juga menyukai