Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Menurut Reeder (2011) dan Maryunani & Eka (2013) Ibu hamil
dengan abortus biasanya mengalami perdarahan pervaginam atau
flek-flek darah, sehingga pasien dianjurkan untuk istirahat baring,
karena dengan ini dapat menambah aliran darah ke uterus tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu memeriksa jumlah
perdarahan dan karakteristik perdarahan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien yang mengalami abortus spontan biasanya mempunyai
riwayat abortus sebelumnya. Ibu hamil dengan abortus sering
terjadi pada usia wanita kurang dari 30 tahun dan lebih dari usia 40
tahun (Reeder, 2011).
Menurut Maryunani & Eka (2013) dan Prawirohardjo (2014)
pengaruh lingkungan akibat radiasi, virus, paparan asap rokok
maupun penyakit kronis yang dialami ibu hamil seperti diabetes
mellitus, hipertensi dan herpes dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Poltekkes Kemenkes Padang
20
c. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui menarche pasien, siklus
haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar sewaktu haid,
rasa nyeri/tidak pada saat menstruasi dan HPHT untuk mengetahui
usia kehamilan (Wiknjosastro, 2008).
d. Riwayat obstetri
Riwayat obstetri perlu dikaji untuk mengetahui apakah sebelumnya
pernah hamil atau belum, hasil akhir yang muncul serta penangannya.
Biasanya abortus spontan terjadi karena adanya kelainan bawaan pada
hasil konsepsi (Wiknjosastro, 2008).
e. Personal Hygiene
Personal hygiene yang dikaji pada wanita dengan abortus untuk
mengetahui kebersihan dirinya terutama pada daerah genitalia untuk
mencegah terjadinya infeksi. Infeksi microplsma pada tracture
genetalis dapat menyebabkan abortus (Sulistyawati, 2012).
f. Aktivitas harian
Biasanya pada ibu hamil dengan abortus imminens harus beristirahat
total untuk menghentikan perdarahan dan meminimalisir terjadinya
kematian pada janin. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan
aktifitas berat dan tidak melakukan hubungan seksual sampai lebih
kurang 2 minggu. Ibu hamil dengan abortus imminens akan sulit
untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan aktifitas dibantu oleh suami
atau keluarga (Ratnawati, 2016).
Ibu hamil yang bekerja cenderung untuk terkena abortus karena ibu
hamil yang bekerja lebih banyak melakukan aktiftas yang berlebih
Poltekkes Kemenkes Padang
21
ditambah beban kerja yang dialami ibu hamil cukup menguras tenaga
dan waktu dan tidak dapat membagi waktu kapan harus beristirahat
sehingga dapat berisiko terhadap kehamilannya (Hutapea, 2017).
g. Riwayat psikologis
Wanita yang mengalami abortus juga akan mengalami risiko
psikologis seperti merasa cemas, tertekan, ragu-ragu dalam
mengambil keputusan dan merasa tidak berhak memilih. Gejalanya
dapat ditandai dengan harga diri rendah, malu, putus asa, sering
menjerit, dan disertai dengan usaha bunuh diri (Maryunani & Eka,
2013).
h. Riwayat spiritual
Wanita dengan abortus cenderung memiliki perasaan tidak percaya
dengan keselamatan kehamilannya, keyakinan religius atau spiritual
yang kurang. Paien merasa takut kondisi janin yang dikandungnya
terancam meninggal.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Ibu hamil dengan abortus cenderung terlihat lemah karena
perdarahan yang dialami, kemungkinan kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat (Padilla,
2015).
2) Kepala dan wajah
Rambut ibu hamil dengan abortus kumungkinan tidak ada
perubahan. Pada wajah biasanya akan tampak pucat, ada/tidak
cloasma gravidarum, edema pada wajah tidak ditemukan.
Konjungtiva pada mata nampak anemis, sklera tidak ikterik, dan
palpasi pembesaran kelenjar getah bening pada leher biasanya
tidak ditemukan kelainan.
3) Payudara
Kemungkinan pada ibu hamil dengan abortus imminens payudara
akan membesar, lebih padat dan lebih keras, puting menonjol
Poltekkes Kemenkes Padang
22
6) Ekstremitas
Ibu hamil dengan abortus kemungkinan tidak ditemukan masalah
pada ekstremitas.
j. Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam vagina : porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri (Padila, 2015)