Pada konsep bangunannya, ia memodifikasi gaya bangunan Eropa untuk kondisi tropis yang
lembab, bersuhu dan bercurah hujan tinggi. Namun, pengalamannya dalam menangani
berbagai bangunan candi (terutama di Trowulan), membuatnya mengubah konsep menjadi
modernisasi konsep bangunan tradisional lokal Hindia Belanda yang sampai saat ini dikenal
dengan gaya Indisch. Sementara dalam perancangannya mendesain bangunan di ITB, selama
dua tahun beliau mengawasi pembangunannya bersama badan pembangunan pemerintah
kota. Selama proses pembangunan berlangsung hingga 1924, beliau tinggal di daerah
Mampang, Jakarta. Kompleks ITB telah diperluas, namun karya Mclaine Pont tetap bisa dilihat di
bagian depan kampus, di Jalan Ganesha 10, persisnya yaitu Aula Barat dan Timur ITB. Ironisnya,
MacLaine Pont tidak bisa hadir ketika pada 3 Juli 1920 bangunan ITB diresmikan oleh GG JP
Graaf van Limburg Stirum, ia hanya diwakilkan oleh istrinya.
Rencana Awal Tata Letak Bangunan Institut Teknologi Bandung Tahun 1925
Pendirian kampus ITB dipelopori oleh kelompok filantropis masyarakat Eropa/Belanda yang
berprofesi sebagai pemilik perkebunan di Priangan yang terdiri dari E.J Kerhoven dan K.A.R Bosscha.
Pada awal pendiriannya, ITB ini direncanakan mutunya setara dengan perguruan tinggi di Delft.
Setelah dibangun, Kampus Technische Hoogeschool Bandung diresmikan oleh Gubernur Jendral
Hindia Belanda Mr. J.P Graaf van Limburg Stirum (1916-1921) pada 3 Juli 1920. Kampus ITB semula
dibatasi oleh Jl. Ganesha di sisi selatan dan Jl. Tamansari di sisi barat dan utara. Tetapi kini
telahberkembang ke kawasan Lebak Siliwangi yang terletak di sepanjang Jl. Tamansari. Saat ini,
kampus tersebut terbagi menjadi dua kapling besar yaitu kelompok bangunan sebelah barat
merupakan bangunan FTSP dan Departemen Teknik Sipil serta kelompok bangunan sebelah timur.
Bangunan utama kampus yaitu Aula Barat dan Timur yang menjadi sebuah eksperimen seni
bangunan dalam memadukan langgam arsitektur tradisional nusantara dengan kemajuan teknik
konstruksi modern. Langgam ini dikenal dengan arsitektur Indisch. Komplek bangunan tersebut
memiliki atap sirap dengan kolom-kolom yang ditempeli susunan batu kali. Batu kali dan bahan-
bahan seperti kayu, dinding batu, jalan setapak dan atap yang diekspos dimaksudkan untuk
memberikan kesan alamiah sekaligus merespon iklim tropis.
Berdasarkan ciri khas bangunan yang dibuatnya, beliau menerapkan arsitektur tradisional
Indonesia yang digabungkan dengan arsitektur modern. Berikut merupakan metode desain Henri
Maclaine Pont dalam membuat rancangan gedung aula barat dan timur ITB :
Merasionalkan cara
Menelaah sistem Mengembangkan
membangun dengan
konstruksi bangunan sistem konstruksi
menerapkan prinsip struktur
tradisional Jawa bangunan
bangunan tradisional lain
Menggabungkan
Mengubah sistem sosial Menggabungkan unsur
bangunan Jawa
budaya masyarakat menjadi lokal Indonesia dengan
dengan sistem
sistem bangunan teknik material Belanda
struktural modern
Mewujudkannya dalam
Memahami budaya
bentuk bangunan seperti
masyarakat asli
Aula Barat dan Timur ITB
1. Menelaah sistem bangunan tradisional Jawa secara detail mulai dari sistem konstruksi
bangunan di Jawa hingga nilai teknologinya seperti pada arsitektur Pendopo Keraton.
2. Mengembangkan sistem konstruksi bangunan untuk mengakomodasi fungsi, skala aktivitas
dan metode produksi baru.
3. Merasionalkan cara membangun, mematematikan prinsip struktur Masjid Yogyakarta,
Masjid Agung Cirebon, Bangsal Witana Solo, dan Bangsal Kaniyana Yogyakarta, serta
mengadopsi bentuk rumah sunda yaitu Julang ngapak yang artinya burung enggang yang
membentangkan sayap untuk bentuk atap bangunan.
4. Melogikakan bangunan Jawa dengan sistem struktural modern, dengan cara menekan
semua perbedaan sosial budaya berdasarkan kepantasan formal dan strukturalnya.
Misalnya, susunan, penandaan ruang, ekspresi bangunan, aliran kegiatan yang selama ini
berjarak antara kaum elit dan rakyat jelata dalam kehidupan masyarakat Jawa.
5. Menggabungkan hibriditas dari unsur lokal (Indonesia) dengan teknik material Belanda,
seperti penerapan struktur atap Aula yang seluruhnya menggunakan bahan kayu.
6. Mengubah sistem hirarkis sosial budaya masyarakat Jawa yang abstrak menjadi sistem
bangunan dan langgam arsitektur yang netral dan pragmatik.
7. Memahami raga tradisional dan imajinasi budaya masyarakat asli sebelum menariknya ke
ranah ilmiah dan meninggalkan spiritual masyarakat asli.
8. Warisan konsepsi arsitektural masyarakat asli Indonesia diwujudkan dalam bentuk bangunan
dan ekspresi arsitektural seperti pada Aula Barat dan Timur ITB.
Aula Timur dan Barat dilihat dari Taman Ganesha Aula Timur dilihat dari samping
DAFTAR PUSTAKA
Rinaldimunir. 2012. Kampus ITB, Kecil Tapi Besar (d/h ITB Multikampus).
http://if99.net/category/seputar-itb/page/6/
Seputar ITB. 2012. Kenapa Atap Aula Barat/Timur ITB Bergaya Gonjong Rumah Gadang? (d/h Abdoel
Moeis Penggagas ITB). http://rinaldimunir.wordpress.com/2012/05/29/kenapa-atap-aula-
barattimur-itb-bergaya-gonjong-rumah-gadang-dh-abdoel-moeis-penggagas-itb/