Anda di halaman 1dari 70

Bshan Dan Sifatnya

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut
dibagi menjadi tiga sifat. Sifat–sifat itu akan mendasari dalam
pemilihan material, sifat tersebut adalah:
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting
yang mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan.
Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku
material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa
gaya, torsi atau gabungan keduanya.
gaya diserap oleh material selama berdeformasi
TEGANGAN
SIFAT MEKANIK persatuan luas
REGANGAN besar deformasi persatuan luas.

MODULUS ELASTISITAS ukuran kekuatan material


besarnya tegangan untuk mendeformasi material
KEKUATAN
atau kemampuan material untuk menahan deformasi.
KEKUATAN LULUH
besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
KEKUATAN TARIK
kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran
mula.
KEULETAN besar deformasi plastis sampai terjadi patah.

KETANGGUHAN
besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan.
KEKERASAN
kemampuan material menahan deformasi plastis
lokal akibat penetrasi pada permukaan.
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat
fisik. Sifat fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang
bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan,
pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada
struktur material.
Sifat fisik material antara lain :
 temperatur cair
 konduktivitas panas
 panas spesifik.
sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat
teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau
diproses.
Sifat-sifat teknologi diantaranya
 sifat mampu las
 Sifat mampu cor
 Sifat mampu mesin
 Sifat mampu bentuk
Pengujian kekerasan dilakukan
dengan memakai bola baja yang
diperkeras (hardened steel ball)
dengan beban dan waktu indentasi
tertentu.
Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan
diameter 10 mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam -
logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non-ferrous.
Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar
10 detik, sementara untuk logam-logam non-ferrous sekitar 30
detik.
Prinsip pengujian adalah sama
dengan metode Brinell, walaupun
jejak yang dihasilkan berbentuk
bujur sangkar berdiagonal.
Panjang diagonal diukur dengan
skala pada mikroskop pengujur
jejak.
Metode Rockwell merupakan uji
kekerasan dengan pembacaan
langsung (directreading). Metode
ini banyak dipakai dalam industri
karena pertimbangan praktis.
Variasi dalam beban dan indetor
yang digunakan membuat metode
ini memiliki banyak macamnya.
UJI IMPACK

Pengujian impak merupakan suatu


upaya untuk mensimulasikan
kondisi operasi material yang
sering ditemui dalam
perlengkapan transportasi atau
konstruksi dimana beban tidak
selamanya terjadi secara perlahan-
lahan melainkan datang secara
tiba-tiba
BENDA UJI IZOD
BENDA UJI CHARPY
JENIS PERPATAHAN
 Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan
mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan
(logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan
patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya
dan berpenampilan buram.
 Perpatahan granular / kristalin, yang dihasilkan oleh
mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan
(logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan
patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul
cahaya yang tinggi (mengkilat).
 Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan
kombinasi dua jenis perpatahan di atas.
UJI TARIK
Awalnya AISI (The American Iron & Steel Institue) memiliki
standard yang diterima luas di Amerika serikat dan Negara
lainnya. Tetapi standard AISI tidak mencakup semua jenis
logam/metal, dan tidak begitu informatif megenai properties
beberapa logam. Kemudian dua organisasi Standard Amerika,
ASTM (American Society For Testing & Metal) dan SAE
(Society of Automotive Engineers) mengembangkan sebuah
standard untuk logam yaitu UNS (The Unified Numbering
System).
SAE (Society of Automotive Engineers) menetapkan standard
baja yaitu SAE steel grades. Ini terdiri dari empat digit yang
menjadi repsrenstasi komposisi kimia. AISI memakai standard
dengan system penomoran yang sama dengan SAE, namun
menambahkan huruf untuk menujukan proses pembuatan baja.
Sebagai contoh prefix “C” untuk open hearth furnace, basic
oxygen furnace (BOF) dan “E” untuk electric arc furnace.
 Gambar 1. Digit penomoran AISI/SAE.
 Dua digit pertama menggambarkan tipe material, yaitu element utama pada
digit pertama dan secondary element pada digit kedua. Dua digit terakhir
adalah kandungan element karbon yang dinyatakan dalam seperseratus
persen.
 Contoh 1060, artinya 1 untuk baja karbon (carbon steel), 0 untuk
menunjukan plain (tidak ditambahkan sulfur dan phospor). Dua digit
terakhir yaitu 60 adalah kandungan karbon sebesar 0,60 %.
AISI/SAE Tipe
1XXX Carbon steels
2XXX Nickel steels
3XXX Nickel-chromium steels
4XXX Molybdenum steels
5XXX Chromium steels
6XXX Chromium-vanadium steels
7XXX Tungsten steels
8XXX Nickel-chromium-vanadium steels
9XXX Silicon-manganese steels

10XX 0 menunjukan plain carbon


11XX 1 menunjukan resulfurized (ditambahkan sulfur)
12XX 2 menunjukan resulfurized dan rephosporized (ditambahkan
sulfur dan phosphor)
 Bila pada AISI/SAE system penomoran terdiri dari 4 digit, UNS mengunakan 6
digit untuk menggambarkan logam baik dari komposisi kimia, proses manufaktur,
dan perlakuan panas. Digit pertama terdiri dari huruf menunjukan jenis logam,
yaitu:
 AXXXXX A untuk aluminum
 CXXXXX C untuk copper dan copper alloy
 FXXXXX F untuk cast iron (besi cor)
 GXXXXX G untuk baja karbon
 NXXXXX N untuk nickel dan nickel alloy
 SXXXXX S untuk stainlles stell
 WXXXXX W untuk welding filler material
 ZXXXXX Z untuk zinck dan zinck alloy
 Digit kedua sampai digit kelima adalah adaptasi dari sistem penomoran AISI/SAE.
Sedangkan digit terakhir sebagai informasi tambahan untuk proses perlakuan panas,
tempering contohnya, atau proses manufaktur.
 Contoh: UNS G10300
 G menunjukan baja karbon
 1030 plain carbon steel dengan kandungan karbon 0.30%-0 digit terakhir informasi
tambahan mengenai heat treatment dan proses manufaktur.
 Di dalam proses pengerjaan logam, ada dua macam metode dasar pengerjaan
logam
 1. Pengerjaan logam tanpa melalui proses pemotongan/ penyayatan
 material.
 a. Pengecoran ( casting )
 (1) cetakan-pasir.
 (2) cetakan-presisi : cetak-tekan, cetakan-logam, cetakan centrifugal dll.
 b. Pembentukan ( forming )
 (1) panas : tempa (forging).
 (2) dingin : pembengkokan (bending), pengerolan (rolling), spinning,
drawing, pressing, stamping.
 c. Penyambungan ( joinning )
 (1) sementara : mur-baut, lipatan.
 (2) permanen : paku keling, las, brassing, solder, press, lem adhesive.
 d. Perlakuan fisik ( heat treatment)
 (1) pengerasan ( hardening)
 (2) pelunakan ( normalising )
2. Pengerjaan logam dengan melalui proses pemotongan/penyayatan
material.
a. Conventional:
(1) tangan : pengikiran (filling), penggergajian (sawing),
pemahat (chiselling), pengguntingan (shearing),
pengerikan (scraping).
(2) mesin : pengeboran (drilling), pembubutan (turning),
pengefraisan(milling), penggerindaan (grinding).
b. Non-conventional:
(1) nyala-api : oxy-acetylin, plasma-cutting dll.
(2) reaksi kimia : etching dll.
(3) erosi loncatan listrik : EDM, wire-cut dll.
(4) sinar : laser dll.
(5) high pressure : high pressure water cut
 Alloy Steel / Baja Campuran / Baja Paduan adalah baja yang
dicampur dengan berbagai unsur dalam jumlah total berkisar
antara 1,0% dan 50% berat untuk meningkatkan sifat
mekanik. Baja paduan dipecah menjadi dua kelompok:
rendah-paduan baja dan tinggi paduan baja.

 Secara sangat sederhana, baja adalah besi yang ditambahkan


carbon ke dalamnya. Campuran lainnya ditambahkan untuk
membuat baja berperforma berbeda. Inilah baja campuran
dalam urutan alfabet, dan beberapa contoh baja yang
mengandung campuran tersebut:

 * Carbon:
 Terdapat dalam semua baja, dialah elemen terpenting yang
membuat keras. Carbon juga menambah kekuatan baja,
namun menambahkannya secara terisolasi, mengurangi
keuletan.
* Chromium:
Ditambahkan untuk wear resistance, kemampuan dikeraskan, dan (yang
terpenting) untuk ketahanan terhadap karat. Sebuah baja dengan setidaknya 13%
chromium biasanya dianggap sebagai baja stainless, meski definisi lainnya
mengatakan bahwa 11,5% chromium “bebas” (beda dengan yang terikat di
dalam carbida) cukup untuk menyebut sebuah baja sebagai stainless. Apapun
namanya, semua baja akan berkarat jika tidak dirawat semestinya.
Menambahkan chromium dalam jumlah banyak akan menurunkan keuletan.
Chromium adalah pembentuk carbida, itulah sebabnya dia mengembangkan
wear resistance.

* Manganese:
Sebuah elemen yang penting. Mangaan membantu struktur butiran, dan
menyumbang terhadap kemampuan untuk dikeraskan. Juga kekuatan dan wear
resistance. Meningkatkan kualitas baja (semisal, deoksidasi) selama proses
pabrikan (proses panas dan penggulungan).
* Molybdenum:
Sebuah pembentuk carbida, mencegah kegetasan dan menjaga kekuatan baja dalam
temperatur tinggi. Hadir dalam banyak jenis baja, dan baja keras di udara (air hardening
steel) semisal, A-2, ATS-34 selalu memiliki 1% atau lebih molybdenum—molybdenum
lah yang membuat baja-baja tersebut mampu mengeras menggunakan udara.

* Nickel:
Menambahkan keuletan. Hadir dalam L-6 dan AUS-6 dan AUS-8. Nickel dipercaya
luas juga memainkan peran penting dalam kemampuan menghadapi karat, tapi
nampaknya hal ini kurang tepat.

* Phosphorus:
Hadir dalam jumlah kecil pada sejumlah baja, phophorus sebenarnya adalah sebuah
pencemar yang mengurangi keuletan.

* Silicon:
Menyumbang terhadap kekuatan. Seperti layaknya mangaan, ia membuat baja lebih
baik dalam proses pabrikan.
•Sulfur: sulfur menambah kemudahan dalam proses permesinan namun
mengurangi keuletan.
* Tungsten:
Sebuah pembentuk carbida, dia menambahkan wear resistance. Saat
dikombinasikan tepat dengan chromium atau molybdenum, tungsten akan
menghasilkan baja berkecepatan-tinggi. Baja berkecepatan-tinggi M-2 memiliki
sejumlah besar tungsten. Pembentuk carbida paling kuat setelah vanadium.
* Vanadium:
Menyumbang kepada wear resistance dan kemampuan untuk dikeraskan, dan
sebagai pembentuk carbida (faktanya, carbida vanadium adalah carbida paling
keras) menyumbang kepada wear resistance. Ia juga memperbaiki butiran baja,
yang menyumbang terhadap keuletan dan memungkinkan sebuah baja menjadi
sangat tajam. Sejumlah baja memiliki vanadium, namun M-2, Vascowear, dan
CPM T440V dan 420V (dalam urutan jumlah yang berkurang) memiliki
vanadium yang banyak. Perbedaan besar antara BG-42 dengan ATS-34 adalah
ditambahkannya vanadium.
BAJA TAHAN KARAT

Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel


adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5%
Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam).
Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan
film oksida Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi
proses oksidasi besi (Ferum).
 Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel
adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5%
Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam)
 Ada 4 Jenis Material Tahan Korosi
– Austenitik (seri 200 & 300)
– Ferritik (seri 400)
– Martemsitik (seri 400 & 500)
– Pengerasan presipitasi
– Struktur Duplek
 Komposisi Besi Tuang
Utama : Fe (besi)
Paduan : C (karbon) = 2.75 – 4.00%
Si (silikon) = 0.75 – 3.00%
Mn (mangan) = 0.25 – 1.50%
P (posfor) = 0.02 – 0.75%
S (sulfur) = 0.02 – 0.2%
1. White Cast Iron
2. Grey Cast Iron (FC)
3. Mallable Cast Iron
4. Ductile Cast Iron (FCD)
5. Austempered Ductile Iron (ADI)
 Logam & paduan bukan besi
 Logam biasa: Al, Cu, Mg

 Logam/paduan tahan suhu tinggi: W, Ta, Mo

 Aplikasi utk
 Ketahanan korosi

 Konduktifitas panas $ listrik tinggi

 Kerapatan rendah

 Mudah dipabrikasi

 Cth.
 Al utk pesawat terbang, peralatan masak

 Cu utk kawat listrik, pipa air

 Zn utk karburator

 Ti utk sudu turbin mesinjet

 Ta utk mesin roket


 Logam terringan dan penyerap getaran yg baik
 Aplikasi:
 Komponen pesawat & missil

 Mesin pengankat

 Pekakas

 Tangga

 Koper

 Sepeda

 Komponen ringan lainnya.


 Hurup 1&2 menyatakan unsur pemadu utama
 Angka 3&4 menyatakan % unsur pemadu utama
 Hurup 5 menyatakan standar paduan
 Hurup dan angka berikutnya menyatakan perlakuan panas
Contoh. AZ91C-T6
A = Al
Z = Zn
9 = 9%Al
1 = 1%Zn
C = Standar C
T6 = Perlakuan panas
 Sifat paduan tembaga:
 Konduktifitas listrik dan panas tinggi

 Tidak bersifat magnit

 Tahan korosi

 Aplikasi
 Komponen listrik dan elektronik

 Pegas

 Cartridge

 Pipa

 Penukar panas

 Peralatan panas

 Perhiasan, dll
 Kuningan (Cu+Zn)
 Perunggu (Cu+Sn)
 Perunggu Al (Cu+Sn+Al)
 Perunggu Be (Cu+Sn+Be)
 Cu+Ni
 Cu+Ag
 Sifat paduan nikel
 Kuat

 Getas

 Tahan korosi pada suhu tinggi

 Elemen pemadu nikel: Cr, Co, Mo dan Cu


 Paduan nikel base = superalloy
 Paduan nikel tembaga = monel
 Paduan nikel krom = inconel
 Paduan nikel krom molybdenum = hastelloy
 Paduan nikel kron besi = nichrome
 Paduan nikel besi = invar
Termoplastik
 Berupa material padatan pada temperatur ruang tetapi
berubah menjadi cairan kental ketika dipanaskan pada
temperatur beberapa ratus derajat saja.
 Karakteristik ini menyebabkan termoplastik mudah dan
ekonomis difabrikasi menjadi beragam bentuk.
 Dapat diberikan siklus pemanasan-pendinginan berulang kali
tanpa degradasi berarti.
 Contoh: Polyethylene (PE), polyvinylchloride (PVC),
polypropylene (PP), polystyrene (PS), dan nylon
 Tidak dapat menerima siklus pemanasan-pendinginan seperti
termoplastik:
• Ketika dipanaskan pada tahap awal, termoset melunak dan
mampu mengalir di dalam cetakan.
• Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang
mengeraskan material sehingga akhirnya menjadi padatan
yang tidak mampu lebur kembali (infusible solid).
• Jika dipanaskan ulang, tidak mampu melunak kembali
melainkan akan terdegradasi menghasilkan arang.
 Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-
formaldehida
Polietilen Polistiren

polikarbonat ABS
Resin Epoksi Bakelit

Resin melamin Urea-formaldehida


 Material yang mampu memanjang secara elastis ketika
dikenakan tegangan mekanis yang relatif rendah.
 Lebih umum dikenal sebagai karet (rubber).
 Beberapa elastomer dapat diregangkan hingga 10 kali lipat
dan masih mampu kembali sempurna ke ukuran asal.
 Meskipun perilakunya cukup berbeda dengan termoset,
namun elastomer memiliki struktur yang lebih mirip dengan
termoset, dibandingkan dengan termoplastik.
 Contoh:
• Karet alam: vulcanized natural rubber.
• Karet sintetis: Styrene-Butadiene (SBR), Nitrile butadiene
rubber (NBR), Silicone rubber.
Styrene-Butadiene Nitrile butadiene rubber

Silicone rubber
 Viskoelastisitas adalah karakteristik mekanis gabungan antara
liquid dan polimer pada temperatur yang tinggi. Contoh
ekstrem viskoelastisitas dapat ditemukan pada sebuah silikon
polimer.

silikon polimer
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Rods forming process

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Environmental Effects on Material
Behaviour

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Improved Materials

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Hydrogen Dissolves

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Attack on Aluminium

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Material Design and Selection

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Van Der Waals Bonding

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Mixed Bonding

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Binding Energy & Interatomic Spacing

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Force Distance curve for two
materials

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Kerusakan Material

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Perpatahan Ulet (Ductile Fracture)
 Perpatahan Ulet merupakan perpatahan yang terjadi akibat
pembebanan yang berlebih dimana sebelumnya terjadi
penyerapan energi dan deformasi plastis. Perpatahan ulet
memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan gelap
(dull). Pada perpatahan ulet komposisi material juga
mempengaruhi, jadi bukan karena pengaruh beban saja.
Perpatahan ulet biasanya terjadi pada material berstruktur bainit
yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.
 Pada perpatahan ulet terdapat gabungan rongga mikro
material. Pada gambar berikut di bawah ini dijelaskan ilustrasi
skematis terjadinya perpatahan ulet pada suatu spesimen yang
diberikan pembebanan tarik.
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Tampilan permukaan patahan dari suatu sampel logam yang ditandai dengan
lubang-lubang dimpel sebagai suatu hasil proses penyatuan rongga-rongga
kecil (cavity) selama pembebanan berlangsung
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Perpatahan Getas
(Brittle Fracture)
Perpatahan Getas merupakan perpatahan
akibat penambahan retak tanpa keuletan
dengan didahului oleh deformasi plastis,
namun tidak disertai dengan penyerapan
energi. Perpatahan ini biasa terjadi pada
energi pembebanan yang rendah.
Perpatahan getas ditandai dengan
permukaan patahan yang berbutir
(granular) dan terang serta ditandai
dengan perambatan retak yang cepat dan
adanya energi pembebanan yang relatif
lebih kecil daripada perpatahan
ulet. perpatahan getas biasanya terjadi
pada material yang memiliki struktur
martensit, atau material yang memiliki
komposisi karbon yang sangat tinggi
sehingga sangat kuat namun rapuh
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Fenomena Ductile to Brittle Tension.
Ciri – Ciri Perpatahan Getas
Tidak ada atau sedikit sekali
deformasi plastis yang terjadi.
Retak atau perpatahan merambat
sepanjang bidang-bidang kristalin
membelah atom-atom material
(transgranular).
Pada material lunak dengan butir
kasar (coarse-grain) makan dapat
dilihat pola-pola yang
dinamakan chevron atau fan-like
pattern yang berkembang keluar
dari daerah awal kegagalan.
Material keras dengan butir halus
(fine-grain) tidak memiliki pola-pola
Transisi dari Ulet ke Getas dan Sebaliknya yang mudah dibedakan.
Material amorphous (seperti gelas)
memiliki permukaan patahan yang
bercahaya dan mulus.

Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin

Anda mungkin juga menyukai