Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Stroke

Stroke adalah syndrom klinis awal timbulnya mendadak, progresi

berupa defisit neurologi, fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau

langsung menimbulkan kematian dan semata-mata di sebabkan oleh

gangguan perdaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh

berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk , 2000).

Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu

proses patologi dan pembuluh darah( Price, 2000). Stroke adalah Infark

dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke otak.( Junaidi,

2004).

Stroke adalah serangkaian kejadian neurologist yang terjadi bila aliran

darah arteri terganggu ke otak atau di otak terganggu. (Engram. 1998).

Cedera cerebrovaskuler atau stroke adalah awitan deficit neurologis yang

berhubungan dengan penurunan aliran darah cerebral yang di sebabkan

oleh oklusi atau stenosis pembuluh darah embolisme atau hemorargik,

yang menyebabkan iskhemik otak (Tucker, 1998). Dari pengertian di atas

penulis menyimpulkan bahwa stroke/cerebrovaskuler adalah defisit

neurologis yang berakibat pada hilangnya fungsi otak yang timbul secara

mendadak karena adanya gangguan suplai darah ke bagian otak.


B. Etiologi

Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari

salah satu tempat kejadian, yaitu:

a. Trombosis ( Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).

b. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke

otak dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain).

c. Isiansia (Penurunan aliran darh ke arah otak).

d. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya

adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak,

pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.

Sedangkan faktor resiko pada stroke menurut Baughman, C Diane.dkk

(2000):

a. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.

b. Penyakit kardiovaskuler(Embolisme serebral mungkin berasal dari

jantung)

c. Kadar hematokrit normal tinggi(yang berhubungan dengan infark

cerebral)

d. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di

atas 35 tahun dan kadar esterogen yang tinggi

e. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang

dapat menyebabkan iskhemia serebral umum.

f. Penyalahgunaan obat tertentu. pada remaja dan dewasa muda

g. Kesulitan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan

darah, merokok kretek dan obesitas

h. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke


C. Patofisiologi

Infarkserbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di

otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan

besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area

yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak

dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,

emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan

umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik

sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat

berasal dari flakarterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang

stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;

1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

bersangkutan

2. Edema dan kongestidisekitar area.

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area

infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau

kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema

pasien mulai menunjukan perbaikan ,CVA. Karena thrombosis biasanya

tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh

darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti

thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding

pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa

infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi

aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan meyebabkan perdarahan cerebral,


jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan

oleh ruptur arterio sklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan

intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan

dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral

terhambat, dapat berkembang anoksiacerebral. Perubahan disebabkan oleh

anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan

irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi

oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiacarrest.

D. Tanda dan gejala

Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) tanda dan gejala dari stoke

adalah:

a. Kehilangan motorik

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia(paralisis pada salah

satu sisi) dan hemiparesis(kelemahan salah satu sisi) dan disfagia

b. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)

atau afasia (kehilangan berbicara)

c. Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau

kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual,

spesial dan kehilangan sensori

d. Kerusakan fungsi kognitif, perestesia(terjadi pada sisi yang

berlawanan).

e. Disfungsi kandung kemih

Meliputi inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius

peristen atau retensi urin(mungkin simtomatik dari kerusakan otak


bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut. (dapat

mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

E. Gambaran Klinis

Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau sroke merupakan

sirkulasi serebral yang dapat disebabkan karena trombus, embolus dan

perdarahan serebral. Embolus dapat merupakan akibat bekuan darah plek

aorta matosa fragmen, lemak dan udara. embolus pada otak kebanyakan

berasal dari jantung, sekunder terhadapinfark miokard atau fibrilasi atrium,

Jika etiologi stroke adalah hemorargi maka faktor pencetusnya biasanya

adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler seperti Malformasi Arteri Venera

(MAV) dan aneurisma serbral lebih rentan terhadap ruptur dan

menyebabkan hemorargia pada hipertensi.

Pada stroke trombosis atau embolik bagian otak yang mengalami

iskhemik atau infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan

meluas setelah serangan pertama dapat terjadi edema serebral dan

peningkatan intra kranial(PTIK) herniasai dan kematian setelah

trombolitik terjadi pada area yang luasnya saat serangan, karena stroke

trombolitik banyak terjadi karena arterosklerosis, maka ada resiko terjadi

stroke untuk masa mendatang.

Pada pasien yang sudah pernah mengalami stroke embolitik pasien juga

mengalami atau mempunyai kasus untuk mengalami stroke jika

penyebabnya tidak ditangani. Jika luas jaringan otak yang rusak akibat

stroke hemorargik tidak besar dan bukan pada tempat yang vital, maka

pasien dapat pulih dengan defisit minimal. Jika hemorargik luas terjadi

pada daerah yang vital, pasien mungkin tidak dapat pulih (price, 2000).
F. Pemeriksaan penunjang

Menurut Doenges (1999) pemeriksaan laboratorium meliputi:

a. CT.scan, memperlihatkan adanya cidera, hematoma, iskhemia infark.

b. Angiografi cerebral, membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti: perdarahan, obstruksi, arteri adanya ruptur

c. Fungsi lumbal, menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada

trombosis embolis serebral dan tekanan intrakranial(TIK). Tekanan

meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya

haemoragik subarachnoid, perdarahan intra kranial

d. Magnetik Resonance imaging (MRI), Menunjukan ada yang mengalami

infark

e. Ultrasonografi dopler, mengidentifikasi penyakit artemovena

f. Elektroencefalogram(EEG), Mengidentifikasi masalah didasarkan pada

gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

g. Sinar X tengkorak:menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

daerah yang berlawanan dari masa yang meluas klasifikasi karotis

interna terdapat pada trombosis cerebral, klasifikasi parsial dinding

aneurisma pada perdarahan subarachnoid

G. Penatalaksanaan Medis dan keperawatan Menurut Engram (1998)

penatalaksanaan medis umum dari cidera cerebrovaskuler atau stroke

adalah:

a. Farmakoterapi : Agen antihipertensi, antikoagulan (untuk stroke yang

disebabkan thrombus), kortikosteroid untuk mengurangi edema

cerebral, asma aminokaproik (Amicar) untuk perdarahan subarachnoid


b. Pembedahan endarterektomi : eksisi tunika intima arteri yang menebal

dan atero matosa ( untuk sumbatan karotis yang di sebabkan oleh

arterosklerosis).
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung

(Mubaraq, 2011).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena

ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional

serta mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga

(Mubaraq, 2011).

2. Tipe/Bentuk Keluarga

Menutut Jhonson R (2010). Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk

keluarga:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak

saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,

bibi, dsb.

c. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.


e. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal

yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran

ayng terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi

rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya

dan anggota masyarakat.

b. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,

pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota

kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai

pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

c. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual (Mubaraq,

2011).

4. Fungsi Keluarga

Menurut Mubaraq (2011), Fungsi dari keluarga adalah memenuhi

kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat yang lebih luas,

fungsi keluarga adalah:

a. Fungsi Afektif

Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan

keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta

keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak


kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap

anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial. Proses sosialisasi dimulai sejak lahir.

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi.

Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma,

budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga untuk

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan

keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan

tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan

menggunakan fasilitas kesehatan.

5. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985

dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :


a. Tahap I : Keluarga Pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah

membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan

jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga

berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi

sampai umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan

nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan

norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-

13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan

anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik

anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak

saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan

anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam

batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua

arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda

dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas

siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang

didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk

memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan

istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau

pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu

pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia

45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas

perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah

dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan

yang kokoh.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal

dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan

keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara

generasi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa individu

a. Gangguan perfusi jaringan cerebral (Doenges, 2000)

Intervensi:

1) Kaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya koma atau

menurunnya perfusi jaringan otak

2) Monitor status neurologis secara teratur


3) Monitor tanda-tanda vital

4) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi seperti: fungsi bicara jika

pasien sadar.

b. Kurangnya pengetahuan

Intervensi:

1) Kaji tingkat pengetahuan klien

2) Jelaskan tentang stroke dan efeknya pada otak, jantung, ginjal dan

pembuluh darah

3) Berikan penjelasan pentingnya kerja sama dengan petugas

kesehatan dalam pengobatan untuk mencegah kekambuhan

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan (Carpenito,2000)

Intervensi:

1) Kaji faktor-faktor penyebab atau penunjang

2) Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau penunjang

3) Berikan makanan yang bergizi secara adekuat. 4. Berikan

makanan perlahan mulai dari makanan saring atau lunak

2. Diagnosa keperawatan keluarga

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga

Intervensi:

1) Berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,

komplikasi,serta penanganannya

2) Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah

keluarga

4) Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-masalah

kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tidakan kesehatan yang tepat

Intervensi:

1) Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat-akibat bila

mereka tidak mengambil keputusan

2) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat mereka

pilih dan sumber-sumber yang di perlukan untuk melakukan

tindakan keperawatan

3) Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Intervensi:

1) Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga yang

sakit

2) Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

3) Awasi keluarga melakukan perawatan

4) Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam merawat

anggota keluarga yang sakit

d. ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota

keluarga Intervensi:

1) Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

2) Beri penjelasan tentang keuntungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan rumah

3) Gali sumber-sumber keluarga yang mendukung memperbaiki

keadaan fisik rumah yang tidak sehat


4) Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi

lingkungan

5) Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di

masyarakat guna memelihara kesehatan

Intervensi:

1) Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

2) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi fasilitas

kesehatan

3) Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

4) Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas

kesehatan bagi keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Baughman, C diane,dkk, 2000. Buku saku medical bedah brunner suddart,


Jakarta, EGC.
Carpenito L.J, 2000. Diagnosa keperawatan; Aplikasi pada perawatan
klinis(terjemahan), Edisi 6. Jakarta :EGC.
Doenges,Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah. Vol.2.
Jakarta:EGC.
Friedman,Marilyn M. 1998. Family Nursing Theory and Practice. Alih Bahasa Ina
Debora, Keperawatan Keluarga:Teori dan Praktek.Jakarta:EGC.
Junaidi, iskandar,2004, Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke, Edisi;
2, PT Bhuana ilmu popular, kelompok gramedia, Jakarta.
Jhonson R. dan Leny R. keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga.
Yogyakarta : Nuha Medika. 2010
Mansjoer,A, 2000, Kapita selekta kedokteran. Edisi:3, Media Ausculapius, FKUI,
Jakarta.
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
Price, S, A, 2000, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (terjemahan),
Edisi ;4 buku 2, Jakarta, EGC. `

Anda mungkin juga menyukai