Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan manusia terdiri dari berbagai aspek yang saling melengkapi satu
sama lain, tidak hanya kesehatan dalam dimensi fisik, namun juga kesehatan
dari sisi mental dan juga kesejahteraan sosial (WHO, 2019). Psikiatri
merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai penyebab,
pencegahan, diagnosis serta pengobatan gangguan mental dan perilaku
(Trivedi & Goel, 2006). Gangguan mental dan perilaku dalam psikiatri hampir
sama seperti halnya dalam lingkup cabang ilmu kedokteran lain, terdapat
berbagai kondisi yang mencakup kondisi ringan hingga gawat darurat.
Kegawatdaruratan psikiatri merupakan gangguan akut perilaku, pikiran,
ataupun suasana hati (mood) yang jika tidak ditangani dapat menimbulkan
bahaya baik bagi pasien ataupun orang lain di lingkungan sekitarnya
(Sudarsanan, Chaudhury, Pawar, Salujha, & Srivastava, 2004). Umumnya
kegawatdaruratan dalam psikiatri antara lain meliputi keadaan gaduh gelisah,
penelantaran diri, keinginan untuk bunuh diri, penyalahgunaan zat, hingga
korban perkosaan dan bencana (Puri & Treasaden, 2008).
Perkosaan merupakan tindakan pemaksaan hubungan seksual terhadap
seorang wanita dengan kekerasan ataupun ancaman kekerasan (Kusuma &
Yudianto, 2012). Sekitar 30% pelaku tindak perkosaan merupakan kerabat
atau berhubungan dengan korbannya dan kasus ini cenderung under reported
sehingga pemetaan secara pasti jumlah kasusnya belum dapat dilakukan(Puri
& Treasaden, 2008). Dampak yang ditimbulkan oleh perkosaan dapat
mengubah hidup korbannya dan memberikan pengaruh yang mendalam baik
secara fisik ataupun non fisik.
Korban perkosaan dapat mengalami cedera dari derajat ringan hingga
parah dan meninggal, tertular penyakit menular seksual, serta kehamilan yang
tidak dikehendaki. Disamping dampak fisik yang ditimbulkan kejadian
perkosaan juga akan menimbulkan dampak sosial dan psikologis pada
korbannya (Sulistyaningsih & Faturochman, 2002).
Stigma pada masyarakat yang cenderung memandang korban perkosaan
sebagai manusia yang hina, dan juga didukung oleh salah satu pendapat
“victim-blaming” dimana disini perempuan korban perkosaan diberi label
sebagai seorang perempuan yang sengaja “menggoda” laki-laki dengan
menggunakan pakaian yang mini, rok ketat, dan berbusana seksi. Tekanan dari
pengaruh media massa yang cenderung menunjukkan sisi lemah korban dalam
permberitaan akan semakin membuat korban semakin takut (Sulistyaningsih &
Faturochman, 2002).
Dampak psikologis yang ditimbulkan dari tekanan fisik serta sosial dapat
membuat korban yang berusaha menghilangkan pengalaman buruknya dalam
alam bawah sadar menjadi tidak berhasil. Kemungkinan terjadinya gangguan
psikologis dapat terjadi dapat berupa reaksi kecemasan, paranoid, depresi,
somatisasi, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), psikosis hingga terjadinya
percobaan untuk bunuh diri memperparah keadaan korban hingga dapat
berakhir dengan kematian. Untuk mencegah dampak kerusakan yang terjadi
pada korban maka penatalaksanaan kondisi gawat darurat ini harus dapat
dilaksanakan dengan baik (Sulistyaningsih & Faturochman, 2002).
Penatalaksanaan kejadian perkosaan terutama terfokus pada pemulihan
kondisi korban secara menyeluruh, sehingga memerlukan dukungan dari
banyak pihak. Dukungan ini diharapkan dapat membuat korban bangkit dan
mau menerima kejadian yang telah menimpanya menjadi bagian dari
pengalaman hidupnya. Dukungan sebagai pendengar keluhan korban dari
teman, orang tua, saudara, pekerja sosial, atau siapa saja akan sangat
membantu proses pemulihan korban paska kejadian (Sulistyaningsih &
Faturochman, 2002).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang ditetapkan
antara lain:
1.2.1 Apakah pengertian kegawatdaruratan psikiatri?
1.2.2 Apakah pengertian perkosaan?
1.2.3 Bagaimana keadaan korban paska kejadian perkosaan dan dampak yang
ditimbulkan?
1.2.4 Bagaimana tatacara penatalaksanaan korban perkosaan sebagai salah satu
kegawatan psikiatri?

1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan psikiatri.

1.3.2 Untuk mengetahui pengeritan perkosaan.

1.3.3 Untuk mengetahui dampak yang dapat dialami oleh pasien korban
perkosaan

1.3.4 Untuk mengetahui penatalaksanaan korban perkosaan sebagai salah satu


kegawatan psikiatri

1.4 MANFAAT
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dalam memberi
pengetahuan kepada dokter muda dalam mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi korban perkosaan dan melakukan tata laksana di bidang psikiatri dalam
hal penanganan pasien perkosaan sebagai salah satu kegawatan dalam bidang
psikiatri.

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, S. E., & Yudianto, A. (2012). Kejahatan Seksual. In Hoediyanto & H.
Apuranto (Eds.), Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal (8th
ed.). Surabaya: SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Unair.
Puri, B. K., & Treasaden, I. H. (2008). Emergencies in psychiatry. In Oxford
University Press. New York: Oxford University Press.
Sudarsanan, S., Chaudhury, S., Pawar, A., Salujha, S., & Srivastava, K. (2004).
Psychiatric Emergencies. Medical Journal Armed Forces India, 60(1), 59–62.
https://doi.org/10.1016/S0377-1237(04)80162-X
Sulistyaningsih, E., & Faturochman. (2002). Dampak Sosial Psikologis Perkosaan.
Buletin Psikologi, X(1), 9–23.
Trivedi, J. K., & Goel, D. (2006). What psychiatry means to us. Mens Sana
Monographs, 4(1), 166–183. https://doi.org/10.4103/0973-1229.27613
WHO. (2019). WHO Constitution. Retrieved June 5, 2019, from WHO.int website:
https://www.who.int/about/who-we-are/constitution

Anda mungkin juga menyukai