Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN JIWA DI


PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG TAHUN 2018

Jessica Masta Hothasian, Chriswardani Suryawati, Eka Yunila Fatmasari


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: jessicamhrgg@gmail.com

Abstract: The relapse rates of mental disorder in Central Java in 2018 have
reached 2,2% per 1.000 population. Bandarharjo Primary Health Center
(Puskesmas) itself was a health center with the highest mental health cases in
Semarang. The objective of this research was to evaluate the Mental Health
Program implementation in the work areas of Bandarharjo Primary Health
Center. The research design is qualitative with a descriptive analytic approach.
Data was collected from in-depth interviews and observations based on
purposive sampling criteria. Subjects in the study consisted of two executive
doctors, a coordinator in Mental Health Program, and a nurse. These four
subjects were categorized as the main informant. Representatives from mental
disorder patient's family and health cadres were included as well to be part of
triangulation informants. The results, the implementation of mental health
program in Bandarharjo Primary Health Center had not been optimal. This was
because the number of patients with severe mental disorder, who received
mental health services according to standard were only 94.7%. Therefore, there
were still about 5.3% patients who had not received mental health services. The
was a lacking in Standard Operation Procedures (SOP) for each stages of
program implementation, especially the initial management stage (drug
administration) and socialization regarding Mental Health Program. It is better to
improve the socialization and promotion of Mental Health Program in Bandarharjo
Primary Health Center. There needs to be an improvement in the distribution
system of medicines from the City Health Office to the Puskesmas so that there
are no delays as well as a review of the latest BPJS rules related to the tiered
referral system which is still a problem in the field.

Keywords : Evaluation, Mental Health Program, Primary Health Center

75
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pendahuluan Semarang Utara merupakan


kecamatan dengan permukiman
Kesehatan jiwa merupakan kumuh tertinggi, yakni sebesar 147,4
suatu keadaan individu yang secara ha atau 35,4% dari total keseluruhan
mandiri menyadari kemampuannya permukiman kumuh di kota
dan mampu mengembangkan Semarang.
kemampuan tersebut baik secara Berdasarkan penelitian yang
fisik, mental, spiritual juga sosial; dilakukan oleh Hermiati dan Harahap
sanggup mengatasi tekanan (2018) menyebutkan bahwa faktor
sehingga individu tersebut dapat pencetus terjadinya skizofrenia dapat
bekerja secara produktif serta dipengaruhi oleh emotional turbulent
memberikan kontribusi bagi families, stressful life events,
masyarakat sekitar. Permasalahan diskriminasi, dan kemiskinan.
dalam bidang kesehatan jiwa hingga Lingkungan emosional yang tidak
kini masih menjadi beban ekonomi stabil dapat juga dianggap
terbesar di seluruh dunia, jika mempunyai risiko yang besar
dibandingkan dengan masalah terhadap perkembangan skizofrenia.3
kesehatan lain. Hal ini dikarenakan Sedangkan hasil penelitian yang
permasalahan kesehatan jiwa telah dilakukan oleh Erlina, dkk. (2010)
menelan dana sebanyak US$2,5 menyebutkan bahwa faktor yang
triliun pada tahun 2010, yang mempengaruhi kejadian skizofrenia
diperkirakan akan terus bertambah pada pasien rawat jalan di Rumah
menjadi US$6 triliun pada tahun Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang
2030.1 Kesehatan jiwa menjadi Sumatera Barat adalah faktor status
beban ekonomi dunia dengan ekonomi.4
menghabiskan 2/3 dana akibat Berdasarkan latar belakang
hilangnya pekerjaan dan disabilitas. tersebut, perlu dilakukan penelitian
Tahun 2018, Riskesdas mengenai evaluasi pelaksanaan
mencatat bahwa prevalensi program upaya kesehatan jiwa di
gangguan jiwa berat pada penduduk Puskesmas Bandarharjo Kota
Indonesia adalah 1,7 per mil. Semarang.
Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Metode Penelitian
Bali, dan Jawa Tengah. Lebih lanjut Penelitian ini adalah penelitian
juga Riskesdas menyebutkan bahwa kualitatif dengan pendekatan deskriptif
prevalensi gangguan jiwa emosional analitik. Objek yang akan diteliti
pada penduduk Jawa Tengah adalah adalah evaluasi pelaksanaan program
9,8% dari seluruh penduduk upaya kesehatan jiwa dari segi input,
Indonesia.2 dan output. Subjek dalam penelitian ini
Puskesmas Bandarharjo yang diambil dengan menggunakan metode
berada di Kecamatan Semarang purposive sampling. Informan utama
Utara mencakup empat wilayah kerja, adalah kepala puskesmas, koordinator
yakni: Kelurahan Tanjung Mas, program, dokter, dan perawat.
Kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Informan triangulasi adalah perwakilan
Kuningan, dan Kelurahan Dadapsari. keluarga penderita penyakit jiwa dan
Berdasarkan SK Walikota Semarang kader. Pengumpulan data penelitian
No.050/801/2014 tentang Penetapan dilakukan melalui wawancara
Lokasi Lingkungan Perumahan dan mendalam dan observasi.
Permukiman Kumuh Kota Semarang
telah diputuskan bahwa Kecamatan

76
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

b. Dana
Hasil dan Pembahasan Dana yang diterima
1. Variabel Input puskesmas untuk
a. Tenaga menjalankan program Upaya
Tenaga atau sumber daya Kesehatan Jiwa berasal dari
manusia yang terlibat di BOK (Biaya Operasional
dalam program Upaya Kesehatan) dari pusat. Dana
Kesehatan Jiwa di puskesmas yang sudah diterima oleh
berjumlah 5 orang, yaitu Puskesmas harus dicukupkan
kepala pemegang program, dalam menjalankan program
dokter, perawat, bidan, karena sudah diplot. Dana ini
promkes, dan kader digunakan untuk memenuhi
kesehatan. Kepala pemegang berbagai kebutuhan
program bertugas untuk Puskesmas dalam
mengoordinir pelaksanaan menjalankan program, seperti
program. Dokter bertugas untuk membeli barang saat
untuk anamnesa, melakukan penyuluhan (snack dan ATK),
pemeriksaan fisik, mengobati biaya perjalanan untuk
(kuratif), juga melakukan pelatihan kader ke luar, dan
rujukan. Perawat mempunyai biaya operasional
tugas untuk membantu dokter Puskesmas.
dalam melakukan anamnesa. c. Sarana
Bidan bertugas untuk Sarana diperlukan untuk
menangani secara spesifik mendukung terlaksananya
bagian KIA yakni ibu hamil program Upaya Kesehatan
yang mengalami gejala Jiwa di wilayah kerja
depresi post partum setelah puskesmas. Sarana yang
persalinan juga anak kecil dibutuhkan sama seperti
usia di bawah 7 tahun yang sarana untuk menangani
mengalami waham/gejala pasien umum (tidak
gangguan jiwa. Promkes dibutuhkan alat khusus)
mempunyai tugas dalam karena hanya menangani
melakukan penyuluhan pasien gangguan jiwa yang
kesehatan jiwa. Sementara sudah terkontrol, diantaranya
itu, kader juga ikut terlibat yaitu 1 buah mobil ambulans,
secara tidak langsung di laboratorium untuk
dalam program kesehatan pemeriksaan apabila terjadi
jiwa. Kader mempunyai tugas infeksi pada pasien dengan
untuk membantu pencatatan gangguan jiwa, juga obat-
dan pelaporan di wilayah. obatan bagi pasien gangguan
Jumlah SDM yang terlibat jiwa.
dalam program Upaya Sarana pendukung
Kesehatan Jiwa Puskesmas program Upaya Kesehatan
sudah cukup, karena untuk Jiwa juga harus dilihat dari
pengobatan lebih banyak segi kualitas dan kuantitasnya
merujuk. Namun untuk untuk kelancaran dan
kegiatan di luar Puskesmas keberhasilan dalam
masih dibutuhkan tenaga pelaksanaannya. Dari segi
untuk melakukan kunjungan kuantitas sarana pendukung
rumah. program Upaya Kesehatan
77
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Jiwa di Puskesmas sudah dapat dilihat keberjalannya


mencukupi kebutuhan, karena apakah sudah sesuai dengan
apabila petugas memerlukan jadwal yang sudah
sarana tambahan (misalnya direncanakan. Terdapat
ambulans) dapat langsung penjadwalan kegiatan
menelepon Pemkot agar program Upaya Kesehatan
disediakan. Sementara itu Jiwa di wilayah RW/kelurahan
dari segi kualitas, untuk yakni berupa rapat kader.
ketersediaan obat-obatan 2. Variabel Process
tertentu masih terbatas. a. Melaksanakan Deteksi Dini
d. Metode Pelaksanaan deteksi dini
Program Upaya adalah kegiatan
Kesehatan Jiwa yang ada di menggolongkan pasien
Puskesmas Bandarharjo dengan gangguan jiwa
belum memiliki SOP. berdasarkan keluhan psikis
Terdapat informasi yang yang frekuensinya
berbeda dari salah satu berkelanjutan (pusing, sakit
dokter juga perawat terkait perut, tidak bisa tidur)
SOP program Upaya walaupun pada saat dilakukan
Kesehatan Jiwa yang pemeriksaan fisik pasien
seharusnya ada mengikuti dinyatakan sehat.
akreditasi Puskesmas yang Penggolongan (deteksi dini)
sudah dilaksanakan juga bisa didapatkan
sebelumnya. berdasarkan hasil pertanyaan
Dalam pelaksanaan suatu yang dilakukan di ruang
program, diperlukan bukti konsultasi oleh petugas
terlaksananya suatu program kesehatan. Data penderita
berupa laporan. Kepala gangguan jiwa dapat berasal
Puskesmas selaku kepala dari rumah sakit, laporan
pemegang program masyarakat, pencatatan oleh
menyatakan bahwa laporan kader, LSM, institusi
kinerja dalam pelaksanaan pendidikan/akademi
suatu program dituangkan keperawatan dan petugas
dalam bentuk evaluasi yang Puskesmas.
dilaksanakan setiap tahun. Pelaksanaan deteksi dini
e. Waktu dilakukan oleh petugas
Perencanaan dalam kesehatan kepada pasien
pelaksanaan program Upaya dengan gangguan jiwa.
Kesehatan Jiwa di Deteksi dini dilaksanakan
Puskesmas Bandarharjo setiap kali melakukan
dilaksanakan bersamaan pemeriksaan. Selain itu,
dengan evaluasi kinerja deteksi dini juga dapat
program yang dilakukan per dilakukan di luar Puskesmas,
tahun, namun perencanaan semisal melalui penjaringan di
tersebut tidak memuat sekolah.
jadwal/waktu pelaksanaan Dalam melaksanakan
secara khusus. Oleh karena kegiatan deteksi dini terdapat
itu, pelaksanaan program kendala yaitu
Upaya Kesehatan Jiwa di ketidakterbukaan pasien,
Puskesmas Bandarharjo tidak ketidaktahuan/tekanan dari
78
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pihak keluarga (tidak ada yang hampir mirip dengan


penerimaan dari keluarga). kendala pada tahapan
Upaya yang dilakukan pelaksanaan deteksi dini yaitu
Puskesmas untuk mengatasi ketidakterbukaan pasien,
kendala dalam pelaksanaan ketidaktahuan dan tekanan
deteksi dini yaitu melakukan dari pihak keluarga. Upaya
penyuluhan oleh petugas yang dilakukan Puskesmas
promkes, menyampaikan untuk mengatasi kendala
melalui pertemuan kader lainnya adalah dengan
terkait mekanisme pertahanan adanya ketelitian dan
jiwa tiap orang, dan pemahaman yang mendalam
meningkatkan frekuensi dari petugas kesehatan saat
pelaksanaan sosialisasi. melakukan anamnesa agar
Sedangkan faktor-faktor yang tidak terjadi kesalahan dalam
mendukung dalam melakukan penegakan
pelaksanaan deteksi dini diagnosis.
adalah keterusterangan pihak c. Penyuluhan Kesehatan Jiwa
keluarga pasien, kesadaran Penyuluhan kesehatan
dan kemauan dari pihak jiwa adalah kegiatan
pasien untuk datang ke pemberian informasi
Puskesmas dan mengobati kesehatan kepada
penyakitnya. masyarakat tentang
b. Penegakan Diagnosis penanganan orang dengan
Penegakan diagnosis gangguan jiwa, cara
merupakan tahapan yang pendekatannya, obat-obatan
sejalan dengan deteksi dini, bagi penderita gangguan jiwa,
yakni mengidentifikasi tanda-tanda orang dengan
gangguan jiwa pada pasien gangguan jiwa dan sikap yang
berdasarkan kriteria tertentu terkait. Penyuluhan kesehatan
pada saat dilakukan diberikan oleh pihak
pemeriksaan. Penegakan Puskesmas melalui petugas
diagnosis dilakukan oleh kesehatan yakni kegiatan
petugas kesehatan kepada mempromosikan kesehatan
pasien dengan gangguan jiwa dan memberikan
jiwa. Penegakan diagnosis pemahaman terkait
dilaksanakan setiap kali mekanisme pertahanan jiwa
melakukan pemeriksaan. kepada masyarakat.
Penegakan diagnosis Informasi yang penting
dilakukan melalui penegakan untuk disampaikan dalam
anamnesa yakni 70% dari kegiatan penyuluhan
penegakan anamnesa kesehatan terutama yang
sebagai bentuk pemeriksaan berkaitan dengan program
penunjang apabila terjadi upaya kesehatan jiwa adalah
infeksi, karena laboratorium informasi tentang pentingnya
yang ada merupakan kesehatan jiwa dan
laboratorium sederhana penerimaan lingkungan, baik
(laboratorium umum). keluarga maupun masyarakat.
Dalam melaksanakan Metode yang tepat dalam
kegiatan penegakan memberikan penyuluhan
diagnosis terdapat kendala kesehatan yang terkait
79
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan program upaya mengambil tema terkini untuk


kesehatan jiwa dapat berupa mencegah penyampaian
metode penyelipan materi materi penyuluhan yang
kejiwaan pada materi monoton. Adanya antusiasme
kesehatan lain, penyampaian dari informan triangulasi yang
materi kejiwaan pada acara merasakan keterbutuhan
perkumpulan warga seperti terkait penyuluhan kesehatan
pengajian atau arisan, juga jiwa juga menjadi salah satu
inovasi dan kreativitas faktor pendukung
penyuluh untuk mencegah terlaksananya kegiatan
penyampaian materi penyuluhan.
penyuluhan yang monoton. d. Penatalaksanaan Awal
Terdapat kendala dalam Penatalaksanaan awal
melaksanakan kegiatan merupakan tahapan
penyuluhan kesehatan yaitu pemberian obat sesuai
sulit untuk mengumpulkan diagnosis yang didapatkan,
semua peserta dalam satu baik penyakit kejiwaan
waktu yang bersamaan. maupun penyakit fisik lain
Upaya yang telah dilakukan sesuai kondisi pasien.
untuk mengatasi kendala Penatalaksaan awal dilakukan
tersebut adalah dengan oleh petugas kesehatan
melakukan pembinaan kader kepada pasien dengan
agar kader mampu gangguan jiwa.
menjangkau peserta yang Penatalaksanaan awal
tidak hadir dengan cara dilaksanakan setiap kali
memberikan materi yang melakukan pemeriksaan.
didapatkan kader saat Dalam melaksanakan
pembinaan kepada warga kegiatan penatalaksaan awal
sekitar semisal pada saat terdapat kendala yaitu
pengajian, arisan, atau acara keterbatasan dalam
perkumpulan lainnya. Ketika ketersediaan obat-obatan
ada penyuluhan dengan tema tertentu. Salah satu informan
materi kesehatan yang lain, triangulasi menyebutkan
materi kejiwaan diselipkan di bahwa sudah sebulan ini tidak
dalamnya. Sementara itu, minum obat dikarenakan stok
untuk penyuluhan yang obat penenang tertentu
dilakukan di sekolah atau (haloperidol) di Puskesmas
penyuluhan kader tidak mengalami kekosongan.
menemui kendala yang Upaya yang dilakukan
berarti. Puskesmas untuk mengatasi
Dalam pelaksanaannya, kendala ini adalah dengan
terdapat faktor-faktor yang memberikan laporan kepada
mendukung terlaksananya DKK akan adanya
kegiatan penyuluhan kekosongan stok obat tertentu
kesehatan seperti tersedianya agar pihak DKK dapat segera
dana, media, dan materi memberikan tindaklanjut
untuk digunakan dalam berupa kiriman stok obat
penyuluhan, inovasi dan terkait.
kreativitas SDM sebagai e. Pengelolaan Rujukan Balik
promotor kesehatan yakni Kasus Gangguan Jiwa
80
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengelolaan rujukan balik kasus gangguan jiwa adalah


kasus gangguan jiwa perhatian yang lebih
merupakan pengelolaan mendalam dari Pemerintah
tatanan pelayanan yang dalam mengkaji ulang aturan
dilakukan secara berjenjang dan sistem BPJS terbaru,
anatar unit pelayanan dari karena kenyataannya kondisi
berbagai tingkatan. Salah di lapangan membuktikan
satu informan menyatakan bahwa banyak kebijakan yang
bahwa rujukan balik kasus mempersulit pasien.
gangguan jiwa merupakan Pembenahan dalam kebijakan
tahapan yang paling sulit. ini sebagai salah satu faktor
Rujukan balik gangguan jiwa pendukung bagi pasien untuk
biasanya dilakukan apabila berobat rutin. Hal ini juga bisa
obat yang terkait belum mencegah timbulnya kasus
dicover oleh BPJS. baru gangguan jiwa akibat
Pelaksanaan rujukan balik tidak tercovernya pengobatan
kasus gangguan jiwa yakni pasien oleh karena
pasien membawa surat banyaknya kesulitan pada
kontrol dari Rumah Sakit yang sistem rujukan berjenjang.
memuat keterangan dari 3. Variabel Output
dokter berisi kapan pasien a. Capaian Penyelidikan
harus datang kembali untuk Epidemiologi (PE)
evaluasi. Meningkatnya pelayanan
Dalam melaksanakan kesehatan jiwa terlihat dari
kegiatan pengelolaan rujukan meningkatnya persentase
balik kasus gangguan jiwa, jumlah kunjungan baru
terdapat kendala yaitu aturan penderita gangguan jiwa di
baru yang diberlakukan BPJS Puskesmas.31 Berdasarkan
per Juli/Agustus 2018 tidak Rekapitulasi Laporan Jiwa
lagi memperbolehkan Tahunan, Puskesmas
Puskesmas untuk merujuk Bandarharjo menempati
langsung ke Rumah Sakit tipe urutan pertama sebagai
B, harus menggunakan Puskesmas dengan kasus
rujukan berjenjang. kesehatan jiwa tertinggi
Puskesmas hanya bisa periode Januari – Juni 2018,
melakukan rujukan ke Rumah yakni sebanyak 123 kasus,
Sakit tipe C. Apabila Rumah dengan jumlah kasus lama
Sakit tipe C tidak bisa sebanyak 69 kasus dan
menangani baru kemudian penambahan kasus baru
Rumah Sakit tersebut merujuk sebanyak 54 kasus. Namun
kembali ke Rumah Sakit tipe berdasarkan data catatan
B. Berdasarkan penjelasan petugas Puskesmas, jumlah
dari dokter di Puskesmas, hal kunjungan gangguan jiwa per
ini sangat menyulitkan pasien Juni 2018 hanya sebanyak 19
karena BPJS masih belum pasien, dengan 4 di antaranya
menjembatani dalam merupakan pasien yang
pelaksanaan rujukan sudah rutin melakukan
berjenjang tersebut. kunjungan.
Faktor pendukung b. Capaian Fogging Fokus
pengelolaan rujukan balik
81
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan data dilaksanakan bersamaan


penemuan kasus gangguan dengan evaluasi kinerja
jiwa selama bulan Januari program yang dilakukan per
hingga bulan Juni 2018 di tahun.
Puskesmas Bandarharjo, 1 2. Evaluasi Process
dari 19 pasien dilakukan a. Pelaksanaan deteksi dini rutin
rujukan balik. Capaian dilakukan oleh dokter dan
pelayanan kesehatan jiwa perawat setiap kali melakukan
pada orang dengan gangguan pemeriksaan. Kegiatan ini
jiwa berat di wilayah kerja menemui hambatan yakni
Puskesmas Bandarharjo per Puskesmas masih belum
Juni 2018 adalah 94,7%. bersikap proaktif.
Angka capaian pelayanan b. Penegakan diagnosis oleh
kesehatan jiwa pada ODGJ Puskesmas secara
berat di Puskesmas keseluruhan sudah dilakukan
Bandarharjo tersebut belum dengan baik dan tidak ditemui
sesuai dengan standar atau kendala dalam
kriteria yang sudah ditetapkan pelaksanaannya.
dalam Peraturan Menteri c. Pada penatalaksaan awal
Kesehatan No.43 Tahun 2016 ditemukan hambatan yakni
tentang Standar Pelayanan terbatasnya ketersediaan stok
Minimal Bidang Kesehatan.5 obat tertentu yang
Kesimpulan mengakibatkan terhambatnya
1. Evaluasi Input pendistribusian obat ke
a. Ketersediaan tenaga Upaya masyarakat.
Kesehatan Jiwa dapat d. Pada rujukan balik kasus
dikategorikan cukup. gangguan jiwa, ditemukan
b. Sumber dana yang digunakan hambatan yakni kesulitan
untuk program Upaya dalam sistem rujukan
Kesehatan Jiwa sudah cukup berjenjang akibat dari aturan
dan berasal dari BOK. BPJS terbaru terkait rujukan
c. Sarana dan bahan yang balik yang masih perlu untuk
sudah tersedia baik secara dikaji ulang.
kuantitas maupun secara e. Pelaksanaan kegiatan
kualitas sudah mencukupi penyuluhan kesehatan jiwa
kebutuhan. oleh Puskesmas masih belum
d. Seluruh kegiatan program optimal dikarenakan sulitnya
Upaya Kesehatan Jiwa belum mengumpulkan semua
memiliki SOP dan belum ada peserta penyuluhan dalam
pembuatan berita acara pada satu waktu yang bersamaan.
setiap tahap pelaksanaan 3. Evaluasi Output
program Upaya Kesehatan Evaluasi keluaran
Jiwa. (output), dari 2 indikator program
e. Belum terdapat penjadwalan Upaya Kesehatan Jiwa (jumlah
program Upaya Kesehatan kunjungan gangguan jiwa dan
Jiwa secara khusus. jumlah ODGJ berat yang
Perencanaan dalam mendapatkan pelayanan
pelaksanaan program Upaya kesehatan jiwa sesuai standar)
Kesehatan Jiwa di terdapat 1 indikator yang belum
Puskesmas Bandarharjo mencapai target yaitu dan jumlah
82
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ODGJ berat yang mendapatkan Daftar Pustaka


pelayanan kesehatan jiwa sesuai 1. WHO. 2018. Schizophrenia.
standar di Puskesmas http://www.who.int/mediacentre/fa
Bandarharjo sebesar 94,7% ctsheets/fs397/en/ Diakses 9 Juni
dengan target sebesar 100% 2018.
dikarenakan pengelolaan rujukan 2. Kementerian Kesehatan Republik
balik kasus gangguan jiwa yang Indonesia. 2018. Laporan Kinerja
belum optimal. Kementerian Kesehatan Tahun
2017.
Saran 3. Hermiati D, Harahap RM. 2018.
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Faktor Yang Berhubungan
(DKK) Semarang dengan Kasus Skizofrenia pada
a. Diharapkan dapat Pasien Rawat Inap RSKJ
memperbaiki sistem Soeprapto Provinsi Bengkulu.
pendistribusian obat-obatan 4. Erlina, dkk. 2010. Determinan
dari Dinas Kesehatan Kota ke terhadap Timbulnya Skizofrenia
Puskesmas agar tidak terjadi pada Responden Rawat Jalan di
keterlambatan. Rumah Sakit Jiwa Prof. HB
b. Memberikan pelatihan yang Saanin Padang Sumatera Barat.
berkelanjutan terkait 5. Kementerian Kesehatan Republik
kesehatan jiwa, baik kepada Indonesia. 2016. Peraturan
kader maupun petugas Menteri Kesehatan No.43 Tahun
Puskesmas. 2016 tentang Standar Pelayanan
2. Bagi Puskesmas Minimal Bidang Kesehatan.
a. Diharapkan adanya sikap 6. Kementerian Kesehatan Republik
proaktif dari Puskesmas untuk Indonesia. 2015. RAK Direktorat
menjangkau masyarakat di Bina Keswa Tahun 2015-2019.
seluruh wilayah kerjanya 7. Dinas Kesehatan Kota
dengan cara memperbanyak Semarang. 2017. Data Dasar
kegiatan di luar Puskesmas. Puskesmas Kota Semarang.
b. Memberikan pemahaman 8. Dinas Kesehatan Kota
kepada masyarakat melalui Semarang. 2017. Profil
kegiatan sosialisasi program Kesehatan Kota Semarang 2016.
Upaya Kesehatan Jiwa serta 9. Dinas Kesehatan Kota
melakukan follow-up terkait Semarang. 2018. Data Gangguan
kegiatan sosialisasi tersebut. Jiwa Tahun 2015-2017.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat
dapat mendukung dan
berpartisipasi dalam
pelaksanaan program Upaya
Kesehatan Jiwa secara
bersama-sama demi tercapainya
tujuan program khususnya
penurunan kasus di wilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo karena
penyakit kesehatan jiwa tidak
lepas dari pengaruh lingkungan
yang ada di bawah kendali dari
masyarakat itu sendiri.
83

Anda mungkin juga menyukai