Anda di halaman 1dari 12

SURVEILANS

ANTIBIOTIC USE (AMU)


DI RUMAH SAKIT

Edisi 2 : Tahun 2019


DAFTAR SINGKATAN
ALOS Average Length of Stay
AMU Antibiotic Use
BOR Bed Occuation Ratio
DDD Define Daily Dose
KPRA Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
KRS Keluar Rumah Sakit
MRS Masuk Rumah Sakit
PPDS Program Pendidikan Dokter Spesialis
RM Rekam Medik
SMF Staf Medik Fungsional
TT Tempat Tidur
LPD Lembar Pengumpulan Data
WHO World Health Organization
1. LATAR BELAKANG
Masalah global yang sekarang sedang kita hadapi dan perlu ditanggulangi
bersama adalah semakin meningkat dan berkembangnya bakteri resistensi terhadap
antimikroba (resistensi antimikroba). Strategi pengendalian resistensi antimokroba
dilakukan dengan cara: a) mengendalikan berkembangnya mikroba resisten akibat
tekanan seleksi oleh antibiotik, melalui penggunaan antibiotik secara bijak, dan b)
mencegah penyebaran mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan terhadap prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN), diperlukan sistem
pemantauan penggunaan obat termasuk penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan
yang perlu dipantau dan diukur dalam rangka kendali mutu dan biaya obat. Oleh karena
itu diperlukan upaya peningkatan penggunaan antibiotik secara bijak dan untuk
memulainya perlu dilakukan evaluasi pola penggunaan antibiotik di rumah sakit.
Pada Permenkes no.8 tahun 2015 bagian ketiga pasal 10, disebutkan bahwa
evaluasi terhadap pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah
sakit dilakukan melalui evaluasi penggunaan antibiotik serta pemantauan atas muncul
da menyebarnya mikroba multiresisten. Selanjutnya pada bagian keempat pasa 11,
disebutkan bahwa indikator mutu PPRA di rumah sakit antara lain adanya perbaikan
penggunaan antibiotik yang baik dari segi kuantitas dan kualitas, di evaluasi dan
dilaporkan secara berkala setiap tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian survey
penggunaan antibiotik untuk mengetahui dan mengevaluasi besaran konsumsi dan jenis
antibiotik yang digunakan di rumah sakit serta kualitas penggunaannya dengan metode
yang baku dan standart, serta mendapatkan data multi-center sehingga mempunyai
gambaran data penggunaan antibiotik di rumah sakit secara nasional.

2. BATASAN
Surveilans penggunaan antibiotik atau antibiotic use surveillance (AMU
surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus secara
periodik, meliputi pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenai pola penggunaan antibiotik di rumah sakit yang dapat digunakan untuk
menyusun rencana program perbaikan, kajian evaluasi kebijakan atau panduan untuk
revisi yang akan datang.

3. TUJUAN
Tujuan Umum :
Mengembangkan model kajian survei penggunaan antibiotik secara
kuantitatifdan kualitatif sehingga diperoleh gambaran pola penggunaan antibiotic di
rumah sakit.
Tujuan khusus:
a. Dapat mengetahui sumber data penggunaan antibiotik di rumah sakit
b. Dapat melakukan audit penggunaan antibiotik secara kuantitatif menggunakan
perhitungan DDD (defined daily dose)
c. Dapat melakukan audit penggunaan antubiotik secara kuanlitatif menggunakan
metode review Gyssens flowchart
4. Sumber Data Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit
Di era jaminan kesehatan nasional (JKN) penggunaan obat termasuk antibiotik
di fasilitas kesehatan tinggkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan rawat tingkat
lanjut (FKRTL) pengendaliannya sesuai dengan konsep kendali mutu dan kendali biaya.
Salah satu upaya pemantauan pengendaliannya dengan cara melakukan audit
penggunaan antibiotic, baik secara kuantitatif maupun kualitatif secara periodic dan
terstandar. Kegiatan audit secara berkala ini termasuk dalam kegiatan surveilans
pemggunaan antibiotik.
Sumber data surveilans penggunaan antibiotik bisa didapatkan secara global dari
pembelian dan penjualan antibiotic dari instalasi farmasi rumah sakit, data peresepan
antibiotic, dan secara spesifik dari catatan/ rekam pemggunaan antibiotic di rekam
medic.
Di rumah sakit yang sudah melaksanakan kebijakan pelayanan farmasi satu
pintu, jumlah antibiotic dapat diperoleh dari data penjualan. Data ini sebenarnya
mengukur besarnya belanja antibiotic dari waktu ke waktu, khususnya mengukur biaya
sesudah dan sebelum dilaksanakan suatu program di rumah sakit. Penggunaan antibiotic
selama dirawat di rumah sakit dapat dapat diukur secara retrospektif setelah pasien
pulang dengan melihat kembali riwayat penggunakan antibiotik rekam medik pasien,
seperti instruksi pengobatan dokter, catatan pemberian obat oleh perawat dan penyiapan
obat oleh petugas farmasi. Di rumah sakit yang sudah menerapkan IT system dalam
peresepan (e-prescribing) dan rekam medic elektronik (e-MR) maka data dapat diambil
dari SIM RS (sistem informasi managemen rumah sakit). Dari penulisan resep antibiotic
oleh dokter yang merawat dapat dicatat beberapa hal berikut ini: jenis antibiotic, dosis
harian, interval pemberian dan lama penggunaan antibiotic. Sedangkan dalam catatan
intruksi dan pemberian pengibatan di rekam medic dapat diketahui gambaran
penggunaan antibiotic yang diberikan selama pasien dirawat. Bila rekam/catatan
penggunaan antibiotic di rekam medic tidak jelas dan tidak lengkap maka diperlukan
validasi untuk mengetahui kebenaran dan kelengkapan antara instruksi penggunaan
antibiotic dengan pemberian antibiotic kepada pasien yang benar-benar digunakan oleh
pasien. Jumlah penggunaan antibiotic dapat dihitung dari catatan langsung tentang
antibiotic yang benar-benar diterima atau diminum penderita yang dicatat secara
prospektif oleh peneliti atau farmasis dengan menanyakan setiap hari kepada pasien atau
dengan melihat catatan perawat tentang obat-obat injeksi tanpa melihat kembali ke
rekam medic. Selanjutnya, dibandingkan hasil pengukuran data prospektif dan data
retrospektif untuk melihat berapa persen perbedaan atau kesesuaiannya. Validation
study ini diperlukan pada saat pertama kali melakukan surveilans audit penggunaan
antibiotic di rumah sakit untuk mengetahui kelengkapan rekam medic sebagai sumber
data yang valid.

5. Audit Penggunaan Antibiotik Kuantitatif


Sesuai dengan regulasi Peraturan Menteri Kesehatan nomor: 8 tahun 2015
bahwa evaluasi penggunaan antibiotic di rumah sakit meliputi audit penggunaan
antibiotic secara kuantitatif dan audit penggunaan antibiotic secara kualitatif.
Audit penggunaan antibiotic secara kuantitatif untuk mengetahui besaran
kuantitas jumlah antibiotic yang digunakan. Tujuannya untuk menilai kecenderungan
dalam konsumsi antibiotic dan dapat digunakan pula untuk perbandingan antara
kelompok populasi, perbandingan secara nasional dan internasional secara baku. Untuk
memperoleh data yang baku dan dapat diperbandingkan di tempat lain, maka badan
Kesehatan Dunia WHO menganjurkan klasifikasi penggunaan antibiotic secara
Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification dan pengukuran kuantitas
penggunaan antibiotic dengan perhitungan defined daily dose (DDD).
Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata suatu obat yang
digunakan pada orang dewasa untuk indikasi utamanya. Perlu ditekankan di sini bahwa
DDD di asumsikan unit baku pengukuran, bukan mencerminkan dosis harian yang
sebenarnya diberikan kepada pasien. Dosis untuk masing-masing individu pasien
bergantung pada kondisi pasien tersebut (berat badan, dan lain-lain). Dalam ATC
classification system obat dibagi dalam kelompok menurut sistem organ tubuh, menurut
sifat kimiawi, dan menurut fungsinya dalam farmakoterapi. Terdapat lima tingkat
klasifikasi, yaitu:
 Tingkat pertama: kelompok anatomi (misal: untuk saluran pencernaan
dan metabolisme)
 Tingkat kedua: kelompok terapi/farmakologi obat
 Tingkat ketiga: sub kelompok farmakologi
 Tingkat keempat: dub kelompok kimiawi obat
 Tingkat kelima: substansi kimiawi obat
Contoh ATC Classification Antibiotik :
J anti-infeksi untuk penggunaan sistemik
(Tingkat pertama: kelompok anatomi)
J01 antibakteri untuk penggunaan sistemik
(Tingat kedua: kelompok terapi/farmakologi)
J01C beta-lactam antibacterial, penicillins
(Tingat ketiga: sub kelompok farmakologi)
J01C A penicillin berspektrum luas
(Tingkat keempat: sub kelompok kimiawi obat)
J01C A01 ampisilin
(Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)
J01C A04 amoksisilin
(Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)

Cara perhitungan DDD


Untuk penggunaan antibiotic di rumah sakit menggunakan satuan unit DDD/100 patient
days (100 hari rawat inap pasien), sedangkan penggunaan di komunitas menggunakan
satuan unit DDD/1000 patient populations (1000 jumalah pasien).
Cara perhitungan ada 2 metode, yaitu:
a. Patient level data
Yaitu data yang berasal dari peggunaan setiap pasien.

Rawat inap:
Menggunakan denomitaror jumlah hari rawat inap pasien, dengan rumus sebagai
berikut:

Jumlah dosis antibiotic selama dirawat (gram)


DDD = ----------------------------------------------------------------
DDD antibiotic (gram)
Keterangan:
Jumlah hari rawat pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien
dalam suatu periode survey
Rawat jalan :
Menggunakan denominator jumlah populasi pasien, dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah dosis antibiotic dalam peresepan (gram)
DDD = -------------------------------------------------------------
DDD antibiotic (gram)
Total DDD Antibiotik
DDD/1000 patient populations=--------------------------------x1000
Total jumlah populasi pasien
Keterangan:
Jumlah populasi pasienm= jumlah populasi seluruh pasien
Dalam suatu periode survey
b. Collective level data
Yaitu menggunakan data BOR (bed occupation ratio)

Total DDD antibiotic


DDD/1000 patient days=-----------------------------------------------------x100
Jumlah hari selama periode x kapasitas TTX BOR
Audit Penggunaan Antibiotik Kualitatif
Audit penggunaan antibiotic kualitatif dapat dugunakan untuk menapatkan data atau
gambaran kualitas penggunaan antibiotic, meliputi: kelengkapan data rekam, ketepatan indikasi
penggunaan antibiotik, ketepatan pemilihan jenis antibiotik, ketepatan rejimen dosis
(dosis,interval,rute,saat pemberian) dan lama penggunaan antibiotik. Sesuai regulasi
PerMenKes no.8 th 2015 penilaian penggunaan antibiotik menggunakan metode Gyssens
flowchart.
Data untuk audit kualitas penggunaan antibiotic dapat diekstrak dari data rekam medic
pasien dan form rekam pemberian obat (RPO) untuk melihat data demografi pasien, riwayat
perjalanan penyakit, data klinis pasien, data laboratorium penunjang, dan data riwayat
pengobatan pemberian antibiotik. Setiap kasus dapat dipelajari dengan mempertimbangkan
diagnosis yang ditegakkan, tanda klinis dan hasil laboratorium apakah sesuai dengan indikasi
penggunaan antibiotic, apakah tepat pemilihan antibiotic, apakah tepat rejimen dosis, dan lama
pemberian.
Penilaian (reviewer) sebaiknya lebih dari 1 orang (tim reviewer PPRA) dan terlatih.
Leader reviewer team adalah seorang klinisi dokter. Bila terdapat perbedaan yang sangat nyata
di antara tim reviewer maka dapat dilakukan diskusi panel untuk masing-masing kasus yang
berbeda penilaiannya dan diputuskan berdasarkan kesepakatan bersama. Sebaiknya ada internal
reviewer team sesuai dengan bidang keahlian keilmuannya dan ada external reviewer team
sebagai tim validator.
Dalam analisis dan rekomendasi dari hasil audit pula penggunaan antibiotic hendaknya
dianalisis dalam kaitannya dengan laporan pola mikroba dan kepekaan terumata terhadap
mikroba multi-resisten. Kegiatan audit penggunaan antibiotic ini sekurang-kurangnya
dilakukan satu tahun sekali.
Kategori hasil review berdasarkan Gyssens flowchart sebagai berikut:
Kategori VI : Data tidak lengkap/tidak dapat dievaluasi
Kategori V : Tidak ada indikasi pemberian antibiotic
Kategori IV A : Penilaian antibiotik kurang efektif
(Ada antibiotic lain yang lebih efektif)
Kategori IV B : Pemilihan antibiotic kurang aman
(Ada antibiotic lain yang lebih aman)
Kategori IV C : Pemilihan antibiotic harga mahal
(Ada antibiotic lain yang lebih murah)
Kategori IV D : Pemilihan antibiotic spectrum kurang
Sempit (ada antibiotic lain yang spektrumnya lebih sempit)
Kategori III A : Pemberian antibiotic terlalu lama
Kategori III B : Pemberian antibiotic terlalu singkat
Kategori II A : Dosis pemberian antibiotic tidak tepat
( over dose atau under dose)
Kategori II B : Interval pemberian antibiotic tidak tepat
Kategori II C : Rute pemberian antibiotic tidak tepat
Kategori I : Saat pemberian antibiotic tidak tepat
(Contoh untuk profilaksis pembedahan)
Kategori 0 : penggunaan antibiotic tepat
(appropriate)

4. METODE
4.1 Rancangan pelaksanaan audit :’
Audit pemggunaan antibiotic dapat menggunakan rancangan studi operasional secara
restrospektif atau prospektif tergantung dengan tujuan yang diinginkan. Pengambilan data
secara prospektif dilakukan dengan melihat rekam medis pasien rawat inap yang menggunakan
antibiotic untuk dilakukan pencatatan setiap hari, sedangkan untuk pengambilan data
restrospektif dilakukan dengan melihat dan mencatat rekam medis pasien rawat inap pasien
yang sudah keluar rumah sakit (KRS).
4.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dalam rangka menjamin validitas data, maka dalam pengambilan sampel perlu
ditetapkan definisi operasional, dan ditemukan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi dapat ditentukan berdasarkan tujuan survelains dan untuk memudahkan
pelaksanaannya kriteria inklusi dapat ditetapkan berdasarkan jenis kasus atau berdasarkan
departemen/SMF atau berdasarkan area/ruangan atau berdasarkan periode waktu. Sedangkan
kriteria eksklusi perlu ditetapkan untuk mempermudah dalam melakukan seleksi pasien atau
kasus yang akan disampling. Beberapa kondisi tertentu dapat dioertimbangkan sebagai kriteria
eksklusi abtara lain: kondisi pasien immonocompromise, seperti pasien HIV&AIDS, pasien
TBC, pasien anak usia <16 tahun yang dirawat di bagian bedah dan penyakit dalam jika area
samplingnya di SMF bedah atau SMF penyakit dalam.
4.3 Jumlah Sampel
Jumlah sampel atau target sampel tergantung pada kapasitas dan kemampuan pelaksanaan
surveilans masing-masing rumah sakit, dapat diambil seluruh pasien pada periode tertentu
(jumlah populasi) atau diambil berdasarkan metode sampling data minimal 5-10% dari jumlah
populasi pasien KRS periode survey.
5.Alur Pengambilan Data
A. Audit penggunaan antibiotic kuantitatif
1. Pasien KRS pada periode waktu tertentu sesuai kriteria inklusi atau sampai tercapai target
sampel yang diinginkan metode sampling, baik yang menggunakan antibiotic atai tidak
menggunakan antibiotic. Kemudian disalin datanya pada LPD-FORM.1
Data yang perlu dicatat dalam FORM.1 ini meliputi:
 Nomor rekam medic
 Nama pasien
 Jenis kelamin
 Usia
 Diagnosis
 Tanggal MRS
 Tanggal KRS
 Lama hari perawatan
 Penggunaan antibiotic (ya atau tidak)
Pencatatan data tersebut dapat berguna untuk melacak pasien (nomor rekam medic, nama
pasien) informasi demografi pasien (jenis kelamin, usia), distribusi kasus (diagnosis), data
penting untuk perhitungan DDD seperti lama hari perawatan dan riwayat penggunaan
antibiotic.
2. Mencatat data pasien terkait riwayat penggunaan antibiotic, meliputi: nomor kode pasien,
nama antibiotic (kode antibiotic), regimen dosis, jumlah dosis per-hari, rute pemberian, lama
terapi antibiotic, total dosis, tanggal MRS, tanggal KRS, lama hari rawat inap, kode DDD
Antibiotik, untuk memudahkan perhitungan DDD bisa menggunakan aplikasi atau cara
pengolahan data tertentu (Microsoft exel, SPSS)
3. Melakukan analisis data
 Perhitungan prosentase jumlah pasien yang menggunakan antibiotic, meliputi:
Total jumlah pasien(n), jumlah pasien yang mendapatkan terapi antibiotic (n,%), jumlah
pasien yang tidak mendapatkan terapi antibiotic (n, %)
 Gambaran distribusi kasus secara deskriptif
 Perhitungan DDD/100 patient days (rawat inap)
Analisis data menggunakan Microsoft excel. Dari perthitungan DDD format excel,
dilanjutkan perhitungan yang meliputi:
Kode DDD (ATC classification), nama antibiotic, total DDD setiap antibiotic, dan
DDD/100 patient days.
4. Laporan hasil\
 Penyajian laporan dalam tabel dan gambar
 Laporan hasil mencantumkan: lokasi (SMF/ruangan), distribusi kasus, periode audit
(bulan dan tahun), jumlah sampel pasien pada periode survey, prosentase pasien yang
menggunakan antibiotic pada periode survei, total lama hari rawat inap seluruh sampel,
total lama hari rawat inap seluruh sampel pasien periode survei.
 Laporan hasil analisis disusun berdasarkan masing-masing bagian SMF dan
menyebutkan periode, missal: pola konsumsi antibiotic kuantitatif di bagian Bedah RS.
YY periode Oktober 2018.
B. Audit penggunaan antibiotik kualitatif
1. Pasien KRS pada periode waktu tertentu sesuai kriteria inklusi atau sampai tercapai target
sampel yang di inginkan berdasarkan metode sampling, baik yang menggunakan antibiotic
ataupun tidak disalin pada LPD – FORM.1 seperti halnya pada audit penggunaan antibiotic
kuantitatif.
2. Dari data FORM.1, kasus yang mendapatkan antibiotic dilakukan ekstrak data dari RM ke
LPD Form 3.a.LPD PPRA.
Data yang perlu di salin dari rekam medic ke form LPD menggambarkan kondisi harian pasien
sejak awal MRS sampai dengan KRS, antara lain:
 Data demografi pasien (nama, usia, jenis kelamin, alamat, pembiayaan)
 Diagnosis saat MRS dan diagnosis saat KRS
 Rekap harian termasuk pencatatan tanda vital, penemuan fisik yang penting, tindakan
yang dilakukan misalnya: operasi, pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan
laboratorium, radiologi, pemeriksaan kultur darah, dan penggunaan antibiotik meliputi:
nama antibiotic, dosis, interval, rute, saat lama serta penggunaan jenis antibiotic
(empiric/definitive/profilaksis).
3. Penggunaan antibiotic profilaksis disalin pada Form 3.b LPD Antibiotik profilaksis untuk
mendapatkan data yang lebih spesifik.
Data yan perlu disalin meliputi: diagnosis, prosedur operasi, jenis operasi, kelas operasi, jam
mulai operasi (saat insisi), jam selesai operasi, jumlah pendarahan, nama jenis antibiotic
profilaksis, rejimen dosis, rute, saat pemberian (jam pemberian antibiotic).
4. Melakukan review data kualitatif menggunakan metode Gyssens flowchart disalin pada Form
4. Review Gyssens
Form 4 ini untuk memudahkan tim reviewer dalam menganalisis atau dapat juga digunakan
dalam menganalisis atau dapat juga digunakan untuk merekap hasil analisis yang dilakukan
oleh tim reviewer.
ANALISIS HASIL:
a. Indikator : bisa semua golongan antibiotic atau golongan antibiotik tertentu
b. Kategori analisis review yang dilaporkan meliputi: kategori VI,V,VI,III A, III A, II,
I, 0 (nol)
c. Review dilakukan oleh tim reviewer internal rumah sakit yang sudah dilatih (tidak
boleh oleh PPDS) dan sebaiknya diverifikasi/divalidasi oleh tim reviewer external
d. Analisis rekapitulasi hasil review Gyssens disajikan dalam tabel dan gambar.
e. Laporkan hasil analisis disusun berdasarkan masing-masing SMF/bagian (misalnya:
Analisis kualitas penggunaan antibiotic di bagian Bedah periode ….. RS XX…..)
f. Laporan total seluruh bagian di rumah sakit (misalnya: Analisis kualitas penggunaan
antibiotic periode …. Di RS XX….)
6.PELAPORAN
Pembuatan laporan surveilans pola penggunaan antibiotic sangat diperlukan untuk
monitoring dan evaluasi gambaran penggunaan antibiotic di rumah sakit, sehingga dapat
diketahui besaran masalah konsumsi dan kualitas penggunaan antibiotic. Dari laporan data
audit penggunaan antibiotic dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan
program intervensi perbaikan dalam upaya menerapkan penggunaan antibiotic secara bijak
dalam rangka mengendalikan resistensi antimikroba. Format pelaporan secara tertulis sebagai
berikut:
1. Judul
2. Daftar nama tim
3. Latar belakang
4. Tujuan
5. Metode
6. Hasil’
7. Pembahasan dan analisis
8. Kesimpulan
9. Saran
10. Daftar referensi

Laporan surveilans audit penggunaan antibiotic secara periodik harus dilaporkan kepada
pemangku kepentingan, meliputi pihak managemen rumah sakit, para klinis yang menangani
pasien managemen rumah sakit , dan para penentu kebijakan di komunitas jika berkaitan dengan
surveilans penggunaan antibiotic di komunitas dan terkait infeksi di masyarakat, seperti Dinas
Kesehatan tingkat provinsi dan kabupaten/ kota.
Sesuai denga PerMenKes no.8 tahun 2018 pasal 12 disebutkan bahwa setiap rumah sakit
harus melaporkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba kepada
kementrian kesehatan secara berkala setiap tahun, dimana salah satu indikator mutu PPRA
adalah adanya perbaikan penggunaan antibiotik secara kuantitatif dan kualitatif yang dapat
ditunjukan dari laporan data surveilans audit penggunaan antibiotik di rumah sakit.
7.PENUTUP
Surveilans penggunaan antibiotik dengan metode audit penggunaan anibiotik kuantitatif
dan kualitatif merupakan salah satu aktivitas kegiatan program pengendalian resistensi
antimikroba di rumah sakit. Data hasil audit ini merupakan salah indikator mutu PPRA yang
secara berkala dan periodik sekurang-kurangnya setiap satu tahun sekali di monitori dan di
evaluasi sebagai data evidence untuk intervensi perbaikan dan sebagai pertimbangan dalam
memberikan rekomendasi kepada manajemen rumah sakit untuk evaluasi dan updating
kebijakan serta panduan-panduan terkait penggunaan antibioytik di rumah sakit.
Buku referensi ini disusun untuk membantu tim PPRA atau KPRA rumah sakit sebagai
referensi dalam memulai pelaksanaan surveilans penggunaan antibiotik di rumah sakit secara
standar sesuai regulasi. Semoga bermanfaat.
8. REFERENSI
Kuntaman K, S Santoso , H Wahjono, NM Mertaniasih, ES Lestari , H Farida, R Hapsari, SC
Firmanti, Noorhamdani AS, D Santosaningsih, PB Purwono, D Kusumaningrum (2011). The
Sensitivitiy Pattern of Extended Spectrum Beta Lactamase- Producing Bacteria Againts Six
Antibiotik that Routinely Used in Clinical Setting. J Indon Med Assoc (Majalah Kedokteran
Indonesia); Vol. 61 (12):482-486
Kuntaman K, Mertaniasih NM, and Usman Hadi (2006). Multiresistance Pattern of Extended
Spectrum B-Lactamase (ESBL) – Escherichia coli and Klebsiella pneumonia Strains. Folia
Medica Indonesia ; Vol.42 No.1:40-46
Kuntaman K., U Hadi, H Paraton, M Qibtiyah, EB Wasito, EB Koendhori, D Santosaningsih,
D Erikawati, NND Fatmawati, NNS Budayanti, Y Priyambodo, L Saptawati, UA Mulyani
(2013). Survailan multi senter Klebsiella pneumonia and Escherichia coli penghasilan ESBL di
Indonesia Unpublish.
Kuntaman, N. Rachman, and S. Hardjowijoto(1996). Pola penggunaan antimikroba di ruang
rawat inap Bedah Urologi RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. Majalah Teknologi Kedokteran
Indonesia; 1996; XI (1):6-12.
Soegijanto, S. (1998), Disease and the use of antibiotik pattern in department of Child Health
Dr. Soetomo Hospital Surabaya. Folia Medica Indonesiana, Year XXXIV, No 3: 1-4
Santosaningsih D. Santoso S. Budiyanti NS. (2016) Characterization of clinical Staphylococcus
aureus isolates harbouring mecA or Panton Valentine leukocidin genes from four tertiary care
hospital in Indonesia. Trop Med Int Health.; 22:610-618
Struelens MJ, Monnet DL, MargiorakosAP O’Connor FS, Giesecke J, the European NDM-1
Survey Participants (2010). New Delhi metallo-beta-lactamase 1-producing
Enterobacteriaceae: emergence and response in Europe, European Center for Disease
Prevention and Control (ECDC), Stockholm, Sweden
WHO 2014 Global AMR surveillance report.
Tenover FC, McGowan JE, Jr Reasons for the emergence of antibiotik resistance . Am J Med
Sci 1996; 311 (1) : 9-16
Tenover FC, Hughes JM, The challenges of emerging infectious diseases. Development and
spread of multiply-resistant bacterial pathogens. Jama 1996;275(4):300-4
Hadi U, Gyssens IC, Lestari ES, Duerink DO, Keuter M, Soewondo ES, et al. Quantity and
Quality of Hospital Antibiotik Usage in Indonesia. In preparation 2006.
Palcevski G, Ahel V, Vlahovic-palcevski V, Ratchina S, Rosovic-Bazijanac V, Averchenkova
L. Antibiotik use profile at paediatric clinics in two transitional countries. Pharmacoepidemiol
Drug saf 2004;13(3):181-5.
WHO. Gueidelines for ATC classification and DDD assignment. In; 2017
Gyssens IC. Quality measures of antimicrobial drug use. Int J Antimicrob Agents 2001;
17(1):9-19.

Anda mungkin juga menyukai