1 PB PDF
1 PB PDF
ABSTRAK
Kitosan merupakan adsorben yang sangat melimpah di alam dan baik digunakan dalam proses
penyerapan (adsorpsi) beberapa logam berat namun memiliki kelarutan yang tinggi dalam pH
asam sehingga mengakibatkan pemanfaatan adsorben kitosan menjadi terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kestabilan adsorben kitosan dengan cara immobilisasi kitosan
terhadap kaolin serta mengetahui kemampuan adsorben kitosan-kaolin dalam menyerap ion
logam Cu(II) dalam air. Uji stabilitas dilakukan dalam berbagai variasi pH dan kecepatan
pengadukan. Adsorben kitosan-kaolin yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan
spektrofotometer inframerah. Hasil spektrum IR menunjukkan karakteristik puncak-puncak
serapan kitosan-kaolin pada bilangan gelombang 3695,61 cm-1 dan 3433,29 cm-1 yang
menunjukkan tumpang tindih vibrasi gugus –OH dan NH ulur. Setelah diimmobilisasikan pada
kaolin, kestabilan kitosan meningkat pada rentang pH 1 hingga 8 dan kecepatan pengadukan
160 hingga 240 rpm. Kemudian adsorben kitosan-kaolin diaplikasikan dalam proses adsorpsi
terhadap ion logam Cu(II). Pada konsentrasi 30 ppm dalam pH 7 dan waktu kontak 30 menit
terjadi penurunan konsentrasi ion logam Cu(II) sebesar 99,79%.
43
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 43-49 ISSN 2303-1077
44
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 43-49 ISSN 2303-1077
sebelumnya dengan cara kerja yang sama. 2015). Larutan kitosan yang terbentuk
Filtrat disaring menggunakan kertas saring kental berwarna kuning pucat.
dan dikeringkan pada suhu 80 selama 1 Modifikasi kitosan-kaolin dilakukan
jam kemudian ditimbang kembali. pada variasi rasio massa 1:1, 1:2, 1:3, 1:4
Tahap IV, yaitu uji adsorpsi dan 1:5 (kitosan-kaolin) dengan total massa
adsorben kitosan-kaolin terhadap ion logam yaitu 30 gram. Proses pengadukan ini
Cu(II) dengan parameter konsentrasi, pH bertujuan untuk mengontakkan kedua
dan waktu kontak optimum. Tahap ini adsorben sehingga terbentuk campuran
diawali dengan mengontakkan adsorben yang homogen. Semakin besar massa
kitosan-kaolin sebanyak 1 gram yang kaolin maka semakin kurang kekentalan
ditambahkan pada 100 mL larutan tunggal dari gel. Hal ini mengindikasi bahwa kitosan
ion logam Cu(II) dengan variasi konsentrasi bereaksi dengan baik sepenuhnya pada
10, 15, 20, 25 dan 30 ppm, diatur kadar pH kaolin.
nya hingga mencapai pH 7. Campuran Banyaknya adsorben yang tersisa
diaduk dengan pengaduk dengan (tidak larut) menunjukkan kestabilan dari
kecepatan pengadukan 300 rpm selama 1 adsorben yang terbentuk. Kombinasi kedua
jam, lalu disaring menggunakan kertas jenis material adsorben menjanjikan
saring. Berdasarkan data yang diperoleh stabilitas fisikokimia yang tinggi disertai
dari hasil analisis Spektrofotometer Serapan peningkatan efektivitas adsorpsi sebagai
Atom (SSA), kandungan Cu(II) yang bentuk kompleksasi antara gugus
teradsorpsi dapat dihitung menggunakan fungsional (ligan) dengan ion logam
persamaan: (Zaharah, dkk., 2015).
qe =
Tabel 1. Data Hasil Stabilitas Adsorben
dengan adalah kapasitas Kitosan-Kaolin
adsorpsi (mg/g), adalah konsentrasi awal
Variasi
logam (mg/L), adalah konsentrasi akhir Berat Awal Berat Akhir
Rasio
logam (mg/L), W adalah masa adsorben (g) (gram) (gram)
Massa
dan V adalah volume larutan logam (L).
1:1 30 16,08
(Nurdiani, 2005). Untuk variasi pH
1:2 30 21,66
digunakan pH 5,6,7,8 dan 9 menggunakan
1:3 30 23,46
konsentrasi optimum yang diperoleh serta
1:4 30 24,22
variasi waktu kontak digunakan waktu 30,
1:5 30 25,61
60, 90, 120 dan 150 menit menggunakan
konsentrasi dan pH optimum yang diperoleh
Data pada Tabel 1 menunjukkan
sebelumnya.
semakin banyak kaolin yang digunakan
maka semakin besar kestabilan dari
HASIL DAN PEMBAHASAN adsorben. Pada data yang lain
menunjukkan masih adanya molekul
Karakterisasi Adsorben Kitosan-Kaolin
kitosan yang belum berikatan pada kaolin
Salah satu parameter kualitas dan
dikarenakan massa kaolin yang kecil
penggunaan produk kitosan ditentukan dari
sehingga tidak dapat berikatan secara baik.
seberapa besar derajat deasetilasinya.
Perubahan gugus fungsional kitosan
Kitosan yang digunakan memiliki derajat
dan kitosan-kaolin yang dikarakterisasi
deasetilasi sebesar 87,5% berwarna kuning
melalui spektrofotometri FT-IR disajikan
pucat.
melalui Gambar 1. Data pada Gambar 1
Proses pembuatan kitosan
diketahui bahwa semua perbandingan
termodifikasi diawali dengan melarutkan
variasi massa menyatakan bahwa kitosan
kitosan ke dalam asam asetat 1% hingga
dan kaolin telah membentuk suatu ikatan
terbentuk gel kitosan. Pada proses
baru dengan adanya pergeseran bilangan
pelarutan kitosan, sebagian ikatan hidrogen
gelombang gugus-gugus fungsinya.
antar molekul putus dan membuat rantai
Berdasarkan kestabilan massa maka
polimer teregang, mengakibatkan pori-pori
dinyatakan perbandingan 1:5 merupakan
kitosan terbuka sehingga meningkatkan
perbandingan terbaik karena memiliki
fleksibilitasnya untuk berinteraksi dengan
kelarutan paling rendah dibandingkan
gugus fungsional dari kaolin (Zaharah, dkk.,
perbandingan massa yang lain.
45
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 43-49 ISSN 2303-1077
46
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 43-49 ISSN 2303-1077
3,5
pH 2 merupakan kondisi pH dimana 3,564
logam Cu2+ (mg/g)
3 2,875
stabilitasnya cenderung lebih rendah dari 2,5
kondisi pH yang lainnya. Namun kelarutan 2 2,448
1,738
yang terjadi pada pH 2 hanya berkisar 1,5
1 1,204
4,33%.
0,5
Tabel 3. Data Persen Stabilitas Adsorben 0
10 15 20 25 30
Kitosan, Kaolin dan Kitosan-Kaolin
Terhadap Variasi pH Konsentrasi awal ion logam cu2+
(ppm)
Persen Stabilitas (%)*
pH
Kitosan Kaolin Kitosan-Kaolin
1 0 88,17 97 Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi
2 0 80,49 95,67 Terhadap Jumlah Ion Logam
3 0 79,96 99,67 Cu2+ Teradsorpsi
4 0,02 85 97,67
5 0,1 81,75 98,67 Pada Gambar 4 menunjukkan
6 99 87,06 100 bahwa semakin tinggi konsentrasi maka ion
7 97,56 84,33 98,67 yang dihasilkan juga semakin banyak
8 98,01 76,67 99,33 sehingga mempengaruhi adsorpsi atau
*stabilitas dinyatakan sebagai % berat tidak terlarut dalam penyerapan larutan tersebut. Kapasitas
larutan asam asetat 1% adsorpsi kitosan-kaolin lebih besar pada
47
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 43-49 ISSN 2303-1077
konsentrasi larutan 30 ppm, hal ini terjadi sehingga menghalangi untuk berinteraksi
karena lebih banyak ion logam yang terlarut dengan kitosan-kaolin. Pada penelitian
sehingga lebih banyak juga ion logam Nurdiani (2005) juga menunjukkan bahwa
terserap pada permukaan kitosan-kaolin. penurunan persen konsentrasi terbesar
Selama situs aktif belum jenuh oleh yang menggunakan kitosan berbentuk
adsorbat, maka kenaikan konsentrasi serpihan berada pada pH 7.
adsorbat akan diikuti pula dengan kenaikan Hasil penelitian yang diperoleh
jumlah adsorbat yang teradsorpsi (Utami, kemudian dilakukan uji statistik berupa uji
2009). ANOVA dengan SPSS. Hasil uji statistik
Berdasarkan Keputusan Menteri menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Negara Lingkungan Hidup nomor 202 tahun yang signifikan pada pH 5 dengan pH 7, 8
2004, tentang baku mutu air limbah bagi dan 9.
usaha dan atau kegiatan pertambangan biji Waktu kontak merupakan suatu hal
emas dan atau tembaga yaitu ukuran batas yang sangat menentukan dalam proses
atau kadar maksimum unsur tembaga adsorpsi. Berikut grafik persen penurunan
terlarut yang ditoleransi dalam air limbah konsentrasi ion logam Cu2+ berdasarkan
yang akan dibuang atau dilepaskan ke variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120 dan
sumber air dari usaha dan atau kegiatan 150 menit.
pertambangan biji emas dan atau tembaga 100
adalah 2 mg/L.
99,8
Proses adsorpsi juga dipengaruhi
120
% Penurunan
30 60 90 120 150
konsentrasi
100
98,42 98,8 Waktu Kontak (Menit)
80 94,38
60
Gambar 6. Pengaruh Waktu Kontak
Terhadap Jumlah Ion Logam Cu2+
40 Teradsorpsi
20
30,36 34,8
0 Berdasarkan pada grafik Gambar 6
5 6 7 8 9 diketahui bahwa semakin lama waktu
pH Larutan kontak yang digunakan maka semakin
rendah persen penurunan konsentrasi ion
Gambar 5. Pengaruh pH Larutan Terhadap logam Cu2+. Ketika waktu kontak 60, 90,
Jumlah Ion Logam Cu2+ Teradsorpsi 120 dan 150 menit efisiensi penyerapan
mulai menurun dikarenakan terjadi proses
Pada pH 5 dan 6 yang ditunjukkan desorpsi. Proses desoprsi merupakan
pada Gambar 5 tidak terjadi penurunan proses pelepasan kembali ion/molekul yang
konsentrasi yang signifikan, namun pada telah berikatan dengan gugus aktif pada
pH di atas 6 terjadi lonjakan penurunan adsorben. Waktu kontak di atas 30 menit
konsentrasi yang sangat drastis hingga adsorben telah mengalami kejenuhan
94,38%. Berdasarkan penelitian sehingga sebagian molekul ion logam yang
Mulyasuryani (2013) tentang adsorpsi Pb2+ ada di permukaan adsorben menjadi
dan Cu2+ menggunakan kitosan-silika terlepas.
menyatakan bahwa masing-masing Hasil penelitian yang diperoleh
adsorben mempunyai kemampuan adsorpsi kemudian dilakukan uji statistik berupa uji
yang lebih baik terhadap Cu2+ dibandingkan ANOVA dengan SPSS. Hasil uji statistik
Pb2+. Pada pH 7 ke atas jumlah Cu(II) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
teradsorpsi cenderung konstan karena pada yang signifikan pada 30 menit dengan 120
pH tersebut Cu(II) sudah mulai mengendap, dan 150 menit.
48
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 43-49 ISSN 2303-1077
49