Anda di halaman 1dari 16

Posted August 19, 2010 by IFA / ‫َر ِف ْي َعة زهرة جميلة‬

Nama: Fathimah
Gelar: Az-Zahra
Julukan: Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa', al-'Alamin, Ummu Abiha
Ayah: Muhammad Rasulullah s.a.w
Ibu: Khadijah al-Kubra
Tempat/Tarikh Lahir: Makkah, Hari Jum'at, 20 Jumadi al-Tsani
Hari/Tarikh Wafat: Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H
Umur: 18 Tahun
Makam: ???
Jumlah Anak: 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan
Laki-laki: Hasan dan Husein
Perempuan: Zainab dan Ummu Kaltsum

Riwayat Hidup

Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra r.a, merupakan


wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak
menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman yang
diucapkan oleh Khadijah:

"Pada waktu kelahiran Fartimah r.a, aku meminta bantuan wanita-wanita


Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-
mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan
mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika
melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya
disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam
kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: "Wahai Khadijah! Aku
adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam,
Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan
Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu
keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut,
mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan
sampai putriku Fathimah r.a lahir."

Menginjak usia 5 tahun, beliau telah ditinggal dengan wafatnya ibunya.


Sehingga automatik beliau mengantikan posisi ibunya dalam melayani,
membantu dan membela Rasulullah s.a.w, sehingga beliau mendapat gelaran
Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih kanak-kanak,
beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam ujian. Beliau melihat
dan meyaksikan perlakuan keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya,
sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata kerana melihat
penderitaan yang dialami ayahnya.

Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah bersama


ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepatnya pada tanggal 1
dzulhijjah, hari jum'at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah dengan Ali bin Abi
Thalib.

Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai
dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi
Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan
pemurah hati.

Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi
sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala
keadaan serta sebagai pendididk terbaik telah berhasil mendidik anak-
anaknya.

Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah s.a.w.
Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan
seperti berikut, Siti Aisyah berkata: "Aku tidak melihat orang yang
pembicaraannya mirip dengan Rasulullah s.a.w seperti Fathimah ra. Apabila
datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira
lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah datang
kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan
beliau s.a.w".
Tidak hairan, jika setelah wafat baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan
berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu
diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata
kehilangan Rasulullah s.a.w tapi juga beliau melihat kelakukan umat
sesudahnnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana
penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.

Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra r.a setelah wafat


Rasulullah s.a.w, beliau tidak pernah terlihat senyum apalagi tertawa.
Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan
kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah
lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah r.a tanah itu adalah hadiah dari
ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak
meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah
statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum
muslimin".

Kehidupan Fathimah az-Zahra r.a, wanita agung sepanjang masa adalah


kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan
dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan
lembut.

Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya.
Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijrah wanita suci, wanita agung dan
mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18
tahun.

Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as


yang isinya:

1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara


pemakamanku.
2. Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri
pemakamanku.
3. Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.
Oleh kerana itulah, sehingga sekarang makam sebenar Siti Fatimah ra tidak
dapat digambarkan ketepatan posisi dan kedudukannya di dalam peta, hanya
pendapat dan andaian yang paling popular digunapakai sebagai makam Siti
Fatimah untuk ummat islam menziarahi kuburnya sebagai memperingati
beliau selaku anak Rasulullah s.a.w yang ditinggikan derajatnya oleh Allah
swt.

Fathimah Az-Zahra, "Putri bungsu Rasulullah s.a.w, telah tiada. Tidak ada
ungkapan yang mampu mengambarkan keagungan Fathimah Az-Zahra yang
sebenarnya.

Semoga Allah memasukkan beliau ke dalam golongan yang soleh bersama-


sama penghuni syurga-Nya. Amin....

Artikel 2

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Sahabat FB-ku yang dirahmati Allah, Nama lengkapnya adalah Fatimah az-Zahra’
binti Muhammad bin Abdullah, bin Abd Muththalib. Lahir pada hari Jumat, 20
Jumadil akhir, sekitar tahun 614 M (menurut Syi'ah) atau tahun 606 M (menurut
Sunni), tahun kelima kerasulan Nabi Muhammad, di Mekah.

Kelahiran Fahimah az-Zahra’ disambut gembira oleh Muhammad Shalallahu 'alaihi


wassalam, dengan memberikan nama Fathimah dan julukannya Az-Zahra’.
parasnya mirip dengan ayahnya. Ketika menginjak usia 5 tahun, terjadi peristiwa
besar, yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya.
Fatimah juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya,
sampai cobaan berat dengan meninggal ibunya Khadijah.

Masa hijrah ke Madinah, Fatimah az-Zahra’ dan kakaknya Ummu Kulsum tetap
tinggal di Mekah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Setelah
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar,
para sahabat berusaha meminang Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih
dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut. Namun, ketika
Ali bin Abi Thalib datang kepada Rasulullah untuk melamar, nabi bertanya,
“Apakah engkau mempunyai sesuatu ?”, Tidak ada ya Rasulullah,” jawabku. “
Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya
beliau. “ Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawabku. “Berikan itu kepadanya
(Fatihmah) sebagai mahar,”.kata Rasulullah.
Sejak masih dalam kandungan ibunnya, Fatimah az-Zahra’ sering menghibur dan
mengajak bicara ibunya. Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam bersabda:
“Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku
memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah lalu ia mengandung Fatimah”.
Khadijah berkata: “Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau
keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara denganku. Ketika aku akan
melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy
untuk dapat membatu melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan
mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka
ketika itulah datanglah empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya,
dan salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata:
Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kaltsum saudara
perempuan Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran
ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah
berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam kedaan sujud dan jari-jarinya terangkat
seperti orang sedang berdoa.”

Mengenai gelar “az-Zahra”, Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Ja’far
Ash-Shadiq: Mengapa Fatimah digelari Az-Zahra’? Ia menjawab: “Karena
Fathimah memacarkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali di siang hari.
Ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya memancar cahaya
putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke kamar banyak orang di
Madinah dan dinding rumah mereka diliputi cahaya putih. Mereka heran atas
kejadian itu, lalu mereka datang kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam
dan menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Nabi saw menyuruh mereka
datang ke rumah Fathimah. Lalu mereka mendatanginya, ketika sampai di
rumahnya mereka melihat Fathimah sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat
cahaya di mihrabnya, cahaya itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu
bahwa cahaya yang mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang
terpancar dari wajah Fathimah .

Jenazah Fatimah az-Zahra’ dimakamkan di tengah kegelapan malam, tanggal 14


Jumad al-Ula, 11 hijriah (632 M). Ali bin Abi Thalib dan kedua putranya, Hasan
dan Husain, serta beberapa sahabat terdekat, secara sembunyi-sembunyi
menguburkan jenazah putri Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam.

Artikel 3

Fatimah adalah pemimpin wanita dunia pada zamannya, yaitu pada masa kenabian.
Dia adalah wanita pilihan, Ummu Abiha,126 putri Rasulullah SAW, Al Qurasyiyah,
Al Hasyimiyah, dan Ummu Al Husain.

Dilahirkan beberapa saat sebelum Rasulullah SAW diutus sebagai nabi.


Dia dinikahi oleh Ali bin Abu Thalib pada bulan Dzulqa’dah, atau sebelumnya dua
tahun setelah perang Badar.

Nabi SAW sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak


keistimewaan. Dia sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima, dan
bersyukur kepada Allah. Nabi SAW pernah marah kepadanya ketika sampai
berita bahwa Abu Hasan (Ali bin Abu Thalib) ingin menikahi putri Abu Jahal.
Ketika itu beliau bersabda, “Demi Allah, putri Nabiyullah tidak boleh dicampur
dengan putri musuh Allah. Sesungguhnya Fatimah merupakan bagian dariku.
Sesuatu yang meragukanku berarti meragukannya dan sesuatu yang menyakitiku
berarti menyakitinya.”

Ali akhirnya tidak jadi meminang putri Abu Jahal karena menjaga kehormatan
Fatimah. Oleh karena itu, Ali tidak menikah dengan wanita lain dan tidak membeli
budak perempuan. Setelah Fatimah meninggal, Ali menikah lagi dan membeli
budak perempuan.

Ketika Rasulullah SAW meninggal, dia sangat terpukul lalu menangis, seraya
berkata, “Wahai Ayahku, kepada Jibril aku mengeluh. Wahai Ayahku, yang
doanya dikabulkan oleh Tuhan jika berdoa, semoga surga Firdaus menjadi tempat
tinggalmu.”

Setelah Rasulullah SAW dikubur, Fatimah berkata, “Wahai Anas, mengapa


jiwamu biasa-biasa saja ketika engkau menimbun tanah ke jasad Rasulullah?”

Rasulullah SAW bersabda kepada Fatimah ketika beliau sakit, “Sesungguhnya


aku akan meninggal karena sakitku ini.” Mendengar itu, Fatimah menangis. Namun
beliau menenangkan dirinya dengan memberitahukan bahwa dia adalah keluarga
Rasulullah yang pertama kali bertemu dengan beliau.” Ketika itu dia adalah
pemimpin wanita dunia ini.” Dia pun terima dan menyembunyikannya. Ketika
Rasulullah SAW telah wafat, Aisyah bertanya kepadanya, lalu dia bercerita
kepadanya tentang berita itu.

Aisyah RA berkata, “Jika Fatimah datang sambil berjalan, gaya jalannya terlihat
sama dengan gaya berjalan Rasulullah SAW. Lalu beliau berdiri seraya berkata,
‘Selamat datang wahai putriku!’.”

Ketika ayahnya meninggal, Fatimah berharap dirinya mendapat harta warisan,


maka dia menemui Abu Bakar untuk memintah haknya. Abu Bakar lalu
memberitahukan kepadanya bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda, “Kami
tidak mewariskan, dan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” Setelah itu dia
nampak sedikit marah kepadanya lalu meratapi dirinya.

Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi, dia berkata, “Ketika Fatimah sakit, Abu Bakar
datang lalu meminta izin. Ali lantas berkata, ‘Wahai Fatimah, ini ada Abu Bakar
meminta izin menemui dirimu’. Fatimah berkata, ‘Apakah kamu ingin aku
mengizinkannya?’ Ali menjawab, ‘Ya’.”

Menurut aku, dia ketika itu mempraktekkan Sunnah Nabi SAW, tidak
mengizinkan seorang pun masuk rumah suaminya kecuali atas izin suaminya.

Asy-Sya’bi berkata, “Setelah itu Fatimah mengizinkan Abu Bakar. Abu Bakar pun
menemuinya untuk meminta ridhanya, ia berkata, ‘Demi Allah, aku tidak
meninggalkan rumah, harta, keluarga, dan kerabat kecuali untuk mencari
keridhaan Allah, Rasul-Nya, dan Ahlul Bait’.”

Asy-Sya’bi berkata, “Abu Bakar kemudian meminta ridha kepada Fatimah hingga
dia pun meridhainya.”127
Fatimah meninggal dunia sekitar lima bulan setelah Nabi SAW wafat, saat
berusia 24 atau 25 tahun.
Nasab Nabi SAW telah terputus kecuali nasab dari pihak Fatimah.

Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa Nabi SAW mengagungkan Fatimah, Ali
bin Abu Thalib, dan kedua putranya dengan pakaian lalu berdoa, “Ya Allah,
mereka adalah keluargaku, maka jauhkan segala yang keji dari mereka dan
bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.”
Diriwayatkan dari Abu Sa’id, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,

‘Tidak seorang pun yang menjadikan Ahlul Bait (keluargaku) marah kecuali Allah
akan memasukkannya ke dalam neraka’.”
Diriwayatkan dari Tsauban, dia berkata: Rasulullah SAW pernah menemui
Fatimah saat aku bersamanya. Fatimah kemudian mengambil kalung emas dari
lehernya lalu berkata, “Ini adalah kalung yang dihadiahkan Abu Hasan (Ali)
kepadaku.” Nabi SAW lantas bersabda, “Wahai Fatimah, apakah engkau senang
orang berkata, ‘Inilah Fatimah binti Muhammad yang di tangannya ada kalung
dari api neraka?’.” Setelah itu beliau keluar. Tak lama kemudian Fatimah membeli
seorang budak dengan kalung emas itu lalu memerdekakannya. Tatkala itu Nabi
SAW bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari
api neraka.” (HR. Abu Daud)

Fatimah mempunyai dua orang putri, yaitu Ummu Kultsum (istri Umar bin
Khaththab) dan Zainab (istri Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib).

Diriwayatkan dari Abu Al Bukhturi, dia berkata, “Ali berkata kepada ibunya,
‘Cegahlah Fatimah untuk mengabdi di luar rumah, tetapi cukuplah dia bekerja di
dalam rumah, membuat adonan roti dan tepung’.”

Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin, dia berkata, “Aku tidak pernah
melihat seorang pun yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah
SAW selain Fatimah, dan jika Fatimah menghadap Rasulullah SAW, maka beliau
berdiri lalu menciumnya dan memanjakan dirinya. Begitu juga Fatimah
memperlakukan Nabi SAW.”

Aisyah berkata, “Fatimah hidup selama enam bulan setelah Nabi SAW wafat.
Kemudian dia dimakamkan pada malam hari.”

Al Waqidi berkata, “Ini adalah pendapat yang paling kuat menurut kami. Al Abbas
ikut menshalatinya. Kemudian Al Abbas, Ali, dan Al Fadhl turun ke liang lahadnya
saat jasadnya dikubur.”

Diriwayatkan dari Masruq, bahwa Aisyah pernah berkata kepadaku: Suatu hari
istri-istri Rasulullah SAW berkumpul di sisinya, tidak satu pun di antara mereka
yang pergi. Kemudian Fatimah datang dengan langkah yang jauh berbeda dengan
langkahnya Rasulullah SAW. Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya
seraya bersabda, “Selamat datang Anakku!” Kemudian dia didudukkan di samping
kanan atau kirinya, lalu berbisik kepadanya hingga dia menangis. Setelah itu
Rasulullah SAW berbisik lagi kepadanya hingga Fatimah tertawa. Ketika beliau
berdiri, aku berkata kepada Fatimah, “Hanya karena Rasulullah berbisik
kepadamu, kamu menangis. Aku sebenarnya ingin tahu, apa yang dibisikkan beliau
kepadamu dan aku punya hak untuk mengetahuinya darimu.” Ketika dia ingin
menjelaskan kepadaku apa yang menjadikannya tertawa dan menangis, dia
berkata, “Aku tidak akan menyebarluaskan rahasia Rasulullah SAW.”

Setelah Rasulullah SAW wafat, aku bertanya kepadanya, “Aku masih ingin
mengetahui sesuatu yang berhak aku ketahui darimu.” Fatimah menjawab, “Kalau
sekarang aku mau menceritakannya. Pertama, Rasulullah SAW mengatakan
kepadaku bahwa biasanya malaikat Jibril turun menemui beliau dengan Al Qur`an
setiap tahun sekali, namun kemudian beliau mengatakan bahwa Jibril
mendatanginya pada tahun ini setahun dua kali. Lalu beliau bersabda, ‘Maka aku
tidak mengira kecuali bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah’. Aku pun menangis. Ketika beliau melihatku sedih,
beliau bersabda, ‘Apakah kamu tidak rela jika nanti kamu menjadi pemimpin
wanita dunia atau pemimpin wanita umat ini?’ Aku pun tertawa.” (HR. Al Bukhari)

Artikel 4

FATIMAH AZ ZAHRA; TELADAN SETIAP MUSLIMAH

MUKADDIMAH

Seorang Muslimah yang tidak mengenal dan mencintai Fatimah Az Zahra putri
Rasulullah, harus dipertanyakan keimanannya. Bagaimana tidak Az Zahra adalah
putri yang sangat dicintai dan mencintai Rasulullah. Oleh karenanya sering keluar
dari lisan Rasulullah kata kata yang mengandung arti bahwa apa yang membuat
Fatimah marah otomatis membuat beliau marah. Bahkan pada akhir hayatnya
Rasulullah sempat membisiki Az Zahra bahwa ia pemimpin wanita ahli surga. Tapi
siapa sangka apabila kehidupan sang putri diwarnai oleh kesengsaraan. Kesabaran
dan keridhoannya dalam menerima apa yang diberikan Allah lah yang membuat ia
pantas menyandang gelar wanita terbaik.

Maka tak ada salahnya, apabila pada kesempatan ini kita mengenang kembali Az
Zahra, dengan harapan bisa menjadi motivasi bagi kita untuk memperbaiki diri.

Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah SAW.

Fatimah Az Zahra adalah anak perempuan ke empat pasangan Rasulullah dan


Ummul mu'minin Khadijah. (Rasulullah dan Siti Khadijah dikaruniai empat orang
putri; Zeinab, Raqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Fatimah dilahirkan ketika
kaum quraisy merenovasi ka'bah (pada saat itu Rasulullah yang dikenal dengan
julukan Al Amin –orang yang dipercaya-berhasil menggagalkan peperangan antara
kelompok quraisy).Tepatnya 20 jumadil akhir lima tahun sebelum bi'tsah (turun
wahyu kepada rasulullah).

Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwasanya Fatimah adalah orang yang paling
mirip dengan Rasulullah (kelak setelah lahirnya Hasan bin Abi Thalib bin Fatimah
bin Muhammad, Hasanlah orang yang paling mirip dengan Rasulullah), di antaranya
adalah apa yang dikatakan 'Aisyah: "Tidak ada yang mirip Rasulullah dalam cara
berjalan dan bertutur kata kecuali Fatimah", Dalam riwayat lain Ummul Mu'minin
Ummu Salamah mengatakan: "Fatimah bintu Rasulillah adalah orang yang paling
mirip wajahnya dengan Rasulullah." Hal ini ditegaskan oleh Anas bin Malik dalam
salah satu riwayatnya: "Fatimah sangat mirip dengan Rasulullah, kulitnya putih
dan berambut hitam."

Fatimah, memiliki banyak julukan, julukannya yang paling masyhur adalah Az


Zahra yang artinya bercahaya,berkilau. Ulama berbeda pendapat dalam sebab
dijulukinya Az Zahra, ada yang mengatakan karena Fatimah adalah bunga
Rasulullah, yang lain mengatakan karena fatimah berkulit putih, pendapat ketiga
mengatakan karena apabila fatimah beribadah dalam mihrabnya (musholah) maka
cahayanya menerangi mahkluq yang ada di langit seperti halnya cahaya bintang
menerangi makhluq yang ada di bumi. Selain Az Zahra, fatimah mendapat julukan
Ash Shiddiqah (orang yang percaya), Al Mubarakah, At Thahirah, Az Zakiyyah,
Ar Radhiyah, Al Murdhiyyah.

Di samping julukan-julukan di atas, Fatimah mendapat julukan Al butul,


sebagaimana Siti Maryam mendapat julukan tersebut. Yang dimaksud dengan al
butul di sini adalah memutuskan hubungan dengan dunia untuk beribadah kepada
Allah.

Julukan yang tidak kurang istimewanya dari julukan-julukan di atas adalah


julukan ibu dari bapaknya "ummu abiha" Para ulama berusaha menafsirkan julukan
ini dengan berbagai penafsiran di antaranya:
1. Fatimah adalah anak bungsu Rasulullah SAW. Dan ialah satu-satunya anak
Rasulullah yang tinggal bersama Rasulullah setelah Khadijah wafat. Maka ialah
yang menggantikan ibunya menyediakan keperluan Rasulullah SAW. Oleh karena
itu Fatimah dijuluki "ummu abiha".
2. Dijuluki "ummu abiha", karena Rasulullah melalui wahyu sudah mengetaui bahwa
hanya Fatimah lah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya.
3. Dijuluki Rasulullah "ummu abiha", karena sama namanya denagn ibu asuh
Rasulullah Fatimah binti Asad.

Fatimah Az Zahra, anak teladan


Tak sedikit riwayat yang menegaskan keistimewaan Fatimah di hati Rasulullah, di
antaranya adalah riwayat yang menceritakan ketika Rasul mengajak keluarganya
untuk memeluk Islam, dalam khutbahnya yang masyhur Rasulullah memilih
Fatimah di antara putri-putrinya yang lain. Ketika itu ia berseru "Ya Fatimah
binti Muhammad mintalah padaku apa yang kamu mau, tapi kelak di hadapan Allah
aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu." Atau dalam riwayat lain ketika
Rasulullah mendengar kaum Muslim tidak melakukan hukuman potong tangan
karena yang melakukan pencurian berasal dari pembesar Quraisy, Rasulullah
menyatakan statemennya yang spektrakuler: "Apabila Fatimah binti Muhammad
mencuri maka akan aku potong tangannya." Dua peristiwa ini sebagai bukti begitu
dekatnya fatimah di hati Rasulullah SAW.

Apakah dengan demikian Fatimah menjadi anak manja dan besar kepala? Tidak
ada waktu bagi seorang putri Rasulullah untuk bermanja, bayangkan di usianya
yang baru menginjak 12 tahun Fatimah sudah mengalami apa yang kita kenal
dengan embargo ekonomi dan sosial kaum quraisy terhadap kaum Muslimin.
Selama tiga tahun ia mengalami kelaparan yang sangat dan menyaksikan
bagaimana kaum muslimin meninggal satu demi satu untuk mempertahankan
aqidahnya.

Belum lagi ia menikmati berakhirnya embargo yang dilakukan kaum Quraisy, ia


harus kehilangan kakek yang dicintainya, Abu Thalib, motivator dakwah ayahnya,
Rasulullah. Yang menambah kesedihannya adalah Abu Thalib wafat dalam keadaan
musyrik menolak untuk masuk Islam. Tidak cukup duka yang menimpa gadis kecil
Fatimah, tak lama kemudian ibunda Khadijah dipanggil oleh Sang Pencipta.
Setelah puas menangis dengan penuh kesabaran ia menggantikan posisi ibunya
dalam menyiapkan segala keperluan Rasulullah SAW.

Walaupun Fatimah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus segala


keperluan Rasulullah, tapi ia menyadari bahwa Rasulullah memerlukan
pendamping, tempat berbagi suka dan duka. Oleh karenanya ketika Rasulullah
menikah lagi, ia tidak menentang sedikitpun dengan apa yang dilakukan Rasulullah
SAW.

Fatimah, sebagaimana disinggung di atas adalah anak kesayangan Rasulullah,


sering Rasulullah mengatakan bahwa: "Fatimah adalah bagian dariku, apa yang
membuatnya marah maka membuatku marah" (HR. Bukhari, Turmudzi, Ahmad,
Hakim). Demikian sebaliknya,sebagai anak berbakti Fatimah selalu berusaha
untuk melakukan apa yang membuat ayahnya senang. Pernah suatu hari Fatimah
berkunjung ke rumah ayahnya, Rasulullah, ketika itu ia memakai seuntai kalung
emas –hanya seuntai kalung sementara wanita yang lain waktu itu memakai jauh
lebih banyak darinya- ia tidak tahu kalau hal itu akan membuat Rasulullah marah.
Ketika keduanya tengah bercengkrama, pandangan Rasulullah tertuju pada kalung
yang dikenakan Fatimah. Air muka Rasulullah langsung berubah dan beliau
langsung membisu. Fatimah mengerti dan minta izin. Sepanjang perjalanan ia
berfikir dan menyimpulkan bahwa Rasulullah marah kepadanya karena ia
mengenakan kalung emas, Fatimah memutuskan untuk menjual kalung tersebut
dan asil penjualannya akan ia belikan seorang budak untuk membantu
pekerjaannya. Tapi keberadaan budak tersebut di rumahnya akan selalu
mengingatkan Rasulullah SAW. Bahwa itu hasil penjualan kalung emas yang
menyebabkan kemarahannya. Akhirnya untuk mendapatkan ridho ayahnya ia
memutuskan untuk membeli budak dengan hasil penjualan kalung dan
membebaskan budak tersebut.

Setelah itu pergilah Az Zahra mengunjungi Rasulullah, Rasulullah langsung


mencari-cari kalung yang dikenakan Fatimah ketika kunjungannya terakhir tetapi
ia tidak menemukannya. Belum sempat Rasulullah bertanya, Fatimah mendahului
menjelaskan apa yang ia lakukan dengan kalungnya. Wajah Rasulullah langsung
berubah cerah dan sumringah setelah mendengar apa yang dituturkan Fatimah.
Maka keluarlah ucapan Rasulullah untuk Fatimah: Anti bintu abik "kamu betul-
betul anak bapakmu."

Demikianlah, Fatimah Az Zahra sebagai anak. Ia meninggalkan perhiasan bukan


karena haram baginya, ia tahu mubah hukumnya bagi wanita mengenakan
perhiasan emas, tapi ketika ia mengetahui ayahnya tidak menyukainya, maka ia
rela meninggalkannya.

Fatimah Az Zahra, istri teladan

Sudah lama Ali menyembunyikan keinginan untuk memperistri Fatimah. Keinginan


tersebut bertambah menggebu setelah Rasulullah menikah dengan Siti 'Aisyah.
Bagi Fatimah, Ali bukanlah orang asing, ia adalah anak paman Rasulullah, Abu
Thalib. Keduanya dibesarkan dalam rumah yang sama dengan orang tua yang sama
(Ali dikafil oleh Rasulullah sebagai balas jasa Rasulullah terhadap Abu Thalib).
Tapi apa daya Ali tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan sebagai mahar. Abu
Bakar dan Umar mendahului Ali melamar Fatimah, keduanya ditolak Rasulullah
dengan halus. Setelah penolakan itu keduanya menemui Ali agar melamar
Fatimah. Maka pergilah Ali menemui Rasulullah untuk melamar Fatimah. Karena
malu Ali menyampaikan lamarannya dengan cara halus. Rasulullah hanya
menjawab: "Ahlan wamarhaban" lalu keduanya sama-sama diam. Keesokan harinya
Ali kembali menemui Rasulullah, kali ini dengan terang-terangan ia melamar
Fatimah, dan menjadikan baju bsinya sebagai mahar. Kemudian atas perintah
Rasulullah ia menjual baju besinya seharga 470 dirham untuk keperluan
perkawinannya. Demikianlah perkawinan putri Rasulullah, dengan Ali, pemuda
faqir yang hanya memiliki baju besi untuk dijadikan mahar. Ketika itu usia
Fatimah 18 tahun.

Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling
sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan
Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu
oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Rasulullah
mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk
pergi menemui Rasulullah guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan
pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya
di tempat Rasulullah ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit
pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak
Fatimah kembali menemui Rasulullah, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah
yang meminta kepada Rasulullah untuk memberi mereka salah satu budak agar
bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Rasulullah tidak bisa mengabulkan
permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan
dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa
ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh
hati Rasulullah sebagai seorang ayah. Malamnya Rasulullah mendatangi putrinya
Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih
baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya
Rasulullah." Rasulullah berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih
10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian
hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."

Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Rasulullah ingin


membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan,
tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan
perhatian dan kata-kata penyejuk hati.

Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari
Rasulullah berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau
hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan
Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar
mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."

Demikianlah Fatimah, putri Rasulullah dengan sabar dan qana'ah dan penuh
keridhoan, ia jalani kehidupan rumah tangganya dengan Ali. Maka tak
mengherankan betapa sakit hatinya Fatimah ketika Ali berniat akan menikah
dengan wanita lain. Apalagi setelah tahu siapa wanita yang akan dinikahi Ali,
yaitu; putri dari musuh Allah Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal dengan
julukan Abu Jahal.

Adapun Ali, tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti hati Fatimah apalagi hati
Rasulullah SAW. Dalam pandangannya selama ini, Rasulullah tidak membeda-
bedakan antara putrinya dengan yang lain. Buktinya Rasulullah pernah berkata
bahwa apabila Fatimah mencuri, maka akan dipotong tangannya sebagaimana yang
lain. Berarti sebagaimana wanita muslimah yang lain boleh dimadu demikian
halnya dengan Fatimah. Tapi ternyata dugaan Ali salah, Fatimah sangat marah
dengan apa yang diniatkan Ali, demikian halnya Rasulullah. Rasulullah naik ke
mimbar dan berkata: " Aku tidak mengijinkan Ali menikah dengan anak
perempuan bani Hisayam, kecuali jika Ali menceraikan Fatimah, Aku bukan
mengharamkan yang halal, tapi demi Allah tidak bersatu antara putri Rasulullah
dan putri musuh Allah pada satu laki-laki." Begitu istimewanya Fatimah di hati
Rasulullah, sampai beliau tidak tega melihatnya dimadu. Hal ini merupakan
kekhususan Az Zahra sebagaimana kekhususannya dalam dilarangnya ia
mengenakan perhiasan.

Az Zahra memiliki dua orang putra, Hasan dan Husein. Dan dua orang putri:
Ummu Kultsum dan Zeinab.

KHATIMAH

Demikianlah kehidupan Az Zahra, putri Rasulullah SAW. Pemimpin wanita di


surga. Sedikitpun ia tidak mengenal kemewahan, bahkan mengenakan seuntai
kalung saja menjadi pantangan. Dari segi materi keluarga Fatimah dan Ali bisa
dikatakan sangat minim -apabila tidak boleh dikatakan kekurangan-, tapi apabila
kita lihat dari sisi lain keluarga Fatimah dan Ali lah yang paling berkah di antara
keluarga putri-putri Rasul yang lain. Bagaimana tidak? Hanya keturunan
merekalah yang masih berlanjut hingga kini.

Diantara keistimewaan Az Zahra adalah ia wafat 6 bulan setelah Rasulullah


wafat, sementara putra-putri Rasulullah yang lain wafat sebelum Rasulullah. Az
Zahra wafat pada usia 28 tahun dan dikuburkan di Baqi'.

Hanya ini yang bisa saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan. Teriring do'a semoga kita dapat menjadikan Az Zahra sebagai
teladan
Artikel 5.

Pemimpin wanita pada masanya ini adalah putri ke 4 dari anak anak Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam, dan ibunya adalah Ummul Mukminin Khadijah binti
Khuwalid. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala menghendaki kelahiran
Fatimah yang mendekati tahun ke 5 sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul,
bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah sebagai
penengah ketika terjadi perselisihan antara suku Quraisy tentang siapa yang
berhak meletakan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah diperbaharui. Dengan
kecerdasan akalnya dia mampu memecahkan persoalan yang hampir menjadikan
peperangan di antara kabilah-kabilah yang ada di Makkah.

Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullahu alaihi wassalam dengan


memberikan nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya
adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya).

Ia putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia
5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan
tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir
melancarkan gangguan kepada ayahnya. sampai cobaan yang berat dengan
meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian ibunya.

Rasulullah sangat menyayangi Fatimah, setelah Rasulullah bepergian ia lebih dulu


menemui Fatimah sebelum menemui istri istrinya. Aisyah berkata ,” Aku tidak
melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai
Rasulullah selain Fatimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah
berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya
yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya.”.

Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:”


Sungguh Fatimah bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah berarti membuat
aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fatimah bagian dariku, aku
merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”.

Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada’ dan ketika ia
melihat Fatimah, dia menemuinya dengan ramah sambil berkata,” Selamat datang
wahai putriku”. Lalu Dia menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikkan
sesuatu, sehingga Fatimah menangis dengan tangisan yang keras, tatkala Fatimah
sedih lalu Dia membisikkan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fatimah
tersenyum.

Tatkala Aisyah bertanya tentang apa yang dibisikannya lalu Fatimah menjawab,”
Saya tak ingin membuka rahasia”. Setelah Rasulullah wafat, Aisyah bertanya lagi
kepada Fatimah tentang apa yang dibisikan Rasulullah kepadanya sehingga
membuat Fatimah menangis dan tersenyum. Lalu Fatimah menjawab, ”Adapun
yang Dia katakan kepada saya pertama kali adalah dia memberitahu bahwa
sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Qur’an dengan hafalan kepada dia
setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Dia
berkata, “Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan
bersabarlah, sebaik-baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku”. Maka
akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Dia membisikan
yang kedua kali, Dia berkata, ”Wahai Fatimah apakah engkau tidak suka menjadi
penghulu wanita-wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari
keluargaku yang akan menyusulku”. Kemudian saya tertawa.

Tatkala 6 bulan sejak wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, Fatimah


jatuh sakit, namun ia merasa gembira karena kabar gembira yang diterima dari
ayahnya. Tak lama kemudian iapun beralih ke sisi Tuhannya pada malam Selasa
tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 27 tahun.

Anda mungkin juga menyukai