Tutor :
Disusun Oleh :
Alya Ghina Rosyada
G1B018038
Menurut Spijker dkk (2014), quality assurance (QA) dalam radiologi adalah
komponen penting dalam memastikan kualitas gambar yang tinggi. QA digunakan
untuk mengevaluasi kualitas gambar, mengidentifikasi, dan mengatasi penyebab
gambar dengan kualitas buruk. Kualitas gambar yang buruk mungkin disebabkan
oleh keterbatasan kompetensi ahli radiografi (teknisi X-ray), masalah peralatan, atau
kombinasi keduanya. Terlepas dari kurang baiknya kompetensi teknisi X-ray, evaluasi
kualitas foto rontgen dilakukan berdasarkan 6 kategori, yaitu
Apabila sebuah gambar/foto rontgen memiliki lebih dari satu kriteria di atas, itu
berarti kualitas gambar buruk. Sebagai contoh, hasil rontgen dada yang terlihat lebih
tebal dari citra normal bisa terjadi karena mengalami pemaparan X-ray dua kali atau
gambar rontgen memiliki kontras yang buruk karena mengalami rotasi.
Whaites (2013) menyebutkan beberapa syarat penting yang harus dipenuhi agar
mendapatkan gambar rontgen dengan kualitas baik, antara lain:
a. Kondisi penglihatan optimal (optimum viewing conditions)
Syarat ini hanya berlaku untuk film-captured images (manual)
a) Layar tampilan cahaya merata, seragam, dan terang
b) Ruang untuk penglihatan film yang tenang dan gelap
c) Area di sekitar radiograf seharusnya gelap agar cahaya hanya akan
mengenai film
d) Penggunaan kaca pembesar untuk memungkinkan detail terlihat lebih
jelas pada film intraoral
e) Radiograf harus kering.
b) Digitally-captured images
Kualitas film dapat dipengaruhi oleh :
i. Reseptor gambar - pelat fosfor solid-state atau
photostimulable
ii. Pemrosesan dan peningkatan gambar komputer
iii. Pasien
iv. Operator dan teknik radiografi
Iannucci & Howerton (2012) berpendapat bahwa hal yang menjadi acuan kualitas
gambar -baik atau buruk- adalah karakteristik dari gambar rontgen itu sendiri yaitu
warna radiopaque (putih), radiolucent (hitam), dan radiodifuse (abu-abu). Tiga warna
ini akan menentukan karakteristik citra rontgen yang didapat, antara lain
i. miliAmperage
Apabila mA yang digunakan meningkat, kepadatan
juga akan meningkat, begitu pun sebaliknya. Kini
penyetelan mA sudah mulai ditinggalkan.
ii. kiloVolt peak
Apabila kVp yang digunakan meningkat, kepadatan
juga akan meningkat karena peningkatan rata-rata energi
X-ray, pun sebaliknya. Kini penyetelan kVp sudah mulai
ditinggalkan.
b) Kontras
Perbedaan dalam tingkat kegelapan (kepadatan) antara daerah yang
berdekatan pada radiografi gigi disebut kontras. Kontras yang tinggi berarti
perbedaan radiografi gigi dengan area yang berdekatan dengannya
nampak sangat berbeda yaitu ada bagian yang sangat gelap dan ada
bagian yang sangat terang. Sedangkan kontras yang rendah adalah
apabila perbedaan area gigi dan area sekitarnya dalam radiografi tidak
jelas seperti lebih banyak menampakan bayangan abu-abu. Terdapat dua
macam penghasil kontras :
i. Kontras film
Apabila kontras radiografi dipengaruhi oleh
karakteristik reseptor. Selain itu, ada pula waktu dan suhu
paparan yang meengaruhi kekontrasan ini. Apabila waktu
dan suhu meningkat, maka kontras juga akan meningkat,
begitu pun sebaliknya.
`
Gambar perumpamaan stepwedge dalam
aluminium dengan ketebalan yang sama.
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)
Gambar stepwedge
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)
iii. Pergerakan
Pergerakan sekecil apa pun dari tubeheas, reseptor, dan
pasien saat ``` pemaparan radiasi akan menyebabkan ketajaman
berkurang.
b) Pembesaran/magnifikasi
Pembesaran ialah apabila hasil citra radiografi lebih besar dari
ukuran sebenarnya.
Gambar magnifikasi.
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)
c) Distorsi
Ialah perubahan oada ukutan dan bentuk asli yang terekam dalam
radiografi. Terdapat dua yang memengaruhi distorsi, yaitu :
i. Object–receptor alignment
Ialah paralelling objek dengan reseptor untuk
mengurangi distorsi. Apabila syarat ini tidsk terpenuhi, maka
akan terjadi angular relationship yang menyebabkan citra
rafiografi lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.
2.1
Terjadi kesalahan berupa bayangan (cervical burn out) akibat sudut horizontal
sinar tidak terarahkan menuju daerah kontak dari gigi-gigi yang dibuat radiografinya
sehingga tampak seperti karies servikal atau karies akar.
2.2
Angulasi horizontal yang tidak tepat dari sinar radiografik dalam hubungannya
dengan gigi-gigi.
2.3
Kegagalan memaparkan film. Hal ini terjadi jika tombol waktu pemaparaan tidak
ditekan cukup lama untuk membuat pemaparan mencukupi. Film seperti ini juga
dapat terjadi apabila film direndam dalam larutan fiksasi lebih dulu sehingga
gambarnya sama sekali terhapus.
2.4
Terjadi pergerakan yang menyebabkan gambar kabur. Pergerakan ini dapat terjadi
oleh pasien, film, maupun mesin sinar-X.
2.5
Terjadi pemendekan (shortening) akar dan superimpose dari arkus zygomatik pada
apeks gigi molar atas serta terdapat angulassi vertikal yang berlebihan.
2.6
Terjadi pemendekan/shortening.
2.7
Terdapat distorsi dimensi yang sering terjadi pada teknik bisecting angle.
2.8
Terdapat pemanjangan/elongasi yang dapat terjadi akibat angulasi vertikal yang tidak
mencukupi atau kesalahan penempatan dataran ala-tragus/dataran oklusal sejajar
dengan lantai pada teknik bisecting angle.
2.9
Terjadi kesalahan berupa pembesaran/magnifikasi akibat jarak film ke objek terlalu
besar dan digunakan sinar divergen. Hal ini dapat pula terjadi akibat pergerakan
mesin saat pemaparan radiasi berlangsung serta akibat terjadinya peningkatan
penumbra.
2.10
Ismail HA, Omer MA, Garelnabi ME, Mustafa NS, 2013, Evaluation of diagnostic
radiology department in term of quality control (QC) of X-ray units at Khartoum
State Hospitals, International Journal of Science and Research, Vol.4 (1) :
1875-1878.
Akaagerger NB, Agba EH, Ige TA, 2014, Diagnostic X-ray machines quality control
parameters analysis in some major hospitals in Benue State-Nigeria, International
Journal of Research, Vol.3(11) : 1047-1053.
Langlais RP, Kasle MJ, 2012. Latihan Membaca Foto Rongga Mulut. Edisi 3.
Diterjemahkan oleh Agus Djaya. Penerbit Hipokrates.
Iannucci JM, Howerton LJ, 2012, Dental Radiography Principles and Techniques, 4th
Edition, Elsevier.