Final Laporan
Final Laporan
2
dari instansi seperti Bapeda, Biro Pusat Statistik dan lain-lain. Untuk
selengkapnya disajikan dalam Tabel dibawah ini.
2 Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI, Untuk di digitasi guna input simulasi numerik garis
berupa peta topografi) pantai dan hidrodinamika
4 Peta Lingkungan Pantai Untuk di digitasi guna input simulasi numerik garis
pantai dan hidrodinamika
6 Peta Geologi Teknik, Geologi Data daya dukung tanah, kandungan tanah pada
permukaan sebagai bahan pin point lokasi
quarry/borrow
3
juga untuk survey lapangan lainnya seperti penelitian geologi/mekanika tanah ,
survey echosounding, pengamatan sediment dan pasang surut);
c. Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan jangka waktu yang tersedia;
d. Adapun Ketentuan-ketentuan pengukuran langsung (survey primer) ini
ditentukan sebagai berikut:
1) Pemetaan situasi yang dilakukan sepanjang daratan pesisir pantai sepanjang
(longitudinal) 32 (tiga puluh dua) Km, dimaksudkan untuk memperoleh
informasi daratan pesisir pantai yang antara lain meliputi perkampungan, jalan
raya, lahan pertanian, tambak-tambak, tinggi rendahnya permukaan tanah,
sungai-sungai yang bermuara dan bangunan-bangunan penting lainnya.
2) Dari hasil pengukuran ini juga diharapkan diperoleh informasi daerah-daerah
yang terkena erosi dan riwayat perubahan garis pantai, serta daerah-daerah
yang terancam. Lebar pengukuran daratan pesisir pantai minimal + 300 m arah
tegak lurus dari garis pantainya. Yang dimaksud dengan garis pantai disini
adalah garis permukaan air laut paling tinggi (HHWL).
3) Metode pengukuran dilakukan cara tachimetri dengan pengambilan titik-titik
detail secara profil melintang dan acak serta menyambung dengan pengukuran
topografi dasar permukaan laut. Jarak antara profil situasi 50 m, sedangkan
untuk daerah yang kritis interval 25 m.
4) Pengukuran profil melintang di pantai ke arah laut dilakukan disepanjang
pantai, jarak profil 50 m. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran bentuk pantai ke arah laut, selanjutnya untuk yang tidak bisa
dilakukan dengan alat waterpass, diukur dengan sounding.
5) Pemasangan titik tetap Bench Mark (BM) dilakukan di sepanjang pantai pada
setiap jarak 2,0 km. Posisi dan lokasi pemasangan BM harus mendapat
persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), dan atau Pengawas Kegiatan Pekerjaan.
6) Melaksanakan pengukuran Hidro-Oseanografi yang meliputi:
a) Pengamatan pasang surut dilakukan dimuara selama ± 1 bulan, waktu
pelaksanaan mencakup saat pasang purnama (Spring Tide) dan pasang
perbani (Neep Tide) dengan interval bacaan 1 jam.
b) Pengukuran arus (kecepatan dan debit) dan sedimen dilakukan pada 5
(lima) lokasi muara sungai yang mengalami tingkat sedimentasi cukup
tinggi yang ada di sepanjang garis pantai, dengan masing – masing lokasi
dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam kondisi yang berbeda yaitu musim
hujan, normal dan musim kemarau. Pengambalin contoh sedimen bed load
dan suspended load sebagai berikut :
Sedimen layang pada 3 (tiga) kedalaman yakni; kedalaman 0.2d, 0.6d
dan 0,8d dimana d adalah prakiraan kedalaman perairan di lokasi studi.
Sedimen dasar dilokasi sesuai dengan titik pengukuran arus untuk
mengetahui material sedimentasi baik yang melayang maupun yang
berada di dasar. Data karakteristik sedimen ini akan digunakan dalam
simulasi proses sedimentasi.
7) Melaksanakan pekerjaan Geoteknik (pengeboran tangan dan sondir):
a) Bor tangan dilakukan di 40 (empat puluh) lokasi hingga kedalaman 5
meter. Pada tiap titik pemboran diambil 1 (satu) sample undisturbed.
b) Sondir dilakukan di 40 (empat puluh) titik pada lokasi yang sama dengan
bor tangan. Sondir dilakukan sampai kedalaman dimana tegangan konus
(ujung) mencapai 200 kg/cm2.
4
c. Pelaksanaan pengukuran yang meliputi pengukuran horisontal,
pengukuran vertikal, pengukuran situasi detail, pengukuran penampang
memanjang dan melintang, pemasangan titik kontrol (benchmark), dan
pencatatan data pengukuran dalam buku ukur.
d. Perhitungan di lapangan.
e. Penggambaran sketsa di lapangan.
f. Kegiatan survei topografi ini melakukan pengukuran dengan alat ukur
yang berupa waterpass dan Total Station atau alat ukur lainnya yang
menghasilkan data pengukuran. Data pengukuran ini dianalisa sehingga
menghasilkan koordinat dan elevasi titik-titik yang bisa mengasilkan
gambar kontur dari daerah yang diukur.
a. Peralatan Survey
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi dan hidrometri
antara lain:
1) GPS Geodetik
2) Total Station
3) Waterpass
4) Echo Sounder GPS Map
5) Perahu Mesin & Pelampung
6) Rambu Peil Scale
7) Current Meter
8) Patok Kayu
9) Perlengkapan Lapangan
c. Kontrol Horizontal
Koordinat awal untuk control horizontal diambil/diinterpolasi dari peta
topografi 1 : 50.000 dengan sistim grid, sedangkan azimuth awal
diperoleh dengan pengukuran azimuth matahari.
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon, poligon
tertutup atau poligon terbuka tetapi diketahui koordinat titik awal dan
akhir pengukuran, poligon melingkupi daerah yang dipetakan, jika
daerahnya cukup luas poligon utama dibagi dalam beberapa kring
tertutup (untuk pengukuran situasi). Usahakan sisi poligon sama
panjangnya, poligon cabang terikat kepada poligon utama dan titik
5
referensi yang digunakan mendapat persetujuan dari Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), dan atau
Pengawas Kegiatan Pekerjaan. Usahakan jalur poligon baik cabang atau
utama melalui batas alam yang ada seperti jalan, sungai, batas kampung
dan lain-lain. Titik poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu
berukuran 5 cm x 5 cm x 60 cm. Patok ini dicat warna merah untuk
memudahkan identifikasi. Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut
jurusan awal dicari dengan pengamatan azimuth matahari. Pengamatan
dilakukan setiap 2,0 km dan untuk target pengamatan dipasang Control
Point (CP). Sudut diukur double seri dan digunakan Total Station T – 1,
perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2” dan ketelitian sudut lebih kecil
dari 10 √n dimana “n” adalah jumlah titik poligon. Jarak titik – titik
poligon utama dan poligon cabang didapat dari jarak datar Total Station
dan/atau dengan memakai pita ukur baja/linon dengan ketelitian linier
poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan poligon
cabang lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.
d. Kontrol Vertikal
Semua titik poligon diukur ketinggiannya (elevasinya), titik referensi
awal untuk kontrol vertikal diambil dari Patok BM – TTG (Titik Tinggi
Geodesi dari Bakosurtanal) terdekat dan/atau titik-titik lain yang telah
mendapat persetujuan dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), dan atau Pengawas Kegiatan
Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang atau
double stand dengan selisih beda tinggi antara stand – I dengan stand – II
tidak boleh lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur
waterpass otomatis (N12,, NAK atau yang sejenis), sebelum dan sesudah
pengukuran alat ukur diperiksa ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak
belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka dan jarak dari alat
ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m sedangkan jarak terdekat dari
alat ke rambu tidak boleh kurang dari 5 m. Ketelitian pengukuran
waterpass utama tidak boleh lebih dari 10√D dan waterpass utama tidak
lebih 5√D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.
f. Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal
yang telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta
pengukuran didalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik
8
lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris
berikut spot height yang cukup (untuk pengukuran situasi pantai dan
muara), sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih
menghasilkan informasi ketinggian yang memadai. Titik-titik spot height
terlihat tidak lebih dari interval 2,50 cm pada peta skala 1 : 2.000 atau
disesuaikan. Interval ini ekivalen dengan jarak 25 m tiap penambahan
satu titik spot height atau 10 – 15 titik spot height untuk tiap 1 hektar
diatas tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan
ketidak teraturan terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang
dibutuhkan dalam daerah pengukuran tidak hanya daerah sungai, muara
dan pantai tetapi juga tambak, kampung, kebun, jalan setapak dan lain-
lain.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan
Total Station atau yang sejenis. Untuk penggambaran kontur dibuat apa
adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai kontur diplot hanya
berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan. Interval
garis kontur sebagai berikut :
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 0.50
m dan setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih tebal.
Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:
1) Seluruh alur, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar jelas terlihat).
2) Jalan-jalan desa, jalan setapak, petak – tambak,dansebagainya
3) Petak-petak tambak, jaringan drainase, batas kampung, rumah-rumah,
jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai
semua gorong-gorong, jembatan, sekolah, mesjid dan kantor
pemerintah dll.
4) Tiang telepon, tiang listrik gorong-gorong, jembatan, sekolah, mesjid
dan kantor pemerintah dll
5) Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa
rerumputan dan alang-alang, rawa, kampung, kebun, dan lain-lain).
6) Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit
kecil dan lain-lain).
7) Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Pemberian nama
kampung, kecamatan nama jalan dan lain-lain jika dirasakan perlu.
9
e. Jalur “raai” tersebut diusahakan dibuat tegak lurus
pantai/aliran sungai/drainase;
f. Pengukuran situasi pada kawasan daratan berjarak 300 m
dari bibir pantai untuk mengetahui secara detail gambaran
situasi dan kondisi di sekitar kawasan pantai;
g. Panjang penampang melintang/jalur “raai” adalah masing-
masing anatara 50 – 100 m kearah daratan dan/atau sesuai
kondisi yang diperlukan dilapangan, sedangkan panjang
penampang melintang ke arah lautan diukur dari tepi pantai
sampai pada kedalaman tertentu yang dijelaskan pada
pengukuran bathymetry;
c. Penggambaran Peta
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format digital
AutoCAD pada lembar berkoordinat ukuran A1. Format
ukuran A1 berlaku bagi seluruh lembar gambar dan peta.
Untuk pengeplotan seluruh peta dan gambar pada lembar A3
tetap menggunakan format A1. Seluruh hasil pengukuran
Topografi dan Bathymetry 1 : 2.000 atau disesuaikan direkam
pada peta indeks berkoordinat penuh.
Seluruh peta mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
1) Garis kontur
2) Seluruh titik spot height yang diukur baik sungai, pantai
maupun dasar laut (bathymetry)
3) Skala, arah utara dan legenda
4) Grid berkoordinat pada interval 10 cm 200 m pada skala 1
: 2.000 atau disesuaikan)
5) Blok judul dan kotak revisi
10
6) Catatan kaki pada peta
7) Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar,
diagram dari layout lembar disertakan untuk
menunjukkan hubungan antara satu lembar dengan
lembar berikutnya (over lay).
11
g. Catatan Tambahan Untuk Penyajian Peta Situasi 1 : 2000
atau disesuaikan
1. Overlay Lembar Gambar
- Akan banyak sekali data-data ketinggian serta
planimetris yang diplotkan pada peta skala 1 : 2.000
atau disesuaikan, dan sering terjadi bahwa gambar
tersebut menjadi tidak karuan, sehingga tidak mungkin
membaca angka atau mengenali detail oleh karena
bertumpuknya data.
- Maka adalah wajar jika tidak seluruh titik-titik spot
height yang yang diperoleh dari lapangan dimasukkan
ke dalam gambar akhir atau juga tidak semua data
ketinggian dari hasil pengukuran jalur dimasukkan
kedalam gambar 1 : 2.000 atau disesuaikan tersebut.
- Penyambungan gambar antara lembar satu dengan
lainnya dibuat over lay dengan ukuran over lay
setengah grid (5 cm pada format A1 skala 1 : 2.000 atau
disesuaikan) dan dibuat diagram petunjuk lembarnya.
- Semua lembar dengan jelas diberi judul dan referensi
terhadap pasangan lembar 1 : 2.000 atau disesuaikan.
2. Peta Indeks/Rencana
a) Dengan tidak mengabaikan apakah pengeplotan data
hanya pada satu lembar atau beberapa lembar format
A1 pada skala 1 : 2.000 atau disesuaikan, maka peta
indeks/ikhtisar pada skala 1 : 10.000 tetap dibutuhkan,
untuk menunjukkan:
Daerah kerja (garis besar)
Kontur dengan interval 5 m (10 m pada daerah
curam, seperti yang disepakati Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK), dan atau Pengawas Kegiatan)
Spot height yang dipilih
Grid penuh dan berkoordinat, interval 10 cm pada
peta indeks
Nama kampung dan batas-batas administrasi
b) Informasi ini dapat diperoleh dari tracing hasil reduksi
pada kompilasi peta 1 : 2.000 atau disesuaikan, atau
dapat diperoleh dari pengeplotan kembali hasil
pengukuran.
12
11.3.2. Pengukuran Bathymetri
Pengeplotan di lapangan, dengan seluruh spot height diplotkan berikut
penarikan kontur sepengetahuan PPTK dan atau Pengawas Pekerjaan
sebelum melaksanakan tahap pekerjaan berikutnya.
Pengukuran Bathymetry bertujuan untuk mendapatkan peta kontur dasar
laut, pengukuran bathymetry ini sangat berpengaruh pada keakuratan
pembangkit gelombang dimana data tersebut akan dianalisis menyangkut
refraksi, difraksi, shoaling dan daerah gelombang pecah (breaker zone), dari
pengukuran dan analisa tersebut akan diketahui permasalahan karakteristik
pantai maupun muara yang akan perlakukan/direncanakan.
a. Diskripsi Pengukuran
1) Lokasi : Wilayah Kabupaten Aceh Selatan
Pengukuran
2) Areal Pengukuran : Pengukuran topografi pada garis pantai
dengan panjang pengukuran 32 (tiga
puluh dua) Km sejajar garis pantai dan ±
2,00 Km kearah laut (offshore) atau
sudah mencapai pada kedalaman
perairan dimana sudah tidak terjadi lagi
pergerakan sedimen aktif (closure depth)
dc = 1,57 He, dimana, He tinggi
gelombang efektif (atau tinggi gelombang
signifikan di laut dalam yang tingginya
hanya akan dilampaui 12 jam selama
setahun (Hallermeier,1978)) dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
He = Hrerata + 5.6 S
dimana, S = standar deviasi tinggi
gelombang dalam setahun yang diperoleh
dari hasil peramalan (Hindcasting) untuk
gelombang tahunan dilaut dalam.
b. Metode Pengukuran
Pengukuran bathymetri atau disebut dengan pemeruman (sounding)
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang
dipakai dalam pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi
kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur melintang untuk cross
check. Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan
sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari area pengukuran. Jarak
antar jalur sounding yang digunakan adalah 100 m yang merupakan
lintasan cross check, sampai mencapai jarak sejauh 2 km ke arah laut.
Pada bagian permukaan pantai yang mengalami abrasi, jalur sounding
dibuat dengan jarak 50 m. Untuk tiap jalur sounding dilakukan
pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan
akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam
alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS MAP, untuk dijadikan
acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh jalur sounding
pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1.
13
JALUR JALUR
SOUNDING SOUNDING
LAUT
DARAT
14
5) Lajur pengukuran harus konsisiten dengan selalu memperhatikan
pergeseran titik koordinat yang telah di setup.
c. Peralatan Pengukuran
Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran bathymetry adalah:
1) Echo Sounder GPS Map dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai
fasilitas GPS (Global Positioning System) yang akan memberikan posisi
alat pada kerangka horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas
ini, kontrol posisi dalam kerangka horisontal dari suatu titik tetap di
darat tidak lagi diperlukan. Selain fasilitas GPS, alat ini mempunyai
kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan dengan
menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan.
2) Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan
data yang di-download dari alat GPS Map setiap 300 kali pencatatan
data.
3) Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat
pengukuran menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan.
Dalam operasinya, perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria,
antara lain:
a) Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam
melakukan kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke
komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
b) Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
4) Papan duga. Papan duga digunakan pada kegiatan pengamatan
fluktuasi muka air di laut.
5) Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama
kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.
15
2) Pengamatan elevasi muka air dibaca pada papan berskala (peil schale)
secara continue;
3) Papan skala memiliki ketelitian 1 cm dengan panjang 3 m diletakkan
sebagai titik tetap;
4) Data pencatatan selanjutnya diregresi untuk mendapatkan
karakteristik parameter air pasang pada kawasan tersebut termasuk
posisi MSL dan LWS serta rentang pasang. Analisis posisi MSL dan
LWS dengan menggunakan metode least square atau admiralty yang
digunakan sebagai dasar penentuan tinggi gelombang rencana dan
elevasi bangunan rencana.
BT. 2 BT. 1
Pato
Peilscha al
16
Gambar 3 Arus diukur pada tiga kedalaman perairan
17
tertutup. Dengan demikian grabber yang telah memuat material dasar
ditarik ke atas. Sampel material dasar tersebut dimasukkan ke dalam
wadah plastik yang diberi tanda untuk dites di laboratorium.
e. Pengamatan Gelombang
Pengamatan gelombang dapat dilakukan dengan 3 (tiga) jenis instrumen
berdasarkan penempatannya, yaitu:
1) Dasar Perairan (tenggelam).
2) Permukaan Perairan (mengapung).
3) Atas Muka Air.
f. Peramalan Gelombang
Data gelombang hasil pengukuran di Indonesia dalam jangka panjang
sangat terbatas. Untuk keperluan rekayasa umumnya karakteristik
gelombang diramalkan dari data angin selama periode 10 tahun berturut-
turut. Data angin dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG). Untuk meramalkan karakteristik gelombang dari data angin yang
diperlukan adalah :
1) Kecepatan angin (Ua) dalam satuan meter /detik
18
2) Lama angin bertiup (t) dalam satuan jam
3) Jarak seret sumber angin (Fetch = F) dalam satuan Km
4) Arah datang angin.
Dari data angin tersebut yang tidak tersedia adalah data Fetch. Untuk
peramalan data Fetch diperkirakan dari jarak/panjang laut bebas antara
lokasi yang ditinjau terhadap pulau atau daratan yang mengelilinginya.
Tinggi gelombang hasil peramalan dengan rumus-rumus di atas
merupakan tinggi gelombang yang dikenal dengan tinggi gelombang
signifikan (HS).
Penentuan kala ulang gelombang rencana biasanya didasarkan nilai
daerah yang akan dilindungi dan jenis konstruksi yang akan dibangun.
Makin tinggi nilai ekonomis daerah yang akan dilindungi makin besar
pula kala ulang gelombang rencana yang akan dipilih. Disamping itu
perlu dipertimbangkan pula besarnya resiko kehilangan jiwa apabila
terjadi kegagalan konstruksi. Makin besar kemungkinannya terjadi
korban jiwa, makin tinggi pula kala ulang gelombang rencana yang dipilih.
Untuk menentukan kala ulang gelombang rencana biasanya dilakukan
studi kelayakan (feasibility study) untuk memilih kala ulang yang
memberikan kelayakan terbaik (dapat dilihat dari Net Benefit terbaik,
Benefit Cost Ratio terbaik, Total Cost terendah, pertimbangan korban
jiwa yang mungkin terjadi). Dalam penentuan kala (return period)
gelombang rencana dapat dipergunakan pedoman yang terdapat pada
Tabel 2.
Pemakaian pedoman yang terdapat pada tabel 2 tersebut sangat didasari
oleh nilai manfaat dari rencana bangunan yang akan dibangun terutama
terhadap jenis konstruksi yang akan dibangun, nilai ekonomis daerah
yang dilindungi, dan kemungkinan kerugian harta, benda dan jiwa bila
terjadi kegagalan.
19
Perhitungan debit dihitung dengan persamaan:
Qtotal = A1V1 + A2V2 + … + AiVi + AnVn
dimana: Q total = Debit (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan rata-rata (m/s)
i = titik penampang ke (i = 1, 2, 3, … n)
n = jumlah titik penampang
20
digunakan pada muara sungai yang dikombinasikan dengan debit Pasang
Surut.
21
Data Pasut
Least Square
Gambar 5 Bagan alir perhitungan dan penaksiran perilaku pasang surut laut
22
3) 1.50 < F< 3.00 : pasang surut campuran cenderung tunggal
(Mixed diurnal)
4) F > 3.00 : pasang surut harian tunggal (Diurnal)
Selanjutnya data hasil survei topografi dan batimetri akan diolah dengan
menjadikan elevasi titik-titik yang diukur dalam satu referensi yakni
muka air terendah (LLWL = Lowest Low Water Level) yang didapat dari
pengolahan hasil survei pasang surut yang akan dijelaskan berikut ini.
Jadi dapat dilihat bahwa survei topografi, batimetri dan pasang surut
adalah suatu survei yang merupakan satu kesatuan. Keseluruhan hasil
survei topografi dan batimetri menghasilkan titik-titik dengan koordinat
X,Y,Z dengan referensi yang sama. Titik-titik ini kemudian dimasukkan
kedalam piranti lunak seperti Surfer untuk membuat suatu peta dasar
dengan skala tertentu seperti skala 1:2000.
Untuk mendapatkan acuan muka air terendah hingga tertinggi dilakukan
analisa pasang surut dengan metoda admiralty atau metoda least square
sebagai penetapan elevasi acuan penting dalam perencanaan teknis
bangunan-bangunan pantai sebagai berikut:
HHWL, (Highest High Water Level), MHWS (Mean High Water Spring),
MHWL (Mean High Water Level), MSL (Mean Sea Level), MLWL (Mean
Low Water Level), MLWS (Mean Low Water Spring) dan LLWL (Lowest
Low Water Level).
Didalam melakukan analisis pasang surut dan menguraikan komponen-
konponennya hingga melakukan analisis statistik untuk memperoleh
elevasi acuan (LLWL hingga HHWL), tenaga ahli pantai dapat
menggunakan perangkat lunak Dina Tide atau perangkat lunak lainnya
yang dapat membantu melakukan analisis tersebut, hasil akhir yang
dicapai dengan menggunakan perangkat lunak ini adalah tinggi elevasi
acuan berikut probabilitas kejadiannya. Data elevasi acuan ini terutama
digunakan untuk menentukan datum peta. Selain itu data pasang surut ini
digabungkan dengan tinggi gelombang rencana/ekstrim di pantai hasil
proses transformasi gelombang, dan runup gelombang yang digunakan
untuk menentukan elevasi bangunan pantai, sesuai dengan kebutuhan.
11.6.5. Gelombang
Gelombang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan dalam
perencanaan dan perancangan bangunan-bangunan laut seperti dermaga
dan pemecah gelombang di pelabuhan, bangunan pelindung pantai, dan
anjungan lepas pantai. Secara umum untuk mendapatkan data gelombang
dapat diperoleh dengan dua cara:
a. Pengukuran gelombang secara langsung di laut, secara kontinyu dalam
jangka waktu tertentu yang cukup panjang (misalnya 10 tahun) akan
tetapi cara ini harus dilakukan secara kontinue dan memerlukan biaya
yang sangat besar.
b. Penaksiran gelombang berdasarkan data angin untuk melakukan
peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan masukan berupa data
angin dan peta batimetri. Peta perairan lokasi dan sekitarnya diperlukan
untuk menentukan besarnya “fetch” atau kawasan pembentukan
gelombang. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang
diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan.
Cara ini akan menghasilkan data gelombang yang tingkat kepercayaannya
masih dapat dipertanyakan.
Cara pertama di atas menghasilkan data gelombang acak (data dasar), yaitu
fluktuasi permukaan air laut sebagai fungsi waktu seperti disajikan dalam
Gambar 6.
23
T
Elevasi muka air rata-rata
waktu, t
Gambar 6 Rekaman riwayat waktu gelombang acak
Gambar 7 Penentuan satu gelombang berdasarkan data time series elevasi muka air
24
f. Persamaan penaksiran gelombang yang telah dikalibrasi pada butir (5) di
atas digunakan untuk melakukan penaksiran tinggi gelombang
berdasarkan data angin 12 tahun.
g. Dengan demikian akan diperoleh data gelombang selama 12 tahun.
h. Atas data gelombang selama 12 tahun tersebut, dilakukan analisis
probabilitas untuk memperoleh data gelombang rencana dengan periode
ulang yang diinginkan, misalnya gelombang dengan periode ulang 5, 10,
25, 50, dan 100 tahun.
11.6.6. Pemodelan
Pemodelan dilakukan untuk mendapatkan gambaran prediksi kejadian
apabila dilakukan perubahan lokasi fisik dari perairan, dalam perencanaan
bangunan pantai pemodelan yang sering dilakukan adalah pemodelan untuk
mengetahui perubahan garis pantai akibat hantaman gelombang rencana. 2
(dua) pemodelan yang sering dilakukan adalah pemodelan:
a. Perubahan garis pantai (lazim menggunakan one-line model yang disebut
GENESIS).
b. Tinggi gelombang di lokasi rencana (lazim menggunakan model yang
disebut Refraksi Difraksi). Tapi perlu diperhatikan bahwa hasil analisa
tinggi gelombang dengan menggunakan Refraksi Difraksi kurang dapat
digunakan secara praktis di lapangan karena program ini tidak
memasukkan efek gelombang pecah. Sedangkan banyak bangunan pantai
yang terletak di lokasi gelombang sudah pecah. Biasanya hasil Refraksi
Difraksi ini hanya digunakan sebagai pelengkap analisa. Untuk tinggi
gelombang rencana pada lokasi bangunan pantai biasanya dipakai tinggi
gelombang maksimum yang terjadi di area yakni sebesar Hd (H design) =
0,8 (d). dimana d adalah kedalaman perairan.
25
Ada kalanya juga dipergunakan pemodelan air permukaan yang disebut
Surface Modelling System (SMS). Pemodelan ini menggambarkan pola arus
permukaan dan sedimentasi akibat arus tsb. Dalam model ini arus
disebabkan oleh pasang surut. Efek energi gelombang laut terhadap
perubahan morfologi pantai diabaikan dalam pemodelan SMS ini. Untuk
kepentingan perencanaan pengaman pantai, pemodelan SMS lebih ditujukan
sebagai pelengkap analisa. Seperti kita tahu bahwa dalam perencanaan
bangunan pengaman pantai, hal yang menjadi konsentrasi dari perencana
adalah perubahan morfologi pantai (dalam hal ini perubahan garis pantai)
yang tidak dapat dihasilkan dari pemodelan SMS.
26
ternyata hasilnya berbeda terlalu jauh, maka ada komponen di modul
RMA-2 yang harus dirubah seperti parameter kecepatan jatuh dsb.
3) Kalibrasi simulasi tinggi gelombang dengan menggunakan REFRAKSI
dan DIFRAKSI (program Ref Dif) Input dari program ini adalah tinggi
gelombang significant (dengan perioda ulang tertentu) pada laut
dalam, dan juga diperlukan input batimetri dari perairan. Keluarannya
adalah kontur tinggi gelombang pada kawasan pantai. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa program ini tidak memasukkan efek gelombang
pecah, sehingga kurang tepat apabila hasil tinggi gelombangnya
dipakai sebagai acuan desain. Kalibrasi untuk pemodelan ini adalah
data sekunder yang didapat dari wawancara penduduk. Tetapi hal ini-
pun kurang bisa dijadikan pegangan. Hasil simulasi RefDif hanya
digunakan sebagai pelengkap untuk melihat pola arah datang
gelombang akibat bangunan pantai.
11.6.8. Sedimentasi
Pengolahan data sedimen di laboratorium dilakukan untuk memperoleh
gradasi butiran sedimen (sedimen dasar) dan untuk mengetahui konsentrasi
sedimen dalam air (sedimen layang). Data ini selanjutnya digunakan sebagai
data masukan dan kalibrasi dalam simulasi transpor sedimen.
a. Penyelidikan Sedimen Sungai/Muara
1) Muatan Layang (Suspended Load)
Pengambilan sample sedimen layang dilakukan dengan
menggunakan alat suspended sedimen sampler (Botol Delft) USDH-
59 atau P-49 dengan cara depth integrating method. Pada saat
pengambilan sample disetiap lokasi juga disertai dengan photo, dan
setiap lokasi/titik pengambilan ada persetuajuan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), dan atau
Pengawas Kegiatan.
3) Sedimen Pantai
Perilaku sediment sejajar garis pantai (longshore sediment transport,
cross-shore sediment transport processes, wind-blown sediment
transport, erosion, transport, and deposition of cohesive sediments,
and sediment transport outside the surf zone), pasang surut adalah
sebagai dasar untuk menentukan bentuk bangunan yang sahih dan
dapat dipertanggungjawabkan. Penentuan tinggi gelombang yang
akan dipergunakan di dalam desain harus memperhitungkan proses
refraksi, difraksi dan shoaling yang terjadi di pantai tersebut. Analisa
gelombang dihitung dan ditabelkan serta digambarkan dengan
metode wave rose. Apabila didalam lokasi proyek terdapat muara
sungai atau alur-alur alam lainnya, maka Penyedia Jasa didalam
merencanakan harus memperhitungkan kondisi tersebut sehingga
menjadi satu kesatuan desain
Permasalahan lainnya dalam perencanaan bangunan pantai adalah
bagaimana menentukan pola pergerakan sedimen atau pola
perubahan garis pantai yang telah terjadi maupun yang akan terjadi
dalam periode kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui pola yang
27
terjadi maka perencanaan bangunan pantai dapat berhasil dengan
optimal dilakukan.
Berdasarkan Shore Protection Manual, 1984 (SPM 1984), angkutan
material sedimen sejajar pantai (longshore sedimen transport), yaitu
sedimen yang bergerak pada zone littoral. Zone littoral di dalam
terminologi pantai adalah daerah perairan dari garis pantai hingga
tepat sebelum daerah gelombang pecah. Didalam pelaksanaannya
Penyedia Jasa juga dapat menggunakan software-software khusus
yang dapat menganalisis perubahan garis pantai.
Pengolahan data dilakukan berdasarkan pengumpulan data
sekunder, primer maupun hasil penyelidikan lapangan. Pekerjaan
analisis ini terdiri dari evaluasi sebab dan akibat maupun dugaan-
dugaan sementara dari permasalahan yang input dari dilapangan.
Selanjutnya dugaan-dugaan tersebut akan dievaluasi dengan
membuat beberapa skenario termasuk mendiskusikannya dengan
pihak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), dan atau Pengawas Kegiatan untuk ditetapkan
sebagai dugaan pokok permasalahan sesungguhnya. Hasil analisis ini
untuk menetapkan parameter perencanaan detail bangunan terpilih.
28
sedangkan untuk kondisi batas lainnya dengan menggunakan hasil
simulasi pasang surut. Hasil dari simulasi hidrodinamika sungai adalah
kecepatan arus yang terjadi pada badan sungai yang kemudian akan
dibandingkan kebenarannya dengan hasil survei arus dilapangan.
Dalam melaksanakan analisis ini, Penyedia Jasa dapat menggunakan
program simulasi numerik yang mencakup simulasi hidrodinamis dan
angkutan sedimen suspensi.
c. Penyelidikan Laboratorium
Berdasarkan data-data sedimen yang diperoleh selanjutnya dihitung
jumlah angkutan sedimen. Angkutan sedimen yang dihitung meliputi
angkutan muatan dasar (bed load) dan angkutan muatan layang
(suspended load).
Tujuan penyelidikan sample sedimen dan aliran adalah untuk
mendapatkan data tentang susunan butiran. Analisis diperlukan sebagai
data masukan untuk perhitungan prediksi angkutan sedimen.
1) Konsentrasi Sedimen
Untuk mendapatkan konsentrasi sedimen layang bisa digunakan
dengan Gravimetri Method atau Filtration Method.
2) Sieve Analysis dan Pengukuran Sifat Fisik Butiran
Pekerjaan Sieve Analysis dan pengukuran sifat fisik butiran dilakukan
untuk sedimen dasar dan sedimen layang.
11.6. Merencanakan Alternatif dan Desain Rinci Bangunan Pengaman dan Penataan
Kawasan Pantai
Perencanaan pengaman dan penataan kawasan pantai dilaksanakan sepanjang 32
(tiga puluh dua) Km. Untuk merencanakan desain rinci bangunan pengaman dan
penataan kawasan pantai tersebut , Penyedia Jasa menyajikan beberapa alternatif
untuk dibahas dan didiskusikan bersama dengan pihak Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), dan atau Pengawas Kegiatan. Dari
alternatif tersebut akan dipilih satu alternatif yang paling cocok dan sesuai,
selanjutnya akan direncanakan secara mendetail. Perencanaan pengaman daya rusak
pantai dan penataan kawasan pantai dilakukan secara menyeluruh yang terkait
dengan kaidah-kaidah serta kriteria perencanaan bangunan-bangunan pantai.
Penyedia Jasa juga diharuskan untuk menyusun konsep pengelolaan garis pantai.
29
ukuran A1 dan kertas A3 (ukuran kertas kalkir A1 adalah 59,4 cm x 84,1 cm dengan
type kertas 90/95 gr/m2), untuk print out pada kertas A1 merupakan format
standard sesuai dengan skala. Print out pada kertas A3 merupakan hasil penyesuaian
dari format A1. Perencanaan potongan memanjang dan potongan melintang diplot
pada gambar hasil pengukuran lapangan. Untuk penggambaran bangunan dipakai
skala sebagai berikut :
Denah 1 : 100, potongan-potongan 1 : 50, Detail 1 : 10 atau 1 : 20 atau disesuaikan.
Ukuran-ukuran garis, legenda, penulisan angka ukuran, penomoran, arsiran dan
keterangan-keterangan lainnya yang digunakan pada penggambaran mengacu pada
ketentuan yang berlaku.
11.12. Pembuatan Video dan foto dari ruang udara menggunakan drone
Video dari ruang udara dengan menggunakan drone dibuat dalam format HD 1080
pixel, resolusi 1920 x 1080 pixel, frame per second 25 FPS dengan durasi disesuaikan
dengan lingkup kegiatan di lapangan yang dilengkapi dengan narasi.
Foto dari ruang udara pada lokasi pembuatan video dibuat dengan resolusi 12 MP,
foto dilengkapi koordinat dan keterangan dengan ketinggian maksimal pemotretan
150 m dari permukaan tanah atau disesuaikan dengan kondisi lapangan
39
a. Laporan Rencana Mutu Kontrak
Laporan ini memuat rencana dan hasil tiap tahap kegiatan pada pekerjaan ini yang
digunakan dalam evaluasi dan monitoring mutu tiap tahap kegiatan, sehingga
mutu akhir dari tahapan pekerjaan dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Laporan ini diserahkan paling lambat 2 minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) dari pengguna jasa diterbitkan.
b. Laporan Bulanan
Laporan ini diserahkan setiap bulan (akhir minggu keempat), kecuali hari libur.
Didalamnya disebutkan kemajuan kerja yang telah dicapai selama bulan
bersangkutan dan menjelaskan program bulan kerja berikutnya dalam jumlah
setiap bulan sebanyak1 buku.
Pendahuluan, berupa uraian garis besar tentang pekerjaan.
1) Kegiatan Konsultan pada bulan yang bersangkutan;
2) Rencana kegiatan dan target yang diinginkan;
3) Realisasi kegiatan dan pencapaian target, disertai kurva-S;
4) Metode/ prosedur kerja yang diterapkan;
5) Hambatan/ masalah yang dihadapi dan cara mengatasi masalah;
6) Rencana kegiatan pada bulan yang akan datang.
c. Final Laporan
Final Laporan merupakan hasil perencanaan teknis dan perbaikan laporan:
1) Laporan Pendahuluan
2) Laporan Geoteknik/Mekanika Tanah
3) Laporan Hidrologi
4) Laporan Antara
5) Laporan Nota Desain
6) Laporan Bill Of Quantity dan Rencana Anggaran Biaya,
7) Metode Kerja dan Spesifikasi teknis
8) Laporan Analisis Ekonomi
9) Deskripsi BM & CP, Lap Pengukuran Topografi
Data-data x,y,z BM/CP lengkap gambar situasi BM/CP dan Foto Dokumentasi
Album Foto Dokumentasi Lapangan lengkap
10) Buku Ukur dan hitungan
11) Laporan Manual O&P
12) Laporan Ringkas
13) Laporan Akhir (cover exclusive)
f. Dokumentasi/Album Foto
31
PRODUK YANG DISERAHKAN
32
d. Surat-surat perjanjian dan sebagainya
e. Pengawasan pelaksanaan di lapangan
f. Pengawasan hasil kerja berupa laporan
g. Pengawasan hasil perhitungan
h. Pengawasan hasil penggambaran
33
c. Diskusi III
Membahas beberapa penyelesaian analisis yang telah dicapai termasuk beberapa hasil
survey lapangan lainnya dan laporan draft perencanaan detail desain. Pembahasan
dilaksanakan dihadapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), dan atau Pengawas Kegiatan.
d. Diskusi IV
Expose Final
17. KELUARAN
Keluaran (output) yang diperoleh dari hasil perencanaan ini adalah Dokumen Perencanaan
Teknis Konstruksi Pengendali Pantai yang yang akan digunakan sebagai acuan atau pedoman
dalam pelaksanaan konstruksi Bangunan Pengaman atau Perlindungan Pantai di Kabupaten
Aceh Selatan.
34
21. PERSONIL
21.1. Kualifikasi Tenaga Profesional dan Pendukung
KUALIFIKASI JUMLAH
NO POSISI ORANG
PENDIDIKAN KEAHLIAN/TUGAS PENGALAMAN BULAN
TENAGA AHLI :
1. Ketua Tim /Ahli Minimal Lulusan Memiliki minimal Sertifikat Berpengalaman 6,0 (enam
Teknik Pantai Sarjana Teknik Keahlian (SKA) dengan dalam koma nol)
Pengairan atau kualifikasi Ahli Madya perencanaan/
Teknik Sipil Sumber Daya Air (SDA) study di bidang
(Hidro) Strata 1 (Kode Subklaifikasi : 211) keairan,
(S1), lulusan yang dikeluarkan oleh diutamakan
Perguruan HATHI/LPJK. konstruksi
Tinggi Negeri Memiliki kompetensi pengaman daya
atau Perguruan keahlian dalam detail desain, rusak air,
Tinggi Swasta penyajian konsep zonasi sekurang-
yang telah pemanfaatan dan kurangnya 5
terakreditasi pengembangan kawasan (Lima) tahun,
dibuktikan pantai. didukung
dengan copy referensi dari
ijazah yang pengguna jasa.
dilegalisir.
2. Ahli Geologi/ Minimal Lulusan Memiliki minimal Sertifikat Berpengalaman 3,0 (tiga
Geoteknik Sarjana Teknik Keahlian (SKA) dengan dalam bidang koma nol
Geologi atau kualifikasi Ahli Muda survei dan analisis
Teknik Sipil Geologi/Geoteknik (Kode data geologi
bidang Subklasifikasi : 216) yang teknik, sekurang-
Geoteknik Strata dikeluarkan oleh LPJK/ kurangnya 3 (tiga)
1 (S1) ) lulusan HATHI. tahun, didukung
Perguruan Memiliki kompetensi dengan referensi
Tinggi Negeri keahlian dalam penyelidikan dari pengguna jasa.
atau Perguruan mekanika tanah yang meliputi
Tinggi Swasta survey lapangan dan
yang telah pekerjaan laboratorium
terakreditas seperti Pengujian Index
dibuktikan Properties dan Pengujian
dengan copy Engineering Properties.
ijazah yang Menghitung stabilitas
dilegalisir. konstruksi mencakup: Daya
dukung, longsoran,
eksentrisitas, penggulingan
konsolidas, muka air tanah,
dan sebagainya.
3. Ahli Hidrologi Minimal Sarjana Memiliki minimal Sertifikat Berpengalaman 3,0 (tiga
Teknik Keahlian (SKA) dengan dalam pelaksanaan koma nol)
Sipil/Pengairan kualifikasi Ahli Muda Sumber pekerjaan dibidang
(S1) lulusan Daya Air (SDA) (Kode hidrologi
Perguruan Subklasifikasi : 211) yang sekurang-
Tinggi Negeri dikeluarkan oleh LPJK/ kurangnya 3 (tiga)
atau Perguruan HATHI. tahun, didukung
Tinggi Swasta Memiliki kompetensi keahlian dengan referensi
yang telah dalam melakukan survey dari pengguna jasa.
terakreditasi hidrologi dan menganalisa
dibuktikan data hidroklimatogi,
dengan copy penentuan curah hujan
ijazah yang rencana dan debit banjir
35
KUALIFIKASI JUMLAH
NO POSISI ORANG
PENDIDIKAN KEAHLIAN/TUGAS PENGALAMAN BULAN
dilegalisir. rencana untuk berbagai
periode kala ulang (return
period) serta hal lainnya yang
berkaitan dengan hidrologi
dan hidrolika.
2. Cost Estimator Minimal Lulusan Memiliki keahlian dalam Berpengalaman 2,0 (dua
D3 Teknik Sipil perhitungan kuantitas sekurang- koma nol)
pekerjaan dan biaya kurangnya 5
pelaksanaan konstruksi di (lima) tahun
bidang pengairan dalam bidang
perhitungan-
perhitungan
kuantitas
pekerjaan dan
biaya pelaksanaan
36
KUALIFIKASI JUMLAH
NO POSISI ORANG
PENDIDIKAN KEAHLIAN/TUGAS PENGALAMAN BULAN
konstruksi
terutama di
bidang pengairan
3. Chief surveyor Minimal Lulusan Memiliki keahlian dalam Berpengalaman 3,0 (tiga
D3 Teknik mengkoordinir tim survey dalam koma nol)
Sipil/Geodesi agar pekerjaan efisien dan pengukuran/
efektif. pemetaan
Menguasai teknik topografi pantai
pengukuran, perhitungan, dan jenis keairan
dan penggambaran yang lainnya sekurang-
digunakan dalam pemetaan. kurangnya 5
(lima) tahun.
8. Chief Draftman Minimal Lulusan Memiliki keahlian dalam Berpengalaman 3,0 (tiga
Autocad S1 Teknik Sipil mengkoordinir Draftman dalam menangani koma nol)
37
KUALIFIKASI JUMLAH
NO POSISI ORANG
PENDIDIKAN KEAHLIAN/TUGAS PENGALAMAN BULAN
Autocad agar efektif dan gambar-gambar
efisien. Mampu bangunan keairan
mengoperasikan software sekurang-
CAD/ Gambar Teknik. kurangnya 2
(satu) tahun.
Memiliki keahlian dalam
menggambar bangunan-
bangunan keairan, pemetaan
dan GIS.
38
21.2. Tugas Tenaga Ahli
Ketua Tim / Ahli Sebagai team leader mempunyai tugas utama memimpin dan mengkoordinir
1.
Teknik Pantai seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal
secara penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
Sebagai Ahli Pantai mempunyai tugas utama menganalisa fenomena hidraulik,
hidrologi, pasang surut, gelombang, sedimen serta merencanakan alternatif dan
detail desain bangunan pengaman/perlindungan pantai. Berkoordinasi dengan
tenaga ahli lainnya dalam penyusunan detail desain.
2. Ahli Geologi / Ahli Geoteknik mempunyai tugas melakukan evaluasi kondisi geomorfologi
Geoteknik sungai dan kualifikasi tanah, melakukan analisa hasil laboratorium serta
menghitung stabilitas konstruksi dan kelayakan bangunan dari aspek geoteknik
dan keamanan bangunan. Ahli Geoteknik harus berkoordinasi dengan ketua tim
maupun dengan tim Ahli lainnya didalam penyusunan detail desain, dalam
pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal secara penuh sampai dengan pekerjaan
selesai.
3. Ahli Hidrologi Sebagai Ahli Hidrologi mempunyai tugas utama memimpin dan mengkoordinir
seluruh kegiatan survey hidrologi dan menganalisa data hidroklimatogi,
penentuan curah hujan rencana dan debit banjir rencana untuk berbagai periode
kala ulang (return period), melakukan pengujian data untuk memilih kecocokan
tipe sebaran dengan memperhatikan kecocokan ciri – ciri parameter statistik dari
rangkaian data curah hujan dan membuat skenario untuk simulasi analisis
hidologi dengan menggunakan perangkat lunak, termasuk berkoordinasi dengan
ketua tim maupun dengan tim Ahli lainnya didalam penyusunan detail desain,
dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal secara penuh sampai dengan
pekerjaan selesai.
4. Ahli Arsitektur Ahli Arsitektur mempunyai tugas melakukan evaluasi secara keseluruhan dalam
desain landscape sampai dengan pembuatan Gambar-gambar detail lanscapnya
serta menganalisa aspek-aspek yang berkaitan dengan estetika bangunan. Ahli
Arsitektur harus berkoordinasi dengan ketua tim maupun dengan tim Ahli lainnya
didalam penyusunan detail desain.
Ir. A m r i, Sp.
NIP. 19651231 199301 1 003
39
40