KM 2
KM 2
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut
dibagi menjadi tiga sifat. Sifat–sifat itu akan mendasari dalam
pemilihan material, sifat tersebut adalah:
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting
yang mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan.
Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku
material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa
gaya, torsi atau gabungan keduanya.
gaya diserap oleh material selama berdeformasi
TEGANGAN
SIFAT MEKANIK persatuan luas
REGANGAN besar deformasi persatuan luas.
KETANGGUHAN
besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan.
KEKERASAN
kemampuan material menahan deformasi plastis
lokal akibat penetrasi pada permukaan.
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat
fisik. Sifat fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang
bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan,
pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada
struktur material.
Sifat fisik material antara lain :
temperatur cair
konduktivitas panas
panas spesifik.
sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat
teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau
diproses.
Sifat-sifat teknologi diantaranya
sifat mampu las
Sifat mampu cor
Sifat mampu mesin
Sifat mampu bentuk
Pengujian kekerasan dilakukan
dengan memakai bola baja yang
diperkeras (hardened steel ball)
dengan beban dan waktu indentasi
tertentu.
Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan
diameter 10 mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam -
logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non-ferrous.
Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar
10 detik, sementara untuk logam-logam non-ferrous sekitar 30
detik.
Prinsip pengujian adalah sama
dengan metode Brinell, walaupun
jejak yang dihasilkan berbentuk
bujur sangkar berdiagonal.
Panjang diagonal diukur dengan
skala pada mikroskop pengujur
jejak.
Metode Rockwell merupakan uji
kekerasan dengan pembacaan
langsung (directreading). Metode
ini banyak dipakai dalam industri
karena pertimbangan praktis.
Variasi dalam beban dan indetor
yang digunakan membuat metode
ini memiliki banyak macamnya.
UJI IMPACK
* Carbon:
Terdapat dalam semua baja, dialah elemen terpenting yang
membuat keras. Carbon juga menambah kekuatan baja,
namun menambahkannya secara terisolasi, mengurangi
keuletan.
* Chromium:
Ditambahkan untuk wear resistance, kemampuan dikeraskan, dan (yang
terpenting) untuk ketahanan terhadap karat. Sebuah baja dengan setidaknya 13%
chromium biasanya dianggap sebagai baja stainless, meski definisi lainnya
mengatakan bahwa 11,5% chromium “bebas” (beda dengan yang terikat di
dalam carbida) cukup untuk menyebut sebuah baja sebagai stainless. Apapun
namanya, semua baja akan berkarat jika tidak dirawat semestinya.
Menambahkan chromium dalam jumlah banyak akan menurunkan keuletan.
Chromium adalah pembentuk carbida, itulah sebabnya dia mengembangkan
wear resistance.
* Manganese:
Sebuah elemen yang penting. Mangaan membantu struktur butiran, dan
menyumbang terhadap kemampuan untuk dikeraskan. Juga kekuatan dan wear
resistance. Meningkatkan kualitas baja (semisal, deoksidasi) selama proses
pabrikan (proses panas dan penggulungan).
* Molybdenum:
Sebuah pembentuk carbida, mencegah kegetasan dan menjaga kekuatan baja dalam
temperatur tinggi. Hadir dalam banyak jenis baja, dan baja keras di udara (air hardening
steel) semisal, A-2, ATS-34 selalu memiliki 1% atau lebih molybdenum—molybdenum
lah yang membuat baja-baja tersebut mampu mengeras menggunakan udara.
* Nickel:
Menambahkan keuletan. Hadir dalam L-6 dan AUS-6 dan AUS-8. Nickel dipercaya
luas juga memainkan peran penting dalam kemampuan menghadapi karat, tapi
nampaknya hal ini kurang tepat.
* Phosphorus:
Hadir dalam jumlah kecil pada sejumlah baja, phophorus sebenarnya adalah sebuah
pencemar yang mengurangi keuletan.
* Silicon:
Menyumbang terhadap kekuatan. Seperti layaknya mangaan, ia membuat baja lebih
baik dalam proses pabrikan.
•Sulfur: sulfur menambah kemudahan dalam proses permesinan namun
mengurangi keuletan.
* Tungsten:
Sebuah pembentuk carbida, dia menambahkan wear resistance. Saat
dikombinasikan tepat dengan chromium atau molybdenum, tungsten akan
menghasilkan baja berkecepatan-tinggi. Baja berkecepatan-tinggi M-2 memiliki
sejumlah besar tungsten. Pembentuk carbida paling kuat setelah vanadium.
* Vanadium:
Menyumbang kepada wear resistance dan kemampuan untuk dikeraskan, dan
sebagai pembentuk carbida (faktanya, carbida vanadium adalah carbida paling
keras) menyumbang kepada wear resistance. Ia juga memperbaiki butiran baja,
yang menyumbang terhadap keuletan dan memungkinkan sebuah baja menjadi
sangat tajam. Sejumlah baja memiliki vanadium, namun M-2, Vascowear, dan
CPM T440V dan 420V (dalam urutan jumlah yang berkurang) memiliki
vanadium yang banyak. Perbedaan besar antara BG-42 dengan ATS-34 adalah
ditambahkannya vanadium.
BAJA TAHAN KARAT
Aplikasi utk
Ketahanan korosi
Kerapatan rendah
Mudah dipabrikasi
Cth.
Al utk pesawat terbang, peralatan masak
Zn utk karburator
Mesin pengankat
Pekakas
Tangga
Koper
Sepeda
Tahan korosi
Aplikasi
Komponen listrik dan elektronik
Pegas
Cartridge
Pipa
Penukar panas
Peralatan panas
Perhiasan, dll
Kuningan (Cu+Zn)
Perunggu (Cu+Sn)
Perunggu Al (Cu+Sn+Al)
Perunggu Be (Cu+Sn+Be)
Cu+Ni
Cu+Ag
Sifat paduan nikel
Kuat
Getas
polikarbonat ABS
Resin Epoksi Bakelit
Silicone rubber
Viskoelastisitas adalah karakteristik mekanis gabungan antara
liquid dan polimer pada temperatur yang tinggi. Contoh
ekstrem viskoelastisitas dapat ditemukan pada sebuah silikon
polimer.
silikon polimer
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Rods forming process
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Environmental Effects on Material
Behaviour
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Improved Materials
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Hydrogen Dissolves
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Attack on Aluminium
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Material Design and Selection
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Van Der Waals Bonding
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Mixed Bonding
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Binding Energy & Interatomic Spacing
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Force Distance curve for two
materials
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Kerusakan Material
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Perpatahan Ulet (Ductile Fracture)
Perpatahan Ulet merupakan perpatahan yang terjadi akibat
pembebanan yang berlebih dimana sebelumnya terjadi
penyerapan energi dan deformasi plastis. Perpatahan ulet
memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan gelap
(dull). Pada perpatahan ulet komposisi material juga
mempengaruhi, jadi bukan karena pengaruh beban saja.
Perpatahan ulet biasanya terjadi pada material berstruktur bainit
yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.
Pada perpatahan ulet terdapat gabungan rongga mikro
material. Pada gambar berikut di bawah ini dijelaskan ilustrasi
skematis terjadinya perpatahan ulet pada suatu spesimen yang
diberikan pembebanan tarik.
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Tampilan permukaan patahan dari suatu sampel logam yang ditandai dengan
lubang-lubang dimpel sebagai suatu hasil proses penyatuan rongga-rongga
kecil (cavity) selama pembebanan berlangsung
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Perpatahan Getas
(Brittle Fracture)
Perpatahan Getas merupakan perpatahan
akibat penambahan retak tanpa keuletan
dengan didahului oleh deformasi plastis,
namun tidak disertai dengan penyerapan
energi. Perpatahan ini biasa terjadi pada
energi pembebanan yang rendah.
Perpatahan getas ditandai dengan
permukaan patahan yang berbutir
(granular) dan terang serta ditandai
dengan perambatan retak yang cepat dan
adanya energi pembebanan yang relatif
lebih kecil daripada perpatahan
ulet. perpatahan getas biasanya terjadi
pada material yang memiliki struktur
martensit, atau material yang memiliki
komposisi karbon yang sangat tinggi
sehingga sangat kuat namun rapuh
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin
Fenomena Ductile to Brittle Tension.
Ciri – Ciri Perpatahan Getas
Tidak ada atau sedikit sekali
deformasi plastis yang terjadi.
Retak atau perpatahan merambat
sepanjang bidang-bidang kristalin
membelah atom-atom material
(transgranular).
Pada material lunak dengan butir
kasar (coarse-grain) makan dapat
dilihat pola-pola yang
dinamakan chevron atau fan-like
pattern yang berkembang keluar
dari daerah awal kegagalan.
Material keras dengan butir halus
(fine-grain) tidak memiliki pola-pola
Transisi dari Ulet ke Getas dan Sebaliknya yang mudah dibedakan.
Material amorphous (seperti gelas)
memiliki permukaan patahan yang
bercahaya dan mulus.
Universitas Mercubuana
Program Kelas Karyawan – Jurusan Teknik Mesin