TINJAUAN PUSTAKA
Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga
terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam. Telinga bagian luar terdiri dari aurikula,
meatus acusticus externus dan dan membran timpani bagian luar. Telinga tengah
terdiri dari membran timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi ossicula
auditiva, muskulus, cellulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva. Telinga
dalam terdiri dari labirintus osseus dan labirintus membranaceus. Labirintus
osseus yaitu koklea dan labirintus membranacea terbagi menjadi labirintus
vestibularis (sakulus, utrikilus, canalis semisirkularis), duktus koklearis (skala
vestibule, skala media, skala timpani), sakus duktus endolimpatikus.6
Telinga tengah berbentuk kubus dengan: 1
- Batas luar : membran timpani
- Batas depan : tuba Eustachius
- Batas bawah : vena jugularis
- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
3
4
trigeminal. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan
adalah 17,5 mm.1
Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada telinga tengah
yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang
disertai dengan gejala lokal dan sistemik.
2.2.2 Etiologi
OMA terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba
eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi
tuba terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan
juga pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak,
makins erring anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan
terjadinya OMA. 1
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang
paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh
Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan
adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan Clamydia
tracomatis.9
Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA,
dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA. Virus yang
sering sebagai penyebab OMA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa
disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3), influenza A dan B, rinovirus,
adenovirus, enterovirus, dan koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu
sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa disebabkan oleh virus sendiri
atau kombinasi dengan bakteri lain.9
7
2.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya OMA dimulai saat ada kuman hematogen atau
perkontinuatum yang menginfeksi tubuh dan menyebabkan infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA). Seperti kita ketahui nasofaring (salah satu bagian saluran
pernafasan atas) dihubungkan dengan cavum timpani (rongga telinga tengah)
melalui tuba Eustachius. Kuman dari infeksi pada saluran pernafasan atas dapat
menyebar hingga ke tuba Eustachius, menyebabkan radang pada mukosa tuba
Eustachius yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan pada motilitas
silia tuba, dimana silia tuba menjadi lumpuh. Silia yang lumpuh ini
mengakibatkan disfungsi tuba sehingga fungsi pencegahan invasi kuman menjadi
terganggu dan kuman dapat masuk ke dalam telinga tengah dan mengakibatkan
peradangan telinga tengah.1
Pada banyak kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas
atas yang mengakibatkan kongesti, bengkak dari mukosa nasalis, nasopharynx dan
tuba eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari penimbunan
secret dari telinga tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap bakteri atau virus yang
berupa nanah sebagai penyebab utama OMA. Perluasan radang atau infeksi dari
hidung atau nasopharinx kedalam cavum tympani dimungkinkan akibat ada
hubungan langsung hidung dan cavum tympani melalui tuba eustachius serta
persamaan jenis mukosa antara kedua tempat tersebut.
Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat
menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di
belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak, pendengaran
8
2.2.4 Stadium
Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5
stadium:
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi
membrane tympani akibat terjadinya tekanan negative dalam telinga tengah,
akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa
hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut ke mukosa
tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius dan
mukosa cavum tympani. Akibatnya mukosa tuba eustachius mengalami
edema yang akan menyempitkan lumen tuba eustachius. Keadaan ini
mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu (fungsi ventilasi dan
drainase). Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani
akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak
normal atau berwarna suram. Keluhan yang dirasakan: telinga terasa penuh
(seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada telinga
(otalgia), tinnitus.1
2. Stadium Hiperemis.
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrane tympani atau seluruh membrane tympani tampak hiperemis serta
edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serousa sehingga masih sukar terlihat. Pada stadium ini tampak pembuluh
9
kekuningan. Ditempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi
membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan
besar membrane timpani akan rupture dan nanah keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi rupture maka lubang tempat rupture (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.1
Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat,
pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA
yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada meatus
akustikus externus tidak didapatkan secret, membrane timpani tampak
hiperemi, cembung kea rah lateral (bombans). Terkadang tampak adanya
pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan denyutan nadi.1
pada anak kecil naurun,dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau
sebagian membrana tinrpani secara khas menjadi menonjol. dan pembuluh-
pembuluh darah di atas membrana timpani dan tangkai maleus berdilatasi dan
menjadi menonjol. Secara ringkas dapat dikatakan terdapat abses telinga tengah.
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut: 1.Penyakitnya muncul
mendadak (akut); 2. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan
dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: menggembungnya gendang
telinga, terbatas / tidak adanya gerakan gendang telinga, adanya bayangan cairan
di belakang gendang telinga, cairan yang keluar dari telinga; 3. Adanya tanda /
gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut: kemerahan pada gendang telinga, nyeri telinga yang
mengganggu tidur dan aktivitas normal. 10
Diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat. Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan
usia pasien. Pada anak – anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan
demam. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya. Pada
remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran
dan telinga terasa penuh. Pada bayi gejala khas adalah panas yang tinggi, anak
gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang
sakit.1
Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis OMA, seperti otoskop, otoskop pneumatik, timpanometri, dan
timpanosintesis. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak
kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.11 Jika konfirmasi diperlukan,
umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik. Gerakan gendang telinga yang
berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.11
Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun
umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa. Untuk
mengkonfirmasi penemuan otoskopi pneumatik dilakukan timpanometri.
13
2.2.7 Tatalaksana
Standar terapi terkini pada OMSA mengharuskan pasien yang didiagnosis
menderita suatu infeksi telinga tengah akut harus mendapatkan terapi antimikroba
selama 10-14 hari. Terapi dimulai berdasarkan empiris dengan tujuan
memberantas bakteri yang dijumpai pada OMSA meskipun materi kultur dari
telinga tengah tidak tersedia.9 Sebelum tahun 1965, banyak antibiotika yang
efektif digunakan untuk otitis media. Streptokokus pneumoni sensitif terhadap
penisilin sedangkan H. influenza dan M. kataralis dapat diterapi dengan
eritromisin, aminopenisilin atau sulfonamide.3 Sejalan dengan penggunaan
antibiotika yang semakin luas, resistensi beberapa mikroorganisme terhadap
antibiotika semakin berkembang. Mikroorganisme penghasil betalaktamase
semakin sering dijumpai pada kultur telinga tengah suatu OMSA. Resistensi
terhadap eritromisin juga meningkat di antara strain H. influenza sehingga pilihan
14
prosedur terapi yaitu dengan menghilangkan tekanan udara di telinga tengah, dan
juga prosedur yang bertujuan untuk diagnostik karena cairan yang didapat dari
tindakan miringotomi dapat dikirim untuk kultur dan sensitivitas.13
Miringotomi dapat dilanjutkan dengan pemasangan pipa ventilasi ke telinga
tengah. Teknik ini diusulkan oleh Politzer tetapi dipopulerkan oleh Armstrong
(1954). Sejak saat itu cara ini menjadi teknik yang populer untuk
mempertahankan pembersihan cairan telinga tengah, meminimalkan rekurensi
episode OMSA dan mengoptimalkan pendengaran selama masamasa
perkembangan berbicara. Pemasangan pipa ventilasi ini juga merupakan terapi
pada otitis media efusi.13
supuratif akut, OMA refrakter yang tidak respon terhadap paket kedua
antibiotik.14
Timpanosintesis dapat mengidentifikasi patogen pada 70-80% kasus.
Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk OMA,
tapi tidak memberikan keuntungan terapi dibanding antibiotik sendiri.
Timpanosintesis merupakan prosedur yang invasif, dapat menimbulkan nyeri, dan
berpotensi menimbulkan bahaya sebagai penatalaksanaan rutin. 14
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi dari OMA dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu
melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis. Komplikasi ini dibagi
menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal
terdiri dari: mastoiditis akut, petrositis, labirintitis, perforasi pars tensa, atelektasis
telinga tengah, paresis fasialis, dan gangguan pendengaran. Komplikasi
intrakranial yang dapat terjadi antara lain yaitu meningitis, encefalitis,
hidrosefalus otikus, abses otak, abses epidural, empiema subdural, dan trombosis
sinus lateralis.24,45 Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu
belum adanya antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu
biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik
(OMSK). Penatalaksanaan OMA dengan komplikasi ini yaitu dengan
menggunakan antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti mastoidektomi.15
2.2.9 Prognosis
Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat (antibiotic
yang tepat dan dosis cukup).