Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pengertian kesehatan
adalah sebagai suatu kedaan fisik, mental dan penyakit. Kondisi fisik, mental dan
penyakit seseorang, salah satu penyakit yang paling sering terjadi yang dapat
menyebabkan penurunan kesehatan mental dan fisik adalah Trauma Thorak
(Smeltzer & bare, 2002).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi
pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat.· Di Amerika Serikat didapatkan 180.000
kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma torak
langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak tak langsung atau penyerta
Perawat memiliki peranan sangat penting dalam mmemberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan trauma thorak. Karena jika dengan dibiarkan
trauma thorak asuhan keperawatan maka dapat membahayakan diri klien tersebut.
Maka perawat perlu menggunakan keterampilan komunikasi untuk meningkatkan
hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan asuhan keperawatan pada klien
penyakit malaria. ( smeltzer & bare, 2002).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari dan
membahas lebih lanjut serta lebih mendalami konsep dasar teoritis dan asuhan
keperawatan pada Tn. A dengan Kasus Pemicu Trauma Thorak di IGD Raden
Mattaher Jambi.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah


Asuhan Keperawatan trauma Thorak pada Tn. A.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan
pada Tn. A dengan Kasus Pemicu Trauma Thorak Di Ruang IGD RSUD
Raden Mattaher Jambi.

2. Tujuan Khusus :

a. Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis pada Trauma Thorak.


b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan Trauma
Thorak Di Ruang IGD RSUD Raden Mattaher Jambi.
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada Tn. A dengan Trauma Thorak Di Ruang IGD RSUD
Raden Mattaher Jambi.
d. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan pada
Tn. A dengan Trauma Thorak Di Ruang IGD RSUD Raden Mattaher Jambi.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau tindakan keperawatan
dalam rangka penerapan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Trauma
Thorak Di Ruang IGD RSUD Raden Mattaher Jambi.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan
dalam asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Trauma Thorak Di Ruang
IGD RSUD Raden Mattaher Jambi.
g. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada asuhan keperawatan
pada Tn. A dengan Trauma Thorak Di Ruang IGD RSUD Raden Mattaher
Jambi.

2
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain kepada
masyarakat tentang penyakit Trauma Thorak, sehingga kita semua
menyadari akan pentingnya kesehatan.

2. Bagi Institusi Akademik


Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi
Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan
keperawatan pada pasien Trauma Thorak.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI FISIOLOGI
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk
kerucutterdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di
anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang.
Kartilago dari 6 igamemisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh
sampai sepuluh berfungsimembentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi
bawah sternu. Perluasanrongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam
abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakanmuskulus utama dinding
anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,rhomboideus, dan muskulus
gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior

3
thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris
posterior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung
dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot
pernafasan yaitumuskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga
dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah
danlimfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal
kebocoranudara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif,
pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan
pleura parietalis,yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma.
Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi
dengan ekspansi paru – paru normal, hanyaruang potensial yang ada.Diafragma
bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenamkartilago kosta,
dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler
melengkung membentuk tendo sentral.
Nervus frenikus mempersarafimotorik dari interkostal bawah mempersarafi
sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam
ventilasi paru – paru selama respirasi biasa /tenang sekitar 75%.

B. DEFENISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi
pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 2000).

4
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia,
yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung
sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua
organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.

C. ETIOLOGI
Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
spontan
Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga
dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif)
D. PATOFISIOLOGI
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang.
Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam sistem
pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah
paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan.
Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara
(tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan
pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral demikian juga
penurunan aliran baik venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak
tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan

5
tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps.
Kontusio pasru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru
tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat
akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan
terjadi syok.

6
7
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

F. KLASIFIKASI
Trauma thorak klasifikasikan menjadi :
1. Trauma tembus (tajam)
a. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab
trauma
b. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
c. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi2.

Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang dikenakan


secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau atau
projectile, misalnya, akanmenyebabkan kerusakan jaringan dengan stretching
dan crushing dan cedera biasanya menyebabkan batas luka yang sama
dengan bahan yang tembus pada jaringan.

Berat ringannya cidera internal yang berlaku tergantung pada organ


yangtelah terkena dan seberapa vital organ tersebut. Derajat cidera
tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan temasuk, diantarafaktor lain,
adalah efisiensi dari energy yang dipindahkan dari obyek ke jaringan
tubuhyang terpenetrasi.

8
Faktor faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari senjata,
seperti kecepatan, size dari permukaan impak, serta densitas dari
jaringantubuh yang terpenetrasi.

Pisau biasanya menyebabkan cidera yang lebih kecil karena iatermasuk


proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk yang disebabkan oleh
pisausebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi. Luka disebabkan tusukan
pisau biasanyadapat ditoleransi, walaupun tusukan tersebut pada daerah
jantung, biasanya dapatdiselamatkan dengan penanganan medis yang
maksimal.

Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan biasanya


bisamencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik. Proyektil
dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat menyebabkan berat
cidera yang samadenganseperti penetrasi pisau, namun tidak seperti pisau,
cidera yang disebabkan olehpenetrasi peluru dapat merusakkan struktur yang
berdekatan dengan laluan peluru.

Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan dengan


menghasilkangelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas. Tempat
keluar peluru mempunyadiameter 20-30 kali dari diameter peluru.

2. Trauma tumpul
a. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
b. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau
blastinjuries.
c. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru
d. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi
e. Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus,kira-
kiralebih dari 90% trauma thoraks.

9
Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul:

1) transfer energi secara direk pada dinding dada dan organ thoraks
2) deselerasideferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika terjadinya
impak.

Benturan yang secara direk yang mengenai dinding torak dapat


menyebabkan luka robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang
seperti tulang iga. Cedera thoraks dengantekanan yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan
ruptur dari organ organ yang berisi cairan atau gas.

G. KOMPLIKASI
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding
dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
1. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
2. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.

10
3. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri
dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda – tanda :
a) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
b) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
c) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
d) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
4. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)
5. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi : foto thorax (AP).
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

11
I. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy

2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
3. Operasi (bedah thoraxis)
4. Tindakan untuk menstabilkan dada:
a. Miring pasien pada daerah yang terkena.
b. Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
c. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

1) Gejala contusio paru


2) Syok atau cedera kepala berat.
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4) Umur diatas 65 tahun.
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.

d. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak


mengancam.
e. Oksigen tambahan.

12
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
4. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.

13
BAB III
KASUS PEMICU

A. KasusPemicu Trauma Thorak


Tn. A berusia 40 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan
wiraswasta, suku bangsa Melayu, alamat Thehok, mengalami kecelakaan pada saat
perjalanan menuju rumahnya, mobilnya menabrak truk yang sedang berhenti. Saat
itu ia tidak menggunakan sabuk pengaman, dadanya membentur stir mobil. Klien
sempat tidak sadar pada saat dibawa ke IGD RSUD Raden Mattaher Jambi.
Saat pengkajian di peroleh data kesadaran klien somnolen dimana klien dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri, GCS 13 (M6, V5, E2), klien mengatakan
nyeri pada dada kanannya, klien mengatakan skala nyeri 9, nyeri terjadi setiap saat
terutama saat bergerak, klien mengatakan sesak dan batuk darah. Klien tampak
sesak, klien tampak batuk dengan sputum bercampur darah, klien tampak pucat,
klien tampak meringis, klien tampak memegangi area yang sakit, klien tampak
berhati-hati terhadap area yang sakit.
Saat pemeriksaan fisik diperoleh pergerakan rongga dada asimetris, terdapat
jejas pada dada kanan, pada saat palpasi teraba fraktur pada iga ke 5-6 dekstra, saat
perkusi dada terdapat redup, dan pada saat auskultasi terdapat ronchi. Secret (+),
nyeri tekan (+) pada dada kanan, akral teraba dingin, CRT > 3 detik. Klien
menggunakan kateter dan NGT. TTV: nadi 110 x/menit, tekanan darah 90/60
mmHg, respirasi rate 29 x/menit, dan suhu 36,5oC. Hasil pemeriksaan radiologi
foto thorak (AP) tampak fraktur pada iga ke 6-8.

14
LAPORAN ANALISA SINTESA
RUANG GAWAT DARURAT

Nama Pasien : Tn. A


Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Melayu
Status perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk : 01 Oktober 2015
Alamat : Tehok jambi
Diagnosa Medis : Trauma thorak

1. Pengkajian Primer
a. Airway:
Adanya sumbatan jalan nafas, Batuk (+), sekret (+)
b. Breathing :
Sesak nafas (+), RR : 29x/menit, bunyi nafas takipnea, dan klien
menggunakan otot bantu pernafasan dada.
c. Circulation
Nadi klien teraba frekuensi 110x/menit, akral teraba dingin, TD : 90/60,
CRT > 3 detik.
d. Dishabilithy :
Kesadaran klien Somnolen GCS 13 (M : 6 V : 5 E :2)
A : klien tampak sadar. V : respon verbal klien ada P : reaksi klien
dengan rangsangan nyeri, U : klien merespon.
e. Evaluation/exposure
Nyeri dada (+) dengan skala nyeri 9

15
f. Folley catether
Klien menggunakan kateter.
g. Gaster
Klien menggunakan NGT.

2. Diagnosa Keperawatan Aktual


Dx 1: Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi secret
dan penurunan batuk ditandai dengan :
Ds : Keluarga klien mengatakan Tn. A batuk keluar dahak bercampur
darah, keluarga klien mengatakan Tn. A tampak memegang
dadanyanya dan keluarga klien mengatakan Tn. A sesak nafas.
Do : Klien tampak memegang dadanya, klien tampak batuk
mengeluarkan sputum bercak darah, sesak nafas (+), bunyi nafas
takipnea, Oksigen Non Rebreathing Mask 10 liter/menit, TD :
90/60, nadi 110x/menit.

Dx 2: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma ditandai dengan :
Ds : Keluarga klien mengatakan Tn. A sesak nafas. Keluarga klien
mengatakan Tn. A tampak memegang dadanyanya.
Do : Klien tampak memegang dadanya, sesak nafas (+), RR :
29x/menit, bunyi nafas takipnea, Oksigen Non Rebreathing
Mask 10 liter/menit, TD : 90/60, nadi 110x/menit.

3. Tindakan Keperawatan
Dx 1:
a. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.
b. Lakukan penghisapan lendir/sputum
c. Observasi jumlah dan karakter sputum
d. Berikan cairan/air putih per oral (minimal 2500 ml/L)

16
Dx 2:
a. Membuka Baju klien
b. Berikan posisi yang nyaman, dengan peninggian kepala tempat tidur
c. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
d. Atur suasana ruangan agar tetap nyaman dan tenang

Kolaborasi :

e. Berikan oksigen 7 liter

4. Evaluasi Hasil Tindakan :


Dx 1:
S : Keluarga klien mengatakan Tn. A batuk keluar dahak bercampur
darah
O : klien tampak mengeluarkan Sputum bercak darah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dan di rujuk ke ruang rawat inap.
Dx 2:
S : Kluarga klien mengatakan Tn. A Nafas Sesak.
O : Nafas sesak (+), RR : 29 x/menit.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dan di rujuk ke ruang rawat inap.

5. Pengkajian Sekunder
a. Status kesehatan saat ini
Kluarga klien mengatakan Tn. A nafasnya sesak, klien batuk
mengeluarkan Sputum bercak darah, klien tampak memegang dadanya,
klien meringis nyeri pada dadanya, dan keluarga klien mengatakan Tn. A
badannya lemah.

17
b. Riwayat kesehatan yg lalu
Keluarga klien mengatakan klien belum pernah mengalami penyakit
yang seperti ini sebelumnya, dan klien juga tidak memiliki riwayat
penyakit sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak adanya anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien
dan penyakit menular lainnya.
d. Pengkajian Head to Toe
1) Kepala : rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada lesi.
2) Mata : simetris, pupil miosis, sklera anikterik.
3) Mulut : mulut tampak simetris, warna bibir tampak sianosis.
4) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan thyroid
5) Dada : dada tidak simetris, RR 29x/i, bunyi nafas takipnea.
6) Kardio : tampak ictus cordis, disritmia (+), pada saat perkusi
terdapat pekak.
7) Abdomen : tidak ada pembesaran hepar dan limfa
8) Integumen : warna kulit tampak pucat, turgor kulit elastis
9) Ekstremitas : tidak terdapat gangguan ekstremitas.

e. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : foto thorak (AP) tampak fraktur pada iga ke 6-8.

f. Diagnosa Keperawatan (tindakan keperawatan prinsip)


Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder ditandai dengan :
Ds: klien mengatakan nyeri pada dadanya. skala nyeri 8, Klien
mengatakan nyeri terjadi setiap saat.
Do: klien tampak meringis, klien tampak memegang dadanya,
skala nyeri 8. Klien tampak lemah.

18
Tindakan Keperawatan:
a. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan
otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga
tingkatkan relaksasi
Rasional : Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan
O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi
nyerinya.
b. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
Rasional :Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan.
c. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan
posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal
kecil.
Rasional : Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.
d. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Rasional : Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi
nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
Kolaborasi :
e. Pemberian analgetik.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri.

g. Monitoring Klien
1. Klien tampak sadar
2. Klien tampak sesak nafas
3. Klien tampak meringis
4. Klien mengeluh Nyeri dada.

19
5. TTV Tn. A : TD 90/60, nadi 110x/menit, RR 29x/menit, S : 36,5˚C

h. Evaluasi hasil tindakan


S : klien mengatakan nyeri pada dadanya.
O : skala nyeri 9
A : masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan dan di rujuk ke ruang rawat inap.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada Tn. A dilakukan pengkajian dengan cara observasi, wawancara pada
keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostic. Pada pengkajian yang
dilakukan pada tanggal 01 oktober 2015 di dapatkan pada pengkajian primer
bahwa klien mengalami 2 gangguan : yaitu Bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan sekresi secret dan penurunan batuk, dan Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma
dan pada pengkajian sekunder klien mengalami Nyeri akut berhubungan dengan
trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
Pada diagnosa Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi secret dan penurunan batuk ditandai dengan Keluarga klien mengatakan
Tn. A batuk keluar dahak bercampur darah, keluarga klien mengatakan Tn. A
tampak memegang dadanya, klien tampak batuk mengeluarkan sputum bercak
darah, sesak nafas (+), bunyi nafas takipnea, TD : 90/60, nadi 110x/menit. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal
karena trauma ditandai dengan Keluarga klien mengatakan Tn. A sesak nafas.
Keluarga klien mengatakan Tn. A tampak memegang dadanyanya, sesak nafas
(+), RR : 29x/menit, bunyi nafas takipnea, Oksigen 4 liter/menit, TD : 90/60,
nadi 110x/menit. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada dadanya.
skala nyeri 8, Klien mengatakan nyeri terjadi setiap saat, klien tampak meringis,
klien tampak memegang dadanya, skala nyeri 8. Klien tampak lemah.

B. Diagnosa keperawatan
Pada diagnose teoritis terdapat 6 diagnosa yaitu :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.

21
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
4. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.

Pada kasus Tn. A tidak semua diagnosa keperawatan secara teoritis muncul pada
kasus yaitu :
1. Pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi
udara/cairan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.

Ketiga diagnosa tersebut yang muncul pada kasus trauma thorak, karena
ada data yang tidak menunjang untuk diagnosa yang lain seperti Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.

C. Perencanaan
Diagnosa yang muncul selanjutnya disusun prioritas berdasarkan kebutuhan
dasar manusia menurut maslow, setelah diprioritaskan disusun rencana
keperawatan yang mengacu kepada teori yang ada, namun disesuaikan dengan
kondisi pasien serta sarana dan prasarana yang ada. Rencanaan yang disusun
masing-masing diagnosa sebanyak 3 rencana keperawatan. Perencanaan disusun
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan klien. Ada beberapa rencana pada teori
tetapi tidak diangkat pada kasus karena disesuaikan dengan kondisi serta sarana
dan prasarana yang ada.

22
D. Implementasi
Pada tahap implementasi semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai
intervensi yang direncanakan.

Pada diagnosa pertama, Bersihan jalan nafas berhubungan dengan


peningkatan sekresi secret dan penurunan batuk tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan adalah :

1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.


2. Lakukan penghisapan lendir/sputum
3. Observasi jumlah dan karakter sputum
4. Berikan cairan/air putih per oral (minimal 2500 ml/L)

Pada Diagnosa kedua, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah:

1. Membuka Baju klien


2. Berikan posisi yang nyaman, dengan peninggian kepala tempat tidur
3. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
4. Atur suasana ruangan agar tetap nyaman dan tenang

Kolaborasi :

5. Berikan oksigen 7 liter

Pada Diagnosa ketiga, Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan


dan reflek spasme otot sekunder tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah :

23
1. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,
yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi
2. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
3. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
4. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
Kolaborasi :
5. Pemberian analgetik.

Dari ketiga diagnosa tersebut, semua intervensi dapat dilaksanakan sesuai


yang telah direncanakan. Namun ketika dievaluasi semua masalah keperawatan
belum teratasi, karena klien sangat membutuhkan tindakan keperawatan yang
efektif, dan klien di rujuk ke ruang rawat inap.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang
telah dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari ketiga diagnosa
keperawatan yang telah di tegakkan, dan Implementasi yang telah dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil yang dicantumkan
dalam evaluasi. Dari ketiga diagnosa dan semua implementasi dapat dilaksanakan
hanya satu hari dan klien dipindahkan ke ruang rawat inap, dan ketiga diagnosa
diatas masalah belum teratasi semua.

24
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
2. Manifestasi klinis trauma thorsk yaitu Nyeri pada tempat trauma, bertambah
pada saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi,
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi,
tekanan darah menurun, gelisah dan agitasi, kemungkinan cyanosis, batuk
mengeluarkan sputum bercak darah, dan hypertympani pada perkusi di atas
daerah yang sakit.
3. Komplikasi trauma thorak yaitu : Surgical Emfisema Subcutis yaitu
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
Pneumothorak adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke
dalam tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan
mendorong mediastinim menekan paru sisi lain. Pleura Effusion adanya
udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu
sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih
mencolok. Plail Chest pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur
iga dan bagian tersebut. Hemopneumothorak yaitu penimbunan udara dan
darah pada kavum pleura.
4. Pemeriksaan penunjang trauma thorakyaitu : Radiologi : foto thorax (AP), gas
darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun, torasentesis : menyatakan
darah/cairan serosanguinosa, hemoglobin : mungkin menurun, Pa Co2

25
kadang-kadang menurun, Pa O2 normal / menurun, Saturasi O2 menurun
(biasanya) dan toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
5. Diagnosa keperawatan trauma thorak yaitu :
a. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
d. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
6. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. A dengan
diagnosa medis Trauma thorak adalah :
Pada diagnosa pertama, Bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi secret dan penurunan batuk tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah

a. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.


b. Lakukan penghisapan lendir/sputum
c. Observasi jumlah dan karakter sputum
d. Berikan cairan/air putih per oral (minimal 2500 ml/L)

Pada Diagnosa kedua, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah:

a. Membuka Baju klien


b. Berikan posisi yang nyaman, dengan peninggian kepala tempat tidur
c. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
d. Atur suasana ruangan agar tetap nyaman dan tenang

26
Kolaborasi :

e. Berikan oksigen 7 liter

Pada Diagnosa ketiga, Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan


dan reflek spasme otot sekunder tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah :

a. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot


rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan
relaksasi
b. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
c. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan
posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal
kecil.
d. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Kolaborasi :
e. Pemberian analgetik.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pasien
Trauma Thorak yang tentunya bermanfaat dalam praktik langsung
dilapangan nantinya

2. Bagi Institusi Akademik


Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan keperawatan
dengan Trauma Thorak.

27

Anda mungkin juga menyukai