Secara umum karya John Wansbrough memberikan kritik yang tajam atas
kenabian Muhammad dan al-Qur’an. Kenabian Muhammad dianggap sebagai imitasi
(tiruan) dari kenabian Nabi Musa as. yang dikembangkan secara teologis untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Arab.1
1
Alfatih Suryadilaga, Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang Al-Qur’an dan Nabi
Muhammad, Jurnal Tsaqafah Vol. 7, No. 1, April 2011, h. 92
2
Alfatih Suryadilaga, Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang Al-Qur’an dan Nabi
Muhammad, h.93
ع ِّلِّي ًما
َ ٍش ْىء ُ َّما َكانَ ُم َح َّمد ٌ أَبَآ أ َ َح ٍد ِّمن ِّر َجا ِّل ُك ْم َولَ ِّكن َّر
َ سو َل للاِّ َوَخَاَت َ َم الَّنَّ ِِّب ِِّّيِّينَ َو َكانَ للاُ ِّب ُك ِِّّل
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. 33:40)
نجِّي َِّل ْ ْص ِّدقًا ِّل َما بَِّيْنَ يَدَ ْي ِّه َوأَنزَ َل الت َّ ْو َراة َ َوا
ِّ إل ِّ اب ِّب ْال َح
َ ق ُم َ َ علَِّي َْك ْال ِّكت
َ ن ََّز َل
Dia menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (QS. 3:3)
Namun Wansbrough membacanya secara terbalik, yaitu melihat fakta yang dimunculkan
berbeda seperti halnya ketika kita bercermin, benda yang sama akan memantulkan
“fakta” yang terbalik yang tentu berbeda dengan aslinya. Justru dengan ayat-ayat
tersebuit wansbrough mendelegitimasi kenabian nabi Muhammad saw. Seperti halnya
dalam surah al-‘Araaf ayat 157:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
Dalam ayat ini muncul penegasan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah nabi sekaligus
rasul yang termaktub dalam kitab Taurat dan Injil. Karenanya, Wansbrough yakin jika
Muhammad tak lain adalah seorang “visioner hebat” yang melalui ayat ini mampu
menyajikan fakta yang membuat dirinya seolah ditakdirkan didunia sebagai janji Tuhan
yang secara khusus ditujukan kepada para Ahli Kitab.3
3
Ahmadi Faturrahman, Menelaah Pemikiran John Wansbrough Tentang Muhammad, al-Qur’a n,
dan Islam, Skripsi UIN Sunan Kalijaga tahun 2013, h.7
dijelaskan bagaimana Tuhan “menyiapkan” Musa kelak menjadi salah seorang
utusanNya ketika masih usia kanak-kanak.4
Pertama, purification atau penyucian diri adalah dogma Islam akan kesucian
“dada” Muhammad dari kesalahan, sebagaimana tertuang dalam QS 94:1-3. Hal ini
berimplikasi pada “label” ‘ismah (kerterhindaran dari berbuat dosa) Muhammad saw
yang membuat kenabiannya sempurna. Sebagai bukti nyata, Muhammad pernah menolak
tawaran kekuasaan dan kekayaan yang ditawarkan kafir Quraysh kepadanya. Ini menjadi
bukti ‘ismah Muhammad.
Kedua, the beatific vision dipahami sebagai petunjuk langsung Tuhan kepada
seorang hamba terpilih dalam bentuk pengindraan-langsung (direct visual perception).
Dalam hal ini, Muhammad mendapatkan pengetahuan yang tidak biasa yang itu
didapatkannya dari Allah, sebagaimana dikisahkan dalam QS 53:11-18, 81:19-25, dan
48:27. Dalam bahasa manusia, penglihatan semacam ini seperti penglihatan
menggunakan kalbu (spiritual vision atau ru’yah fi al-qalb).
Ketiga, the ascencion atau mi’raj, yaitu proses “naiknya” Muhammad saw ke
hadapan Tuhan. Terkait pula di dalamnya adalah Isra’, yaitu perjalanan malam hari, dari
Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsa’, sebagaimana dikisahkan QS 17:1.
ُار ْكَّنَا َح ْولَه َ س ِْب َحانَ الَّذِّي أَس َْرى ِّبعَ ِْب ِّد ِّه لَ ِّْيالً ِّمنَ ْال َمس ِّْج ِّد ْال َح َر ِّام ِّإلَى ا ْل َمس ِّْج ِّد اْأل َ ْق
َ َصا الَّذِّي ب ُ
ِّير
ُ ص ِّ َس ِّمِّي ُع ْالِب
َّ ِّلَّنُ ِّريَهُ ِّم ْن َءايَاَتَِّّنَآ إِّنَّهُ ُه َو ال
4
Ahmadi Faturrahman, Menelaah Pemikiran John Wansbrough Tentang Muhammad, al-Qur’a n,
dan Islam, , h.8
5
John Wansbrough, Quranic Studies: Source and Methods of Scriptual Interpretation (Oxford:
Oxford University Press, 1977), h.66.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-
Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 17:1)
Menurut Wansbrough, ada yang harus dicurigai dari fakta Isra’ dan Mi’raj ini. Selain
hanya mencantumkan saksi mata‘abd yang adalah Muhammad sendiri, perjalanan isra’
pada QS 17:1 juga menyerupai kisah isra’ versi Musa dalam al-Qur’an yaitu QS 20:77,
QS 26:52, dan 44:23 dan Bibel (Keluaran 12:29-34). Yang menjadi pertanyaan, apakah
ini pada QS 17:1 benar-benar isra’ tentang Muhammad atau menceritakan isra’ Musa?,
dengan bukti keterangan tentang Musa pada ayat selanjutnya QS 17:2.27 Ketiga hal di
atas tampak seperti “sihir” Muhammad. Selain itu, al-Qur’an yang memiliki
kemukjizatan “tekstual” (I’jaz al-Qur’an) menambah Wansbrough yakin akan adanya
sihir di balik diri Muhammad melalui agama yang dibawanya.6
6
John Wansbrough, Quranic Studies dalam Ahmadi Faturrahman, Menelaah Pemikiran John
Wansbrough Tentang Muhammad, al-Qur’a n, dan Islam, h.9