Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutang piutang adalah perkara yang tidak bisa dipisahkan dalam interaksi
kehidupan manusia. Ketidak merataan dalam hal materi adalah salah satu penyebab
munculnya perkara ini. Selain itu juga adanya pihak yang menyediakan jasa
peminjaman atau (hutang) juga ikut ambil bagian dalam transaksi ini.
Dan hutang piutang juga adalah transaksi yang dilakukan oleh manusia.
Karena manusia mengalami pasang surut dalam kehidupannya.
Islam juga membolehkan hutang piutang atau pinjam meminjam dengan catatan
syari’at islam dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunah.
Adapun definisi hutang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang
dengan perjanjian dia akan membayar yang sama pula bukanlah merupakan suatu
persoalan apabila pinjam meminjam tersebut berupa barang ataupun benda. Misalnya
pinjam uang Rp 100.000, kembali uang Rp 100.000 emas 5 gram kembali emas 5
gram dan sebagainya, sesuai dengan jumlah, macam dan ukurannnya, sebab barang
atau benda akan dapat seperti semula atau paling tidak akan mendekati seperti
semula. Adapun pendapat fuqaha zaman dahulu, bahwa hutang piutang wajib di
kembalikan sesuai dengan jumlah penerimaan sewaktu mengadakan akad tanpa
menambah ataupun menguranginya,1karena tambahan atau memberikan biaya
tertentu yang dibebankan kepada debitur dapat memancing pernyataan adanya riba,
sedangkan riba diharamkan dalam Al-Qur’an.
Persoalannnya apabila hutang uang yang diganti dengan emas. Apakah hal ini
diperbolehkan dalam islam maupun KUHPer? Praktek hutang piutang tersebut
terjadi di Desa Masigit kecamatan Jombang, Kota Cilegon.
Islam sebagai agama yang mengatur dalam segala urusan dalam urusan
manusia juga mengatur mengenai perkara hutang piutang. Konsep hutang piutang
yang ada dalam islam pada dasarnya adalah untuk memberikan kemudahan bagi
orang yang sedang dalam kesusahan. Namun pada zaman sekarang, konsep
muamalah sedikit banyak telah bercampur aduk dengan konsep yang diadopsi dari
luar islam. Hal ini sedikit demi sedikit telah menyisihkan, menggeser, bahkan bisa

1
Kamil Musa, Ahkam Al-Mu’amalah, (Bairul: ar-Risalah, 1415 H/1994 M) Hlm 273.

1
menghilangkan konsep untuk diketahui oleh orang islam agar nantinya bisa
melaksanakan transaksi yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
Bertolak dari apa yang sedikit diuraikan diatas, proposal ini dibuat untuk
memaparkan apa yang telah disyariatkan oleh agama islam terkait al-Qardh (hutang
piutang) dengan kajian normatif yang dikutip dari sumber terkait definisi, landasan
hukum, hukum qardh dan lain sebagainya.
Dan islam juga telah memberikan pedoman bagi ummat manusia agar selamat
baik di dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran islam berisi kandungan-
kandungan yang terdiri atas akidah, syariah dan akhlak yang bersumber dari Al-
Qur’an dan As-Sunah. Salah satu dari ajaran Islam tersebut diantaranya adalah
syariah. Syariah merupakan segala apa yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam
ajaran agama untuk mengatur hidup hamba-hamba-Nya. Dan hubungan antara
manusia diatur dalam masalah mu’amalah (hukum tentang harta benda). Dalam
bermu’amalah manusia telah diberi keleluasan untuk menjalankannya, namun
keleluasan itu bukan berarti semua cara dapat dikerjakan. Untuk menjamin
keselarasan dan keharmonisan manusia. Kegiatan yang termasuk dalam ruang
lingkup mu’amalat diantaranya adalah utang piutang merupakan hal yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari bahkan untuk menunjang kelangsungan
hidup.2 Oleh karena itu islam menganjurkan agar ummatnya saling tolong menolong,
sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:
  
   
  
3
 .....  
Artinya: “Dan tolong menolongah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..”

Dengan adanya perkembangan zaman yang lebih modern, maka transaksi


utang piutang beraneka ragam bentuk maupun caranya. Seperti yang terjadi di desa
masigit kecamatan Jombang kota Cilegon dimana ketika warga dilanda kesulitan
untuk meminjam uang, maka salah satu kendala yang dihadapi warga adalah tidak

2
Ghufron A. Mas’adi, fiqh Mu’amalah kontekstual, hlm.6
3
Departemen RI., Al-Qur’an dan terjemahnya. Hlm 122

2
adanya modal untuk mendirikan sebuah usaha. Untuk memenuhi kebutuhan modal
tersebut, warga berutang kepada orang yang memberikan jasa piutang. Meskipun
dalam pelunasan tersebut pihak jasa piutang (kreditur) memberikan syarat
pembayarannya yaitu diganti dengan bentuk emas, dan orang yang berhutang juga
diberi beban tambahan uang setiap bulannya jika orang yang berhutang telat
membayar atau bisa disebut juga denda. Hal ini telah dijalani oleh orang yang
berhutang selama 6 bulan karena meskipun ada persyaratan dari pihak yang memberi
hutang menurut yang berhutang yang penting dengan mudah mendapatkan modal
untuk mendirikan usaha.
Akan tetapi jika orang yang berhutang tidak dapat membayar sesuai tempo
maka kreditur tidak akan memberi tangguhan kepada orang yang berhutang. Padahal
dalam ayat Al-Qur’an telah disebutkan agar pihak kreditur memberikan
penangguhan dan membebaskan sebagian atau seluruhnya. Yaitu dalam Firman
Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 280:
   
   
   
    
Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah
tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

Jika aturan dalam ayat ini diterapkan akan tercipta suatu tatanan masyarakat
yang perduli terhadap nasib orang-orang yang dalam kesulitan dan menghilangkan
adanya kesenjangan sosial dalam lingkungan masyarakat. Maka aturan islam harus
mengantisipasi keslahan-kesalahan yang menyalahi praktek utang piutang yang
menyalahi yang menyalahi aturan syariat islam. Diambilnya desa Masigit sebagai
penelitian, karena transaksi diatas dapat di temukan di Desa Masigit , dan transaksi
semacam itu terjadi berulang-ulang di setiap tahunnya.

Menurut gambaran sementara yang diperoleh dari lapangan, praktek utang


piutang diganti dengan bentuk emas ini di Desa Masigit kecamatan Jombang
Kabupaten Serang dilakukan oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya adalah
agama islam dan berpedoman pada ajaran islam (Al-Qur’an dan As Sunah) sehingga

3
masih bersedia menereima perbaikan-perbaikan yang berkenaan dengan hukum
islam (syariat islam), apabila terdapat penyimpangan dalam kegiatan bermu’amalah
mereka.

B. Fokus Penelitianya
Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis penelitian, maka penelitian
ini akan di fokuskan pada teori dan penjelasan lebih detile mengenai hutang piutang
atau Qardh. Hutang piutang itu dikarenakan adanya pihak yang menyediakan jasa
peminjaman dan juga ikut ambil bagian dalam transaksi ini, akan tetapi hutang
piutang atau pinjaman uang disini pembayarannya akan diganti dalam bentuk barang
yang melainkan emas, dan debitur tidak memikirkan pada saat itu harga emas sedang
mahal ataupun murah, yang penting kreditur tetap membayarnya dengan bentuk
emas. Untuk manghindari analisis penelitian yang dangkal maka penulis
memutuskan penelitian terhadap hutang piutang.
C. Perumusan Masalah
Dari uaraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
permaslahan dalam proposal ini sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek utang piutang untuk pinjam uang diganti dengan bentuk emas
di Desa Masigit Kecamatan Jombang?
2. Bagaimanakah cara pembayaran utang piutang tersebut?
3. Bagaimanakah tinjauan hukum islam terhadap praktek utang piutangersebut?
D. Tujuan Penelitian
Penulis mengadakan penelitian terhadap masalah ini dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses utang piutang untuk pinjam uang diganti dengan bentuk
emas di Desa Masigit Kecamatan Jombang.
2. Untuk mengetahui cara pembayarannya.
3. Untuk mengetahui hukum praktek utang piutang untuk pinjam uang diganti
dengan bentuk emas.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas pra proposal MK
Metodologi penelitian.
E. Manfaat Penelitian
Dari perumusan masalah diatas, peneliti[an ini diharapkan mempunyai nilai
tambah dan manfaat baik untuk penulis baik untuk pembaca antara lain:

4
1. Bagi penulis:
a. Dapat memberi informasi yang benar tentang praktek utang piutang menurut
hukum islam.
b. Di samping berguna untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai
referensi bagi penelitian selanjutnya terhadap masalah-masalah yeng terkait
dengan penelitian ini.
c. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan hukum pada
umumnya dan ilmu pengetahuan islam pada khususnya.
2. Bagi jasa piutang: mengetahui bagaimana cara meminjamkan uang atau jasa
dengan baik kepada orang-orang yang mau berhutang supaya tidak termasuk
kepada riba.
3. Bagi masyarakat: dapat menambah pengetahuan tentang utang piutang uang
diganti dengan bentuk emas menurut perspektif islam.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Nama/NIM : Salimatul Hasanah
Fakultas/Jur : Syari’ah dan Ekonomi Islam/ Mu’amalat
Universita : “ Institut Agama Islam Negeri” Sultan Maulana Hasanudin Banten

Judul skripsi : Tambahan harga dalam jual beli emas 24 karat.
Tahun : 2009 M / 1430 H
G. Kerangka Pemikiran
Islam membentangkan nilai-nilai harta (mencari jalan dan akan
memeliharanya) serta hal-hal lain yang berhubungan dengan harta dan
pertukarannya. Pandangan islam tentang kepemilikan harta bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk memutar dan mengembangkan harta kekayaannya
dalam batas-batas tertentu yang sesuai dengan syariat islam, islam juga mengatur
segala bentuk dari kehidupan tidak hanya ibadah yang dianggap penting akan tetapi
seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya di bidang muamalat.
Pada dasarnya kehidupan manusia didunia ini mempunyai dua kebutuhan
pokok, yakni dari segi kebendan dan segi kerohanian. Melalui kedua segi ini
manusia dapat memperoleh apa yang menjadi kebutuhannya, disamping
membersihkan diri serta beribadah kepada Allah.

5
Kebutuhan hidup dari segi kebendaan dari berapapun corak dan ragamnya
serta bagaimanapun macam dan bentuknya terjadi. Dan supaya penelitian ini
memilki landasan yang kuat dan jelas maka akan dijelaskan kerangka pemikiran
yang berkaitan dengan obyek pembahasan untuk mempermudah dalam penulisan
selanjutnya. Seiring dengan perubahan zaman yang senantiasa berkembang dan
menunutadanya kemajuan dalam segala aspek baik hukum, ekonomi maupun budaya
dengan tidak menyimpang perundang-undangan.
Buku ke 3 KUHPerdata, pasal 1754 menerangkan tentang perhutangan, akan
tetapi secara definitif tidak menujukkan apa yang dimaksud dengan hutang, tapi dari
segi isinya, bahwa hutang itu ada, dan sering kali yang berhutang (debitur) terhadap
deorang yang lain (kreditur) diwajibkan untuk suatu prestasi, yang dapat dipaksakan
melalui pengadilan, atau dengan kata lain perhutangan adalah hubungan hukum yang
atas dasar itu seorang yang lain, atau jika perlu dengan perantara saksi, adapun isi
dari buku ke 3 KUHPerdata pasal 1754 sebagai berikut:
Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
mengahbiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama pula.4,
Prestasi yang dibebankan (wajib) kepada debitur yang dapat memberi, berbuat
atau tidak berbuat sesuatu. Prestasi juga harus tertentu atau dapat ditentukan
(terutama perhutangan berdasarkan perjanjian), disamping itu prestasi harus
mungkin dan halal, dapat berupa suatu perbuatan satu kali, serentetan perbuatan
sehingga bersifat terus menerus atau bahkan prestasi dapat juga berupa tingkah laku
yang bersifat belaka.5
Hartono Soerjopraktikjo memberikan pengertian hutang piutang adalah suatu
perjanjian dimana pihak yang satu (kreditur) melepaskan atau menyerahkan dari
pihak lainnya (debitur) suatu jumlah uang tertentu atau jumlah barang yang sama
yang jenis atau keadaannya sama.
Pengertian hutang dari beberapa rumusan diatas pada dasarnya adalah sama,
bahwa hutang memberikan hubungan hukum antara dua subyek hukum atau lebih

4
R Subekti dan R.tjiptosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Hlm 451.
5
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata bagian A. (yogyakarta: seksi hukum perdata FH
UGM,1980), Hlm,4.

6
dengan hak dan kewajiban masing-masing serta akan selesai bila salah satu pihak
sudah memenuhi prestasinya atau karena sebab-sebab lain yang dioerbolehkan
undang-undang.
Realitas sosial yang terjadi di masyarakat yang tidak ada dalam undang-
undang , nash Al-Qur’an maupun hadis Nabi, akan tetapi hal itu sudah menjadi adat
kebiasaan (urf) yaitu sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan merupakan
kebiasaan mereka baik perkataan meupun perbuatan.6 Adat kebiasaan mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai salah satu dalil untuk menetapkan hukum
syara’.
Ulama ushul mengungkapkan suatu hukum yang tidak ada pada nash dengan
beberapa masalah yang terjadi di masyarakat yaitu masalah: daruriyah, hajiyah, dan
tahsiniyah, masalah daruriyah yaitu hal-hal yang menjadi kebutuhan pokok bagi
kelangsungan hidup manusia, sering juga dalam ilmu ekonomi disebut kebutuhan
primer. Hal-hal yang termasuk kedalam daruruiyaha ada dua macam yaitu: agama,
jiwa akal kehormatan dan harta. Masalah hajiyah yaitu sesuaatu yang diperlukan
manusia agar meringankan kesulitan dalam kehidupan manusia, sering juga disebut
dengan kebutuhan sekunder. Masalah yang ketiga yaitu tahsiniyah yaitu sesuatu
untuk menuju ke arah kelengkapan, ini disebut kebutuhan tersier.
Praktek hutang piutang pada dasarnya merupakan bagian dari kegiatan
mu’amalah yang mengandung unsur-unsur ssosial yang sangat tinggi.dan tidak ada
niat komersilnya. Sementara untuk mengembangkan harta harus bebas dari unsur-
unsur riba dan juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip muamalah yaitu:
1. Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah mubah, kecuali yang ditentukan
oleh Al-Qur’an dan as-sunah
2. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela tanpa ada unsur paksaan.
3. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan, mendatangkan manfaat dan
menghindari mudharat dalam kehidupan masyarakat.
4. Mu’amalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-
unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.
Transaksi hutang piutang yang ada di desa Masigit kecamatan Jombang kota
Cilegon merupakan kasus yang menarik untuk dibahas akan boleh atau tidaknya
hutang uang di ganti dengan bentuk emas. Karena terdapat syarat lain yaitu:

6
Kamil Muchtar, dkk, ushul Fiqh, (Yogyakarta: dana bakti wakaf,1995) jil. 1. Hlm. 146.

7
meskipun harga emas pada saat itu mahal akan tetapi jika diberikan kepada debitur
maka harganya akan sama persis dengan harga uang yang pada saat itu dihutangkan
oleh kreditur. Apakah hal tersebut sesuai dengan hukum islam dan hukum perdata
Indinesia, yang pada dasarnya hutang harus dikembalikan dalam jumlah yang sama
dan tidak ada syarat yang membebani pihak debitur.
Islam telah memberikan petunjuk kepada ummat-Nya dengan peraturan-
peraturan yang terkandung didalamnya. Transaksi hutang piutang aqad sangatlah
penting sehingga memunculkan adanya komitmen tertentu, sehingga semakin jelas
rincian dan kecermatan dalam membuat akad, semakin kecil kemungkinan adanya
konflik dan pertentangan kedua belah pihak (kreditur dan debitur) haruslah
memenuhi tanggung jawab untuk memenuhinya. Dan islam juga telah memberikan
ketentuan-ketentuan tentang hutang piutang secara jelas dan tegas, baik dalam Al-
Qur’an maupun kaidah adapun ketentuan dalam Al-Quran yaitu :
   
  
   
     
    
   
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang
lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat
merupakan suatu kesatuan.
H. Metodologi penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif analitis,
yang berusaha memberikan pemecahan masalah dengan cara mengumpulkan
data, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa, mengevaluasi, dan
menginterpretasikannya.
2. Teknik pengumpulan data

8
Ada dua jenis data yang akan digunakan, yaitu data primer dan data
skunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan
narasumber yang dinilai memiliki kapabilitas untuk menjawab pertanyaan dalam
hal ini Ibu Yeni yakni sebagai orang yang berhutang. Wawancara dilakukan
pada tanggal 26 Mei 2016 di Desa Masigit, kecamatan Jombang, kota Cilegon.
Cilegon, pukul: 17:00-18:00 dengan in-depht interview dengan type open ended
questions (pertanyaaan tak berstruktur), yang akan dikembangkan lebih lanjut
selama wawancara berlangsung.
Data skunder adalah pelengkap data primer, dokumentasi (catatan arsip
serta kajian pustaka dari buku-buku yang relevan.
3. Teknik analisis data
a. Deskriptif
Yaitu menggambarkan dan menjelaskan data yang didapat dari teori
maupun hasil penelitian di lapangan sehingga mampu menjawab
permasalahan yang ada, dan mendeskripsikan peranmasalah ini.
b. Kualitatif
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kamparatif yang
mengembangkan ide mengenai keteraturan hubungan dari konsep yang
sudah ada (induksi). Analisis komparatif digunakan untuk konteks tertentu
bukan bersifat universal.
Secara umum data yang sudah di dapatkan diolah dengan metode
deskriptif. Adapun sifat dan bentuk laporan dalam proposal ini adalah
deskriptif-analitis.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran secara umum tentang pembahasan skripsi ini
penyusun menggunakan sistematika antara lain, dengan pembahasan kedalam lima
bab, yaitu:
Bab satu, adalah pendahuluan yang merupakan latar belakang masalah, focus
masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teoristik,
metode penelitian yang serta sistematika pembahasan.
Bab dua, hutang-piutang dalam islam dan hokum perdata Indonesia, bab ini
penyusun kemukakan agar mengetahui pengertian, rukum dan syarat-syarat hutang
piutang, aqad dalam hutang piutang, dasar hokum hutang-piutang, macam-macam

9
hutang-piutang, objek hutang-piutang, serta hikmahnya berdasarkan Hukum Islam
dan Hukum Perdata Indonesia, bertujuan untuk mengomentari pelaksanaan hutang-
piutang yang terjadi di Desa Masigit Kecamatan Jombang Kota Cilegon.
Bab tiga, akan mengeuraikan gambaran umum geografis daerah, social,
keagamaan, sehingga penelitian ini lebih valid dan juga sebagai pertimbangan dalam
menganalisa pelaksanaan hutang-piutang yang dikembalikan dengan emas, pada bab
ini juga penulis memaparkan tentang orang yang melakukan hutang-piutang yang
dikembalikan dengan emas. Pelaksanaannya juga menjelaskan factor apa saja yang
melatarbelakanginya.
Bab lima, bab ini merupakan penutup yang mana penyusun akan mengambil
suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dan saran-saran yang dapat
dipertimbangkan.

J. Daftar Pustaka
Kamil Musa, Ahkam Al-Mu’amalah, (Bairul: ar-Risalah, 1415 H/1994 M) Hlm 273.

Ghufron A. Mas’adi, fiqh Mu’amalah kontekstual, hlm.6

Departemen RI., Al-Qur’an dan terjemahnya. Hlm 122

R Subekti dan R.tjiptosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Hlm 451.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata bagian A. (yogyakarta: seksi


hukum perdata FH
UGM,1980), Hlm,4.

Kamil Muchtar, dkk, ushul Fiqh, (Yogyakarta: dana bakti wakaf,1995) jil. 1. Hlm.
146.

10

Anda mungkin juga menyukai