Anda di halaman 1dari 18

MODUL BASIC DENTAL SCIENCE

SELF LEARNING REPORT


SMALL GROUP DISCUSSION 3
“KESALAHAN RADIOGRAFI”

Tutor :

Disusun Oleh :
Alya Ghina Rosyada
G1B018038

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2019
1. Penilaian Kualitas Foto Rontgen

Sebelum melakukan interpretasi radiografi, diperlukan adanya evaluasi untuk


memastikan kualitas foto rontgen baik sehingga tidak akan menimbulkan
misinterpratasi dan kesalahan diagnosis. Ismail dkk (2013) menyampaikan bahwa
dalam penilaian kualitas foto rontgen terdapat istilah quality assurance (QA) meliputi
quality control (QC) techniques dan quality administration procedures. Quality control
techniques mencakup teknik pemrosesan radiografi, teknik pengambilan citra target
radiografi, monitoring serta perbaikan peralatan dan instrumen sistem rontgen.
Sedangkan quality administration procedures mencakup operator yang memiliki
kualifikasi baik dalam mengoperasikan sistem rontgen. Ismail dkk (2013) juga
menyebutkan bahwa pada prinsipnya, tujuan dari QA adalah memaksimalkan kualitas
foto rontgen namun dengan meminimalisasi paparan radiasi pada pasien.
Berdasarkan prinsip ini, terdapat beberapa indikator optimal penilaian kualitas foto
rontgen, yaitu
a. Reproduksibilitas tegangan tabung
b. Dosis output X-ray
c. Waktu paparan
d. Efisiensi tabung X-ray
e. Akurasi kVp
f. Akurasi mA
g. Ukuran titik fokus

Sedangkan Akaagerger dkk (2014) menyebutkan bahwa quality control yaitu


acuan penting untuk memastikan informasi diagnosis yang akurat
pada dosis radiasi optimal sehingga mengurangi radiasi yang tidak perlu dan dapat
membahayakan pasien, operator, masyarakat dan lingkungan. Quality control
menurut Akaagerger meliputi :
a. Tes Linearitas mA
b. Uji Kolimator dan Penyelarasan Balok (Beam Alignment Test)
c. Reproduksibilitas kVp

Menurut Spijker dkk (2014), quality assurance (QA) dalam radiologi adalah
komponen penting dalam memastikan kualitas gambar yang tinggi. QA digunakan
untuk mengevaluasi kualitas gambar, mengidentifikasi, dan mengatasi penyebab
gambar dengan kualitas buruk. Kualitas gambar yang buruk mungkin disebabkan
oleh keterbatasan kompetensi ahli radiografi (teknisi X-ray), masalah peralatan, atau
kombinasi keduanya. Terlepas dari kurang baiknya kompetensi teknisi X-ray, evaluasi
kualitas foto rontgen dilakukan berdasarkan 6 kategori, yaitu

a. Positioning (rotasi, angulasi, lainnya)


b. Collimation (anatomi terbatas/limited anatomy, anatomi
berlebihan/excessive anatomy)
c. Paparan (kontras terlalu tinggi, kontras rendah, kepadatan/densitas
terlalu tinggi, kepadatan terlalu rendah)
d. Artefak (pergerakan, lainnya)
e. Marker (kesalahan tanda/dot, salah penempatan, ketidakadaan marker)
f. Kategori lainnya.

Apabila sebuah gambar/foto rontgen memiliki lebih dari satu kriteria di atas, itu
berarti kualitas gambar buruk. Sebagai contoh, hasil rontgen dada yang terlihat lebih
tebal dari citra normal bisa terjadi karena mengalami pemaparan X-ray dua kali atau
gambar rontgen memiliki kontras yang buruk karena mengalami rotasi.

Whaites (2013) menyebutkan beberapa syarat penting yang harus dipenuhi agar
mendapatkan gambar rontgen dengan kualitas baik, antara lain:
a. Kondisi penglihatan optimal (optimum viewing conditions)
Syarat ini hanya berlaku untuk film-captured images (manual)
a) Layar tampilan cahaya merata, seragam, dan terang
b) Ruang untuk penglihatan film yang tenang dan gelap
c) Area di sekitar radiograf seharusnya gelap agar cahaya hanya akan
mengenai film
d) Penggunaan kaca pembesar untuk memungkinkan detail terlihat lebih
jelas pada film intraoral
e) Radiograf harus kering.

b. Sifat dan batas perbedaan gambar radiografi


Pentingnya memahami sifat berbagai jenis gambar radiografi - film-captured
atau digital (tergantung pada jenis reseptor gambar yang digunakan) dan
batasan spesifiknya. Bagaimana pengolahan visualnya, kimiawi atau
menggunakan komputer. Pengambilan gambar apakah menggunakan film atau
secara digital (gambar dua dimensi atau struktur tiga dimensi yang ditumpangkan
pada sisi lain dan diwakili sebagai berbagai warna hitam, bayangan putih, dan
abu-abu (shadowgraph).
c. Penilaian kritis kualitas gambar
a) Film-captured images
Kualitas film dapat dipengaruhi oleh :
i. Peralatan sinar-X
ii. Film-reseptor gambar atau film / kombinasi layar
iii. Processing
iv. Pasien
v. Operator dan teknik radiografi

b) Digitally-captured images
Kualitas film dapat dipengaruhi oleh :
i. Reseptor gambar - pelat fosfor solid-state atau
photostimulable
ii. Pemrosesan dan peningkatan gambar komputer
iii. Pasien
iv. Operator dan teknik radiografi

Iannucci & Howerton (2012) berpendapat bahwa hal yang menjadi acuan kualitas
gambar -baik atau buruk- adalah karakteristik dari gambar rontgen itu sendiri yaitu
warna radiopaque (putih), radiolucent (hitam), dan radiodifuse (abu-abu). Tiga warna
ini akan menentukan karakteristik citra rontgen yang didapat, antara lain

a. Karakter visual, meliputi


a) Kepadatan
Kepadatan yang benar akan terbaca di radiografi sebagai area
hitam (ruang udara), area putih (email, dentin, tulang), dan area abu-abu
(jaringan lunak). kesalahan pengambilan gambar pada kepadatan dapat
dipengaruhi oleh :

i. miliAmperage
Apabila mA yang digunakan meningkat, kepadatan
juga akan meningkat, begitu pun sebaliknya. Kini
penyetelan mA sudah mulai ditinggalkan.
ii. kiloVolt peak
Apabila kVp yang digunakan meningkat, kepadatan
juga akan meningkat karena peningkatan rata-rata energi
X-ray, pun sebaliknya. Kini penyetelan kVp sudah mulai
ditinggalkan.

iii. Exposure time


Apabila waktu yang digunakan meningkat, kepadatan
juga akan meningkat karena peningkatan jumlah total X-ray
yang mencapai permukaan receptor, pun sebaliknya.

b) Kontras
Perbedaan dalam tingkat kegelapan (kepadatan) antara daerah yang
berdekatan pada radiografi gigi disebut kontras. Kontras yang tinggi berarti
perbedaan radiografi gigi dengan area yang berdekatan dengannya
nampak sangat berbeda yaitu ada bagian yang sangat gelap dan ada
bagian yang sangat terang. Sedangkan kontras yang rendah adalah
apabila perbedaan area gigi dan area sekitarnya dalam radiografi tidak
jelas seperti lebih banyak menampakan bayangan abu-abu. Terdapat dua
macam penghasil kontras :

i. Kontras film
Apabila kontras radiografi dipengaruhi oleh
karakteristik reseptor. Selain itu, ada pula waktu dan suhu
paparan yang meengaruhi kekontrasan ini. Apabila waktu
dan suhu meningkat, maka kontras juga akan meningkat,
begitu pun sebaliknya.

ii. Kontras subjek


Apabila kontras radiografi dipengaruhi oleh
karakteristik subjek yang diamati. ketebalan, kepadatan,
dan komposisi (nomor atom) subjek akan berpengaruh
pada kekontrasan. Selain itu, kVp juga memengaruhi
kontras subjek. Apabila kVp yang digunakan tinggi (0,90
kVp), maka kualitas hasil kontras radiografi akan rendah
dan memperlihatkan banyak bayangan abu-abu.
Sebaliknya, apabila kVp yang digunakan rendah, maka
akan tampak area hitam dan putih yang jelas.

Terdapat dua skala kontras, yaitu short-scale contrast (kVp rendah/<70


kVp, kontras baik), long-scale contrast (kVp tinggi/>90 kVp, kontras buruk),
dan stepwedge (terdapat tingkat penyerapan X-ray oleh bahan aluminium
dengan ketebalan 2 mm yang berbeda-beda.

`
Gambar perumpamaan stepwedge dalam
aluminium dengan ketebalan yang sama.
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)
Gambar stepwedge
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

b. Karakter geometris, meliputi


a) Ketajaman
Ialah kemampuan reseptor untuk menghasilkan detail terkecil dari
suatu subjek. Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi ketajaman, yaitu
i. Ukuran titik fokus
Semakin kecil titik fokus maka akan semakin tajam gambar
yang dihasilkan, begitu pun sebaliknya. Secara teori, terdapat
titik fokus ‘point source’ yang tidak akan menghasilkan efek
penumbra, namun pada kenyataannya titik ini mustahil untuk
diterapkan sebab adanya keterbatasan kapasiitas tube X-ray.
Gambar ukuran titik fokus memengaruhi citra radiografi.
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

ii. Komposisi film


Komposisi emulsi film memengaruhi ketajaman gambar,
terutama disebabkan oleh ukuran kristal dalam emulsi film.
Semakin kecil ukuran kristal, maka semakin baik ketajaman yang
dihasilkan.

iii. Pergerakan
Pergerakan sekecil apa pun dari tubeheas, reseptor, dan
pasien saat ``` pemaparan radiasi akan menyebabkan ketajaman
berkurang.

b) Pembesaran/magnifikasi
Pembesaran ialah apabila hasil citra radiografi lebih besar dari
ukuran sebenarnya.

Gambar magnifikasi.
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

Pembesaran dapat terjadi karena dua hal, yaitu


i. Jarak target-reseptor
Ialah jarak antara sumber X-ray dengan reseptor gambar
atau sama panjang dengan position indicating device (PID).
Semakin besar PID, semakin kecil kemungkinan terjadinya
magnifikasi, begitu pun sebaliknya.

Gambar magnifikasi dipengaruhi PID.


Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

ii. Jarak objek-reseptor


Ialah jarak antara objek yang diamati dengan reseptor
gambar. Peningkatan jarak objek-reseptor akan menyebabkan
peningkatan magnifikasi/pembesaran, begitu pun sebaliknya.
Konsep yang harus dipegang adalah usahakan jarak
objek-reseptor sedekat mungkin untuk mengurangi
pembesaran.
Gambar jarak objek-reseptor seminimal mungkin.
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

c) Distorsi
Ialah perubahan oada ukutan dan bentuk asli yang terekam dalam
radiografi. Terdapat dua yang memengaruhi distorsi, yaitu :
i. Object–receptor alignment
Ialah paralelling objek dengan reseptor untuk
mengurangi distorsi. Apabila syarat ini tidsk terpenuhi, maka
akan terjadi angular relationship yang menyebabkan citra
rafiografi lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.

Gambar Object–receptor alignment


Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

ii. X-ray beam angulatio


Untuk meminimalkan distorsi dimensi, sinar
x-ray harus diarahkan tegak lurus ke gigi dan
reseptor.
Gambar X-ray beam angulatio
Sumber : Iannucci & Howerton (2012)

2. Macam-Macam Kesalahan Radiografi


Berikut adalah contoh-contoh kesalahan radiografi menurut Langlais & Kasle
(2012) :

2.1
Terjadi kesalahan berupa bayangan (cervical burn out) akibat sudut horizontal
sinar tidak terarahkan menuju daerah kontak dari gigi-gigi yang dibuat radiografinya
sehingga tampak seperti karies servikal atau karies akar.

2.2

Angulasi horizontal yang tidak tepat dari sinar radiografik dalam hubungannya
dengan gigi-gigi.

2.3
Kegagalan memaparkan film. Hal ini terjadi jika tombol waktu pemaparaan tidak
ditekan cukup lama untuk membuat pemaparan mencukupi. Film seperti ini juga
dapat terjadi apabila film direndam dalam larutan fiksasi lebih dulu sehingga
gambarnya sama sekali terhapus.

2.4

Terjadi pergerakan yang menyebabkan gambar kabur. Pergerakan ini dapat terjadi
oleh pasien, film, maupun mesin sinar-X.

2.5
Terjadi pemendekan (shortening) akar dan superimpose dari arkus zygomatik pada
apeks gigi molar atas serta terdapat angulassi vertikal yang berlebihan.

2.6

Terjadi pemendekan/shortening.

2.7
Terdapat distorsi dimensi yang sering terjadi pada teknik bisecting angle.

2.8

Terdapat pemanjangan/elongasi yang dapat terjadi akibat angulasi vertikal yang tidak
mencukupi atau kesalahan penempatan dataran ala-tragus/dataran oklusal sejajar
dengan lantai pada teknik bisecting angle.

2.9
Terjadi kesalahan berupa pembesaran/magnifikasi akibat jarak film ke objek terlalu
besar dan digunakan sinar divergen. Hal ini dapat pula terjadi akibat pergerakan
mesin saat pemaparan radiasi berlangsung serta akibat terjadinya peningkatan
penumbra.

2.10

Terjadi pemaparan ganda yang menyebabkan citra radiografi menebal.


DAFTAR PUSTAKA

Ismail HA, Omer MA, Garelnabi ME, Mustafa NS, 2013, Evaluation of diagnostic
radiology department in term of quality control (QC) of X-ray units at Khartoum
State Hospitals, International Journal of Science and Research, Vol.4 (1) :
1875-1878.

Akaagerger NB, Agba EH, Ige TA, 2014, Diagnostic X-ray machines quality control
parameters analysis in some major hospitals in Benue State-Nigeria, International
Journal of Research, Vol.3(11) : 1047-1053.

Spijker S, Andronikou S, Kosack C, Wootton R, Bonnet M, Lemmens N, 2014, Quality


assessment of X-rays interpreted via teleradiology for Medecins Sans Frontieres,
Journal of Telemedicine and Telecare, Vol. 20(2):82-88.

Langlais RP, Kasle MJ, 2012. Latihan Membaca Foto Rongga Mulut. Edisi 3.
Diterjemahkan oleh Agus Djaya. Penerbit Hipokrates.

Iannucci JM, Howerton LJ, 2012, Dental Radiography Principles and Techniques, 4th
Edition, Elsevier.

Whaites E, Drage N, 2013, Essential of Dental Radiography and Radiology, 5th


Edition, Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai