Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah rusak atau hilangnya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, atau gigitan hewan lainnya.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul adalah seperti hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta terjadi kematian sel
pada jaringan yang rusak tersebut.

Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah proses penyembuhan luka.
Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks. Jenis sel khusus secara beruntun
membersihkan jejas, kemudian membangun dasar secara progresif (scaffolding) untuk mengisi
setiap efek yang ditimbulkan.

Tujuan penyembuhan luka adalah mengembalikan kondisi homeostasis sehingga dicapai


kestabilan fisiologis jaringan atau organ. Pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan kulit
ditandai dengan terbentuknya epitel fungsional yang menutupi luka. Pada jejas yang lebih luas dan
parah, mungkin tidak akan bisa mengembalikan fungsinya seperti semula secara sempurna.

Luka kulit sembuh melalui proses penyembuhan primer atau penyembuhan sekunder.
Proses penyembuhan tersebut pada dasarnya merupakan proses yang sama namun perbedaannya
lebih karena sifat luka itu sendiri yaitu dari segi keluasannya. Kesembuhan luka primer adalah
penyembuhan luka yang kedua tepinya bertemu dalam upaya penyembuhan lukanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu luka dan macam macam jenis luka ?

2. Apa saja penyebab terjadinya luka ?

3. Bagaimana cara penanggulangan luka ?


BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui macam-macam luka yang sering ditemui kasusnya.

2. Untuk mengetahui sebab terjadinya luka

3. Untuk mengetahui cara penanggulangan dari luka

2.2 Manfaat Penulisan

Mahasiswa mampu mejabarkan jenis-jenis luka yang ditemui dalam kasus sehari-hari, memahami
proses terjadinya luka serja mekanisme penanganan luka, dan mampu mempraktekkan penanganan
luka sesuai prosedurnya.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Jenis Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi

1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan


dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi
dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10%-17%.

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme
pada luka.

3.2 Jenis Luka Berdasarkan

1. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.

2. Stadium II : Luka (Partial Thickness) : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka (Full Thickness) : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia
tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam
dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

4. Stadium IV : Luka (Full Thickness) yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3.3 Jenis Luka Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka

1. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan
yang telah disepakati.

2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat
karena faktor eksogen dan endogen.

3.4 Jenis Luka Berdasarkan Sebab Terjadinya Luka

1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)

Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.

2. Vulnus Ekskoriasi (Luka Lecet)

Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit
merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)


Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan
luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

4. Vulnus Contussum (Luka Kontusio)

Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup,akibat dari kerusakan
pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma)
bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat
menyebabkan akibat yang serius.

5. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)

Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka
akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

6. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)

Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa
tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.

7. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)

Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.

8. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)

Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak
atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

9. Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi,
terdapat gejala pathom limb
10. Vulnus Combustion (Luka Bakar)

Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai
derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Anastesi

Anestesi yang digunakan pada penanganan luka dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu
anestesi lokal ataupun umum. Anestesi lokal digunakan apabila pasien dapat di restrain dengan
baik. Apabila sebaliknya, restrain tidak bisa dilakukan, dapat menggunakan anestesi umum. Pada
pelaksanaan anestesi umum dilakukan dengan menyuntikan atropin secara IM yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya muntah. Setelah 10 menit maka dilakukan penyuntikan xylazin dan
ketamin sebagai obat untuk anesthesi sesuai dengan dosis. Pada anastesi lokal, anastesi dilakukan
dengan lidokain 2% yang disuntikan pada kulit sekitar luka.

4.2 Preoperasi

Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan sebelum dilakuannya operasi sebagai berikut :

1. Meja bedah, alat bedah minor, spuit, needle, kain drep, tampon, kasa

2. Benang absorbable dan non absorbable, sarung tangan, alkohol 70%, iodine tincture 3%,
antibiotik, lidocaine 2% atau ketamin-xylazin dan atropin sulfat.

3. Antibiotik suntik, antibiotik tabur, B-Kompleks

4. Ruang dan tempat operasi dibersihkan, peralatan bedah disterilkan, serta dipersiapkan obat-
obatan yang diperlukan.

5. Dilakukan pemeriksaan fisik.

6. Operator harus siap melaksanakan operasi, telah memahami prosedur operasi, terampil, siap
fisik dan mental.

7. Setelah semuanya siap, hewan dapat memasuki ruang operasi.


8. Persiapan terakhir adalah membersihkan rambut yang ada di sekitar site operasi dan menutup
site operasi dengan kain drep.

4.3 Penanganan Pada Masing-Masing Jenis Vulnus

A. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)

 Diberi bius lokal setelah itu luka dibersihkan dengan antiseptik

 Apabila di dalam luka terakumulasi nanah,lakukan insisi seperlunya pada permukaan luka
dan dikeluakan nanah dengan cara di tekan hingga dipastikan bersih dari nanah.

 Vulnus dibubuhi antibiotic

 Dijahit dengan benang non-absorable pola simple intrupted

 Apabila vulnus dalam keadaan tidak bernanah maka hanya dibersihkan dengan antiseptic
saja.

B. Vulnus Ekskoriasi (Luka Lecet)

 Dibersihkan dengan antiseptic secara rutin sampai vulus kering

C. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)

 Diberi bius lokal

 Fiksasi benda yang tertancap pada tubuh korban dengan menggunakan pembalut penekan
atau pembalut cepat yang salah satu sisinya digunting sebagai pengkait benda yang
tertancap.

 Memastikan kedalaman luka tusukan.apabila tusukan yang terjadi tidak terlalu dalam maka
hanya diberikan antiseptic dan dibiarkan luka terbuka agar tidak terjadi tetanus.

 Apabila luka yang terjadi cukup dalam dan terjadi perdarahan hebat maka dilakukan ligase
pembuluh darah besar yang terpotong
 Lakukan penutupan jaringan dengan jahitan pada muscullus dengan benang absorbable
pola jahitan simple intupted,subkutan dan kulit dengan benang non-absorable pola jahitan
simple intrupted.

D. Vulnus Contussum (Luka Kontusio)

 Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan
vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang
robek.

E. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)

 yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan antiseptic.

F. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)

 jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah


membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama
setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya.
Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena
setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

 Setelah mengetahui posisi peluru pada luka tembak luar bisa langsung dilakukan
pencabutan peluru

 namun apabila luka tembak dalam maka peluru harus dikeluarkan dan muscullus bekas
posisi peluru di jahit dengan simple intrupted benang absorabable.

G. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)

 Anestesi lokal.

 Pembilasan luka dengan cairan garam faali.

 Sterilisasi luka menggunakan yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium tincture


3 %, alkohol 70 %.
 Daerah vulnus dikelilingi dengan kain steril

 Pembersihan luka dari kotoran, benda asing, jaringan mati, pinggir kulit .

H. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)

 Anestesi lokal.

 Pembilasan luka dengan cairan garam faali.

 Sterilisasi luka menggunakan yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium 3 %,


alkohol 70 %.

 Lakukan tindakan operasi untuk memeriksa apakah ada organ bagian dalam yang terluka.
Jika ada, lakukan penanganan dengan menjahit luka bagian dalam.

 Lakukan penjahitan untuk menutup luka dibagian kulit.

 Penanganan vulnus perporatum ini lebih difokuskan pada penanganan pasca operasi.

I. Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)

 Anestesi lokal.

 Pembilasan luka dengan cairan garam faali.

 Sterilisasi luka menggunakan yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium 3 %,


alkohol 70 %.

 Lakukan tindakan operasi agar luka bekas amputasi tidak semakin parah.

 Sama seperti diatas, penanganan vulnus amputatum lebih difokuskan pada penanganan
pasca operasi

J. Vulnus Combustion (Luka Bakar)

 Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, tujuannya untuk
memindahkan kalor, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah.
 Bila terbentuk bula boleh dipecahkan

 Perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas
mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi.

 Kebutuhan cairan pada pasien luka bakar sangat diperlukan.

4.4 Pasca Operasi

Setelah penanganan luka, selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. Bila


memungkinkan hewan dapat dikandangkan, dan disuntikan antibiotic sesuai dosis secara IM pada
kejadian luka yang dalam. Penyuktikan B-Kompleks juga bisa dilakukan pada kasus luka dengan
trauma yang dalam.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Persiapan anastesi pada setiap jenis luka berbeda-beda. Ada yang bisa ditangani tanpa
menggunakan anastesi, namun pada kasus luka yang dalam, harus dilakukan anastesi agar hewan
tidak kesakitan. Secara umum, persiapan alat yang dibutuhkan pada setiap penanganan kasus ini
adalah antiseptik dan alat bedah minor. Jenis luka ada banyak dan setiap jenis tersebut memiliki
penanganan yang berbeda.

Pada jenis luka yang tidak terlalu dalam, hanya dilakukan pembersihan pada luka sampai
luka sembuh. Hal ini seperti pada luka Vulnus Ekskoriasi (Luka Lecet), Vulnus Contussum (Luka
Kontusio), Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat), dan Vulnus Combustion (Luka Bakar).

Pada jenis luka dalam, perlu dilakukan pembedahan atau penanganan yang lebih serius.
Hal ini seperti pada Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek), Vulnus Punctum (Luka Tusuk), Vulnus
Schlopetorum (Luka Tembak), Vulnus Morsum (Luka Gigitan), Vulnus Perforatum (Luka
Tembus), dan Vulnus Amputatum (Luka Terpotong).

5.2 Saran

Sebaiknya pada penanganan luka, dilakukan sesuai kebutuhan dan sesuai keadaan
hewannya. Kebanyakan kasus penanganan luka adalah emergency kasus. Sehingga tidak akan
sempat menjalankan operasi sesuai prosedur. Jadi kami menyarankan agar mendahulukan
kepentingan pasien disbanding mengikuti prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Advancis Medical. 2013. Advanced veterinary wound care. USA : Dechra Vet

Dudley, HAF, dkk. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah. Jakarta : EGC

Keast, David. 2004. The Basic Principles of Wound Healing. Terdapat


pada :[http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9782957]. Dibuka pada tanggal 10 November 2014

Meliasyah, Ekimelians. 2013. Macam-Macam Luka dan Cara Penanganannya. Terdapat pada :
[http://penkesnasional.blogspot.com/2013/07/macam-macam-luka-dan-cara-
penanganannya.html]. Dibuka pada tanggal 10 November 2014

Rusdiana, Linda. 2012. Perawatan Luka. Terdapat pada :


[http://lindarusdiana1.blogspot.com/2012/perawatan-luka/]. Dibuka pada tanggal 10 November
2014

Taqwim, A. 2011. Proses Penyembuhan Luka. Terdapat pada :


[http://dentosca.wordpress.com/2011/04/06/proses-penyembuhan-luka/]. Dibuka pada tanggal 10
November 2014

Winkler, Kevin P. 2012. General Principles of Wound Healing. Terdapatpada :


[http://www.merckmanuals.com/vet/emergency_medicine_and_critical_care/wound_managemen
t/general_principles_of_wound_healing.html]. dibuka pada tanggal 10 November 2014

Anda mungkin juga menyukai