Anda di halaman 1dari 137

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI

KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA PADA GEDUNG SATUAN KERJA


PERANGKAT DAERAH (SKPD) 1 PUSAT PEMERINTAHAN
TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana S-1
Jurusan Teknik Sipil

NURSOLIHA
3336120103

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2017
ANALISIS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI
KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA PADA GEDUNG SATUAN KERJA
PERANGKAT DAERAH (SKPD) 1 PUSAT PEMERINTAHAN
TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana S-1
Jurusan Teknik Sipil

NURSOLIHA
3336120103

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2017
AN ANALYSIS OF CAPACITY AND THE SETTLEMENT OF
FOUNDATION OF SPIDER WEB CONSTRUCTION AT SATUAN KERJA
PERANGKAT DAERAH (SKPD) 1 BUILDING CENTRAL GOVERNMENT
OF SOUTH TANGERANG

This thesis was Executed to Fulfill Graduation Requirement for Civil


Engineering Under Graduate Study Program

NURSOLIHA
3336120103

CIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM FACULTY OF ENGINEERING


UNIVERSITY SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2017
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaiakan Skripsi ini. Penulisian Skripsi ini
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berbobot 5 (lima) sks dan juga
merupakan persyaratan akademis yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan
Strata 1 (S1) di Jurusan Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Soelarso, ST.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memfasilitasi dalam pengurusan
Tugas Akhir ini.
2. Ibu Restu Wigati, ST.,M.Eng selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memfasilitasi dalam
pengurusan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Enden Mina, ST.,MT selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan-masukan yang
membantu saya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Rama Indera Kusuma, ST.,MT selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan-masukan
yang membantu saya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Woelandari Fathonah, ST.,MT selaku dosen penguji I yang telah
menyediakan waktu serta saran dan kritikannya dalam perbaikan Tugas Akhir
ini.
6. Bapak Dicki Dian Purnama, ST.,M.Eng selaku dosen penguji II yang telah
menyediakan waktu serta saran dan kritikannya dalam perbaikan Tugas Akhir
ini.

iv
7. Bapak Baehaki,ST.,M.Eng selaku koordinator Tugas Akhir yang telah
memfasilitasi dalam pengurusan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
9. PT. Katama Suryabumi yang telah membantu dalam usaha dan pengumpulan
data yang saya perlukan.
10. Kukuh c adi putra, ST selaku pembimbing dari PT.Katama Suryabumi yang
telah banyak membantu baik dalam penyusunan maupun saran-saran serta kritik
Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Cilegon, 17 Januari 2017

Penulis

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim…...

Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillahirobbil’alamin…

Sujud syukurku kusembahkan kepada-Mu Tuhan yang Maha Agung nan Maha

Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdir-Mu telah kau jadikan

aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam

menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal

bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk bapakku (Sana) dan ibuku

(Marsiti) tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku

semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang

tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada

didepanku.

Tak lupa ku ucapkan terimakasih untuk kakak-kakakku yaitu Mahfudin dan

Mahmud serta keluarga yang lainnya yang selalu mendoakan dan mendukung.

serta kupersembahkan ungkapan terimakasihku pula untuk:

 Guruku semasa SMA ibu Puji Astuti

 Dosen-dosen teknik sipil untirta

 Semua staff PT.Katama Suryabumi

 Untuk teman-teman dekatku Dika, Mellyani, Tine, Wiwin, Ega, kiki dll

 Serta Rekan –rekan teknik sipil khususnya angkatan 2012

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat

kupersembahkan kepada kalian semua, Terimakasih beribu terimakasih

kuucapkan.

Atas segala kekhilafan dan kekuranganku, kurendahkan hati serta diri

meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.

iv
ANALISIS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI
KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA PADA GEDUNG SATUAN
KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) 1 PUSAT
PEMERINTAHAN TANGERANG SELATAN

Nursoliha

INTISARI

Gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1 Pusat Pemerintahan


Tangerang Selatan dengan luas 784 m2 yang berada di Jl. Raya Maruga Pamulang II
adalah salah satu bangunan yang menggunakan pondasi konstruksi sarang laba-laba
(KSLL). Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL) merupakan kombinasi
konstruksi bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat
beton pipih menerus yang di bawahnya disatukan oleh rib-rib tegak. Kombinasi ini
menghasilkan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga
membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi
dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Pondasi ini bisa digunakan untuk
gedung 2 - 8 lantai dan mampu bekerja seperti perahu yang diterjang ombak ketika
mendapatkan goncangan gempa.
Penelitian ini membahas mengenai daya dukung dan penurunan pondasi dimana
perhitungannya menggunakan software ETABS untuk mengetahui beban pada setiap
kolom, metode Mayerhof pada perhitungan daya dukung pondasi, metode Newmark
untuk menghitung tekanan pada lapisan tanah serta software PLAXIS untuk daya
dukung dan penurunan pondasi. Berdasarkan hasil analisa diperoleh beban total
kolom maximum hasil dari ETABS sebesar 20505,14 KN, daya dukung ultimit (qult)
dengan menggunakan metode Mayerhof diperoleh sebesar 737.426912 KN/m2, nilai
Safety Factor (SF) secara manual adalah sebesar 8.05. sedangkan nilai SF yang
dihasilkan dari software plaxis yaitu 13,6.
Menurut analisa penurunan total pondasi konstruksi sarang laba-laba (KSLL)
adalah sebesar sebesar 14,539 cm sedangkan hasil pemodelan pada PLAXIS didapat
nilai penurunan sebesar 13,5 cm. Dimana yang penurunan terjadi lebih kecil dari
penurunan yang disyaratkan sehingga dapat disimpulkan pondasi KSLL cukup aman.

Kata Kunci: Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL), Mayerhof , Newmark, PLAXIS

vi
AN ANALYSIS OF CAPACITY AND THE SETTLEMENT OF
FOUNDATION OF SPIDER WEB CONSTRUCTION AT SATUAN
KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) 1 BUILDING CENTRAL
GOVERNMENT OF SOUTH TANGERANG

Nursoliha

ABSTRACT

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Building central government of South


Tangerang with the width 784 m2 located at Jl. Raya Maruga Pamulang II is one of
the building that using spider web foundation. The foundation of Spider Web
Construction is the combination of conventional lower structure construction
combined with continued thin concrete plate foundation and streng then by erection
ribs under. This combination obtained the profitable reciprocal cooperation to make
the foundation having bigger ridigity if compared with another superficial foundation.
This foundation can be used fot 2 - 8 floor building and has the ability to prevent the
force as waves and earthquake.
This research discussed about the capacity and the settlement of foundation
with ETABS software calculation to find out the load of each coloumn, mayerhof
method in calculating the capacity, newmark method to calculate the soil layer
pressure and PLAXIS software for the capacity and the settlement of the foundation
then will be based on the result of this research is the maximum total load coloumn
from ETABS = 20505,14 KN, with bearing capacity that used for Mayerhof Method
obtained 737.426912 kN/m2, and safety factor value is 8,05 whilst from PLAXIS
Software attained 13,6 Safety Factor value.
From the total settlement spider web construction foundation analysis obtained
14,539 cm while from the PLAXIS analysis the settlement is 13,5 cm. While the
settlement that occurred smaller than the settlement that requisited. It can concluded
the KSLL foundation is safe.

Keywords: The Foundation Of Spider Web Construction (KSLL), Mayerhof ,


Newmark, PLAXIS.

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN TUGAS AKHIR ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PRAKATA iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
INTISARI vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 2
C. Lokasi Penelitian 3
D. Tujuan Penelitian 3
E. Manfaat Penelitian 4
F. Batasan Masalah 4
G. Keaslian Penelitian 4
H. Sistematika Penulisan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
BAB III LANDASAN TEORI 9
A. Definisi Tanah 9
B. Penyelidikan Tanah 9
C. Macam-macam Pondasi 12
D. Pengertian pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba 14
E. Keunggulan & Kelemahan Pondasi KSLL 17

ix
F. Keistimewaan Sistem Konstruksi & Bentuk Pondasi Sarang Laba-laba
(KSLL) 18
G. Bagian dari Pondasi KSLL 20
H. Metode Dasar Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL) 21
I. Pengaruh Kekakuan Ekivalen & Letak Pelat disisi Atas RIB Pada
Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban 32
J. Analisi dan erancangan Stuktur Bawah 32
K. Pengenalan Software Plaxis 48
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 54
A. Data Umum 54
B. Lokasi Pengujian Lapangan ...................................................................54
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................56
D. Proses Perancangan ...............................................................................56
E. Flow Chart Metodologi Penelitian ........................................................58
F. Waktu Penelitian ....................................................................................59
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 60
A. Analisa Data Tanah ................................................................................60
B. Analisa Gambar pondaasi KSLL dan bangunan SKPD 1 63
C. Analisa Pembebanan ..............................................................................67
D. Analisa Daya Dukung ............................................................................68
E. Tegangan Tanah Maksimum ..................................................................72
F. Analisa Penurunan .................................................................................75
G. Analisa Program Plaxis .........................................................................86
H. Hasil Analisa Daya Dukung & Penurunan Pondasi KSLL....................99
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................102
A. Kesimpulan ............................................................................................102
B. Saran.......................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan Penelitian dengan Penelitian yang Berhubungan


Tabel 2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Kemiringan Untuk Persamaan
Daya Dukung Meyerhof
Tabel 3 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata
Berbentuk Luasan Persegi Berdasarkan Persamaaan Newmark
Tabel 4 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi dan Kekakuan
Pondasi (Iw)
Tabel 5 Angka Poisson Ratio (µ) Menurut Jenis Tanah
Tabel 6 Nilai Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah
Tabel 7 Rencana Waktu Penelitian
Tabel 8 Data N-SPT Pada Gedung SKPD 1 PUSPEM Tangerang Selatan
Tabel 9 Data Hasil Penyelidikan Tes Labolatorium Gedung SKPD 1 PUSPEM
Tabel 10 Data tes konsolidasi labolatorium gedung SKPD 1 PUSPEM
Tabel 11 Korelasi Kekuatan Geser Tanah Atau Kohesi (C) Dalam Keadaan
Undrained
Tabel 12 Korelasi Antara Nilai N-SPT Dan Sudut Geser (Φ)
Tabel 13 Hasil Perhitungan Tegangan Tanah
Tabel 14 Tegangan Tanah Di Titik B Pada Kedalaman 2,6 Meter
Tabel 15 Tegangan Tanah Di Titik I Pada Kedalaman 2,6 Meter
Tabel 16 Tegangan Tanah Di Titik F Pada Kedalaman 2,6 Meter
Tabel 17 Tegangan Tanah Di Titik G Pada Kedalaman 2,6 Meter
Tabel 18 Hasil Analisa Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan (ΔP)
Tabel 19 Hasil Perhitungan Tekanan Overburden Sebelum Dibebani (Po)
Tabel 20 Tekanan Tanah Efektif (P1)
Tabel 21 Hasil Perhitungan Penurunan / Settlement
Tabel 22 Koefisien Permeabilitas Tanah
Tabel 23 Korelasi Antara Indeks Kompresi Dan Plastisitas Tanah
Tabel 24 Data Parameter Tanah
Tabel 25 Data Elemen Pemodelan Rib KSLL
Tabel 26 Data Elemen Pemodelan Pelat KSLL

xi
Tabel 27 Hasil Tegangan σzz
Tabel 28 Rekapitulasi Hasil Daya Dukung Perhitungan Manual Dan Software
Tabel 29 Rekapitulasi Hasil Penurunan Perhitungan Manual Dan Software

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian


Gambar 2 Posisi Penelitian Terhadap Peneliti Sebelumnya
Gambar 3 Pengujian Penetrasi Dengan SPT
Gambar 4 Skema Urutan Uji Penetrasi Standar di Lapangan (SPT)
Gambar 5 Contoh Konstruksi Sarang Laba-Laba
Gambar 6 Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan
Kekakuan Ekivalen pada Pondasi KSLL
Gambar 7 Pembuatan Lantai Kerja
Gambar 8 Pemasangan Lantai Kerja
Gambar 9 Pemberian Adukan Pada Lantai Kerja
Gambar 10 Rakitan Besi
Gambar 11 Pemasangan Beton Decking
Gambar 12 Pemasangan Bekisting (a) Rib Settlement , (b) Rib Konstruksi
Gambar 13 Pemasangan Tahu Beton
Gambar 14 (a) Bentuk Segi Tiga,(b) Bentuk Persegi
Gambar 15 (a) Pemasangan Bekisting Rib Settlement (b) Pemasangan Bekisting
Rib Konstruksi
Gambar 16 Kayu Racuk Pada Bekisting
Gambar 17 Penyiraman Air Pada Rib
Gambar 18 Pembagian Acian Melalui Bak
Gambar 19 Vibrator Pada Rib Manual
Gambar 20 Persiapan Bucket
Gambar 21 Memasukan Acian Pada Bucket
Gambar 22 Penggunaan Bucket Pada Rib
Gambar 23 Hasil Pengecoran Rib
Gambar 24 Pengurugan Tanah Pada Pondasi
Gambar 25 Pemadatan Menggunakan Tapping Rammer
Gambar 26 Pemasangan Lantai Kerja
Gambar 27 (a) Pemasangan Besi , (b) Cor Plat KSLL

xiii
Gambar 28 Perbandingan Proses Penyebaran Beban Pondasi Konstruksi Sarang
Laba-Laba
Gambar 29 Tambahan Tegangan Dan Distribusi Tegangan Dalam Tanah Akibat
Baban Titik
Gambar 30 Nilai Faktor Pengaruh Teori Boussineq dan Westergaard
(Taylor,1948)
Gambar 31 Beban Merata Berbentuk Persegi
Gambar 32 Isobar Tegangan Vertikal Untuk Beban Terbagi Rata Bentuk Lajur
Memanjang Dan Bujur Sangkar
Gambar 33 Faktor Pengaruh Dibawah Sudut Luasan Segi Empat
Gambar 34 Penyebaran Beban 2V : 1H
Gambar 35 Titik Pengujian SPT Yang Ditinjau
Gambar 36 Potongan Samping Gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1 Yang Di Tinjau
Gambar 37 Flowchart Metodologi Penelitian
Gambar 38 Tampak Atas Pondasi KSLL
Gambar 39 Tampak Samping Kanan KSLL
Gambar 40 Tampak Samping Kiri KSLL
Gambar 41 Tampak Potongan KSLL
Gambar 42 Tampak Isometris KSLL
Gambar 43 Tampak Depan Bangunan SKPD 1
Gambar 44 Tampak Samping Kanan Bangunan SKPD 1
Gambar 45 Tampak Belakang Bangunan SKPD 1
Gambar 46 Tampak Samping Kiri Bangunan SKPD 1
Gambar 47 Titik Kolom
Gambar 48 Pondasi KSLL Yang Ditinjau
Gambar 49 Pembagian Koordinat Pondasi KSLL
Gambar 50 Denah Floating Pondasi yang Dianalisis
Gambar 51 Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik B Pada Kedalaman
(Z) -2,6 m
Gambar 52 Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik I Pada Kedalaman
(Z) -2,6 m

xiv
Gambar 53 Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik F Pada Kedalaman
(Z) -2,6 m
Gambar 54 Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik G Pada Kedalaman
(Z) -2,6 m
Gambar 55 Tekanan Yang Terjadi Pada Pondasi KSLL
Gambar 56 Kondisi Tanah Sebelum Diberi Beban
Gambar 57 Kondisi Tanah Setelah Diberi Beban
Gambar 58 Tampak Atas Pondasi Yang Di Tinjau
Gambar 59 Potongan Pondasi Yang Di Tinjau
Gambar 60 Pemodelan Material Pada Plaxis
Gambar 61 Kumpulan Data Material Tanah Pada Plaxis
Gambar 62 Input Pemodelan Material Tanah Pada Plaxis
Gambar 63 Input Pemodelan Parameter Material Tanah Pada Plaxis
Gambar 64 Kumpulan Data Material Pelat Pada Plaxis
Gambar 65 Input Pemodelan Material Elemen Pelat Pada Plaxis
Gambar 66 Pemodelan Kalkulasi Pada Plaxis
Gambar 67 Proses Perhitungan Pada Plaxis
Gambar 68 Hasil Kalkulasi Pada Plaxis
Gambar 69 Hasil Penurunan Pada Plaxis
Gambar 70 Hasil Penurunan Total Pada Plaxis
Gambar 71 Hasil Penurunan Total Menurut Garis Pada Plaxis
Gambar 72 Hasil Penurunan Total Menurut Warna Pada Plaxis
Gambar 73 Hasil Tegangan Efektif Pada Plaxis
Gambar 74 Hasil Tegangan Efektif Rata-Rata Pada Plaxis
Gambar 75 Hasil Tegangan Total Pada Plaxis
Gambar 76 Hasil Tegangan Total Rata-Rata Pada Plaxis
Gambar 77 Hasil Safety Factor (SF) Pada Plaxis

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Data proyek


2. Lampiran dokumentasi foto
3. Lampiran data administrasi

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu Daerah Otonomi Baru di
Provinsi Banten, dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang,
namun diusianya yang masih muda, Kota Tangerang Selatan telah
berkembang menjadi salah satu penyangga ibukota. Sehingga pemerintah
Kota Tangerang Selatan membangun Pusat Pemerintahan Kota Tangerang
Selatan di Jl. Maruga Pamulang II di wilayah yang strategis, mengingat
tempat ini dulunya merupakan kantor kecamatan pamulang, sehingga akan
memudahkan akses masyarakat jika hendak bepergian ke Pusat Pemerintahan
Kota Tangerang Selatan.
Bangunan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan ini direncanakan
bertahan dalam jangka waktu yang lama dan tahan akan gempa bumi karena
bangunan ini merupakan tempat yang sangat vital bagi Kota Tangerang
Selatan dikarenakan sebagai Pusat Pemerintahan dimana Roda pemerintahan
dijalankan, maka berdasarkan hasil survey lapangan dan uji tanah di
laboratorium pondasi yang cocok digunakan pada proyek ini adalah Pondasi
Sarang Laba-Laba dimana pelaksananya adalah PT.Katama Suryabumi selaku
pemilik hak paten dari Pondasi konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) dengan
2 Gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Gedung Balai Kota dan
Plaza Rakyat.
Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang pertama-
tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi
sebagai struktur bawah. Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat
penting, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang
bekerja diatasnya. Pondasi ini akan menyalurkan beban-beban struktur atas
kedalam lapisan tanah mengingat berat bangunan dan unsur-unsur lain di
dalamnya memerlukan penyaluran yang sebanding dengan daya dukungnya.
Pondasi KSLL merupakan kombinasi konstruksi bangunan bawah
konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus
yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem
perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama
timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah
pondasi yang memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan
sistem pondasi dangkal lainnya. Pondasi ini bisa digunakan untuk gedung 2 -
8 lantai dan mampu bekerja seperti perahu yang diterjang ombak ketika
mendapatkan goncangan gempa.
Penelitian daya dukung dan penurunan pada pondasi konstruksi sarang
laba-laba ini adalah pondasi yang asli karya anak bangsa Indonesia dengan
jenis pondasi dangkal namun mampu disebut sebagai pondasi tahan gempa
karna sebagian penggunaan pondasi ini berada pada daerah rawan gempa
yaitu (Aceh,Padang,dll). Oleh karena itu, analisis pondasi ini menarik untuk
dikaji serta dipelajari lebih lanjut.
Untuk hal ini penulis mencoba mengkonsentrasikan pada tugas akhir
yang penulis tinjau adalah analisis daya dukung dan penurunan pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) pada Gedung Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) 1 Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Berapa besarnya beban titik pada kolom gedung dengan menggunakan
software ETABS
2. Berapa besar daya dukung dan settlement Pondasi Konstruksi Sarang
Laba-Laba secara manual dan software plaxis .
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan
perhitungan berdasarkan teori-teori dasar Teknik Pondasi dan Mekanika
Tanah, sehingga penulis menyadari bahwa perhitungan yang terdapat pada
Laporan Tugas Akhir ini mungkin tidak sama persis dengan perhitungan
pondasi KSLL dilindungi hak paten dan hanya diketahui oleh pencipta
pondasi KSLL sendiri, yaitu Ryantori dan Sutjipto. (1984)

2
C. Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi terletak tangerang-banten. Tepatnya pada proyek
pembangunan Gedung SKPD 1 yang terletak di Jl. Maruga Pamulang 2
Tangerang-Banten. Dengan luas bangunan yaitu 784 m2 dan memiliki Batas –
batas lokasi proyek adalah sebagai berikut:
Sebelah Timur : Jl. Raya Maruga Pamulang II
Sebelah Barat : Pemukiman Warga
Sebelah Utara : Jl. Adi Sengkong
Sebelah Selatan : Perumahan Cendana Residence

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Ciputat - Tangerang Selatan
(Sumber: Google Maps, 2016)

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mencari besarnya beban pada gedung menggunakan software ETABS
yang akan di gunakan pada perhitungan manual daya dukung dan
penurunan.
2. Melakukan analisis secara manual mengenai daya dukung dan penurunan
pada pondasi sarang laba-laba .
3. Melakukan analisis daya dukung dan penurunan menggunakan software
plaxis

3
E. Manfaat Penelitian
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat :
a. Mengetahui daya dukung pondasi sarang laba-laba untuk menahan beban
diatasnya.
b. Mengetahui karakteristik dari pondasi sarang laba-laba
c. Mengetahui penurunan yang terjadi pada konstruksi sarang laba-laba.
d. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang membacanya khususnya bagi
mahasiswa yang menemukan masalah yang sama dalam penyelesaian
masalah pondasi maupun bagi civitas akademik lainnya.

F. Batasan masalah
Dalam laporan ini sangatlah perlu kiranya dibuat pembatasan masalah, yang
bertujuan untuk menghindari penyimpangan dari tujuan semula. Ruang
lingkup pembahasan yang ditinjau hanya dibatasi pada :
a. Terbatas pada proyek pembangunan gedung SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) 1 Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan
b. Analisis pondasi dilakukan dari data N-SPT dan parameter tanah hasil uji
laboratorium.
c. Menggunakan teori Mayerhof pada perhitungan daya dukung tanah
d. Menggunakan metode Newmark pada perhitungan tegangan tanah akibat
beban bangunan.
e. Tidak menganalisis RAB
f. Hanya menganalisis daya dukung tanah, konsolidasi,
g. Tidak mendesain ulang pondasi sarang laba-laba
h. Tidak menghitung penulangan pondasi sarang laba-laba
i. Beban horizontal yang ditinjau adalah beban gempa.

G. Keaslian Penelitian
Pada tugas akhir ini yaitu analisis daya dukung dan penurunan pondasi
konstruksi sarang laba-laba pada gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) 1 Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan di tangerang selatan ini
belum ada yang menganalisa.

4
H. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah,lokasi penelitian ,
tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah, keaslian penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang referensi tugas akhir yang di pakai dalam
penyusunan tugas akhir.
BAB III : LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori tentang klasifikasi tanah, jenis-jenis pondasi,
landasan teori pondasi KSLL dan perhitungannya, pembebanan
pada struktur atas, analisis daya dukung dan tegangan tanah serta
penurunan/settlement..
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang data umum, lokasi pengujian lapangan, metode
pengumpulan data, Proses Perancangan, flow chart metodologi
penelitian,dan waktu penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN
Berisi perhitungan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba
berdasarkan keadaan tanah dan pembebanan pada struktur, serta
analisisnya terhadap daya dukung, tegangan dan tekanan tanah, dan
penurunan/ settlement.
BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisis KSLL
serta dan juga saran-saran berdasarkan kesimpulan yang telah
diambil.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang dilakukan oleh Haryono dan Maulana (2007) yang


meneliti tentang “Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba Pada
Gedung Bni ‘46 Wilayah 05 Semarang” Universitas Diponegoro Semarang. Hasil
perhitungan daya dukung KSLL (qa) sebesar 93,46 t/m2, Penurunan/ settlement
total yang dialami oleh tanah sebesar 44,901 cm, Tebal ekivalen untuk Rib
konstruksi = 135 cm dan Rib settlement = 166 cm, Tegangan tanah maksimum
sebesar : 8,348 t/m2, dimensi penulangan pada rib konstruksi maupun rib
settlement digunakan tulangan dengan Ø 10 – 15 cm (AS = 524 mm2) .

Penelitian yang dilakukan oleh Hilhami (2011) yang meneliti tentang


“Metode Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya Dukung Pondasi Konstruksi
Sarang Laba – Laba (Ksll) Dengan Pondasi Telapak Pada Pembangunan Gedung
D-Iii Class Politeknik Unhalu” Universitas Negeri Padang, bahwa didapat hasil
daya dukung tanah pada lokasi pembangunan gedung D-III Class Politeknik
Unhalu, sebesar 0,433 kg/cm2, dan standar daya dukung pada pondasi KSLL
berkisar 0,2 – 0.5 kg/cm2, dan daya dukung untuk pondasi telapak 0,39 kg/cm2.

Stephani (2013) yang meneliti tentang “Analisis Penurunan Pada Pondasi


Rakit Jenis Pelat Rata Dengan Metode Konvensional” Universitas Sam Ratulangi
Manado, dari penelitiannya di dapat hasil Pondasi rakit dengan beban bangunan
dan data tanah gedung Bank Sulut Manado, dapat dirancang dengan metode
konvensional karena memenuhi syarat antara lain tebal pondasi (h) = 1.028 m
yang lebih besar dari hmin = 0.963 m, Daya dukung tanah (qult) dibawah pondasi
rakit berdasarkan data N-SPT tanah lokasi gedung Bank Sulut, pada kedalaman
4.528 m, Penurunan total yang diperoleh dari setiap lapisan tanah adalah sebesar
4.70 cm, dan Hasil yang diperoleh menggunakan program SAFE lebih besar
dibandingkan dengan hasil hitungan menggunakan metode konvensional.
Tabel 1. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian yang Berhubungan
Ratna Sari Cipto
Olivia Stephani
Peneliti Haryono dan Tirta Sahno Hilhami Nursoliha
Mentang
Rahman Maulana
Tahun 2007 2011 2013 2016

Metode Metode Pelaksanaan

Penelitian Dan Perbandingan Analisis Daya Dukung


Daya Dukung Dan Penurunan Pondasi
Analisis Penggunaan Analisis Penurunan Konstruksi Sarang
Pondasi Konstruksi
Struktur Pondasi Pada Pondasi Rakit Laba-Laba Pada
Sarang Laba – Laba
Sarang Laba-Laba Jenis Pelat Rata Gedung Satuan Kerja
(Ksll) Dengan Perangkat Daerah
Pada Gedung Bni ‘46 Dengan Metode
Pondasi Telapak (SKPD) 1 Pusat
Wilayah 05 Semarang Konvensional Pemerintahan
Pada Pembangunan
Tangerang
Gedung D-Iii Class
Politeknik Unhalu
Analisa
SAP 2000 Dan
Menggunakan SAP 2000 Tidak Ada Etabs dan Plaxis
SAFE
Software
Pondasi konstruksi Gedung
sarang laba-laba Perkantoran Jl. Maruga Pamulang
Lokasi Gedung D-III Class
(KSLL) Jl. Dr. Bank Sulut, 2 Tangerang-Banten
Penelitian Politeknik Unhalu
Cipto 128 Manado, Sulawesi
Semarang Utara.
Metode metode Mayerhof persamaan Metode Terzaghi, untuk daya dukung
Perhitungan (daya dukung), Bowles (1968), Metode Meyerhof, menggunakan metode
Mayerhof dan untuk
metode Newmark Terzaghi dan Metode Hansen,
penurunan
(penurunan), Peck (1948) untuk Metode Vesic (daya menggunakan metode
metode KSLL (rib perbandingan dukung) dan Newmark serta pada
plaxis menggunakan
konstruksi), dan rib pondasi KSLL metode
mohr coulomb.c
settlemen dan telapak Timoshenko
Goodier
(penurunan segera)
Sumber : Hasil Analisis, 2016

7
Ratna Sari Cipto Haryono dan Tirta Rahman Maulana
(2007) dengan judul “Analisis Penggunaan Struktur
Pondasi Sarang Laba-Laba Pada Gedung Bni ‘46
Wilayah 05 Semarang” Universitas Diponegoro
Semarang.
Isi tugas akhir:
1. Menghitung daya dukung dan penurunan pondasi
2. Menghitung rib konstruksi dan rib settlement
3. Menggunakan data N-SPT dan data labolatorium
4. Software yang digunakan SAP.

Sahno Hilhami (2011) dengan judul “Metode


Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya Dukung Pondasi Nursoliha (2016) yang berjudul “Analisis Daya
Konstruksi Sarang Laba – Laba (Ksll) Dengan Pondasi Dukung Dan Penurunan Pondasi Konstruksi
Telapak Pada Pembangunan Gedung D-III Class Sarang Laba-Laba Pada Gedung Satuan Kerja
Politeknik Unhalu” Universitas Negeri Padang. Perangkat Daerah (SKPD) 1 Pusat Pemerintahan
Isi tugas akhir: Tangerang Selatan”.
1. Metode dari pondasi KSLL Isi tugas akhir:
2. Menghitung daya dukung KSLL dan pondasi 1. Menghitung daya dukung
telapak. 2. Menghitung penurunan
3. Menggunakan data N-SPT dan data labolatorium 3. Menggunakan software Etabs dan Plaxis
4. Menggunakan data N-SPT dan data
labolatorium
Olivia Stephani Mentang (2013) yang berjudul
“Analisis Penurunan Pada Pondasi Rakit Jenis Pelat
Rata Dengan Metode Konvensional” Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Isi tugas akhir:
1. Menghitung analisa pondasi rakit secara
konvensional
2. Menggunakan software SAP Dan SAFE Keterangan :
3. Menghitung daya dukung dan penurunan Penelitian sejenis yang berhubungan
4. Menggunakan data N-SPT dan data labolatorium Penelitian yang bersifat mendukung
Penelitian tidak sejenis/ berhubungan

Gambar 2. Posisi Penelitian Terhadap Peneliti Sebelumnya


Sumber : Hasil Analisis, 2016

8
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Definisi Tanah
Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhnya penyaluran beban
yang ditimbulkan akibat konstruksi bangunan yang dibuat diatasnya. Tanah yang
ada di permukaan bumi mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda,
sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi perekayasa konstruksi untuk
memahami perilaku tanah yang dihadapi dalam perencanaan konstruksi dengan
jalan melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap sifat-sifat yang dimiliki
tanah.

B. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter tanah
yang dalam hal ini antara lain adalah komposisi tanah (soil properties), sifat sifat
teknik tanah (soil engineering) serta kandungan mineralogi yang dimiliki oleh
tanah. Pengetahuan akan akan paremeter-parameter tanah tersebut sangat di
perlukan untuk perencaanan awal desain stabilisasi tanah.
Pada umumnya, beberapa penyelidikan akan akan dimulai dengan
mengumpulkan dan mempelajari semua data tentang keadaan tanah dan kondisi
geologi di lapangan. Penyelidikan tanah yang dilakukan untuk memperoleh data
kondisi tanah dalam proyek ini adalah menggunakan tes SPT atau Standard
Penetration Test.
1. Penyelidikan Lapangan Dengan Standard Penetration Test (SPT)
a. Penjelasan SPT
Metode SPT adalah metode pemancangan batang (yang memiliki
ujung pemancangan) ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu
dan mengukur jumlah pukulan per kedalaman penetrasi. Pemancangan
biasanya dilakukan dengan beban 140 lbs (± 63,5 kg) yang dijatuhkan dari
ketinggian 30’’ atau ± 75 cm. Persiapan pengujian SPT di lapangan dengan
tahapan sebagai berikut (Gambar 3):
1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di
atas penahan;
3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian
dari bekas pengeboran;
4) Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya
disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan;
5) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai
kedalaman pengujian yang diinginkan;
6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian
15 cm, 30 cm dan 45 cm.

Gambar 3. Pengujian Penetrasi Dengan SPT

Sumber : SNI SPT 4153 2008

Prosedur pengujian dilapangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:


1) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada
interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;

10
2) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat
sebelumnya (kira-kira 75 cm);
3) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar 3);
4) Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm;
5) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang
pertama;
6) Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan
ke-tiga;
7) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm: 15 cm pertama
dicatat N1;15 cm ke-dua dicatat N2;15 cm ke-tiga dicatat N3. Jumlah
pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan
karena masih kotor bekas pengeboran;
8) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan
tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
9) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah
batuan.

Gambar 4. Skema Urutan Uji Penetrasi Standar di Lapangan (SPT)


Sumber : SNI SPT 4153 2008

11
Hasil dari pekerjaan Bor dan SPT kemudian dituangkan dalam
lembaran drilling log yang berisi :
1) Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat plastisitas
dan ketebalan lapisan tanah masing – masing.
2) Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed sample (UDS).
3) Pengujian Standart Penetration Test (SPT).
4) Muka air tanah.
5) Tanggal pekerjaan dan berakhirnya pekerjaan.
Jumlah N pukulan memberikan petunjuk tentang kerapatan relative
dilapangan khususnya tanah pasir atau kerikil dan hambatan jenis tanah
terhadap penetrasi.Uji ini biasanya digunakan untuk tanah yang keras.
b. Tujuan Percobaan SPT
a. Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari
pengambilan contoh tanah dengan tabung, dapat diketahui jenis tanah
dan ketebalan tiap – tiap lapisan kedalaman tanah tersebut.
b. Memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah dan
menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasanya
sulit diambil sampelnya.
c. Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT
a. Menentukan kedalaman dan tebal masing – masing lapisan tanah
tersebut
b. Alat dan cara operasinya relative sederhana
c. Contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah,
sehingga interpretasi kuat geser dan deformasi tanah dapat diperkirakan
dengan baik.

C. Macam - Macam Pondasi


Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan
bangunan diatas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain :

12
1. Terhadap tanah dasar :
 Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa
sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.
 Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata.
 Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap struktur pondasi sendiri :
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang
bekerja.
Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah
(Sub Structure) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar,
beban yang diterima pondasi, peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan
pelaksanaannya dan sebagainya. Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu pondasi dalam (deep foundation) dan pondasi dangkal (Shallow
Foundation).
1. Pondasi Dalam (Deep Foundation)
Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley (1987) dalam bukunya Mekanika Tanah 1,
pondasi dalam sering kali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu
struktur pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang
dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang
monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat dibawah konstruksi
dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan perencanaan, tiang dapat dibagi
menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile).
Tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya
dukung tanah untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya.
Untuk tiang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak
pada lapisan keras. Lapisan keras ini boleh dari bahan apapun, meliputi
lempung keras sampai batuan keras.
b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile)
Kadang-kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat

13
dalam sehingga pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar
dilaksanakan. Maka untuk menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi
tahanan sebagian besar ditimbulkan oleh gesekan antara tiang dengan tanah
(skin friction). Tiang semacam ini disebut friction pile atau juga sering
disebut sebagai tiang terapung (floating piles).
Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B
≥ 4).

2. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)


Dinamakan sebagai alas, telapak, telapak sebar / pondasi rakit (Mats).
Kedalaman pondasi dangkal pada umumnya D/B 1 .
Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak yaitu pondasi
yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah pondasi, bilamana
terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dan berkualitas baik yang mampu
mendukung suatu bangunan pada permukaan tanah.
Yang termasuk kedalam pondasi dangkal adalah pondasi rakit, pondasi
pasangan batu kali , pondasi konstruksi sarang laba-laba dll.

D. Pengertian Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba


1. Tinjauan Umum
Pondasi KSLL merupakan kombinasi konstruksi bangunan bawah
konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus
yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem
perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama
timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi
yang memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem
pondasi dangkal lainnya. Dinamakan sarang laba-laba karena pembesian plat
pondasi di daerah kolom selalu berbentuk sarang laba-laba. Juga bentuk
jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu berada dalam satu
kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi, untuk

14
septic tank, bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding.
Rib (tulang iga) KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya
yang bekerja pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk
menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan puntir.
Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba
terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu :
1. Konstruksi beton
 Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang
dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi.
 Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib
konstruksi, rib settlement dan rib pengaku.
 Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik
(menghadap kebawah).
 Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah
atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku
(rigid).

Gambar 5. Contoh Konstruksi Sarang Laba-Laba


Sumber : Buku Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto (1984)

15
Keterangan :
1a - pelat beton pipih menerus
1b - rib konstruksi
1c - rib settlement
1d - rib pembagi
2a - urugan pasir dipadatkan
2b - urugan tanah dipadatkan
2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan
2. Perbaikan tanah / pasir
 Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan
tanah / pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.
 Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan
lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm,
sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas
90% atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor). Adanya
perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk
lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil
dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL
merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan
dengan baik.
Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem
pondasi itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya.
Seperti diketahui bahwa jika pondasi semakin fleksibel, maka distribusi
tegangan / stress tanah yang timbul akan semakin tidak merata, terjadi
konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dan sebaliknya, jika
pondasi semakin kaku/rigid, maka distribusi tegangan/stress tanah akan
semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal
penurunan yang dialami pondasi.
Dengan pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang
lebih tinggi, maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing

16
kolom dijepit dengan rib-rib beton yang saling mengunci.

E. Keunggulan Dan Kelemahan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba


1. Keunggulan Pondasi sarang laba-laba :
a. Sistem pondasi yang tahan gempa dan telah terbukti
b. Dapat diaplikasi untuk gedung bertingkat 2-10 lantai
c. Menggunakan lebih sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya, lebih
ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton bertulang
d. Ramah lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan
sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan
serta tidak menimbulkan kebisingan disekitarnya.
e. Hemat waktu dalam pengerjaannya dan dapat dilaksanakan secara
industri (pracetak),
f. Potensi Aplikasi, telah diaplikasikan dalam pembangunan gedung-
gedung bertingkat 2-10 lantai, terminal peti kemas. Landasan pesawat
(apron taxiway, runway) terutama di daerah rawan gempa
g. Berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan
mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah dengan
sifat kembang susut yang tinggi
h. Mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata
kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi
bagian dari struktur pondasi
i. KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan
bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate)
lainnya
2. Kelemahan Pondasi sarang laba-laba :
Curah hujan yang begitu tinggi merupakan kendala yang paling
utama karena menyangkut kinerja di lapangan seperti kondisi tempat KSLL
menjadi becek yang mengakibatkan mobilitas kerja terhambat, tanah dan
pasir yang merupakan bagian dari struktur KSLL menjadi lunak dan sulit

17
untuk dipadatkan sehingga uji kepadatannya membutuhkan waktu
pengeringan.

F. Keistimewaan Sistem Konstruksi Dan Bentuk Pondasi Sarang Laba-Laba


Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomis
dan dari segi pelaksanaan.
1. Aspek Teknis
a. Pembesian pada rib dan pelat cukup dengan pembesian minimum.
b. Ketahanan terhadap differential settlement yang tinggi karena bekerjanya
tegangan akibat beban sudah merata di lapisan tanah pendukung. Hal ini
juga disebabkan oleh penyusunan rib yang sedemikian rupa sehingga
membagi luasan pondasi KSLL menjadi petak-petak yang masing-masing
luasnya tidak lebih dari 200 m2 sehingga pondasi KSLL memiliki
ketahanan tinggi terhadap differential settlement.
c. Total settlement menjadi lebih kecil karena meningkatnya kepadatan pada
lapisan tanah pendukung di bawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang
efektif pada lapisan tanah perbaikan di dalam KSLL serta bekerjanya
tegangan geser pada rib terluar dari KSLL.
d. Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab KSLL merupakan
suatu konstruksi yang monolit dan kaku.
e. Perbaikan tanah di dalam KSLL memiliki kestabilan yang bersifat
permanen karena adanya perlindungan dari rib-rib KSLL
f. KSLL juga dapat menggantikan fungsi dari berbagai konstruksi selain
fungsinya sebagai pondasi, antara lain :
 Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga
 Sebagai sloof/balok-balok pengaku
 Sebagai konstruksi pelat lantai (dasar)
 Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah
 Dinding penahan urugan di bawah lantai
 Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah

18
yang ada di bawah lantai
 Pasangan dan plesteran tembok di bawah lantai dasar
 Kolom di bawah peil lantai dasar
 Septic tank dan resapan
 Bak reservoir (bila diperlukan)
 Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian
rupa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir. II.
Sistem Pelaksanaan
a) Karena bentuk dan sistem konstruksi sederhana, dimungkinkan untuk
dilaksanakan dengan peralatan sederhana dan tidak menuntut
keahlian yang tinggi.
b) Pelaksanaan lebih cepat dibandingkan dengan sistem pondasi
lainnya.

Gambar 6. Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan Kekakuan
Ekivalen pada Pondasi KSLL
Sumber : Buku Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto (1984)

19
2. Ekonomis
Dibandingkan dengan sistem pondasi lain, KSLL dapat menekan biaya yang
cukup besar. Secara umum diperoleh penghematan sebesar :
a) 30 % untuk bangunan 3 - 8 lantai
b) 20 % untuk bangunan 2 lantai
c) 30 % untuk bangunan gudang-gudang Kelas I
Sumber : Buku Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto
(1984)

G. Bagian dari pondasi konstruksi sarang laba-laba


Adapun bagian dari Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sebagai berikut :
a. Rib Settlement, merupakan rib utama yang memiliki dimensi paling besar
dan diasumsikan akan menerima beban paling besar, terletak pada tepi
bangunan serta pada bentang-bentang utama.
b. Rib Konstruksi, memiliki dimensi penampang yang bervariasi. Rib ini
membentuk diagonal ruang pada pertemuan antar rib pembagi, dan antara rib
pembagi dengan rib settlement.
c. Rib Konstruksi Bervoute, dibuat membentuk sudut 45° tehadap arah vertikal
rib settlement pada sudut tegak lurus pertemuan antar rib settlement dan
pada perpanjangan rib pembagi yang tegak lurus dengan rib settlement pada
sisi dalam atau luar rib settlement.
d. Rib Pembagi, rib ini dibuat mengikuti denah ruangan dari bangunan yang
dibuat dengan fungsi untuk mendukung dalam beban diatasnya.
e. Pelat Penutup, Pelat ini dibuat menutupi seluruh permukaan lantai dasar.
Pelat penutup ini berfungsi untuk menyebarkan beban yang diterimanya dari
kolom keseluruh rib dan tanah urug di dalamnya.

20
H. Metode pelaksanaan pondasi konstruksi sarang laba-laba
Di bawah ini adalah metode pemasangan pondasi dengan menggunakan
konstruksi sarang laba-laba (KSLL) pada proyek pembangunan pusat
pemerintahan tangerang selatan:
a. Galian tanah pondasi
Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi hendaknya dilaksanakan
setelah papan patok (Bouwplank) dengan penandaan sumbu dan ketinggian
selesai dikerjakan serta setelah disetujui oleh Direksi Pengawas. Terdapat
beberapa tahap galian tanah:
1) Galian tanah tahap I :
seluruh luasan untuk kebutuhan KSLL digali hingga mencapai
elevasi lantai kerja rib konstruksi.
2) Galian tanah tahap II :
Dilaksanakan setelah galian tahap I untuk pekerjaan rib settlement (rib
anti penurunan). Sepanjang jalur rib settlement digali selebar yang
dibutuhkan hingga mencapai elevasi lantai kerja rib settlement, sehingga
menjamin keleluasaan pemasangan pembesian dan acuan serta keamanan
pekerja.
b. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Rib Settlement
Di bawah rib konstruksi maupun rib settlement harus dibuat lantai
kerja. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka bentuk, ukuran dan
mutunya agar dibuat sedemikian rupa, sehingga bisa berfungsi ganda :
1) Sebagai lantai kerja
2) Sebagai penahan acuan rib, sehingga ketebalan rib bisa dijamin
terlaksananya sesuai yang ditentukan.
Pekerjaan ini dilakukan dengan tenaga kerja dan tukang batu di mulai
pada minggu ke I. Apabila muka air tanah tinggi maka lantai kerja bisa di
cetak di luar lokasi pada tempat yang telah di sediakan di area los kerja.
Pada umur 3 hari lantai kerja cetakan tersebut baru bisa di pasang lantai
kerja dengan spesi 1 : 5 dilaksanakan dengan tenaga manusia atau

21
menggunakan mesin pengaduk Molen 150 liter. Untuk lantai kerja Rib
dilaksanakan sebelum pemasangan rakitan besi dan panel bekisting di
pasang dengan ukuran Panel lebar 30 cm x 60 cm tebal 3 cm.
Proses pemasangan lantai kerja :
1. pembuatan lantai kerja ukuran Panel lebar 30 cm x 60 cm tebal 3 cm di
luar lokasi fondasi.

Gambar 7. Pembuatan Lantai Kerja


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
2. pemasangan lantai kerja

Gambar 8. Pemasangan Lantai Kerja


(Sumber: Dokumentasi, 2016)

22
3. pemberian adukan pada lantai kerja

Gambar 9. Pemberian Adukan Pada Lantai Kerja


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
c. Pekerjaan besi
Pekerjaan ini adalah proses dimana pemasangan besi ulir ataupun polos
pada Rib konstruksi dan Rib settlement berikut ini adalah pengerjaan besi:
1. Proses perakitan besi yang di lakukan oleh tukang besi.

Gambar 10. Rakitan Besi


(Sumber: Dokumentasi, 2016)

23
2. Pemberian beton decking

Gambar 11. Pemasangan Beton Decking


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
3. Pemasangan besi pada Rib konstruksi atau pun pada Rib settlement.

(a) (b)
Gambar 12. Pemasangan Bekisting (a) Rib Settlement , (b) Rib Konstruksi
(Sumber: Dokumentasi, 2016)
4. Pemasaran tahu beton yang berfungsi sebagai pemberat.

Gambar 13. Pemasangan Tahu Beton


(Sumber: Dokumentasi, 2016)

24
d. Pemasangan bekisting
Dalam pemasangan bekisting ini, tukang kayu menggunakan kayu racuk
dengan multiplek berukuran 9 mm.
Berikut ini adalah proses pemasangan bekisting:
1. Pembuatan bekisting di luar lokasi dengan ukuran yang sudah di
sesuaikan dengan rib.

(a) (b)
Gambar 14. (a) Bentuk Segi Tiga,(b) Bentuk Persegi
(Sumber: Dokumentasi, 2016)
2. Pemasangan bekisting pada rib konstruksi dan rib settlement.

(a) (b)
Gambar 15.(a) Pemasangan Bekisting Rib Settlement (b) Pemasangan Bekisting
Rib Konstruksi
(Sumber: Dokumentasi, 2016)

25
3. Pemasangan kayu racuk sebagai penopang bekisting-bekisting yang
kemudian siap untuk di cor.

Gambar 16. Kayu Racuk Pada Bekisting


(Sumber: Dokumentasi , 2016)
e. Pengecoran Rib-Rib
Pengecoran rib – rib ini menggunakan mutu beton K250 dengan ketebalan
Rib antara 15-20 cm, pengecoran Rib ini bisa dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan:
1. Cara manual
Cara ini menuntut para pekerja untuk lebih cepat membawa acian K250
ke tempat rib yang akan di cor, berikut adalah proses:
a) Rib – rib yang akan di cor di siram air terlebih dahulu.

Gambar 17. Penyiraman Air Pada Rib


(Sumber: Dokumentasi, 2016)

26
b) Acian K250 dari concrete mixer di bawa langsung dengan gerobak
menujuk rib – rib.

Gambar 18. Pembagian Acian Melalui Bak


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
c) Acian K250 di masukan ke rib-rib, kemudian digetar menggunakan
vibrator agar acian yang masuk kedalam rib-rib rata.

Gambar 19. Vibrator Pada Rib Manual


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
d) Hasil pengecoran di diamkan selama ± 24 jam, jika terjadi hujan
maka hasil pengecoran ditutup menggunakan terpal.
2. Cara menggunakan bucket
Pengecoran dengan menggunakan bucket hamper sama dengan cara
manual di awal, berikut adalah proses pengecoran menggunakan bucket:
a) Sama seperti pengecoran manual pada pengecoran menggunakan
bucket juga menyiram rib – rib yang akan di cor dengan air terlebih
dahulu.

27
b) Mempersiapkan bucket, untuk kemudian di pasang pada tali tower
crane.

Gambar 20. Persiapan Bucket


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
c) Memasukan acian K250 pada bucket

Gambar 21. Memasukan Acian Pada Bucket


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
d) Memasukan acian K250 di bucket ke Rib.

Gambar 22. Penggunaan Bucket Pada Rib


(Sumber: Dokumentasi, 2016)

28
e) Acian K250 di masukan ke rib-rib dari bucket, kemudian digetar
menggunakan vibrator agar acian yang masuk kedalam rib-rib rata
yang sama dengan cara manual.
f) Sama seperti cara manual hasil pengecoran didiamkan selama ± 24
jam.
f. Pelepasan bekisting rib – rib.
Setelah tahap pengecoran selesai dan acian beton sudah di diamkan
selama ± 24 jam dan sudah mengering maka bekisting boleh di lepaskan.
Berikut ini adalah hasil pengecoran yang bekistingnya sudah dilepas:

Gambar 23. Hasil Pengecoran Rib


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
g. Pengurugan dan pemadatan
Pengurugan dan pemadatan tanah di lakukan ketika rib-rib sudah di
cor, dalam pengerjaan ini pada awalnya pengurugan menggunakan tanah
merah karena tanah asli dari proyek mengandung humus tapi kemudian
faktor cuaca mempengaruhi dan tanah merah di ganti dengan sirtu (pasir
batu). Proses pengurugan dan pemadatan adalah :

29
1. Pengurugan rib-rib

Gambar 24. Pengurugan Tanah Pada Pondasi


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
2. Pemadatan
Pemadatan pada fondasi ini dilakukan setelah umur beton 2 hari
menggunakan tapping rammer dengan ketentuan setiap kali pemadatan
tebalnya 20 cm, karena pengurugan tanah menggunakan sirtu maka
pengetesan sandcone tidak diperlukan Mengingat bahwa pemadatan
tanah ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan
KSLL, maka diminta perhatian/konsentrasi yang tinggi dari pihak
pemborong maupun direksi pengawas dalam pelaksanaan pemadatan
ini.

Gambar 25. Pemadatan Menggunakan Tapping Rammer


(Sumber: Dokumentasi ,2016)

30
h. Lantai Kerja Plat
Setelah pengurugan pasir dilakukan, maka sebelum pekerjaan
pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi lapisan lantai
kerja dengan tebal 3 cm.

Gambar 26. Pemasangan Lantai Kerja


(Sumber: Dokumentasi, 2016)
i. Cor Plat KSLL
Sebelum pengerjaan cor plat KSLL dilakukan pembesian terlebih
dahulu untuk kemudian cor plat dengan tebal 15 cm dan menggunakan
mutu beton K300. pengerjaan cor plat biasanya menggunakan Concrete
Pump serta untuk bagian lift ditambakan fosroc agar mencegah terjadi
rebesan muka air tanah pada elevasi rendah.

(a) (b)
Gambar 27. (a) pemasangan besi , (b) cor plat KSLL
(Sumber: Dokumentasi, 2016)

31
I. Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada
Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban

Gambar 28. Perbandingan Proses Penyebaran Beban pondasi konstruksi sarang laba-laba
Sumber : Buku Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto (1984)
Proses penyebaran beban pada pondasi KSLL pada Gambar 28 di atas,
kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Terdapat beban P1 dan P2 pada kolom
 Melalui tulangan melingkar yang terdapat di sekeliling kolom, beban P 1 dan
P2 disebarkan ke pondasi KSLL (rib beton dan tanah yang dipadatkan)
 Beban lalu diteruskan ke tanah dasar dengan sudut penyebaran beban sebesar
450. Pada gambar 7, beban P1 dan P2 diuraikan menjadi beban yang nilainya
lebih kecil dan tersebar secara merata untuk melawan tekanan tanah w.

J. Analisis Dan Perancangan Struktur Bawah


1. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kemampuan tanah untuk
mendukung beban baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di
atasnya tanpa terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (ultimate bearing
capacity) adalah daya dukung terbesar dari tanah. Daya dukung ini merupakan
kemampuan tanah untuk mendukung beban dengan asumsi tanah mulai
mengalami keruntuhan. Besar daya dukung yang diijinkan sama dengan daya

32
dukung batas dibagi angka keamanan ;
qu = q (1)
Dimana nilai FK berkisar 1.5 - 3.0.
Kapasitas daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh parameter φ, c
dan γ serta bentuk alas pondasi. Terdapat berbagai metode untuk menghitung
kapasitas dukung tanah dasar dan metode yang sering digunakan dalam
mekanika tanah adalah Berdasarkan perumusan yang diturunkan oleh
terzaghi, mayerhof (1953, 1963) mengembangkan perumusan umum (general
formula) daya dukung pondasi dangkal. Berikut ini adalah persamaan daya
dukung mayerhof:
qult= c . Nc . sc . ic . dc + q . Nq . sq . iq . dq + ½ . B. Nγ . sγ . iγ . dγ (6)
Persamaan faktor daya dukung menurut mayerhof
π
Nq = e tan Ø tan2 (45 + Ø/2) (7)

Nc = (Nq – 1) cot Ø (8)


Nγ = (Nq – 1) tan (1,4 Ø) (9)

Tabel 2. Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Kemiringan


Untuk Persamaan Daya Dukung Meyerhof
Faktor Nilai Untuk
Bentuk Semua ∅
= 1 + 0,2
∅ > 10˚
∅= 0
= = 1 + 0,1
= = 1
Kedalaman Semua ∅
= 1 + 0,2
∅ > 10˚
∅= 0
= = 1 + 0,1
= = 1
Kemiringan ˚ Semua ∅
= = 1−
90˚ ∅ > 10˚
˚ ∅= 0
= 1−
∅˚
= 1
Dimana = 45˚ + ∅ 2
Sumber : Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto, M.Eng (2002).

33
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya dukung ialah :
a. Kedalaman pondasi
b. Lebar / alas pondasi
c. Berat satuan tanah (bila tanah terendam γ berkurang, maka daya
dukung berkurang)
d. Apabila sudut geser dalam (Ø), kohesi (c) dan kedalaman (Df) makin
besar, maka makin tinggi daya dukungnya.
Pada studi kasus dalam analisa ini adalah pola keruntuhan geser
setempat (local shear failure). Hal ini dikarenakan kondisi tanah relatif
sangat lunak, sehingga setelah beban pondasi bekerja akan terjadi
penurunan.

2. Analisa tegangan tanah


a. Tegangan tanah akibat beban bangunan menggunakan metode boussinesq
Analisis tegangan yang terjadi di dalam massa tanah akibat pengaruh
beban titik di permukaan dapat dilakukan dengan meenggunakan teori
boussinesq (1885). Anggapan-anggapan yang digunakan pada teori
boussinesq adalah:
1) Tanah merupakan bahan yang bersifat elastis, homogen, isotropis dan
semi tak terhingga (semi-infinite)
2) Tanah tidak mempunyai berat
3) Ubungan tegangan-regangan mengikuti hokum hooke
4) Distribusi tegangan akibat beban yang bekerja tidak bergantung pada
jenis tanah
5) Distribusi tegangan simetris terhadap sumbu vertical (z)
6) Perubahan volume tanah diabaikan
7) Tanah tidak sedang mengalami tegangan sebelum beban Q diterapkan.
Berdasarkan pengamatan, tegangan vertikal tidak tergantung pada E
dan µ, sedangkan tekanan lateral bergantung pada µ dan tidak

34
bergantung pada E. Dalam hitungan distribusi tegangan akibat beban
struktur, tegangan yang terjadi biasanya dinyatakan dalam istilah
tambahan tegangan (stress increment) yaitu Δσ. Karena dalam kenyataan,
tegangan yang diakibatkan oleh beban struktur merupakan tambahan
tegangan pada tekanan overburden (tekanan vertical akibat berat tanahnya
sendiri). Jadi, sebenarnya tanah sudah mengalami tegangan sebelum beban
struktur bekerja.

Gambar 29 . Tambahan tegangan dan distribusi tegangan dalam tanah akibat baban titik
Sumber : mekanika tanah 2, harry crystadi
Tambahan tegangan vertikal (∆σz) akibat beban titik dianalisis
dengan meninjau sistem tegangan pada koordinat silinder. Tambahan
tegangan vertikal (∆σz) pada titik A dalam tanah akibat bebab titik Q
dipermukaan dinyatakan :
Q 1 5/2
∆σ= 2 . 1+ r/z 2 (10)
2πz

Factor pengaruh
/
I . /
(11)

Sehingga tambahan tegangan vertikal dalam tanah menjadi:


Q
∆σZ = I
z2 B
(12)

Nilai IB disajikan juga dalam bentuk grafik (Gambar III.2 ), nilai


faktor pengaruh beban titik IB untuk Boussinesq, dan faktor pengaruh

35
beban titik IW untuk Wastergaard. Tegangan geser yang terjadi akibat
beban titik adalah :
3 rz2
τrz = 2π
. 2 5/2
(13)
(r2 +z )

Gambar 30 . Nilai faktor pengaruh teori Boussineq dan Westergaard (Taylor, 1948)
Sumber : mekanika tanah 2, harry crystadi

b. Tegangan tanah akibat beban bangunan menggunakan metode newmark


Metode Newmark (1942) ini mencoba menurunkan perumusan yang
bersifat umum yang dapat dipakai untuk mencari besamya tekanan akibat
beban merata segala bentuk luasan di sembarang titik kedalaman. Metode
yang digunakan didasarkan pada pengembangan perumusan penyebaran
tekanan akibat beban merata berbentuk lingkaran yang diturunkan oleh
Boussinesq. Metode pengaruh Newmark digunakan untuk memperoleh
tekanan tanah dibawah sudut suatu beban merata berbentuk persegi dengan
dimensi 2a x 2b pada kedalaman z, seperti gambar dibawah ini.

36
Gambar 31. Beban Merata Berbentuk Persegi
Sumber : mekanika tanah 2, harry crystadi

Dengan : m = a/z dan n = b/z


Atau : (σz)o = KN . q (14)
Dimana :
KN = faktor pengaruh newmark (tabel 3)
Tekanan vertikal di pusat sama dengan 4 kali tekanan vertikal di sudut
O, dengan demikian untuk tekanan vertikal di pusat dapat ditentukan
dengan persamaan :
σz = 4lσ . q (15)

37
Tabel 3. Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata
Berbentuk Luasan Persegi Berdasarkan Persamaaan Newmark

Sumber : buku principles of foundation engineering , jilid 7 Braja M Das

38
c. Tegangan tanah akibat beban bangunan menggunakan metode westergaard
Teori westergaard lebih cocok untuk tanah berlapis, hasil tegangan
yang dihitung lebih kecil dari Boussinesq. Dalam praktek Boussinesq lebih
banyak digunakan.
Tambahan tegangan sebuah titik dalam tanah akibat beban titik
dipermukaan dinyatakan:

Q 1-2μ 2-2μ
∆σz = 3/2
(16)
2πz2 1-2μ / 2-2μ + r/z 2
Untuk angka µ = 0, maka

Q 1
∆σz = 3/2
(17)
πz2 1+2 r/z 2

Persamaan dapat ditulis dalam bentuk


Q
∆σz = Iw (18)
z2

Dengan IW adalah faktor pengaruh fungsi dari r/z. Nilai faktor


pengaruh sesuai dengan pembebanan dapat dilihat pada Gambar 30.
Beban-beban terbagi rata berbentuk luasan bujur sangkar dan berbentuk
lajur memanjang tidak berhingga ditunjukan Gambar 32.

Gambar 32. Isobar tegangan vertikal untuk beban terbagi rata bentuk lajur memanjang dan bujur
sangkar
Sumber : mekanika tanah 2, harry crystadi
.

39
Isobar faktor pengaruh Boussinesq untuk fondasi empat persegi panjang
juga dapat digambarkan dengan teori Westergaard untuk angka Poisson µ = 0 (
Gambar 33 )

Gambar 33.Faktor pengaruh dibawah sudut luasan segi empat


Sumber : mekanika tanah 2, harry crystadi

a. Tegangan tanah akibat beban bangunan menggunakan metode 2V : 1H

Gambar 34. Penyebaran Beban 2V : 1H


Sumber: mekanika tanah II, Harry Cristady Hadiyatmo

Salah satu cara untuk menghitung penambahan tegangan akiban beban


pondasi adalah dengan membuat garis penyebaran beban 2V:1H. dalam
cara ini dianggap beban pondasi Q didukung dengan pyramid yang

40
mempunyai kemiringan sisi 2V:1H yang dapat dilihat pada gambar.
Dengan cara pendekatan ini nilai tambahan tegangan vertikal dinyatakan
dengan persamaan:
a) Untuk pondasi empat persegi panjang
∆ = (19)

atau
∆ = (20)

b) Untuk pondasi lajur memanjang


∆ = (21)

Keterangan:
∆ = tambahan tegangan vertikal (KN/m2)
= Beban total pada dasar pondasi (KN)
= beban terbagi rata pada dasar pondasi (KN/m2)
= Panjang pondasi (m)
= Lebar pondasi (m)
= kedalaman dasar pondasi (m)

3. Penurunan / Settlement
Penurunan pondasi akibat beban yang bekerja pada pondasi dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis penurunan, yaitu :
a. Penurunan Seketika (Immediately Settlement)
Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu
pembebanan bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi berkisar antara 0 –
7 hari dan terjadi pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai
derajat kejenuhan (Sr %) < 90%.
Rumus penurunan seketika / Immediately Settlement dikembangkan
berdasarkan teori elastis dari Timoshenko dan goodier (1951), sebagai
berikut:

41
– 2
Si = q . B . . (22)
Dimana :
q = besarnya tegangan kontak
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan
kekakuan pondasi
µ = angka poisson ratio
Es = sifat elastisitas tanah

Dalam perhitungan penurunan seketika / Immediately Settlement


diperlukan faktor pengaruh bentuk pondasi dan kekakuan pondasi (Iw),
angka poisson ratio (µ), dan sifat elastisitas tanah (Es).

Tabel 4. Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi dan Kekakuan Pondasi
(Iw)
Flexible Rigid
Shape Center Average lw im
Circle 1,0 0,04 0,85 0,88 6,0
Square 1,12 0,56 0,95 0,82 3,7
Rectangle:
L/B = 0,2 - - - - 2,29
0,5 - - - - 3,33
1,5 1,36 0,68 1,15 1,06 4,12
2,0 1,53 0,77 1,30 1,20 4,38
5,0 2,10 1,05 1,83 1,70 4,82
10,0 2,54 1,27 2,25 2,10 4,93
100,0 4,01 2,00 3,69 3,40 5,00
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma

42
Tabel 5. Angka Poisson Ratio (µ) Menurut Jenis Tanah
Jenis tanah Angka poisson
Lempung jenuh 0,4 – 0,5
Lempung tak jenuh 0,1 – 0,3
Lempung berpasir 0,2 – 0,3
lanau 0,3 -0,35
Pasir padat 0,1 – 1,00
batuan 0,1 - 0,4
Tanah lus 0,1 – 0,3
Es 0,36
Beton 0,15
Sumber : Bowles Dalam Analisis Dan Desain Pondasi Jilid 1, 1997

Tabel 6. Nilai Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah


Jeni tanah Es (mpa)
Lempung
Sangat lunak 2 -15
Lunak 5 – 25
Sedang 15 – 40
kasar 50 - 100
Berpasir 25 - 250
Pasir
Berlanau 5 - 20
Tidak Padat 10 – 25
Padat 50 - 80
Pasir dan Kerikil
Padat 100 – 200
Tidak Padat 50 - 150
Lanau 2 - 20
Loses 15 - 60
Cadas 140 - 1400
Sumber : Buku Mekanika Tanah, Braja M Das Jilid 2

b. Penurunan Konsolidasi / Consolidation Settlement


Yaitu penurunan yang diakibatkan keluarnya air dalam pori tanah
akibat beban yang bekerja pada pondasi, besarnya ditentukan oleh waktu
pembebanan dan terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100%), mendekati jenuh

43
(Sr = 90%-100%) atau pada tanah berbutir halus (K 10-6 m/s). Terzaghi
(1925) memperkenalkan teori konsolidasi satu arah (one way) untuk tanah
lempung jenuh air. Teori ini menyajikan cara penentuan distribusi
kelebihan tekanan hidrostatis dalam lapisan yang sedang mengalami
konsolidasi pada sembarang waktu setelah bekerjanya beban. Beberapa
asumsi dasar dalam analisis konsolidasi satu arah antara lain :
 tanah bersifat homogen,
 derajat kejenuhan tanah 100 % (jenuh sempurna)
 partikel / butiran tanah dan air bersifat inkompresibel (tak
termampatkan)
 arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya dalam arah vertikal
Ketebalan lapisan tanah yang diperhitungkan adalah setebal lapisan
tanah lempung jenuh air yang ditinjau.
Penurunan konsolidasi yang tejadi dibagi dua, yaitu :
1) Penurunan Konsolidasi Primer
Penurunan yang terjadi ketika gradien tekanan pori berlebihan
akibat perubahan tegangan didalam stratum yang ditinjau. Pada akhir
konsolidasi primer kelebihan tekanan pori mendekati nol dan
perubahan tegangan telah beralih dari keadaan total ke keadaan efektif.
Penurunan tambahan ini disebut penurunan sekunder yang terus
berlanjut untuk suatu waktu tertentu.
Penurunan konsolidasi primer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
 Penurunan Tanah Normal Konsolidasi
Apabila lengkungan bertambah secara tajam (patah) mendekati
tekanan tanah efektif akibat beban yang berada diatasnya (Po),
maka dapat dianggap bahwa tanah tersebut terkonsolidasi normal.
Artinya struktur tanah terbentuk akibat akumulasi tekanan pada
saat deposit yang ada bertambah dalam.
Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam perhitungan
penurunan / settlement pada kondisi tanah normal konsolidasi,

44
adalah sebagai berikut :
Nilai OCR < 1
H P '
SC = CC . 1+ e0
log P 1 ' (23)
C

 Penurunan Tanah over konsolidasi


Sedangkan apabila patahan yang terjadi pada tekanan yang
lebih besar dari Po, maka dapat dianggap tanah tersebut mengalami
over konsolidasi. Tanah over konsolidasi adalah tanah yang pernah
menderita beban tekanan efektif yang lebih besar daripada tegangan
yang sekarang.
Nilai OCR > 1
1. Bila P1’ < Pc’

= .
log (24)

2. Bila P1’ > Pc’



= .
log + .
log (25)

pada kurva penambahan beban atau pada P’ > Pc’



= ∆ (26)

pada kurva pelepasan beban atau pada P’ < Pc’



= ∆ (27)

2) Penurunan konsolidasi sekunder


Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi
pada saat terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang
ditinjau (atau pada contoh di laboratorium). Pada tanah yang jenuh
tidak akan mungkin terdapat pengurangan angka pori tanpa
terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih. Tingkat
penurunannya sangat rendah sehingga tekanan pori yang berlebih tidak
dapat diukur. Tekanan sekunder merupakan penyesuaian kerangka
tanah yang berlangsung beberapa saat sesudah tekanan pori yang

45
berlebih menghilang.
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan
persamaan:
. ( )
Scs =

(28)

Dimana :
Scs = penurunan / Settlement (cm)
Cα = indeks pemampatan sekunder
Eo = angka pori
H = tebal lapisan tanah
Jadi penurunan total (St) yang terjadi adalah :
St = Si + Scp + Scs (29)
Dimana :
St = penurunan total
Si = penurunan seketika
Scp = penurunan konsolidasi primer
Scs = penurunan konsolidasi sekunder

d. Daya Dukung Tanah Konstruksi Sarang Laba-Laba


Untuk Konstruksi Sarang Laba-Laba, perkiraan kapasitas daya dukung tanah
ditentukan berdasarkan perumusan :
= 1,5 . ( ) (30)
Dimana :
qa pondasi rakit = qult / n (n = angka keamanan = 3)
qa (KSLL) diambil 1,5 qa (pondasi rakit) karena bekerjanya faktor-faktor
yang menguntungkan pada KSLL, dibandingkan pondasi rakit sebagai
berikut:
 Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memiliki kekakuan lebih tinggi
daripada pondasi rakit.
 Sistem pemadatan tanah yang efektif didalam KSLL ikut memperbaiki dan

46
menambah kepadatan / meningkatkan daya dukung dari tanah pendukung.
 Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.
 Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat dibagian atas rib, yang
menyebabkan tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada
lapisan tanah pendukung.
 KSLL memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari
perbaikan tanah didalamnya.

e. Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum Yang Timbul Konstruksi


Sarang Laba-Laba
Tegangan Tanah Maksimum dihitung dengan rumus :

= ± ± (31)

Dimana :
R = ∑P = Resultante dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom
dan beban - beban dinding diatas KSLL.
A = Luasan KSLL
Ix,Iy = Momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y

= =

ex,ey = Eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap titik pusat luasan


pondasi
x,y = Koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau
Menurut pemilik hak paten dari pondasi konstruksi sarang laba-laba
(KSLL) yaitu PT.Katama Suryabumi, Selain terdapat perhitungan daya dukung
dan penurunan pada pondasi konstruksi sarang laba-laba (KSLL) terdapat juga
perhitungan rib yang sudah dilakukan banyak penelitian namun sebenarnya
perhitungan tekanan lateral dan guling dalam pondasi ini juga sudah
diperhitungkan dan dapat di katakan aman walaupun kedua perhitungan ini
belum terdapat penelitiannya secara teoritis atau berupa tugas akhir yang
meninjau secara khusus.

47
K. Pengenalan Software Plaxis
Plaxis adalah salah satu program aplikasi komputer untuk menganalisis
deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik, seperti
daya dukung tanah dan penurunan. Selain itu Plaxis menyediakan berbagai
analisa tentang displacement, tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah, faktor
keamanan dan lain-lain.
Dalam memodelkan elemen tanah di program elemen hingga terutama
PLAXIS, biasa dapat dilakukan dalam kondisi drained dan kondisi undrained.
Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan air untuk masuk/keluar dari tanah pada waktu
tertentu saat tanah tersebut diberikan beban. Sehingga kondisi drained dan
undrained dalam program elemen hingga tergantung pada pemodelan yang
dilakukan pada saat tanah diberikan beban.
Kondisi undrained adalah kondisi dimana tidak ada pergerakan atau aliran
air pori dari tanah dan tidak ada perubahan volume tanah. Pada keadaan ini,
beban luar yang bekerja akan menimbulkan tegangan air pori berlebih di dalam
tanah karena pembebanan dilakukan dalam waktu yang relatif cepat. Sedangkan
yang dimaksudkan untuk kondisi drained adalah kondisi dimana air terdapat
pergerakan/aliran air pori dari tanah. Pada keadaan ini beban luar yang bekerja
tidak menimbulkan tegangan air pori berlebih karena pembebanan yang
dilakukan dalam waktu yang relatif lambat. Oleh sebab itu air masih tetap dapat
bergerak masuk atau keluar dari tanah. Secara sederhana kondisi drained dan
undrained dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kondisi drained
a. Tanah ber-permeabilitas tinggi
b. Beban luar bekerja dalam waktu relatif lambat
c. Perilaku jangka pendek tanah tidak kritis
d. Perilaku jangka panjang kritis
2. Kondisi undrained
a. Tanah ber-permeabilitas rendah

48
b. Beban luar bekerja dalam waktu relatif cepat
c. Perilaku jangka pendek tanah kritis
d. Perilaku jangka panjang tidak kritis
Secara umum analisa undrained dilakukan dalam parameter tegangan total,
sehingga parameter kuat geser yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Kuat geser undrained ( C = Cu = Su, φ = 0 )
- Kekakuan Undrained ( E = Eu, υu = 0.5 )
Namun dalam analisa pada program elemen hingga terutama PLAXIS,
pemodelan kondisi undrained tidak sesederhana pemodelan dalam kondisi
drained. Dalam PLAXIS, kondisi undrained dapat dimodelkan dalam 3 parameter
input dengan hasil yang berbeda-beda yang dikenal dengan istilah analisa
Undrained A, Undrained B, Undrained C. Berikut adalah detail dan perbedaan
dari tiap analisa :
1) Undrained A (Method A)
Perhitungan dengan analisa Undrained A dilakukan dalam analisa
tegangan efektif, dimana digunakan parameter kuat geser efektif dan
parameter kekakuan efektif. Pada analisa ini dapat dihasilkan nilai tegangan
air pori yang terjadi. Namun tepat atau tidaknya perhitungan tergantung pada
model dan parameter tanah. Sedangkan untuk kuat geser undrained (Su),
bukan merupakan parameter input melainkan merupakan hasil dari model
konstitutif yang akan digunakan. Kuat geser undrained ini harus diperiksa
dengan data hasil sesungguhnya.
Berikut adalah detail parameter yang digunakan dalam Undrained A :
- Jenis Analisa : Effective Stresses Analysis
- Tipe material : Undrained (Undrained A)
- Kuat geser tanah efektif : c’ , φ’ , ψ’
- Kekakuan tanah efektif : E50’ , v’

49
2) Undrained B (Method B)
Perhitungan dengan analisa Undrained B dilakukan dalam analisa
tegangan efektif, dimana digunakan parameter kekakuan efektif dan parameter
kuat geser undrained. Pada analisa ini dapat dihasilkan nilai tegangan air pori
yang terjadi. Namun hasil yang diberikan sangat tidak akurat sehingga pada
umumnya tidakd apat digunakan. Sedangkan untuk kuat geser undrained (Cu
= Su) merupakan parameter input. Sehingga analisa ini tidak akan
memberikan kesalahan perhitungan dalam kestabilan undrained. Berikut
adalah detail parameter yang digunakan dalam Undrained B :
- Jenis Analisa : Effective Stresses Analysis
- Tipe material : Undrained (Undrained B)
- Kuat geser tanah efektif : c = cu , φ = 0 , ψ = 0
- Kekakuan tanah efektif : E50’ , v’
3) Undrained C (Method C)
Perhitungan dengan analisa Undrained C dilakukan dalam analisa
tegangan total, dimana digunakan parameter kekakuan undrained dan
parameter kuat geser undrained. Pada analisa ini tidak dapat dihasilkan nilai
tegangan air pori, sehingga hasil analisa tegangan efektif harus
diinterpretasikan sebagai tegangan total. Sedangkan untuk kuat geser
undrained (Cu = Su) merupakan parameter input. Sehingga analisa ini tidak
akan memberikan kesalahan perhitungan dalam kestabilan undrained. Berikut
adalah detail parameter yang digunakan dalam Undrained C :
- Jenis Analisa : Total Stresses Analysis
- Tipe material : Drained / non-porous (Undrained C)
- Kuat geser tanah efektif : c = cu , φ = 0 , ψ = 0
- Kekakuan tanah efektif : Eu , v = 0.495

50
Tahapan analisis pada plaxis adalah sebagai berikut :
1. Proses Input
Secara umum terdapat 4 jenis input data, yaitu input dari geometri objek,
input berupa teks, angka dan input data berupa pemilihan data yang tersedia.
Dimensi geometrik merupakan batasan untuk tempat penggambaran dari
objek yang didapat diisi sesuai dengan kebutuhan. Inputan dapat dibagi
menjadi dua tahap :
a) Input gambar
Setelah mengisi general setting, hal yang selanjutnya dilakukan
adalah melakukan input gambar dalam hal ini yang dilakukan adalah
menggambar batas permasalahan, menggambar cross section,
menggambar batas layer, menggambar pondasi KSLL dan menggambar
distributed load.
b) Input material
Setelah melakukan input gambar, hal yang selanjutnya dilakukan
adalah input material. Hal ini berkaitan dengan parameter-parameter
tanah juga pemodelan tanah yang akan digunakan.
Pada tab general input yang dilakukan adalah :
 Material set: nama material, model material dan tipe material.
 General properties: berat isi kering tanah (γunsat) dan berat isi
basah tanah (γsat).
 Permeability: permeabilitas tanah arah x dan y (m/day).
Pada tab parameter input yang dilakukan adalah :
 Stiffnes: Modulus young (E), Poisson ratio (υ).
 Strength: kohesi (cref), sudut geser (φ), dilatansi (ψ).
2. Calculation
Perhitungan dalam Plaxis meliputi perhitugan aliran air tanah,
konsolidasi dan deformasi. Perhitungan dalam Plaxis menggunakan prosedur
tertentu, yaitu tersedianya faktor perbesaran agar output hasil perhitungan
sesuai dengan keadaan di lapangan. Selain itu, Plaxis dapat juga melakukan

51
penyesuaian data selama analisis. Beberapa fasilitas yang dapat digunakan
dalam bagian ini adalah analisis plastis, konsolidasi, dinamis, tahapan
konstruksi dan analisis faktor aman model dengan phi-c reduction dimana
nilai aman yang terjadi ditunjukan terlihat pada sheet multipier ΣMsf.
a. Output Plaxis
Modul plaxis output menjadi salah satu modul yang berfungsi
menampilkan hasil analisis sekaligus alat evaluasi terhadap model.
Beberapa penjelasan mengenai hasil tampilan plaxis output disampaikan
pada uraian berikut :
a) Deformed mesh merupakan tampilan plaxis output yang
memperlihatkan bentuk deformasi model hasil analisis.
b) Total displacement dapat dipakai untuk melihat seberapa besar
displacement yang terjadi, tentu saja sesuai arah displacementnya.
c) Vertical atau horizontal displacement dipakai untuk melihat besarnya
displacement, secara terpisah baik untuk arah sumbu horizontal
ataupun vertikal.
d) Total increments merupakan increment vector displacement pada
setiap nodal sesuai dengan tahap kalkulasi yang dimunculkan pada
geometri aslinya (undeformed). Sedangkan untuk tampilan searah
sumbu x atau sumbu y dapat dipakai vertikal dan horizontal
increments.
e) Total strains merupakan regangan total yang terjadi pada akhir tahap
kalkulasi dari objek yang ditinjau. Total strain ditampilkan dalam
format gambar dalam keadaan undeformed. Panjang pendeknya garis
menunjukan besarnya regangan yang terjadi.
f) Incremental strains merupakan increment regangan pada tampilan
geometrisnya, sesuai tahap kalkulasi sebelumnya. Nilai negatif,
menunjukan adanya bagian yang tertekan. Ketika memakai 6-noded
elements, maka hanya ditampilkan satu titik tiap elemen yang
mempresentasikan rata-rata regangan dari tiga strespoint. Ketika

52
dipakai 15-noded elemen juga hanya ditanpilkan tiga titik regangan
dari dua belas stresspoint tiap elemen. Sebagai alternatif lain, maka
tampilan dapat diubah dengan memilih kontur atau arsiran yang
dipilih dari combo box yang ada.
g) Effective stress diapakai untuk mengetahui tegangan efektif yang
terjadi pada akhir tahap kalkulasi, yang ditampilkan dalam format
undeformed.
h) Total stress dipakai untuk menggambarkan seberapa besar tegangan
total pada tiap-tiap elemen tinjauan.
i) Plastic points untuk mengetahui bagian elemen yang dalam keadaan
plastis atau elastis yang ditandai dengan tampilan warna yang
berbeda.
j) Active pore pressure merupakan tampilan yang menggambarkan
tekanan total air pada akhir tahapan kalkulasi, yang digambarkan
dalam keadaan undeformed.
k) Excess pore pressure merupakan tampilan tekanan air yang
berhubungan dengan pembebanan clusters dalam keadaan undrained
pada akhir tahapan kalkulasi.
l) Groundwater head merupakan pembagian nilai tekanan air aktif
dengan berat air ditambah posisi vertikal.
m) Flow Field menunjukan arah aliran pada akhir tahap kalkulasi dari
pekerjaan yang sedang ditinjau, yang ditampilkan dalam bentuk
panah, kontur atau arsiran.
n) Dalam tugas akhir inic output yang diambil sebagai tahap akhir
adalah hasil output deformed mesh, total displacement dan total
stress yang terjadi.

53
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Data Umum
Dalam menganalisis daya dukung pondasi pada proyek pembangunan gedung
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1 Pusat Pemerintahan Tangerang
Selatan diperlukan parameter-parameter yang jelas sehingga dapat ditentukan
keamanan suatu konstruksi yang sesuai dengan kondisi lapangan. Parameter-
parameter tersebut diantaranya yaitu :
1. Data Tanah
Data tanah yang digunakan adalah hasil pengujian lapangan SPT dan
laboratorium oleh PT. Katama Surya Bumi selaku sub kontaktor pada
proyek pembangunan Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan. Data tanah
terdiri dari :
a. Berat jenis tanah
b. Ukuran butir tanah
c. Kohesi tanah
d. Sudut geser tanah
e. Kadar air

B. Lokasi pengujian lapangan


Dalam penelitian ini hanya meneliti struktur bangunan pondasi pada
proyek pembangunan Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan. Oleh karena itu
untuk peninjauan titik yang diuji adalah titik DB-1. Lokasi yang dimaksud
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 35. Titik Pengujian SPT Yang Ditinjau
Sumber : Data Kontraktor, 2016

Gambar 36. Potongan Samping Gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1 Yang Di
Tinjau
Sumber : Data Kontraktor, 2016

55
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat
mengumpulkan data yang mendukung agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
dengan baik. Beberapa cara yang dilakukan antara lain :
a. Melakukan Studi Kepustakaan
Melakukan review dan studi kepustakaan terhadap jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan pondasi konstruksi sarang laba-laba, dan
permasalahan daya dukung pondasi konstruksi sarang laba-laba sebagai
referensi untuk penulisan Tugas Akhir Ini.
b. Metode Observasi
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis pondasi
konstruksi sarang laba-laba diperoleh dari hasil survey langsung ke lokasi
proyek pembangunan gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1
Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan.
c. Pengambilan Data
Pengambilan data yang diperlukan dalam perencanaan diperoleh dari
PT. Katama Suryabumi selaku sub kontraktor dan pemilik hak paten
pondasi konstruksi sarang laba-laba berupa hasil bored log, hasil SPT, data
laboratorium pemeriksaan tanah dan gambar sruktur.

D. Proses Perancangan
Tahapan proses perancangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Pada tahap ini penulis mulai mengumpulkan bahan referensi pendukung,
dimana beban tersebut didapat pada sebuah jurnal (penelitian yang
dilakukan sebelumnya) dan buku – buku yang mendukung dalam
penelitian ini yang membahas tentang kapasitas dukung pondasi dangkal.
2. Pengumpulan Data
Proses kedua yang dilakukan adalah pengumpulan data, penelitian ini
menggunakan data tanah pada proyek pembangunan gedung Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) 1 Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan,

56
dimana data yang dikumpulkan tersebut adalah data tanah, data pondasi
konstruksi sarang laba-laba dan gambar kerja.
3. Analisis Daya Dukung dan Penurunan pondasi konstruksi sarang laba-laba
dengan metode manual dan software plaxis.
Pada tahap ini adalah tahap dimana peneliti menghitung daya dukung
pondasi berdasarkan data tanah dengan menggunakan metode mayerhof
menggunakan data laboratorium dari hasil penyelidikan tanah dan
menggunakan data SPT dari hasil penyelidikan tanah. Dalam tahap ini
peneliti juga menganalisis penurunan pondasi konstruksi sarang laba-laba
di hitung dengan menggunakan metode pengaruh Newmark selain itu daya
dukung dan penurunan di hitung juga dengan menggunakan software
plaxis.
4. Hasil Analisis
Pada tahap ini peneliti mendapatkan hasil analisis data dari tahap analisis
daya dukung dan penurunan pondasi konstruksi sarang laba-laba secara
manual dan software plaxis.
5. Kesimpulan Dan Saran
Pada tahap ini peneliti dapat menyimpulkan hasil analisis daya dukung dan
penurunan yang terjadi pada gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) 1 Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan.

57
E. Flow Chart Metodologi Penelitian

Mulai

Pengumpulan data dan literatur:


1. Study kepustakaan
2. Data penyelidikan tanah

Analisis data

Menentukan nilai-nilai beban terpusat kolom (P) pada struktur atas yang
membebani pondasi KSLL menggunakan Etabs.

Perhitungan daya dukung menggunakan Metode mayerhof

Perhitungan penurunan dengan metode Metode pengaruh newmark


mencari tegangan tanah

Pemodelan daya dukung dan penurunan dengan menggunakan software plaxis

Analisa hasil perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi


KSLL antara manual dan menggunakan software plaxis .

Kesimpulan & saran

Selesai

Gambar 37. Flowchart Metodologi Penelitian

58
F. Waktu Penelitian

Adapun rencana waktu penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Tabel 7. Rencana Waktu Penelitian.

Sumber : Hasil Analisis, 2016


Kegiatan :

Rencana Waktu Penelitian


Realisasi Waktu Penelitian

59
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data Tanah


Analisis data tanah merupakan hasil penyelidikan tanah di lokasi
proyek pembangunan gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1 pada
Pusat Pemerintahan Tangerang Selatan, yang berlokasi di Jalan Raya Maruga
2, Tangerang Selatan. Analisis ini terdiri dari analisis data sondir, boring,
atterberg limits, specific gravity test, liquid and plastic limits test,
casagrande’s plasticity chart, uniconfined compression test dan data
konsolidasi.
Penyelidikan Boring pada tanah di lokasi proyek pembangunan
gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1 pada Pusat Pemerintahan
Tangerang Selatan, dilakukan sebanyak 1 (satu) titik. Dari hasil penyelidikan
dengan menggunakan SPT (Standart Penetration Test) didapatkan jenis tanah
dasar sebagai berikut :
Tabel 8. Data N-SPT Pada Gedung SKPD 1 PUSPEM Tangerang Selatan
Titik bor Kedalaman (m) Jenis Tanah Dasar N-SPT
Lanau kelempungan , teguh,coklat kemerahan campur
±0,00m – 2,60m 9
abu-abu kekuningan dan hitam
Lanau kelempungan, teguh, abu-abu kehijauan dan
-2,60m – 4,70m 12
kuning campur hitam
Lanau kepasiran, sangat keras , coklat kehitaman campur
-4,70m – 7,30m >50
kuning.

-7,30m – 13,20m Pasir kelanauan campur gravels,sangat padat, hitam >50


DB-1
Lanau kepasiran mulai membatu,sangat keras, abu-abu
-13,20m – 17,80m >50
kekuningan campur hitam
Pasir halus kelanauan, kepadatan sedang,hijau dan hitam 22
-17,80m – 21,40m
campur kuning 26

-21,40m – 30,31m Pasir kelanauan campur gravels, sangat padat,hitam >50

Sumber: Data Tanah Proyek , 2016


Tabel 9. Data Hasil Penyelidikan Tes Labolatorium Gedung SKPD 1 PUSPEM
Titik
Kedalaman Wn γt γd Gs e n Sr WL Wp Ip qu Cc
Bor
TW 1 1,5 - 2,00 67,107 1,563 0,935 2,615 1,795 0,642 97,72 91,60 53,83 37,78 0,522 0,360
TW 2 1,50 - 4,00 49,029 1,706 1,145 2,640 1,306 0,566 99,09 67,75 35,74 32,01 1,063 -
Sumber : Data Tanah Proyek,2016

Tabel 10. Data tes konsolidasi labolatorium gedung SKPD 1 PUSPEM


Kedalaman
Pc
(meter)
1,50-2,00 1,30
Sumber : Data Tanah Proyek,2016

Tabel 11. Korelasi Kekuatan Geser Tanah Atau Kohesi (C) Dalam Keadaan Undrained
No Referensi Korelasi Keterangan
2
1 Bowles (1988) Cu = 0,12 N (kip/ft )
Cu = 0,06 N (kg/cm2)
2 Skempton (1986) qu = 0,25 N (kip/ft2)
3 Stroud (1974) Su = KN (KN/m2) K = antara 3,5 -6,5 (KN/m2)
K = rata-rata sekitar 4,40 (KN/m2)
K = 5,7 (KN/m2) (Bowles, 1988)
4 Hara at al. (1971) Su = 29N0,72 (KN/m2)
Sumber: Ir. Budi gogot setyo.M.Sc.,Ph.D, Buku Pondasi Dangkal, cv.andi ,Yogyakarta, 2011.

Dari tabel di atas di dapatkan nilai dari Su = cu = c pada kedalaman 0 – 4,7


meter adalah sebesar 3.15 Ton/m2 dengan memasukan nilai N-SPT kedalam
rumus di atas yaitu:
Su = 0.06 x N
= 0.06 x 9
= 0.54 Kg/cm2 = 52.95591 KN/m2

61
Tabel 12. Korelasi Antara Nilai N-SPT Dan Sudut Geser (Φ)

Sumber: Buku Ir. Budi gogot setyo.M.Sc.,Ph.D, Buku Pondasi Dangkal, cv.andi ,Yogyakarta,
2011.

Untuk memperoleh nilai sudut geser (φ) yang diperlukan dalam perhitungan
selanjutnya maka digunakanlah korelasi hubungan antara sudut geser (φ) dan
nilai N-SPT dengan menggunakan rumus berdasarkan korelasi kulhawy dan
mayne (1990) yang diturunkan oleh schmerrtmann (1975), adalah sebagai
berikut:
0.34

N
∅= tan-1
Po'
12.2+20.3 Pa

Keterangan:
Po' = nilai efektif overburden pressure
Pa = tekanan atmosfer (100 KN)
N = Nilai nspt yang akan di tinjau
0.34
9
= tan-1
0.23
12.2+20.3
100
= 3.39˚

62
B. Analisa Gambar pondaasi KSLL dan bangunan SKPD 1
Pada pondasi KSLL terdiri dari beberapa rib yang di satukan oleh plat
dan bekerja secara bersamaan, jika di lihat dari tampak atas bentuk pondasi
KSLL terdapat pada gambar 38.

Gambar 38. Tampak Atas Pondasi KSLL


Sumber: Hasil Analisa, 2016

Untuk gambar 39 dan gambar 40 sendiri memperlihat mengenai


bagaimana tampak samping kanan dan kiri pondasi ksll di atas permukaan
tanah sebelum adanya bangunan.

Gambar 39. Tampak Samping Kanan KSLL


Sumber: Hasil Analisa, 2016

63
Gambar 40. Tampak Samping Kiri KSLL
Sumber: Hasil Analisa, 2016

Sementara itu pada gambar 42 adalah tampak potongan pondasi ksll dan
gambar 42 merupakan tampak isometrik dari pondasi ksll pada gedung SKPD
1.

Gambar 41. Tampak Potongan KSLL


Sumber: Hasil Analisa, 2016

Gambar 42. Tampak Isometris KSLL


Sumber: Hasil Analisa, 2016

Namun untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai gambar rencana dari


gedung SKPD 1 PUSPEM Tangerang selatan bisa dilihat pada (gambar 43)
tampak depan, (gambar 44) tampak samping kanan, kemudian untuk tampak
bagian belakang terdapat di (gambar 45) serta tampak samping kiri pada
(gambar 46).

64
/
Gambar 43. Tampak Depan Bangunan SKPD 1
Sumber: Data Proyek, 2016

Gambar 44. Tampak Samping Kanan Bangunan SKPD 1


Sumber: Data Proyek, 2016

65
Gambar 45. Tampak Belakang Bangunan SKPD 1
Sumber: Data Proyek, 2016

Gambar 46. Tampak Samping Kiri Bangunan SKPD 1


Sumber: Data Proyek, 2016

66
C. Analisa Pembebanan
Pembebanan yang digunakan adalah menggunakan beban dinamik yang
didapat dari puskim, untuk menentukan jenis tanah yaitu sebagai berikut:
SDS = 0,594
SD1 = 0,374
Nilai kombinasi:
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L
3. 1.354 D + 1 L + 0.39 QEX + 1.3 QEY
4. 1.283 D + 1 L - 0.39 QEX + 1.3 QEY
5. 1.117 D + 1 L + 0.39 QEX - 1.3 QEY
6. 1.046 D + 1 L - 0.39 QEX - 1.3 QEY
7. 1.354 D + 1 L + 1.3 QEX + 0.39 QEY
8. 1.283 D + 1 L - 1.3 QEX + 0.39 QEY
9. 1.117 D + 1 L + 1.3 QEX - 0.39 QEY
10. 1.046 D + 1 L - 1.3 QEX - 0.39 QEY
11. 0.746 D + 0.39 QEX + 1.3 QEY
12. 0.817 D - 0.39 QEX + 1.3 QEY
13. 0.983 D + 0.39 QEX - 1.3 QEY
14. 1.054 D - 0.39 QEX - 1.3 QEY
15. 0.746 D + 1.3 QEX + 0.39 QEY
16. 0.817 D + 1.3 QEX - 0.39 QEY
17. 0.983 D - 1.3 QEX + 0.39 QEY
18. 1.054 D - 1.3 QEX - 0.39 QEY
Berat total gedung = 4414.3996 KN

67
Gambar 47. Titik Kolom
Sumber: analisa 2016

Nilai beban pada tiap kolom adalah sebagai berikut:

P1 = 3383,71 KN P9 = 4333,36 KN
P2 = 4396.28 KN P10 = 5920,07 KN
P3 = 4342,87 KN P11 = 5920,29 KN
P4 = 3347,88 KN P12 = 4331,42 KN
P5 = 4328,83 KN P13 = 3385,89 KN
P6 = 5920,15 KN P14 = 4420,74 KN
P7 = 5920,69 KN P15 = 4374,32 KN
P8 = 4325,79 KN P16 = 3351,47 KN

D. Analisa Daya Dukung


1. Analisa Daya Dukung Tanah menurut teori mayerhof
Analisa Daya Dukung Tanah pada konstruksi sarang laba-laba ditentukan
berdasarkan perumusan sebagai berikut :
qa (KSLL) = qa (pondasi rakit)

68
keterangan:
qa(pondasi rakit) = =n : angka keamanan

qult = c.Nc.Sc.ic.dc + γ.D.Nq.sq.iq.dq + 0,5.γ.B.Nγ.sγ.iγ.dγ


B = jarak terkecil antara kolom
D = Kedalaman rib settlement KSLL
Bagian pondasi yang ditinjau:

Gambar 48. Pondasi KSLL Yang Ditinjau


Sumber : Hasil Analisa 2016

Panjang pelat (L) = 8 meter


Lebar pelat (B) = 28 meter
Tebal pelat = 0,15 meter
Kedalaman penanaman = 2,85 meter
γt = 15.63 KN/m3

Beban pada tiap kolom:


P9 = 4333,36 KN
P10 = 5920,07 KN
P11 = 5920,29 KN
P12 = 4331,42 KN
Beban total maximum kolom = 2092.36 Ton = 20505.14 KN
= 91.5408 KN/m2
Hitungan daya dukung pondasi:
Nilai Nq, Nc, dan Nγ dapat dicari dengan berdasarkan rumus Meyerhof
(Analisis dan Desain Pondasi, Joseph E. Bowles), untuk Ø = 3.39 ̊

69
π
Nq = e tan Ø tan2 (45 + Ø/2)
π
= e tan 3.39° tan2 (45 + 3.39/2)

= 1.356

Nc = (Nq – 1) cot Ø
= (1.356 – 1) cot 3.39°
= 6.007

Nγ = (Nq – 1) tan (1,4 Ø)


= (6.007– 1) tan (1,4 . 3.39°)
= 0.030

Faktor – faktor bentuk, kedalaman, dan kemiringan didapat dari rumus


Meyerhof sebagai berikut :
Kp = tan2 ( 45° + Ø/2 )
= tan2 ( 45° + 3.39°/2 )
= 1.125

sc = 1 + 0,2 . Kp ( B/L )
= 1 + 0,2 . 1.125 ( 28/8 )
=1.788

sq = 1 + 0,1 . Kp ( B/L )
= 1 + 0,1 . 1.125 (28/8 )
= 1.394
sγ = sq = 1.394

Nilai dc, dq, dan dγ didapat dari rumus sebagai berikut :


dc = 1 + 0,2 . { Kp 0,5 . ( D/B ) }
= 1 + 0,2 . {1.125. 0,5 . ( 0,15/24 ) }
= 1.114

70
dq = 1 + 0,1 . { Kp0,5 . ( D/B ) }
= 1 + 0,1 . { 1.125. 0,5 . ( 0,15/28 ) }
= 1.199
dγ = dq = 1.199
Beban dianggap beban vertikal sehingga tidak membentuk sudut, maka
nilai
dari ic = iq = iγ = 1.
Nilai q, qult , SF(Safety Factor) dan qa Ksll dengan rumus berikut:
q = γb . 285
= (15.63 KN/m3. 2,85 m)
= 44.546 KN/m2

qult = c . Nc . sc . ic . dc + q . Nq . sq . iq . dq + ½ .B. γ .Nγ . sγ . iγ . dγ


= (52,95591 KN/m2 . 6.007. 1.788. 1 . 1.114)+( 44,546 KN/m2 .
1.356. 1.394. 1 . 1.99) +( ½ .28 m. (15,63 KN/m2) . 0.030.
1.394. 1 . 1,199)
= 737.426912 KN/m2
qult
SF = beban total
BXL

737.426912
= 20505.14
28X8

= 8.05571814

Dari hasil safety factor (SF) didapat nilai 8.05571814 dengan nilai
lebih dari yang disyaratkan untuk pondasi yaitu 3, maka bisa dikatakan
jika pondasi KSLL pada gedung SKPD 1 adalah aman, sementara itu nilai
dari daya dukung ijin atau q allowable (qa KSLL) dengan nilai pembagi 3
(syarat SF untuk pondasi 1-3) adalah didapat sebagai berikut:

qa (pondasi rakit) = qa (KSLL) =

737.426912
= 3

= 245.8089 KN/m2

71
E. Tegangan Tanah Maksimum
Tegangan tanah maksimum yang timbul dihitung berdasarkan perumusan
dibawah ini:

atau

Keterangan :
R=∑P : Resultan dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom
dinding diatas KSLL.
A : Luasan KSLL.
Ix, Iy : Momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y.
ex,ey : Eksentrisitas dari gaya-gaya vertikal terhadap titik pusat
luasan pondasi.
x, y : Koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau.

Gambar 49. Pembagian Koordinat Pondasi KSLL


Sumber : Hasil Analisa 2016

Panjang pelat pondasi keseluruhan (L) = 28 m


Lebar pelat pondasi keseluruhan (B) = 28 m
Tebal pelat pondasi (D) = 0,15 m
Kedalaman penanaman pondasi = 2,85 m

72
γtanah = 1.706 t/m3
γbeton = 2.5 t/m3

. .
I = = = 1.463E+04 cm4
. .
I = = = 1.195E+03 cm4

R = ∑P
=(P1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6 + P7 + P8 + P9 + P10 + P11 + P12 + P13
+ P14 + P15 + P16) + (q.L)
=(3383.710 + 4396.280 + 4396.870 + 3347.880 + 4328.830 + 5920.150 +
5920.690 + 4325.790 + 4333.360 + 5920.070 + 5920.290 + 4331.420 +
3385.890 + 4420.740 + 4374.320 + 3351.470) + (44.546 x 8)
= 8449.908 KN = 7241.4124 ton

My = ∑P . x
=((P1 + P8 + P9 + P16) x (12)) + ((P2 + P7 + P10 + P15) x (4)) + ((P3 +
P6 + P11 + P14) x (4)) + ((P4 + P5 + P12 + P13) x (12))
=((3383.710 + 4325.790 + 4333.360 + 3351.470) x (12)) + ((4396.280 +
5920.690 + 5920.070 + 4374.320) x (4)) + ((4396.870 + 5920.150 +
5920.290 + 4420.740) x (4))+(( 3347.880 + 4328.830 + 4331.420 +
3385.890) x (14))
= 369646.960 KN = 36964.696 ton

Mx = ∑P . y
=((P1 + P2 + P3 + P4) x (12)) + ((P5 + P6 + P7 + P8) x (-4)) + ((P9 +
P10 + P11 + P12) x (4)) + ((P13 + P14 + P15 + P16) x (12))
=((3383.710 + 4396.280 + 4396.870 + 3347.880) x (12)) + (4328.830 +
5920.150 + 5920.690 + 4325.790) x (3)) + ((4333.360 + 5920.070 +
5920.290 + 4331.420) x (5)) + ((3385.890 + 4420.740 + 4374.320+
3351.470) x (14))
= 372724.640 KN = 37272.464 ton

73
Menentukan nilai eksentrisitas :
 Statis momen terhadap as 1 = 0
y =((P8 + P7 + P6 + P5) x 8) + ((P9 + P10 + P11 + P12) x 16) +
((P13 + P14 + P15 + P16) x 24)) x

=((4325.790 + 5920.690 + 5920.150 + 4328.830) x 8) + ((4333.360


+ 5920.070 + 5920.290 + 4331.420) x 16) + ((3385.890 +
4420.740 + 4374.320+ 3351.470) x 24) x .

= 11.943 m

 Statis momen terhadap as A = 0


X =((P2 + P7 + P10 + P15) x 8) + ((P3 + P6 + P11 + P14) x 16) + ((P4
+ P5 + P12 + P13) x 24) x

=((4396.280 + 5920.690 + 5920.070 + 4374.320) x 8) + ((4396.870


+ 5920.150 + 5920.290 + 4420.740) x 16) + (3347.880 + 4328.830
+ 4331.420 + 3385.890) x 24) x .

= 11.943 m

 Eksentrisitas ex dan ey :
ex = 11.943 – 12 = -0.057 m
ey = 11.943 – 12 = -0.057 m

R My x Mx y
q0 ± ±
A Iy Ix

8449.908 KN 369646.960 KN x 372724.640 KN y


= ± 1 ± 1
24 x 24 x 24 x 24 3 x 24 x 24 3
12 12

= (125.7190 ± 0.0232 ± -0.0232)

= (12,57190 ± 0.00232 ± -0.00232)

74
Tabel 13. Hasil Perhitungan Tegangan Tanah

X Y Qmax Qmin
(m) (m) (T/m2) (T/m2)
-12 -12 12.572 12.572
-12 -4 12.553 12.590
-12 4 12.535 12.609
-12 12 12.516 12.628
-4 -12 12.591 12.553
-4 -4 12.572 12.572
-4 4 12.553 12.591
-4 12 12.535 12.609
6 -12 12.614 12.530
6 -4 12.595 12.549
6 4 12.576 12.567
6 12 12.558 12.586
12 -12 12.628 12.516
12 -4 12.609 12.535
12 4 12.590 12.553
12 12 12.572 12.572
Sumber : Hasil Analisa 2016

Jadi, dari hasil perhitungan diatas didapat tegangan tanah maksimum


adalah 12,628 t/m2.

F. Analisa Penurunan
1. Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan metode Newmark
a. Tegangan tanah
Tegangan tanah terjadi karena pembebanan secara vertikal dari
bangunan di atas pondasi. Metode pengaruh Newmark digunakan untuk
memperoleh tekanan tanah dibawah sudut suatu beban merata
berbentuk persegi dengan dimensi 2a x 2b pada kedalaman z.
σy = q . Iσ
keterangan:
σy = tegangan tanah,
q = beban merata pada pondasi
q = qmax = 12.628 t/m2
Iσ = nilai pengaruh Newmark.

75
Gambar 50. Denah Floating Pondasi yang Dianalisis
Sumber : Hasil Analisa 2016

Dalam analisa tegangan tanah yang terjadi, digunakan Metode


Newmark dimana terdapat faktor pengaruh Newmark yang dapat dilihat
pada tabel 3 pada bab III.

Gambar 51. Beban merata berbentuk persegi di titik B pada kedalaman ( Z ) -2,6 m
Sumber : Hasil Analisa 2016

Tabel 14. Tegangan Tanah Di Titik B Pada Kedalaman 2,6 Meter


Kedalaman Bidang L M= B N= I Tegangan
L/Z B/Z
2.6 ABCD 24 9.231 24 9.231 0.249737308 3.154
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Tegangan tanah di titik B pada kedalaman ( Z ) -2,6 m = 3.154 t/m2

76
Gambar 52. Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik I Pada Kedalaman ( Z ) -2,6 m
Sumber : Hasil Analisa 2016

Tabel 15. Tegangan Tanah Di Titik I Pada Kedalaman 2,6 Meter


Kedalaman Bidang L M = L/Z B N = B/Z I Tegangan
2.6 IHCB 12 4.615 24 9.231 0.24883 3.142
2.6 IADH 12 4.615 24 9.231 0.24883 3.142
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Tegangan tanah di titik I pada kedalaman ( Z ) -2.6 m adalah :


= IHCB + IADH
= 3.142 ton/m2 + 3.142 ton/m2
= 6.284 ton/m2

Gambar 53. Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik F Pada Kedalaman ( Z ) -2,6 m
Sumber : Hasil Analisa 2016

77
Tabel 16. Tegangan Tanah Di Titik F Pada Kedalaman 2,6 Meter
Kedalaman Bidang L M= B N= I Tegangan
L/Z B/Z
2.6 FGBI 12 4.615 12 4.615 0.247993846 3.132
2.6 FIAE 12 4.615 12 4.615 0.247993846 3.132
2.6 FEDH 12 4.615 12 4.615 0.247993846 3.132
2.6 FHCG 12 4.615 12 4.615 0.247993846 3.132
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Tegangan tanah di titik F pada kedalaman ( Z ) -2.6 m adalah :


= FGBI + FIAE + FEDH + FHCG
= 4 . (3.132 ton/m2 )
= 12.526 ton/m2

Gambar 54. Beban Merata Berbentuk Persegi Di Titik G Pada Kedalaman ( Z ) -2,6 m
Sumber : Hasil Analisa 2016

Tabel 17. Tegangan Tanah Di Titik G Pada Kedalaman 2,6 Meter


Kedalaman Bidang L M= B N= I Tegangan
L/Z B/Z
2.6 GBAE 24 9.231 12 4.615 0.248939615 3.144
2.6 GEDC 24 9.231 12 4.615 0.248939615 3.144
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Tegangan tanah di titik G pada kedalaman ( Z ) – 3,0 m adalah :


= GBAE + GEDC
= 3.144 ton/m2 + 3.144 ton/m2
= 6.287 ton/m2

Hasil perhitungan tegangan tanah akibat beban merata bangunan


gedung 8 lantai SKPD 1 PUSPEM Tangerang selatan sebesar q =
2
12,628 t/m , ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Adapun titik yang

78
diamati yaitu 2,6 m sampai 30.31 m karena titik 1 m dan 2 m belum
ada pengaruh pembebanan bangunan.

Tabel 18. Hasil Analisa Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan (ΔP)
Kedalaman B I F G Rata-Rata
2.6 3.154 6.284 12.526 6.287 7.063
4.7 3.141 6.169 12.185 6.106 6.900
7.3 3.097 5.868 11.252 5.891 6.527
13.2 2.890 4.835 8.370 4.670 5.191
17.8 2.584 3.936 6.039 3.878 4.109
18.45 2.563 3.850 5.914 3.849 4.044
20.45 2.388 3.470 3.379 3.379 3.563
30.31 1.775 2.259 2.695 2.088 2.204
Sumber : hasil analisa, 2016

b. Tekanan Tanah Efektif (Po)


Tinjauan tekanan tanah efektif (Po) dihitung sampai pada
kedalaman -30,31 m. Untuk data hasil penyelidikan tanah sampai pada
kedalaman -30,31 m dapat dilihat pada gambar Soil Profil berikut ini :
Dengan diketahui pada kedalaman 4.70 m adalah
γsat = 1,711
e = 1,306
Gs = 2,640

Tabel 19.. Hasil Perhitungan Tekanan Overburden Sebelum Dibebani (Po)

No Kedalaman Po
1 2.6 0.15
2 4.7 0.27
3 7.3 2.12
4 13.2 6.31
5 17.8 9.59
6 18.45 10.05
7 20.45 11.47
8 30.31 18.48
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dari perhitungan didapatkan Tegangan Tanah Efektif (Po)


pada kedalaman – 30,31 m sebesar 58.44 ton/m2 atau sebesar 519.51
kN/m2.

79
c. Perhitungan Penurunan / Settlement
1) Penurunan segera / langsung.
Ialah penurunan yang disebabkan oleh adanya pembebanan
baik itu beban bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat
sendiri pondasi tanpa disertai dengan keluarnya air pori didalam
tanah sebagai perletakan pondasi. Adapun persamaan untuk
mencari besarnya penurunan langsung ialah :
1
. . .

Keterangan:
q = beban merata yang bekerja pada pondasi
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan
kekakuan pondasi → diambil 1,06 pada bab III tabel 4
halaman 42.
µ = angka poisson ratio : 0,1 – 0,3 ( clay unsaturated ) →
diambil 0,1 pada bab III tabel 5 halaman 43.
Es = sifat elastisitas tanah → diambil 15 MPa =15000 kN/m2
pada bab III tabel 6 halaman 43.

Gambar 55. Tekanan Yang Terjadi Pada Pondasi KSLL


Sumber : Hasil Analisa 2016

80
1-μ2
Si q. B. . Iw
Es
1 - 0,12
= 12,628 . 28 . . 1,06
15000
= 0.0247 m
= 2.47 cm
Jadi nilai penurunan segera / langsung yang didapat adala sebesar 2.47
cm.
2) Penurunan Konsolidasi
Ialah penurunan yang disebabkan oleh pembebanan baik itu
beban / berat bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat
sendiri pondasi yang disertai dengan keluarnya air pori. Untuk
mengetahui penurunan konsolidasi terlebih dahulu harus menghitung
jenis tanah masuk kedalam kategori tanah normally consolidation (NC)
atau over consolidation (OC) dengan menggunakan cara berikut:
1. Memeriksa tanah termasuk NC/OC dengan tanah yang belum diberi
tegangan.
σv'o = P'o = γt- γw . H
= 1.706 gr/cm - 0.98 gr/cm x 470 cm
= 341.22 gr/cm = 33.4622 kpa
σp' = Pc' = 1.3 gr/cm2 = 127.48645 kpa
Pc' 127.48645 kpa
OCR= σp'
= 33.4622 kpa
= 3.809 kpa >1 (OC)

81
Gambar 56. Kondisi Tanah Sebelum Diberi Beban
Sumber : Hasil Analisa 2016

2. Memeriksa tanah termasuk NC/OC dengan tanah yang sudah diberi


tegangan.
∆σv = ∆p = 1.3 kg/cm2 = 127.48645 kpa
σvo' =Po' = 33.4622 kpa
P1 = ∆σv+ σvo' =127.48645 kpa+33.4622 kpa = 160.948 kpa
P'C =127.48645 kpa
P'1 = 160.948 kpa
P'o = 33.4622 kpa
Po ' < PC ' < P1 ′
33.4622 kpa < 127.48645 kpa < 160.948 kpa (OC)

82
Gambar 57. Kondisi Tanah Setelah Diberi Beban
Sumber : Hasil Analisa 2016

Maka rumus persamaan untuk mencari penurunan / settlement


akibat konsolidasi primer (tanah over consolidation) yang digunakan
yaitu:
′ ′
. log . log
1 ′ 1 ′
Keterangan :
Cr =

Tabel 20. Tekanan Tanah Efektif (P1)

No Kedalaman P1
1 2.6 7.212
2 4.7 7.169
3 7.3 8.645
4 13.2 11.506
5 17.8 13.695
6 18.45 14.092
7 20.45 15.034
8 30.31 20.687
Sumber : Hasil Analisa, 2016

83
Tabel 24. Hasil Perhitungan Penurunan / Settlement

No Kedalaman Cc Cr e0 P0 P1 Settlement
1 2.6 0.306 0.153 1.796 0.15 7.212 0.346
2 4.7 0.306 0.153 1.306 0.27 7.169 0.558
3 7.3 0.306 0.153 1.306 2.12 8.645 0.760
4 13.2 0.306 0.153 1.306 6.31 11.506 1.390
5 17.8 0.306 0.153 1.306 9.59 13.695 2.151
6 18.45 0.306 0.153 1.306 10.05 14.092 2.496
7 20.45 0.306 0.153 1.306 11.47 15.034 2.759
8 30.31 0.306 0.153 1.306 18.48 20.687 4.079
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Jadi, besarnya penurunan / settlement total yang


diakibatkan adanya konsolidasi primer (tanah over konsolidasi) ialah
sebesar 14.539 cm.
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa penurunan / settlement
total akibat konsolidasi sebesar 14.539 cm dengan faktor waktu ’U’
sebesar 90%, maka waktu penurunan terjadi ialah :
CV
TV . t
H2
TV = 1 4 . π . U2 . Bila U = 90 %

TV = 1 4 . π . U2

TV = 1 4 . 3,14 . 0,92
TV = 0,63585

1
=
.
Keterangan :
K = 450 KN/m2 untuk jenis tanah dengan plastisitas sedang (medium
plasticity)
= 600 KN/m2 untuk jenis tanah dengan plastisitas rendah (low
plasticity)
N = nilai SPT

84
Tabel 22. Koefisien Permeabilitas Tanah

Sumber: Buku Soil Mechanics In Engineering Practice ,Karl-Terzaghi-Ralphb-Gholamreza (1996)

Tabel 23. Korelasi Antara Indeks Kompresi Dan Plastisitas Tanah


Jenis tanah Plastisitas Indeks kompresi, Cc
Ekstreme tinggi >0,72
Lempung dan lempung kelanauan Sangat tinggi 0,54 – 0,72
dalam kondisi normally Tinggi 0,36 – 0,54
consolidated Sedang 0,22 – 0,36
rendah <0,22
Lempung kepasiran dan lanau rendah <0,10
Sumber: Ir. Budi gogot setyo.M.Sc.,Ph.D, Buku Pondasi Dangkal, cv.andi ,Yogyakarta, 2011.

m .
1
=
(600x10-6 ) . 12
= 138.8889

Untuk mencari nilai cv


.
Keterangan :
K = koefisien permeabilitas terdapat dalam tabel 23
mv = modulus perubahan volume
600x10
c
138.8889 . 1
= 0.00000324

85
TV . H2
t = CV

0,63585 . 30,312
=
0.00000324
= 180294109.6
180294109.6 x 1000
=
365 x 24 x 60 x 60
= 5.717 Tahun

= 2086.73738 hari

Besarnya penurunan / settlement yang diakibatkan adanya


konsolidasi sekunder diabaikan sebab konsolidasi sekunder berlangsung
dalam waktu yang lama dan penurunan yang terjadi sangat kecil.
Jadi penurunan / settlement total adalah :
= Penurunan segera + Penurunan konsolidasi primer (tanah over
konsolidasi)
= 2.47 cm + 14.539 cm
= 17.013 cm
= 0.17013 m

G. Analisa Program Plaxis


Pada bagian ini menjelaskan tentang cara-cara yang dilakukan untuk
memodelkan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba kedalam bentuk model
analisa yang bisa dihitung oleh plaxis. Adapun langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Input
Pada tahap ini dilakukan pemodelan secara geometri lengkap beserta
kondisi batas dan beban-beban yang akan diaplikasikan pada software
plaxis, data yang digunakan untuk input material adalah seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini.

86
Tabel 24. Data Parameter Tanah
Lapisan Lapisan Lapisan Lapisan Lapisan Lapisan Lapisan Lapisan
Tanah 1 2 3 4 5 6 7
φ (°) 3.39 3.63 4.36 4.36 4.36 4.12 4.36
γsat
14.028 15.210 18 20 20 18 20
(kN/m3)
γd
8.756 10.179 14 16 16 13 16
(kN/m3)
c
52.9559 70.6078 294.199 294.199 294.199 129.447 294.199
(kN/m2)
E
15x102 15x102 2x103 2x104 2x104 15x103 2x104
(kN/m2)
V 0.1 0.1 0.3 0.35 0.35 0.2 0.35
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Tabel 25. Data Elemen Pemodelan Rib KSLL

Tipe Rib EA EI W υ

RK3 (1) 2031357.182 169279.7651 0.937 0.15


RS1 (1) 9.1411E+06 761758.9432 2.811 0.15
RK1 (1) 4570553.659 380879.4716 1.4055 0.15
RK2 (1) 2031357.182 169279.7651 0.937 0.15
RP1 (1) 2031357.182 169279.7651 0.937 0.15
RK1 (2) 3047035.773 253919.6477 1.4055 0.15
RS2 (1) 6703478.7 558623.225 2.0614 0.15
RK4 (1) 5870622.255 489218.5213 1.5929 0.15
RP2 (1) 2234492.9 186207.7417 1.0307 0.15
RK4 (2) 5870622.255 489218.5213 1.5929 0.15
RS2 (2) 6703478.7 558623.225 2.0614 0.15
RK4 (3) 5870622.255 489218.5213 1.5929 0.15
RP2 (2) 2234492.9 186207.7417 1.0307 0.15
RK4 (4) 5870622.255 489218.5213 1.5929 0.15
RS1 (2) 9141107.318 761758.9432 2.811 0.15
RK2 (2) 2031357.182 169279.7651 0.937 0.15
RK3 (2) 2031357.182 169279.7651 0.937 0.15
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Tabel 26. Data Elemen Pemodelan Pelat KSLL


Tipe EA EI W υ
Pelat 162508575 433356199 1.062549 0.15
Sumber : Hasil Analisis, 2016

87
Gambar 58. Tampak Atas Pondasi Yang Di Tinjau
Sumber : Data Proyek, 2016

Gambar 59. Potongan Pondasi Yang Di Tinjau


Sumber : Hasil Analisis, 2016

88
Keterangan:
Rk (rib konstruksi) 1= 15/150 cm
Rk (rib konstruksi) 2 = 10/100 cm
Rk (rib konstruksi) 3 = 10/100 cm
Rk (rib konstruksi) 4 = 17/170 cm
Rp (rib pembagi) 1 = 10/100 cm
Rp (rib pembagi) 2 = 10/110 cm
Rs (rib settlement) 1 = 15/300 cm
Rs (rib settlement) 2 = 15/220 cm

Gambar 60. Pemodelan Material Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

89
Gambar 61.Kumpulan Data Material Tanah Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 62.Input Pemodelan Material Tanah Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

90
Gambar 63. Input Pemodelan Parameter Material Tanah Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 64. Kumpulan Data Material Pelat Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

91
Gambar 65. Input Pemodelan Material Elemen Pelat Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

2. Tahap Initial Condition


Tahap ini berada diantara input dan kalkulasi data dimana kondisi
awal dilakukan untuk memperoleh informasi tegangan tanah pada kondisi
asli dengan tekanan air pori pada model, apabila dianggap sudah atau
tidak diperlukan maka dapat dilanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu
kalkulasi.
3. Tahap Kalkulasi
Beberapa fasilitas yang dapat digunakan dalam bagian ini adalah pondasi
untuk daya dukung, beban dan konsolidasi.

92
Gambar 66. Pemodelan Kalkulasi Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 67. Proses Perhitungan Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

4. Tahap Evaluasi Hasil


Tahap ini menjadi bagian akhir dari proses pemodelan yang telah
dilakukan. Apabila semua rangkaian kalkulasi telah selesai maka kita
dapat melihat hasil simulasi yang telah dibuat pada jendela output.

93
Gambar 68. Hasil Kalkulasi Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

5. Output
Output berfungsi menampilkan hasil analisis sekaligus sebagai alat
evaluasi terhadap model yang telah dibuat.

Gambar 69. Hasil Penurunan Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

Deformed mesh merupakan tampilan yang memperlihatkan bentuk


deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi pada tanah.

94
Gambar 70. Hasil Penurunan Total Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 71. Hasil Penurunan Total Menurut Garis Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

95
Gambar 72. Hasil Penurunan Total Menurut Warna Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Total displacement merupakan tampilan untuk melihat seberapa


besar pergeseran tanah (defleksi) arah horizontal, hasil analisis yang
terjadi yaitu sebesar 13,5 cm dimana dari perhitungan manual sebelumnya
telah didapatkan nilai penurunan konsolidasi adalah 14.786 cm.

Gambar 73. Hasil Tegangan Efektif Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

96
Gambar 74. Hasil Tegangan Efektif Rata-Rata Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 75. Hasil Tegangan Total Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

97
Gambar 76. Hasil Tegangan Total Rata-Rata Pada Plaxis
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Total stress merupakan tampilan untuk menggambarkan seberapa


besar tegangan total pada elemen tinjauan dari hasil analisis yang terjadi
yaitu sebesar 556.67 kN/m2.

Gambar 27. Hasil Tegangan σzz


x y σzz
5 30.31 1.692357
6 30.31 2.617326
7 28.31 4.938707
9 29.61 2.433103
11 30.31 2.006748
13 29.81 3.138741
15 29.11 5.238035
17 29.61 2.891093
19 30.31 1.47239
21 29.61 3.711517
23 29.11 6.18357
25 29.61 3.545716
27 30.31 0.928639
29 29.61 2.722295
31 28.31 5.382719
32 30.31 1.692332
33 30.31 0.017127
Sumber : Hasil Analisis, 2016

98
Nilai σzz maksimum yang didapat dari hasil perhitungan
menggunakan plaxis adalah sebesar 6.18357.

Gambar 77. Hasil Safety Factor (SF) Pada Plaxis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berikut ini adalah hasil SF dari penginputan menggunakan plaxis


adalah sebesar 13.6320 , sementara itu nilai sf ijin yag diperoleh dengan
menghitung manual adalah sebesar 8.05 maka nilai SF yang dihasilkan
dengan plaxis > nilai SF yang dihasilkan dengan hitungan manual.

H. Hasil analisa daya dukung dan penurunan pondasi KSLL


Dari beberapa metode yang digunakan yaitu metode mayerhof
menggunakan data laboratorium dan data SPT serta menggunakan software
Plaxis, dimana beban yang bekerja berdasarkan analisis pembebanan pada
etabs. Untuk hasil daya dukung dan penurunan pondasi seperti yang tertera
pada tabel dibawah ini.

99
Tabel 28 . Rekapitulasi Hasil Daya Dukung Perhitungan Manual Dan Software
Qall
Qult
Metode yang KSLL SF
(KN/m2)
digunakan (KN/m2)
Mayerhof 737.4269 245.8089 8.05
Software Plaxis SF = 13.63
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil pada tabel 28 yang di hasilkan oleh pondasi KSLL
pada perhitungan manual memiliki nilai daya dukung dengan menggunakan
metode mayerhof qult sebesar 737.4269 KN/m2, qa KSLL sebesar 245.8089
KN/m2 sementara itu nilai SF dengan menggunakan hitungan manual
dihasilkan 8,05 namun jika menggunakan software plaxis nilai SF sebesar
13.63.
Tabel 29 . Rekapitulasi Hasil Penurunan Perhitungan Manual Dan Software
Metode Yang Penurunan Penurunan
Digunakan Segera (Cm) Konsolidasi (Cm)
Newmark 2.47 14.539
Software Plaxis Penurunan = 13.5 Cm
Sumber : Hasil Analisis,2016

Berdasarkan hasil pada tabel 29 yang di hasilkan oleh pondasi KSLL


perhitungan manual memiliki nilai penurunan dengan menggunakan metode
newmark pada perhitungan tegangan tanah maximum, penurunan segera
sebesar 2.47 cm dan penurunan konsolidasi sebesar 14.539 cm sementara itu
nilai penurunan yang terjadi dengan menggunakan software plaxis adalah
sebesar 13.5 cm.
Menurut Pedoman Perencanaan Geoteknik dan Struktur Bangunan di
Provinsi DKI Jakarta tahun 2015 bab II Materi Geoteknik Dan Perencanaan
Struktur Pasal 19 Penurunan Bangunan point 2 yaitu penurunan bangunan
harus diperhitungkan terhadap pengaruh beban bangunan-bangunan di
sekitarnya dengan penurunan jangka panjang dibatasi sampai maksimum 15
cm dan penurunan diferensial antara 2 titik terdekat pada denah bangunan
tidak memberikan sudut lebih dari 1 : 300, maka hasil analisis memenuhi
kriteria karna penurunan dengan menggunakan plaxis bernilai < 15 cm yaitu
sebesar 13,5 cm dan untuk perhitungan manual walaupun nilai penurunan

100
total > 15 cm yaitu 17.013 cm namun tetap memenuhi kriteria juga karena
pada proses pengerjaan pondasi KSLL terdapat pemadatan pada tanah
pondasi sehingga nilai penurunan segera bisa di abaikan dan yang perlu
diperhatikan hanyalah nilai penurunan konsolidasinya saja dengan nilai
14.539 cm .

101
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan analisis pondasi konstruksi sarang laba-laba
pada gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) I tangerang adalah
sebagai berikut:
1. Hasil analisa dengan menggunakan software etabs didapat beban total
pada kolom adalah sebesar:
Beban total kolom = 2304.869 Ton = 235.190 KN = 91.5408 KN/m2.
2. Daya dukung pondasi Konstruksi sarang laba-laba (KSLL) dengan
menggunakan teori dari mayerhof adalah qall KSLL = 245.8089 KN/m2
dan nilai Safety Factor (SF) 8.05, kemudian nilai SF yang dihasilkan dari
software plaxis yaitu 13.6 karena dari hitungan manual maupun dengan
software plaxis menggunakan metode yang berbeda sehingga hasil dari
keduanya berbeda. Dari hasil SF pondasi yang didapat dari hitungan
manual maupun PLAXIS dapat dikatakan cukup aman karena nilai yang
didapat lebih dari yang disyaratkan SF untuk pondasi sebesar 3.
3. Hasil penurunan yang dibagi menjadi 2 yaitu Penurunan konsolidasi
dengan nilai sebesar 14,539 cm, Sementara itu hasil pemodelan pada
PLAXIS didapat nilai penurunan sebesar 13,5 cm. dimana penurunan
yang terjadi lebih kecil dari penurunan yang disyaratkan sehingga dapat
disimpulkan pondasi KSLL cukup aman.

B. Saran
1. Dalam penginputan kedalam plaxis perlu lebih diperhatikan satuan agar
tidak terjadi kesalahan pada hasil kalkulasinya.
2. Agar didapatkan hasil analisis yang meyakinkan dan detail dapat
dilakukan analisis menggunakan software lainnya seperti Plaxis 3D, safe,
midas, dll
3. Untuk tugas akhir yang selanjutnya penulis menyarankan analisis dengan
menggunakan metode perhitungan manual yang berbeda

103
DAFTAR PUSTAKA

Christady Hary Hardiyanto., 1987. Mekanika Tanah 2, PT. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta
Gogot Setyo Budi ir.M.Sc.,Ph.D, 2011. Pondasi Dangkal, cv.andi ,Yogyakarta,.
Haryono dan Maulana 2007 Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang
Laba-Laba Pada Gedung Bni ‘46 Wilayah 05 Semarang, tugas akhir
Universitas Diponegoro Semarang.
Hilhami, sahno. 2011, Metode Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya Dukung
Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba (Ksll) Dengan Pondasi
Telapak Pada Pembangunan Gedung D-Iii Class Politeknik Unhalu,
Universitas Negeri Padang.
Karl – terzaghi – Ralphb – Gholamreza., 1996, soil mechanics in engineering
practice
M DAS Braja,., 1991, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis)
Jilid 2, Erlangga, Jakarta
M DAS Braja,., 2007, principles of foundation engineering seventh edition.
Manual Plaxis 2D-Versi 8, 2007
Mentang, Olivia Stephani. 2013, Analisis Penurunan Pada Pondasi Rakit Jenis
Pelat Rata Dengan Metode Konvensional, Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Pedoman Perencanaan Geoteknik dan Struktur Bangunan di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2015.
Rekayasa Fundasi II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam), Penerbit
Gunadarma, Jakarta, 1997.
Ryantori, Ir., dan Sutjipto, Ir., Konstruksi Sarang Laba-Laba, Penerbit PT.
Dasaguna, Surabaya, 1984.
Sosrodarsono Suryono, Dr.Ir., mekanika tanah dan tenik pondasi, Jakarta, 2000
Google Maps
Puskim
http://imamzuhri.blogspot.co.id/2012/09/t-n-h-1.html
DOKUMENTASI FOTO

Gambar Pengukuran Lapis Tanah Humus Gambar Pembuatan Bekisting

Gambar Pembuatan Lantai Kerja Gambar Kondisi Galian Untuk Lift


Gambar Pembesian Untuk Lift Gambar Pembesian Pada Rib-Rib

Gambar Rib-Rib Yang Sudah Di Cor Gambar Pengerjaan Timbunan


Gambar Pengukuran Elevasi Coran Gambar Pembesian Lantai Kerja KSLL

Gambar Pembesian 8 Arah Gambar Pembesian 4 Arah


Gambar Perbedaan Elevasi Yang Gambar Tampak Atas Yang Sudah
Sudah Di Cor KSLL Dan Yang Belum Di Cor KSLL
KONSTRUKSI
SARANG
LABA - LABA

RENCANA KERJA
DAN
SYARAT-SYARAT

PROYEK : PEMBANGUNAN GEDUNG PUSPEM


KOTA TANGERANG SELATAN
GEDUNG 1

LOKASI : TANGERANG SELATAN

PENANGGUNG JAWAB

PT. KATAMA SURYABUMI


Gedung Sentra Pemuda Kav. 61 No 38
Rawamangun Jakarta Timur
Telp 021 47864046, Fax 021 47862149

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


PELAKSANAAN PEKERJAAN KSLL
DILINDUNGI OLEH :
DIREKTORAT PATENT DAN HAK CIPTA TERDAFTAR NO. 7191
Proyek : Pembangunan Gedung Puspem Kota Tangsel Gedung 1

Lokasi : Tangerang Selatan

I. LINGKUP DAN URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN :

I-01 PEKERJAAN GALIAN TANAH


I-02 PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK RIB
I-03 PEKERJAAN ACUAN UNTUK RIB
I-04 PEKERJAAN PEMBESIAN UNTUK RIB
I-05 PEKERJAAN PENGECORAN BETON UNTUK RIB
I-06 PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN
I-07 PEKERJAAN URUGAN PASIR URUG DAN PEMADATAN
I-08 PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK PLAT PENUTUP
I-09 PEKERJAAN PEMBESIAN UNTUK PLAT PENUTUP
I-10 PEKERJAAN PENGECORAN BETON PLAT TERTUTUP

II. PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN SESUAI URUTAN


PELAKSANAAN :

II. 01. PEKERJAAN GALIAN TANAH :


01-1 Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi hendaknya
dilaksanakan setelah papan patok (bouwplank) dengan
penandaan sumbu dan ketinggian selesai dikerjakan serta
setelah disetujui oleh Direksi Pengawas.
01-2 Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk kebutuhan KSLL
digali hingga mencapai elevasi lantai kerja rib konstruksi.
01-3 Galian tanah tahap II : dilaksanakan setelah galian tahap I untuk
pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan). Sepanjang jalur rib
settlement digali selebar yang dibutuhkan hingga mencapai
elevasi lantai kerja rib settlement, sehingga menjamin
keleluasaan pemasangan pembesian dan acuan serta keamanan
pekerja.
01-4 Untuk daerah yang dimuka air tanahnya cukup tinggi, hendaknya
galian tanah tahap II tidak dilaksanakan sekaligus
melainkan diatur setahap demi setahap, agar tidak menyulitkan
pemompaan.

1
II. 02. PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK RIB:
02-1 Di bawah rib konstruksi maupun rib settlement harus dibuat lantai
kerja. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka bentuk, ukuran
dan mutunya agar dibuat sedemikian rupa, sehingga bisa
berfungsi ganda :
i. sebagai lantai kerja, dan
ii. sebagai penahan acuan rib, sehingga ketebalan rib bisa
dijamin terlaksananya sesuai yang ditentukan.
02-2 Apabila muka air tanah tinggi, disarankan agar lantai kerja dibuat
prefab.

II. 03. PEKERJAAN ACUAN UNTUK RIB :


03-1 Bahan untuk acuan bisa berupa kayu, multiplek atau baja,
asalkan memenuhi persyaratan/ketentuan-ketentuan dalam PUBI
1970 dan PBI 1971.
03-2 Konstruksi acuan harus sedemikian rupa, sehingga baik ukuran,
bentuk maupun posisi rib-rib tidak berubah selama pengecoran
berlangsung.
03-3 Acuan harus dibersihkan dari segala kotoran, sehingga
memenuhi persyaratan pengecoran seperti yang diatur dalam PBI
1971.
03-4 Acuan bisa dibuka 12 jam setelah pengecoran beton.
03-5 Untuk mencapai efisiensi yang tinggi maka hendaknya acuan
didesain sedemikian rupa sehingga bisa dipasang dan dibongkar
dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakan.
03-6 Pada halaman 8, 9 dan 10 terlampir gambar desain acuan.
Berdasarkan pengalaman selama ini desain tersebut cukup efektif
dan ekonomis.

II. 04. PEKERJAAN PEMBESIAN UNTUK RIB :


04-1 Besi beton yang digunakan adalah U24 & U32 (periksa gambar).
04-2 Besi beton harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari
cacat-cacat seperti serpih dan lain sebagainya, serta
berpenampang bulat dan memenuhi persayaratan yang
ditentukan di dalam PBI 1971.
04-3 Pemasangan besi beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
04-4 Besi beton harus diikat kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan
acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai
dengan ketentuan PBI 1971.

2
04-5 Prinsip dari sistem hubungan pembesian pada pertemuan antara :
a. rib dengan rib, baik rib konstrksi, rib settlement maupun rib
pembagi.
b. rib dengan kolom
c. rib dengan plat penutup
seluruhnya harus bersifat jepitan sempurna
d. karenanya, harus selalu ada panjang penyaluran pada tiap
hubungan pertemuan tersebut.
e. detail, pelajari gambar.

II. 05. PEKERJAAN PENGECORAN BETON UNTUK RIB :


05-1 Untuk melaksanakan pekerjaan beton bertulang, berlaku
peraturan sebagai berikut :
a. Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI 1971 N2)
b. Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan bangunan (NI3)
05-2 Gambar-gambar konstruksi :
a. Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi.
b. Apabila ternyata ada yang tidak sesuai antara gambar
potongan dan gambar detail, maka pemborong/Direksi
pengawas berkewajiban untuk segera berkonsultasi dengan
pihak pemegang Paten Pondasi.
05-3 Bahan-bahan untuk adukan beton :
a. Semen
- Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari
mutu yang lebih baik dan atas persetujuan Direksi pengawas
antara lain merk TIGA RODA, SEMEN PADANG dan
GRESIK.
- Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya, tidak
diperkenankan untuk digunakan.
- Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian
rupa, sehingga semen bebas dari kelembapan.
b. Pasir dan koral
- Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang
bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan lain
sebagainya, serta memenuhi komposisi butir dan kekerasan
seperti yang tercantum di dalam PBI 1971.
- Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai persyaratan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.
Untuk pengecoran rib harap dipergunakan koral/steenslag
ukuran ½, sedangkan untuk pengecoran plat bisa
dipergunakan koral/steenslag ukuran 2/3.

3
c. A i r
- Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, garam alkalis serta bahan-
bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton.
- Apabila dipandang perlu, direksi pengawas dapat meminta
kepada pemborong supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi atas biaya
pemborong.
05-4 Pengerjaan beton :
a. Mutu beton yang digunakan adalah :
- untuk rib : K250
- untuk plat : K300
dengan ketentuan-ketentuan lain mengikuti PBI 1971.
b. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen, paling
sedikit harus disediakan 2 (dua) buah dalam kondisi baik serta
berada di lapangan/site.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh pemborong dengan
mengambil benda-benda uji berupa kubus beton atau silinder
beton, yang pembuatannya harus disaksikan oleh direksi
pengawas.
Jumlah benda uji tersebut harus dibuat sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam PBI 1971.
d. Pengecoran harus dan hanya dapat dilaksanakan atas
persetujuan direksi pengawas.
e. Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin, dengan
menggunakan alat penggetar (vibrator) yang minimal harus
tersedia 2 (dua) buah di lapangan/site.
f. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan
pada hari berikutnya, maka tempat penghentian pengecoran
yang diperkenankan hendaknya dikonsultasikan dengan pihak
pemegang paten KSLL, sebelum pelaksanaan pengecoran
awal dimulai.
g. Beton setelah dicor, selama dalam masa pengecoran, harus
selalu dibasahi sesuai ketentuan – ketentuan dalam PBI 1971.
h. Disarankan untuk mengutamakan pemakaian beton Ready Mix.

II. 06. PEKERJAAN URUGAN TANAH :


06-1 Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, dapat
digunakan tanah bekas galian/tanah yang atau didatangkan dari
luar yang tidak mengandung bahan-bahan organis.

4
06-2 Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan tamping
rammer atau alat-alat yang disetujui oleh direksi pengawas dan
setiap lapisan tidak boleh lebih tebal dari 20 cm.
06-3 Pemadatan baru boleh dilakukan setelah rib beton berumur
minimal 2 (dua) hari.
06-4 Pelaksanaan pemadatan tanah untuk tiap lapis (setebal 20 cm)
dilaksanakan sampai tanah tidak tampak turun lagi pada saat
pemadatan.
06-5 Mengingat bahwa pemadatan tanah ini mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap kemampuan KSLL, maka diminta
perhatian/konsentrasi yang tinggi dari pihak pemborong maupun
direksi pengawas dalam pelaksanaan pemadatan ini.
06-6 Untuk pekerjaan pemadatan tanah, tidak diperlukan test
kepadatan.
Pekerjaan sudah bisa dilakukan pada lapis berikutnya, apabila
akibat dari pemadatan dengan tamping rammer sudah tidak
menunjukkan pemampatan lagi.
06-7 Pemadatan disekeliling tepi luar pondasi , urugan tanah hasil
galian rib-rib, dilakukan lapis demi lapis dan tidak perlu ditest.
06-8 Bila urugan tanah dalam rib secara teknis tidak dapat dilakukan
maka dapat diganti alternatif bahan sirtu.
06-9 Khusus
Karena peil tanah asli rendah sekali di bawah rib konstruksi maka
sebelum pekerjaan pengecoran rib konstruksi, perbaikan tanah
harus dilaksanakan terlebih dahulu. Tanah diurug dahulu lapis
demi lapis dan dipadatkan dengan baik. Tebal tiap lapis tidak
boleh lebih dari 20 cm. Pengurugan tahap I ini dilakukan hingga
mencapai elevasi dasar urugan pasir urug yang
ditentukan/terlampir pada gambar kerja.

II. 07. PEKERJAAN URUGAN SIRTU :


07-1 Untuk pengurugan lubang hasil galian pondasi (rib konstruksi)
sampai dengan elevasi yang ditentukan/terlampir pada gambar
kerja menggunakan sirtu.
07-2 Pemadatan dilakukan dengan tamping rammer, lapis demi lapis,
tiap-tiap lapis tidak boleh lebih tebal dari 20 cm.
07-3 Pada saat melakukan pengurugan tanah atau pasir, mengingat
umur beton masih muda, maka harus dijaga perbedaan tinggi
urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari 20 cm.

5
II. 08. PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK PLAT PENUTUP :
Setelah pengurugan pasir dilakukan, maka sebelum pekerjaan
pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi lapisan
lantai kerja dengan campuran 1PC : 6 Ps setebal 3 cm.

II. 09. PEKERJAAN PEMBESIAN UNTUK PLAT PENUTUP :


Hendaknya dilaksanakan mengikuti persyaratan umum seperti pada
butir II-04 di atas tanpa meninggalkan persyaratan yang diatur dalam
PBI 1971.

II. 10. PEKERJAAN PENGECORAN BETON PLAT PENUTUP :


Berlaku aturan-aturan seperti yang diatur dalam butir II-05 di atas
tanpa meninggalkan persyaratan yang diatur dalam PBI 1971.

6
URUTAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN KSLL PERSECTION

NO URAIAN PEKERJAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
01 Galian dasar rib konstruksi
02 Galian setempat untuk rib anti penurunan
03 Pasang lantai kerja dasar rib anti penurunan
04 Pasang 1/2 bekisting untuk bagian rib anti penurunan bagian
bawah (sampai setinggi dasar rib konstruksi)
05 Pasang pembesian rib anti penurunan lengkap dengan voute
06 Pasang penutup bekisting bagian rib settlement bagian bawah
07 Cor rib anti penurunan bagian bawah
08 Pasang lantai kerja rib konstruksi/pembagi
09 Pasang ½ bekisting rib konstruksi/pembagi
10 Bongkar bekisting rib anti penurunan bagian bawah
11 Urug lubang bekas galian rib anti penurunan bagian
bawah lapis I
12 Pasang pembesian rib konstruksi/pembagi
13 Pemadatan urugan poin 11 di atas
14 Urugan tanah lapis II
15 Pemadatan
16 Urugan tanah lapis III
17 Pemadatan, urugan tanah dan seterusnya sampai rata
di bawah Rib konstruksi/pembagi
18 Tutup bekisting rib konstruksi/pembagi
19 Cor rib konstruksi/pembagi
20 Bongkar bekisting rib konstruksi/pembagi
21 Pemadatan dasar urugan pada peil dasar rib konstruksi/pembagi
22 Urugan tanah lapis I
23 Pemadatan
24 Urugan tanah lapis II
25 Pemadatan
26 Urugan pasir lapis I
27 Pemadatan
28 Test
29 Urugan pasir lapis II
30 Pemadatan
31 Test
32 Lantai kerja plat
33 Pembesian plat
34 Pasang bekisting tepi plat (kalau ada)
35 Cor plat KSLL

7
acuan ujung
acuan pengunci
acuan pengunci atas

rib KSLL

acuan standar
multiplek 9 mm pen Ø 10 mm
blk penahan
patok penahan
baji

acuan ujung
A

KOLOM

A
pelebaran kolom

GB. DENAH ACUAN KSLL


DG SISTEM PEMASANGAN ACUAN TANPA PAKU

8
pengunci dari blk usuk 5/7 dipasang tiap 60-75 cm

pen Ø 10 mm

pen Ø 10 mm 10

0
-6
50

h-t
10
acuan rib
multiplek 9 mm

3 4
rib KSLL

pen Ø 10 mm PERSPEKTIP LT. KERJA RIB DAN BETON DEKKING


balok penahan

lt. kerja rib t = 3 cm


beton dekking ( 10 x 7 x b )
b

POTONGAN A-A
9
C a b c

c
acuan ujung acuan standar acuan pengunci
acuan ujung
c

keterangan :
catatan : * urutan pemasangan :
a : 244 cm 1. acuan ujung
a1 : 249 cm 2. acuan pengunci
b : disesuaikan dg kebutuhan 3. acuan standar
c : 30 cm * urutan pembongkaran :
d : > 20 cm
1. acuan standar
2. acuan pengunci
3. acuan ujung

GAMBAR
- SISTEM PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN ACUAN.
- HUBUNGAN MULTIPLEK DAN RANGKA ACUAN.

10

Anda mungkin juga menyukai