2
d. Kepemimpinan (Leading)
Menurut Swansburg, 2000 Kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan
difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor
seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan.
Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang motivasi dengan
mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan
promosi, autonomi, membuat keputusan, dan manajemen partisipasi.
Fungsi kepemimpinan menurut Huber, 2006 adalah fungsi manajemen
yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk
mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang
telah ditentukan.
Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter, 2007
adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari
berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.
e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)
Menurut Swansburg, 2000 Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu
fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama
perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini
standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan
perbaikan
Menurut Huber, 2006 menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah
fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan
sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya.
Menurut Robins & Coulter, 2007 menyatakan bahwa fungsi ini adalah
fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi
setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan
dan memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang
maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini
meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.
3
3. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI
pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi.
a. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua
anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
1) Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis,diisi
sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid
2) Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan
data spiritual.
3) Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh data
yang telah dikumpulkan
b. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan
pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien
sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien
kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
c. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
1) Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan
merupakan prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan
seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku
merupakan prioritas ketiga.
4
2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,
realistik, ada batas waktu.
3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan
keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang
bidaya pasien/ keluarga, menentukan alternatif tindakan yang tepat,
mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan,
sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi
pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah
dimengerti.
d. Standar IV: Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria:
dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko-
sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan,menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan
antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan
mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan
berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang
mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah
dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan,
melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
e. Standar V: Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan keperawatan
dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan
tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan
pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan standar.
5
f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria: dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan
sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah
tindakan dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan
istilah yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap
pencatatan harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan
tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai
dengan pengaturan yang berlaku.
7
perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan
pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.
1) Kepala Ruangan
2) Ketua Tim
3) Ketua Tim
4) Ketua Tim
5) Staf
6) Staf
7) Staf
8) Pasien/ Klien
9) Pasien/ Klien
10) Pasien/ Klien
e. Sistem Manejemen Kasus
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para
manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien
selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa
cara seperti :
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3) Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan
membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan
tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget
yang tinggi.
1) Kepala
2) Dokter
3) Perawat
4) PP malam
5) PP sore
6) PP pagi
f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima
8
Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional
yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP),
hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan
manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, system kompetensi dan
penghargaan.
5. Penjadwalan
Proses dimana ada personal staf keperawatan yang adekuat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan unit se hari – hari mencapai tujuan organisasi .
Keharusan jadwal kerja sore, malam , “week end “ dan hari libur sering
menimbulkan frustasi perawat. Yang perlu diperhatikan yaitu Pengaturan jadwal,
menurunkan dan meningkatkan kepuasan perawat dan retensi perawat , dan cara
mendistribusikan waktu kerja dan istirahat yang adil
g. Pola siklus di evaluasi secara periodek memenuhi philosofi, tujuan dan sasaran
organisasi divisi keperawatan.
9
B. KONSEP MANAJEMEN KONFLIK KEPERAWATAN
1. Defenisi Konflik
Konflik adalah ketidak sesuaian paham antara dua anggota atau lebih yang
timbul karena fakta bahwa mereka harus membagi dalam mendapatkan sumber daya
yang langka atau aktivitas pekerjaan atau karena fakta bahwa mereka memiliki status
– status, tujuan – tujuan,nilai – nilai, atau persepsi yang berbeda.
Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
Konflik dapat di kategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu
kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidak setujuan antara dua orang atau organisasi
dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya.
Sebagai proses, konflik di manifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang
dilakukan oleh dua orang atau kelompok berusaha menghalangi atau mencegah
kepuasan diri seseorang.
Konflik adalah suatu hal yang penting dan secara aktif mengajak organisasi
untuk terjadinya suatu konflik yang berarti juga sebagai pertumbuhan produksi. Teori
ini menekankan bahwa konflik dapat berakibat pertumbuhan produksi dan kehancuran
organisasi, tergantung bagaimana manajer mengolahnya. Karena konflik adalah suatu
yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu organisasi, maka manajer harus
mengolahnya dengan baik.
10
Pada pertengahan abad ke-19, sewaktu ketidak puasan staf dan umpan balik
dari atasan tidak ada, maka konflik diterima secara pasif dan sebagai suatu kejadian
yang normal dalam organisasi. Oleh karena itu sebagai manajer harus belajar tentang
bagaimana menyelesaikan konflik tersebut dari pada berusaha menghindarinya.
Meskipun konflik dalam organisasi sebagai suatu unsur penghambat staf dalam
melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan kerjasama dapat terjadi
secara bersamaan
4. Kategori Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik
yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan
kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat
hal-hal sebagai berikut:
1) Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
2) Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan
kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3) Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan
dan tujuan.
4) Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi
tujuan-tujuan yang diinginkan.
11
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya
acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan
keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1) Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada
dua pilihan yang sama-sama menarik.
2) Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada
dua pilihan yang sama menyulitkan.
3) Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan
pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang
lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting
dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan
beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan
mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka
oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang
individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai
norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam
organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja –
manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
e. Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-
negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut
dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan
12
servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih
efisien.
5. Proses konflik
a. Tahap I Potensi Oposisi dan Ketidakcocokan
Kondisi yang menciptakan terjadinya konflik meskipun kondisi tersebut tidak
mengarah langsung ke konflik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh :
1). Komunikasi yg kurang baik dalam organisasi sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan antar anggota organisasi.
2). Struktur Tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar anggota
organisasi
3). Variabel Pribadi Ketidaksukaan pribadi atas individu lain
b. Tahap II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini
kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
1). Konflik yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya
konflik yang menciptakan peluang terjadinya konflik
2). Konflik yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan
kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
c. Tahap III Maksud
Keputusan u/ bertindak dgn cara tertentu
1). Persaingan : keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak
mempedulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tsb.
2). Kolaborasi : situasi yg di dalamnya pihak2 yg berkonflik sepenuhnya saling
memuaskan kepentingan semua pihak.
3). Penghindaran : keinginan menarik diri dari konflik
4). Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik u/ memperlakukan kepentingan
pesaing di atas kepentingannya sendiri.
5). Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing2 pihak yg berkonflik bersedia
mengorbankan sesuatu.
d. Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan
reaksi yg dibuat pihak2 yg berkonflik.
13
e. Tahap V Hasil
Pada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik
Fungsional atau Konflik Disfungsional.
8. Penyelesaian Konflik
Langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi :
a. Pengkajian
1). Analisa situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan.
Setelah fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih
mendalam. Kemudian siapa yang terlihat dan peran masing-masing. Tentukan
jika situasinya bisa berubah.
2). Analissa dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan
masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian dimulai dari masalah
tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
3). Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b. Identifikasi
Mengelola perasaan
Hindari suatu respon emosional : marah, dimana setiap orang mempunyai
respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi dan tindakan.
c. Intervensi
1) Masuk pada konflik
2) Diyakini dapat diselesaikan dengan baik.
3) Identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
15
Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi
metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
17
C. PENGAWASAN (KONTROL)
1. Penilaian Kinerja
Tenaga Keperawatan merupakan salah satu sumber daya manusia dalam suatu
unit pelayanan keperawatan. Dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat berkaitan
erat dengan kualitas sumber daya manusianya, sehingga perlu dilakukan upaya yang
terus menerus untuk meningkatkan kualitas kerja perawat yaitu dengan melakukan
“Penilaian Kinerja”. Penilaian Kinerja (Performance Appraisal).
a. Definisi
Douglass (2000) mengatakan bahwa Penilaian Kinerja adalah metode untuk
mendapatkan dan memproses informasi yang dibutuhkan. Sedangkan Marquis
dan Houston (2000) menjelaskan pengertian penilaian kinerja adalah salah satu
bagian dari proses pengawasan dan pengendalian, dimana kinerja staf
keperawatan dinilai dan dibandingkan dengan standar yang ada pada organisasi.
Dengan demikian penilaian kinerja juga dapat dikatakan sebagai suatu proses
ketika suatu unit keperawatan Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen
Keperawatan RSUD’45 Kuningan, 11-16 Mei 2009 mengevaluasi hasil kerja atau
prestasi para pemegang jabatan, baik sebagai kepala bidang keperawatan, kepala
ruangan maupun sebagai perawat pelaksana.
18
6) Defisiensi penempatan staf
7) Ketidakakuratan informasidapat diklarifikasi dengan hasil dari penilaian
kinerja
8) Dapat mendiagnosis kesalahan dari rancangan pekerjaan
9) Memberikan kesempatan kerja yang adil bagi seluruh staf keperawatan
10) Tantangan eksternal
11) Sebagai umpan balik pada staf keperawatan
c. Metode Evaluasi
1) Anecdotal records
Penilaian yang didasarkan pada catatan kinerja dari staf keperawatan
pada periode tertentu.
2) Check list
Penilaian yang menggunakan instrument khusus dapat melalui observasi
maupun kuesioner, dimana dalam instrument tersebut sudah terdapat
pernyataan-pernyataan yang tinggal di check list sesuai kinerja yang
ditampilkan staf perawat Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen
Keperawatan RSUD ’45 Kuningan, 11-16 Mei 2009
3) Rating scales
Penilaian yang menggunakan skala yang membergambaran mulai dari kinerja
tinggi sampai rendah
4) Metode manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective-MBO)
merupakan suatu program penilaian dan penetapan tujuan diseluruh organisasi
yang komfrehensif dengan menetapkan tujuan organisasi, menetapkan tujuan
departemental, membahas tujuan departemen, menetapkan sasaran yang
diharapkan, mengukur hasilnya dengan tolok ukur yang telah disepakati,
sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik secara berkala.
5) Peer review
Penilaian dilakukan oleh kelompok khusus yang memiliki profesi dan
keilmuan yang sama.
6) Critical incident
Penilai membuat buku harian yang berisi contoh-contoh yang diinginkan atau
tidak diinginkan atau insiden dari perilaku staf perawat yang berhubungan
dengan kerja masing-masing jawaban.
19
2. Audit Keperawatan
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting karena
kekurangan dalam pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan
nyawa klien. Di samping itu, tuntutan akan pelayanan keperawatan yang baik dan
bermutu semakin meningkat dengan meningkatnya pengetahuan masarakat dan
kesadaran tentang kesehatannya.. Agar terhindar dari tuntutan itu, kita dituntut untuk
memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan standar profesi yang berlaku serta
memuaskan klien. Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan standar. Oleh karena
itu hasil evaluasi dan interpretasi dari semua aspek memerlukan pertimbangan yang
sangat bijaksana. Dan terpenting dari Audit Keperawatan ini adalah interpretasi secara
profesional tentang faktor-faktor yang diketemukan dan mempengaruhi standar
pelayanan pasien. Secara objektif, elemen-elemen pelayanan keperawatan dapat
diukur dengan menggunakan perhitungan statistik serta dianalisis dan dipergunakan
sebagai titik tolak penentuan penilaian secara kualitatif. Secara subjektif, elemen di
atas memerlukan penilaian secara kualitatif melalui evaluasi klinis dan administratif.
Faktor yang dinilai bisa meliputi seluruh kegiatan yaitu tenaga, cara/metoda,
sarana/alat yang digunakan, dana serta cara pengukuran yang diperlukan.
Untuk melaksanakan Audit Keperawatan diperlukan wadah/struktur yang
diharapkan dapat mengorganisir kegiatan audit tersebut, wadah ini bisa Bidang
Keperawatan, Komite Keperawatan, Gugus Mutu, Panitia Peningkatan Mutu
Keperawatan dan lain-lain.
20
g. Perlu dipastikan bahwa audit keperawatan ini bukan acara pengadilan dari
kekurangan pelayanan yang ada tetapi bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Seperti kita ketahui bahwa pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik
apabila diksanakan secara tim yang solid. Perawat merupakan mitra dokter sehari –
hari dalam melaksanakan pelayanan. Dengan demikian audit bukan hanya ditujukan
terhadap pelayanan keperawatan, tetapi juga terhadap pelayanan medik.
21
2. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan implemnetasi fungsi manajemen yang
diarahkan tidak hanya pemanfaatan orang lain untuk mencapai tujuan organsisi,
namun lebih kepada fungsi manajemen untuk merubah keinginan menjadi kebutuhan,
sehingga orang dengan secara ikhlas bersedia menukarkan sejumlah uangnya dengan
barang produksi kita. Fungsi pemasaran ini merupakan aktivitas yang dilakukan,
antara lain ; Fungsi manajemen untuk merubah keinginan menjadi kebutuhan
a. Merchandising
Merupakan kebijaksanaan produsen untuk berusaha mendekatkan hasil-
hasil produksinya kepada konsumen akhir. Termasuk didalamnya pengembangan
produk yang sangat berpengaruh besar terhadap calon pembeli, mutu yang
memadai, ukuran, daya tarik dan lainnya. Fungsi ini meliputi fungsi penjualan dan
pembelian. Dekatkan hasil produksipada konsumen
b. Buying
Sebagai fungsi pembelian perusahaan mengutamakan penggunaan bahan
baku yang mutunya terbaik agar yang dihasilkan tidak mengecewakan pembeli.
Pembelian
c. Selling
Fungsi penjualan dianggap cukup penting karena mengadakan pemasaran
barang, tentu perusahaan akan mencari kesempatan pasar untuk dapat
mempengaruhi permintaan dengan be rbagai kegiatan penjualan. Mempengaruhi
permintaan
d. Grading
Fungsi penyelidikan fisik, akan melakukan kegiatan-kegiatan
pengangkutan, penyimpanan yang merupakan bagian pula dalam kegiatan
pemasaran. Kelancaran arus barang-barang dan jasa akan ditemukan oleh bagian
ini. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pengangkutan. Pengangkutan yang
dimaksudkan adalah sarana yang memindahklan barang secara fisik dari suatu
tempat ke tempat lain, sehingga akan menambah nilai suatu barang. Sehubungan
dengan pemindahan fisik ini adalah jalur yang di lalui arus barang dari produsen
ke konsumen, maka perlu memilih altenatif yang terbaik untuk menentukan sarana
angkutan yang dipergunakan, sehingga tingkat efektifitas dan efisiensi dapat
dicapai. Selanjutnya dalam pemasaran dikenal dengan saluran distribusi
mempunyai hubungan yang erat dengan pengangkutan perusahaan. Karena
22
saluran distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang
mengkombinasikan antara pemindahan fisik (pengangkutan) untuk menciptakan
suatu kegunaan bagi pasar tertentu. kegiatan pengangkutan, penyimpanan.
e. Storage
Lembaga-lembaga yang ada dalam antara produsen dengan konsumen
bertugas memindahkan barang sampai ke tangan konsumen. Gudang yang
termasuk kategori pentelidikan fisik punya manfaat yang penting dalam fungsi
pemasaran. Gudang dapat menciptakan kegunaan waktu seperti yang dilakukan
oleh produsen, pedagang besar, pengecer dan juga seperti yang dilakukan
perusahaan yang khusus melakukan penyimpanan, sehingga setiap ada permintaan
dapat dipenuhi. Fungsi fasilitas penunjang, merupakan bagian yang penting pula
dalam kegiatan pemasaran. Karena tanpa bagian penunjang arus barang tentu akan
terganggu Penyimpanan, sehingga setiap ada permintaan dapat dipenuhi
f. Financing
Fungsi ini tentu sangat penting dan selalu ada dalam setiap perusahaan.
Sebagaiman tugasnya menyediakan inventori untuk berjaga-jaga bila ada
permintaan yangt meningkat dan mendadak. Disamping itu sangat diperlukan
untuk membiayai bagian perantara, antara lain :
1) Pemberian kredit pada konsumen.
2) Pembayaran dimuka untuk pihak produsen dan distributor.
3) Biaya penyimpanan persediaan.
g. Komunikasi
Komunikasi merupakan pertukaran informasi dua arah antara pihak-pihak
yang terlibat dalam pemasaran. Misalnya pelayanan perusahaan kepada pembeli.
pertukaran informasi
h. Penanggung Risiko
Banyak dihadapi bila dihadapkan dengan perencanaan produk dan apakah
produk tersebut diterima oleh masyarakat konsumen, juga risiko dalam hal
mempertahankan persediaan untuk bias mengantisipasi permintaan konsumen atau
calon konsumen. Persediaan terlalu banyak tentu akan menyebabkan biaya
meningkat, juga persediaan yang kurang akan menimbulkan kehilangan calon
pembeli atau konsumen tetap. Risiko seperti inilah yang sering terjadi dimana
perusahaan belum tentu dapat memnuhi permintaan pasar secata terus menerus
dalam pemasarannya. Selain risiko yang timbul dalam pasar, juga fluktuasi harga
23
dapat terjadi dalam pasar yang kompetitif. Risiko yang disebabkan bencana
perusahaan dapat mengasuransikannya sehingga risiko tidak merugikan
perusahaan.
i. Pasar Yang Dihadapi
Pasar merupakan tempat bertemu pembeli dan penjual atau konsumen dan
produsen, dimana setiap terjadi proses pertukaran dan pemindahan hak milik.
Pembeli (konsumen) mengorbankan sejumlah nilai (uang) untuk memperoleh
barang dan jasa yang dibutuhkan.
j. Pasar Konsumen
Merupakan pasar yang terdiri dari sekelompok pembeli terhadap barang
untuk dikomunikasikan, bukan untuk dijual kembali. Pasar konsumen termasuk
pembeli individu dan rumah tangga.
k. Pasar Produsen (Industri)
Meruapakan pasar yang terdiri dari individu atau lembaga (organisasi)
yang memiliki barang untuk diproses lebih lanjut (barang jadi) kemudian untuk
dijual kembali
l. Pasar Penjual
Merupakan pasar yang terdiri dari individu atau organisasi yang membeli
barang dengan maksud untuk menjualnya kembali untuk men dapatkan laba
m. Pasar Pemerintah
Merupakan pasar yang terdapat pada lembaga-lembaga pemerintah
terhadap barang dan jasa untuk menjalankan adminsitrasi pemerintahan
n. Pasar Internasional
Merupakan pasar yang terdapat pada semua Negara yang ada di dunia ini,
termasuk pasar Indonesia terbuka untuk baranng dan jasa dari pihak luar negeri
begitu juga sebaliknya.
o. Segmentasi Pasar
Adalah suatu tindakan perusahaan yang mebagi-bagi pasar yang bersifat
heterogen (berbagai jenis) dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar (segmen
pasar) yang bersifat heterogen (satu jenis). Dengan mengadakan penyatuan
strategi pemasaran yang ditujukan pada segmen (bagian) pasar yang dituju,
mnajemen dapat menggunakan sumber daya perusahan untuk pemasaran lebih
efisien terutama. Terutama bagi perusahaan kecil dengan sumber-sumber yang
sangat tebatas akan dapat melakukan persaingan dalam segmen pasar tertentu.
24
Perusahaan membagi-bagi pasar dalam kelompok-kelompok tertentu, yaitu
segmentasi pasar berdasarkan demografi, segmentasi pasar ini dapat
dikelompokkan berdasarkan:
1) Distribusi Produk
2) Keadan Produk
3) Pembagian berdasarkan umur, jenis klamin, suku bangsa, agama, juga
pendidikan
4) Manfaat segmentasi pasar akan membantu manajemen perusahaan dalam;
5) Dapat menyalurkan uang dan barang ke pasar yang potensial yang paling
menguntungkan
6) Dapat menentukan cara promosi yang efektif
7) Dapat memilih media advestensi yang lebih baik, dan bagaimana
mengalokasikan anggaran secara baikuntuk berbagai media
8) Dapat mengatur waktu yang tepat untuk promosi
p. Kebijakan Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan di pasar beserta atribut
seperti; warna, bungkus, prestise perusahaan serta pelayanan perusahaanyang
dibeli konsumen untuk dapat memberikan pemuas kebutuhan. Usaha pemasaran
untuk menciptakan produk bias memberikan kepuasan kepada konsumen,
kepuasan ini dapat diciptakan dengan berbagai strategi yang telah diputuskan
perusahaan sebagai usaha untuk mempertahankan kelangsungan organisasi dalam
jangpanjang, usaha-usaha tersebut antara lain;
1) Perencanaan produksi
2) Pengembangan produk
3) Perdagangan
2). Periode II, merupakan masa transisi dimana masyarakat sudah mulai mengenal
produk, namun belum mencari kepuasan, kepentingan yang ada hanya tujuan
kebutuhan semata, dan pilihan produk hanya karena semata-mata sesuai
kebutuhan yang disadarinya, diera ini sudah mulai setelah masa perang dunia
26
kedua, namun rumah sakit masih didirkan oleh organisasi keagamaan,
pemerintah dan militer, namun karena masyarakat sudah mengenal produk
yang relevan dengan kebutuhannya maka perkembangan dimasa itu mulailah
bermunculan rumah sakit khusus, seperti balai pengobatan paru, balai
pengobatan gigi, balai pengobatan mata, namun keputusan masih berada di
tangan dokter, seperti digambarkan pada periode II;
i. Area C, menunjukkan keputusan masih berada pada dokter dengan posisi
pasien masih sebagai objek meskipun pasien sudah bisa menentukan
pilihan produk rumah sakit dan kebutuhan pengobatannya namun belum
melihat factor kepuasan, fenomena yang ada pada masa itu rumah sakit
masih di lambangkan dengan bangunan yang berwarnah putih.
ii. Area D, menunjukkan pasien sudah memutuskan pilihan rumah sakit
berdasarkan kebutuhan dan produk yang ada sehingga pasien bisa memilih
mau berobat kemana, namun dimasa itu pasien belum melihat kepuasan
sehingga dokter masih dapat melayani secara vokasional, belum pada
pertimbangan profesionalisme, bahkan diera itu dokter masih memiliki
power bersikap apa adanya kepada pasien.
3). Periode III, merupakan masa dimana teknologi kedokteran jauh lebih maju,
sehingga jenis produk rumah sakit sudah semakin spesifik, dampak yang yang
ada diera ini adalah masyarakat sudah lebih melihat pada pertimbangan tiga
unsure yaitu produk, kebutuhan dan kepuasan, perbedaan pada periode I dan II
adalah kebutuhan menentukan produk, nmaun pada period eke III produk
menentukan kebutuhan, sehingga diera ini rumah sakit mulai melakukan
memperluas jenis pelayanannya dengan tawaran teknologi yang lebih maju,
diera ini berimplikasi mulainya bermunculan rumah sakit-rumah sakit swasta,
yang lebih kepada oirentasi keuntungan (provit oriented), dan masyarakat
sudah mulai memilih rumah sakit mana yang menawarkan produk yang
mereka butuhkan untuk mendapatkan kepuasan. Seperti digambarkan paa
periode III:
i. Area E, dominasi dokter sudah semakin kecil, dimana dokter melakukan
pelayanan dengan pertimbangan kepuasan pasien, dan pasien memiliki hak
atas pilihan, danpak pada area ini adalah mulainya bermunculan dokter
praktik partikelir dengan harga mahal
27
ii. Area F, merupakan dominasi pasien, dimana pasien lebih memilih kepuasan
dan produk yang tawarkan, kebutuhan dinaggap akan terpenuhi dengan
sendirinya jika produk yang dibeli dapat memberikan kepuasan
Pada periode ini pihak sawasta sudah berani mendirikan rumah sakit
spesialis bahkan sub spesialis, seperti rumah sakit bersalin, rumah sakit
jantung, rumah sakit kanker, dan perkembangan diera ini sebutan pasien
sudah mulai bergeser ke sebutan konsumen, era inilah yang mulai memicu
perkembangan teknologi rumah sakit sudah berubah yang bukan saja pada
teknologimedisnya namun juga pada teknologi manajemen sehingga
keluarlah teori manajemen moderen rumah sakit.
Fenomena yang ada pada periode III, organisasi rumah sakit sudah
semakin kompleks, kebutuhan akan tenaga professional semakin multi
disiplin ilmu, bahkan kecenderungan yang ada rumah sakit tidak layak lagi
dipimpin oleh profesi dokter, namun lebih layak dipimpin oleh s eorang
ekonom, yang lebih memahami strategi persaingan bisnis.
28
s. Manajemen Pemasaran Rumah Sakit
Salah satu cirri dari Rumah Sakit yang mampu bertahan dan berkembang
dalam erea persaingan yang ketat adalah rumah sakit yang memperhatikan kepuasan
pelanggan atau konsumen. Ditengah membanjirnya produk (jasa) sejenis yang
ditawarkan oleh berbagaoi rumah sakit, konsumen cenderung untuk menentukan
pilihan hanya pada produk yang mampu memuaskan kebutuhan konsumen.
Konsumen akan memberikan persepsi yang positif atau customer value yang positif
dari suatu produk jika merasa mendapatkan manfaat setelah menggunakan produk
tersebut..
Customer value yang positif dari suatu produk menunjukkan pada produk
tersebut dirasakan atau dipersepsi dengan baik pelanggan/konsumen. Pelanggan akan
merasa mendapat manfaat dari produk (customer benefits) yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang harus dikorbankan atau biaya untuk membeli (cost
of purhase) produk tersebut. Sebaliknya, customer value yang negative menunjukkan
konsumen cenderung tidak merasa puas dengan suatu produk.
Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) diukur dengan membandingkan
customer benefit dengan cost of purchase dari suatu produk. Untuk mengukur
keselurahan manfaat yang di dapat konsumen (overalla benefit) setelah menggunakan
produk, dapat dilakukan dengan menilai product benefit dan brand benefit, dengan
penjelasan berikut ini :
1). Product benefit, digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap atribut
atau factor yang dinilai dari suatu produk. Misalnya, jika produk adalah jasa
layanan kesehatan, labolatorium yang lengkap termasuk gizi dengan memberikan
pilihan makanan yang disukai pasien.
2). Service benefit, digunakan untuk mengukur persepsi konsumen melalui atribut
jasa pelayanan dari suatu produk. Misalnya, kecepatan layanan kesehatan ,
prosedur yang tidak berbelit-belit dan perawat yang ramah.
3). Brand benefit, digunakan untuk mengukur prepsi konsumen yang melekat pada
rumah sakit atau citra rumah sakit. Atribut yang digunakan untuk mengukur dapat
berupa komitmen pihak rumah sakit terhadap pelanggan dan reputasi rumah sakit
itu sendiri.
29