PENDAHULUAN
Artinya : Danibn Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah saw. bersabda: "Suruhlah anakmu
mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika is
berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.
Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, yaitu: (1) orang tua hams menyuruh anak mendirikan salat
mulai berumur tujuh tahun, (2) setelah berumur sepuluh tahun ternyata anak meninggalkan salat, maka
orang tua boleh memukulnya, dan (3) pada usia sepuluh tahun itu juga, tempat tidur anak hams
dipisahkan antara laid-laid dan perempuan, antara anak dan orang tuanya.
Kemampuan menunaikan ibadah salat merupakan salah satu keterampilan. Menurut Muhibbin Syah
(1995:10), belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini, latihan¬latihan intensif dan teratur
amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini, misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis,
memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan
haji.
Belajar pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-
kebiasaan yang telah ada. Belajar pembiasaan, selain menggunakan perintah, sunn dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan, perbuatan bare yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu (kontekstual).
Menurut Zakiah Darajat (1993:64-65), pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya
dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsur-unsur positif pada
pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka
semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah is memahami ajaran agama.
Abdul Malik (2009:60), berpendapat bahwa, para pendidik harus tahu dan paham beberapa model
berkenaan dengan bagaimana mengenali proses belajar anak, yaitu:
a 1. Belajar instingtif
Sebuah kecakapan yang dimiliki oleh anak tanpa direncanakan oleh anak tersebut, melainkan karena
adanya dorongan dari dalam, yakni kebutuhan sebagai makhluk sosial sehingga anak dalam
perkembangannya selalu mengikuti apa yang diinginkannya,
2. Belajar dari pengalaman
Anak dalam proses perkembangannya bedalan melalui pengalaman diri yang dirasakan dan dijalani,
sehingga ada perubahan diri yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dasar pada dirinya.
3. Belajar dan pembiasaan
Anak dalam melakukan proses belajar tidak terlepas dari pembiasaan diri yang muncul karena adanya
faktor dari luar. Apabila lingkungan tempat tinggal
mendukung dengan segala kebaikan, maka sudah barang tentu anak akan tumbuh dan berkembang secara
positif. Tetapi sebaliknya, bila lingkungan didominasi oleh hal-hal yang kurang baik, maka anak akan
tumbuh dan berkembang dalam kungkungan perilaku negatif yang pasti mempengaruhi did anak,
sehingga anak cenderung melakukan perbuatan yang negatif.
Pada Sekolah atau Madrasah, secara umum pembiasaan untuk pembinaan akhlak siswa sudah diterapkan
mulai dan tinglcat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, bahkan hingga ke perguruan tinggi Islam. Begitu
juga Madrasah Adabiyah Islamiyah (MAI) Tingkat Tsanawiyah Pasar Rebo Purwakarta, semenjak
didirikan pada tahun 1926 M yang pada mulanya bemarna Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) dan pada
tahun 1978 berubah nama menjadi Madrasah Adabiyah Islamiyah (MAI), sampai sekarang, mempunyai
ciri khas tersendiri. Ini apabila dibandingkan dengan sekolah-sekolah/ madrasah lain di Kabupaten
Purwakarta yang kurang lebih berjumlah 20 MTs. Negeri dan Swasta.
Madrasah Adabiyah Islamiyah (MAI) Tingkat Tsanawiyah Purwakarta merupakan salah satu lembaga
pendidikan swasta tertua di Purwakarta yang telah banyak mencetak alumni-almuni yang sukses baik di
pemerintahan maupun di masyarakat. Bahkan saat ini pada Tahun Pelajaran 2016-2017 peserta didiknya
mulai dari kelas VII-IX mencapai 850 siswa yang berasal dan Kota Purwakarta dan dari kota lain sekitar
Purwakarta, telah menjalankan Program pembiasaan keagamaan mulai path tahun 2011. Kepala Madrasah
membuat terobosan baru dengan cam menjadikan program pembiasaan sebagai muatan lokal di Madrasah
Adabiyah Islamiyah (MAI) Tingkat Tsanawiyah Purwakarta. Program tersebut
mempunyai alokasi waktu yang sama dengan mata pelajaran lainnya, bahkan kegiatan tersebut
mempunyai jam yang lebih banyak clibanding dengan mata pelajaran lainnya, dengan dibimbing oleh 10
orang ustadz yang khusus diangkat untuk membimbing program pembiasaan tersebut.
Program pembiasaan keagmaan yang dilaksanakan di Madrasah Adabiyah Islamiyah (MAI) Tingkat
Tsanawiyah Purwakarta ini meliputi pembiasaan pada bidang-bidang berikut : 1) ibadak meliputi
berjama'ah shalat Dzuhur, shalat Duha, bimbingan BTQ, tahfidz qur'an. 2) sosial; meliputi infak dap hari
Senin, menjenguk teman yang sakit, memberi bantuan kepada siswa yang kurang mampu. 3) akhlak ;
disiplin dalam mengikuti seluruh program pembiasaan dan taat pada tata tertib.
B. Tujuan Program Pembisaaan
1. Siswa mampu mempraktekan shalat fardu secara sempurna antara bacaan dan gerakan
2. Siswa mampu mempraktekan shalat sunat dhuha sempurna anatara bacaan dan gerakan
3. Siswa mampu dan hafal bacaan dzikir setelah shalat
4. Siswa mampu melafalkan bacaan shalat dhuha dengan baik dan benar
5. Siswa terbiasa melaksanakan shalat secara berjama'ah
6. Siswa mampu membaca dan menulis A1-Qur'an dengan baik dan benar
7. Siswa mampu menghafal Al-Qur'an sesuai dengan baik dan benar sesuai tingkatan masing-
masing
8. Siswa terbiasa melakukan infak
9. Siswa mampu menampilkan perilaku peduli kepada sesama
10. Siswa mampu berdisiplin dalam kegiatan sehari-hari
C. Materi
PROGRAM PEMBIASAAN KEAGAMAAN
MADRASAH ADABIYAH ISLAMIYAH (MAI)
TINGKAT TSANAWIYAH PURWAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
NO KELAS ASPEK INDTKATOR PENCAPAIAN