Cerebral Palsy
Oleh :
Resti Nurul Haqiqi 1110313025
Preseptor :
dr. Mayetti, Sp.A(K) IBCLC
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko cerebral palsy mulai dari
periode prenatal, perinatal, dan postnatal. Faktor risiko pada periode prenatal
adalah infeksi dalam kandungan, seperti infeksi toksoplasmosis, rubella,
cytomegalovirus, dan herpes (TORCH). Faktor risiko pada periode perinatal dapat
disebabkan oleh berat badan lahir rendah, kelahiran multipara, hipoksia, asfiksia,
dan kelahiran prematur. Faktor risiko pada periode pascanatal berupa benturan
fisik pada kepala, tingginya kandungan logam dalam tubuh, insiden yang
menyebabkan kondisi hipoksia-iskemia, kegagalan fungsi hati, ensefalitis, dan
meningitis. Gambaran klinis cerebral palsy tergantung pada bagian dan luasnya
jaringan otak yang mengalami kerusakan.2
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
CP kongenital, pada satu sisi lainnya, tampak pada saat dilahirkan. Pada
banyak kasus, penyebab CP kongenital sering tidak diketahui. Diperkirakan
terjadi kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran dimana
terjadi kerusakan pusat motorik pada otak yang sedang berkembang.
Beberapa penyebab CP kongenital adalah :
1. Letak sungsang.
2. Proses persalinan sulit
Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan
tanda awal yang menunjukan adanya masalah kerusakan otak atau
otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut
dapat menyebabakn kerusakan otak permanen.
5. Kahamilan ganda.
6. Malformasi SSP
Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan
malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal
(mikrosefali). Hal tersebut menunjukan bahwa maslah telah terjadi
pada saat perkembangan SSP sejak dalam kandungan.
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP terbanyak (70-80%), otot mengalami
kekakuan dan secara permanan akan menjadi kontraktur. Jika kedua
tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua
tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini
membentuk karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan
galt gunting (scissors galt).
3. CP Ataksid
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam.
Penderita yang terkena sering menunjukan koordinasi yang buruk;
berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar,
meletakkan kedua kaki dengan posisi saling berjauhan; kesulitan dalam
melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis mengancingkan
baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan
volunter misalnya buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada
bagian tubuh yang baru digunakan dan tampak memburuk sama
dengan saat penderita akan menuju objek yang dikehendaki. Bentuk
ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP.
4. CP Campuran
Sering ditemukan dapa seseorang penderita mempunyai lebih dari
satu bentuk CP yang dijabarkan diatas. Bentuk campuran yang sering
dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga
mungkin dijumpai. 2,5
* Gangguan gerak
motorik kasar dan
halus, misalnya
clumpsy
* Perkembangan
refleks primitif
abnormal
* respon postular
terganggu
* Gangguan motorik<
misalnya tremor
* Gangguan koordinasi
2.4 Diagnosis
a. Gejala awal
Tanda awal CP biasanya tampak pada usia <3tahun, dan orang tua
sering mencurigai ketiak kemampuan perkambangan motorik tidak
normal. Bayi dengan CP sering mengalami kelambatan perkembangan,
misalnya tengkurap, duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan.
b. Pemeriksaan Fisik
Dalam menegaskan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan
motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat
kehamilan, persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan
pemeriksaan refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak.
Refleks adalah gerakakn dimana tubuh secara otomatisasi bereaksi
sebagai respon terhadap stimulus spesifik. Sebagai contoh, jika bayi
baru lahir menekuk kepalanya maka kaki akan bergerak ke atas kepala,
dan bayi secara otomatis akan membentangkan lengannya, yang dikenal
dengan refleks moro, yang tampak seperti gerakan akan memeluk.
Secara normal, refleks tersebut akan bertahan lebih lama. Hal tersebut
merupakan salah satu dari beberapa refleks yang haarus diperiksa.
c. Pemeriksaan Neuroradiologik
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan
penyebab CP perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan adalah CT scan
kepala, yang merupakan pemeriksaan imaging untuk mengetahui
struktur jaringan otak. CT scan dapat menjabarkan area otak yang
kurang berkembang, kista abnormal, atau kelainan lainnya. Dengan
informasi dari CT scan, dokter dapat menentukan prognosis penderita
CP.
2.5 Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa
Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi spastisitas
pada penderita CP adalah :
a. Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum ota dan tubuh. Pada
anak usia <6 bulan tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia
>6 bulan diberikan dengan dosis 0,12-0,8 mg/kkBB/hari per oral
dibagi dalam 6-8 jam dan tidak melebihi 10mg/dosis.
b. Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari
medula spinalis yang akan menyebabkan kontraksi otot.
Dosis obat yang dianjurkan pada penderita CP adalah:
2-7tahun
Dosis 10-40mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dimulai dari
2,5-5mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikan 5-
15mg/hari, maksimal 40mg/hari.
8-11 tahun
Dosis 10-60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dimulai 2,5-
5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikan 5-15
mg/hari, maksimal 60mg/hari.
>12 tahun
Dosis 20-80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dimulai dari
5mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikan 15mg/hari,
maksimal 80mg/hari.
c. Dantrolene
Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot
sehingga kontraksi otot tidak bekerja. Dosis yg dianjurkan dari 25
mg/hari, maksimal 40mg/hari.
2. Terapi Bedah
Pembedahan sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan
menyebabkan masalah pergerakan berat.
2.6 Prognosis
Lebih dari 50% anak-anak dengan spatik diplegia dapat belajar berjalan
tersering pada usia 3 tahun, tetapi tetap menunjukan gait abnormal, dan beberapa
kasus membutuhkan alat bantu sperti kruk. Aktivitas tangan secara umum akan
terkena derajat yang berbeda, walaupun kerusakan yang terjadi minimal.
Abnormal gerakan ekstraokuler relatif sering dijumpai.
Sebagian besar anak yang tidak memiliki masalah lain yang serius yang
berhubungan dengan spastisitas tipe athetoid kadang-kadang dapat berjalan.
Keseimbangan dan penggunaan kemampuan tangan tampaknya masih sulit.
Sebagian besar anak-anak yang baru duduk pada usia 2 tahun dapat belajar
berjalan. Sebaliknya, anak-anak yang masih menunjukan moro refleks, tonik neck
refleks asimetris, kecenderungan ekstensi, dan tidak menunjukan refleks parasut
tidak mungkin dapat belajar berjalan, sebagian dari mereka yang tidak dapat
duduk pada usia 4 tahun dapat belajar berjalan. 3,5
2.7 Pencegahan
a. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru
lahir dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan
transfusi tukar. Inkompatibilitas faktor rhesus mudah diidentifikasi
dengan pemeriksaan darah rutin ibu dan bapak. Inkompatibiltas
tersebut tidak selalu menimbulkan masalah pada kehamilan pertama,
karena secara umum tubuh ibu hamil tersebut belum memproduksi
antibodi yang tidak diinginkan hingga saat persalinan. Pada sebagian
kasus, serum khusus yang diberikan setelah kelahiran dapat mencegah
produksi antibodi tersebut. Pada kasus yang jarang, misalnya pada ibu
hamil antibodi tersebut berkembang selama kehamilan pertama atau
produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu pengamatan secara cermat
perkembangan bayi dan jika perlu dilakukan transfusi ke bayi selama
dalam kandungan atau melakukan transfusi tukar setelah lahir.
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : An. ID
Alamat : Cengkeh
Anamnesis
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul, tidak tinggi,
tidak menggigil, tidak berkeringat.
Batuk sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, berdahak, anak sulit
mengeluarkan dahaknya
Tidak mau makan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, biasanya makan
sepiring nasi penuh, 3x sehari, namun sejak sakit hanya makan satu sendok saja
setiap makan.
Kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, frekuensi >4 kali, durasi tiap
kali kejang 30 detik-2 menit, interval anak kejang 15-30 menit, kejang umum,
disertai gerakan tidak beraturan pada tangan dan kaki episode kejang kali ini
adalah episode kejang kesekian kalinya, anak sadar setelah kejang.
Anak telah dikenal menderita cerebral palsy dan epilepsi sejak usia 3,5 tahun,
rutin berobat ke dokter spesialis anak di Padang dan mendapat terapi luminal
2x4 mg dan fenitoin 2x40 mg karena frekuensi kejang meningkat dalam 1
minggu terakhir dosis dinaikkan menjadi 3x40mg.
Anak hanya bisa telungkup dan duduk dengan bantuan dan hanya bisa bersuara
da-da-da.
Riwayat trauma kepala tidak ada.
Riwayat ikterik saat lahir tidak ada.
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Riwayat berada di lingkungan yang tercemar bahan kimia tidak ada.
Riwayat ibu menderita sakit infeksi TORCH saat kehamilan tidak ada.
Sesak nafas tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada.
Buang air kecil jumlah dan warna biasa.
Buang air besar warna dan konsistensi biasa.
Riwayat Kelahiran:
Anak ke dua dari dua bersaudara, lahir spontan di rumah sakit dibantu oleh
dokter, usia kehamilan cukup bulan, berat badan lahir 3000 gram, panjang
badan 50 cm, anak langsung menangis kuat.
Riwayat Makanan/Minuman:
Pertumbuhan: Perkembangan:
Pemeriksaan Fisik
Nafas : 28 kali/menit
Suhu : 36,70 C
Kepala
Rambut
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya -/-
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Dada
Perkusi : sonor
Perkusi : batas jantung atas RIC II, kanan: linea sternalis dekstra,
kiri linea medial midclavicularis sinistra RIC V
Perkusi : timpani
Terapi
Prognosis