Anda di halaman 1dari 5

Yang Sekolah Itu Anak,

Bukan Orang Tua

Tahun ajaran baru telah menjelang. Saatnya orang tua sibuk


memilihkan sekolah untuk putra-putrinya. Suatu kesibukan penting,
karena sangat banyak menentukan keberhasilan perkembangan
anak selanjutnya. Jangan sampai salah langkah. Cari informasi
sebanyak-banyaknya, agar memperoleh data valid untuk bahan
pertimbangan.

Sebelum memilih, jangan lupa untuk menjawab terlebih dahulu


pertanyaan ini, "Sudah siapkah anak Anda mengikuti jenjang
pendidikan yang lebih tinggi?" Hal ini penting, karena masih banyak
kasus, anak terpaksa harus duduk di bangku TK maupun SD hanya
karena memenuhi keinginan orang tuanya, walau sebenarnya
secara psikis mereka belum mampu. Akibatnya, mereka gagal dan
menjadi korban.

Kapan anak siap mengawali TK dan SD?

Kapan siap masuk TK, jawabannya bisa beragam untuk masing-


masing anak. Umumnya, usia empat tahun cukup ideal untuk
mengawali TK, atau bisa ditoleransi hingga lima bulan sebelumnya,
dengan catatan telah memenuhi kriteria kesiapan minimal dari
berbagai segi, seperti yang nanti akan kita kupas. Hati-hati dengan
perbedaan usia walau hanya sebulan, harus tetap diperhitungkan.
Bagi anak balita, beda usia sebulan bisa menyebabkan perbedaan
kematangan yang jauh. Anak berusia tiga tahun enam bulan bisa
berbeda jauh dengan usia tiga tahun tujuh bulan.

Namun demikian, untuk mengawali TK tidak bisa diterapkan


patokan kemampuan terlalu kaku, karena pada usia ini kemajuan
anak masih sangat ditentukan oleh dorongan motivasi dari orang
tua dan gurunya. Jika usia telah cukup tetapi anak masih memiliki
perkembangan yang belum memenuhi syarat, itu semua bisa
dipacu dengan bantuan kerja sama orang tua dan guru nantinya di
TK. Sebaliknya, fase perkembangan tak bisa terlalu dipercepat,
sehingga anak yang berusia tiga tahun enam bulan terlalu sulit
untuk dipaksa mengikuti perkembangan kakak-kakaknya kelak di
TK.

Sementara untuk duduk di bangku kelas satu SD, idealnya anak


sudah berumur enam tahun.
Secara umum, proses tumbuh kembang anak akan melewati
tahapan-tahapan pasti yang bisa dipelajari oleh orang tua. Hal ini
sangat penting, agar orang tua dapat membayangkan apa yang
akan dialami kelak oleh anak-anak ini, dan bagaimana
mengarahkan serta menyelesaikan masalah yang menghadang.
Berikut ini akan kita ulas fase tumbuh kembang dari berbagai segi
yang perlu dijadikan pertimbangan bagi kenaikan jenjang sekolah
anak-anak.

Kemampuan berbahasa

Kemampuan berbahasa adalah kebutuhan mutlak untuk


berkomunikasi. Seorang anak yang belum cakap perkembangan
bahasanya akan mengalami banyak hambatan komunikasi. Ia akan
cepat frustrasi karena tak bisa mengungkapkan keinginannya.

Anak-anak kecil ini sering kali tiba-tiba menangis tanpa sebab, dan
orang tua bingung karena tak mengerti keinginannya. Menangis,
marah, atau juga berdiam diri, adalah beberapa reaksi yang
ditunjukkan anak ketika ada keinginan mereka yang tak mampu
mereka ungkap. Karena tak mampu membahasakan keinginannya
secara verbal, maka mereka hanya mampu meluapkan
kejengkelannya dalam bentuk perilaku negatif.

Ada pula anak yang melampiaskan ketidakmampuan


berbahasanya dalam bentuk kekerasan fisik. Ketika merasa
terganggu, dengan ringan tangan ia memukul temannya. Begitu
juga saat ia kecewa, kesal maupun marah, dilampiaskannya
dengan mencubit, menendang, bahkan menggigit teman.

Mereka yang masih menunjukkan sikap kekanak-kanakan seperti


ini nampaknya belum siap untuk masuk TK. Di bangku TK, anak
sudah tak bisa berharap mendapat perhatian penuh dari orang tua.
Dia harus berbagi dengan sekitar sepuluh anak lain untuk
memperoleh perhatian ibu guru. Untuk itu ia harus sudah mampu
mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya dalam komunikasi
verbal.

Bagaimana jika anak sudah mampu berbahasa tetapi tak mau buka
suara di sekolah karena takut? Jika permasalahannya karena
masih takut, malu atau kurang percaya diri, penyelesaian
selanjutnya bisa ditempuh melalui pendekatan mental. Jika
permasalahan kepribadiannya terselesaikan, maka hilanglah
hambatan komunikasi verbalnya.
Secara umum, anak berusia sekitar empat tahun sudah memiliki
kemampuan bahasa yang cukup untuk mengikuti pendidikan di TK.
Jika pun kemampuan ini belum dimiliki, insya Allah bisa dipacu
ketika duduk di bangku TK. Asalkan, usianya sudah cukup dan tak
ada permasalahan dalam kepribadiannya.

Bagi anak-anak TK yang hendak masuk kelas 1 SD, umumnya


kemampuan berbahasa mereka sudah mapan sehingga tidak
terlalu banyak mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

Kematangan emosi

Anak yang sudah siap masuk TK umumnya telah mampu mengatur


emosinya. Jika marah atau jengkel, mereka sudah mulai mampu
menahan tangis. Mereka pun menunjukkan kemauan bekerja sama
mengikuti keinginan guru, tidak bersiteguh terus-menerus dengan
keinginannya sendiri.

Untuk mereka yang hendak masuk SD, minimal sudah mulai


tumbuh rasa percaya diri terhadap kemampuannya sendiri. Bisa
melindungi diri sendiri dan membela diri dari ejekan teman. Ini
penting, karena di bangku SD setiap anak diharapkan sudah tidak
memiliki permasalahan dalam mengatur diri sendiri, sehingga bisa
berkonsentrasi menerima pelajaran. Kemandirian juga sudah mulai
dituntut, setidaknya mereka sudah mandiri mengurusi kebutuhan-
kebutuhan kecil diri mereka sendiri, seperti bangun pagi, mandi dan
mengenakan baju sendiri. Makan sendiri dan mengatur buku
sekolahnya sendiri.

Keberanian merupakan satu aspek yang diperlukan anak di TK.


Mereka yang memiliki keberanian akan mudah mengembangkan
berbagai aspek lain seperti kemampuan bahasa, emosional,
sosialisasi, kreativitas, intelektual, juga motoriknya. Mereka yang
berani cenderung lebih mudah memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Penting juga, bahwa anak-anak ini harus sudah memiliki motivasi


dari dalam dirinya sendiri untuk belajar. Walaupun kemampuan
baca tulis mereka belum lancar, namun sudah harus ada motivasi
mereka untuk mempelajarinya. Perhatian mereka kepada
permainan-permainan sudah mulai beralih ke kegiatan bermain
sambil belajar yang lebih serius.

Motivasi belajar ini sangat penting, karena kelak yang akan


diterima oleh anak-anak ini di bangku kelas satu adalah dasar-
dasar pembelajaran, yang merupakan konsep-konsep penting dari
pembelajaran di tingkat selanjutnya. Jika materi konsep dasar
kurang mereka kuasai, maka kemungkinan besar akan mengalami
kesulitan yang kian berlipat untuk menerima konsep berikutnya
yang tentunya lebih rumit di kelas-kelas selanjutnya.

Perkembangan sosial

Menjelang usia empat tahun, anak yang sudah siap masuk TK


sudah akan menunjukkan kesenangan untuk bergaul dengan
teman. Mungkin ada yang masih malu-malu dan takut, tetapi
keinginan untuk bergabung tetap ada.

Jika suatu kali mereka merugikan orang lain, maka dengan diberi
pengertian mereka sudah mau untuk diajak kerja sama. Dengan
kemampuan ini, maka di TK akan dimulai proses untuk saling
menghargai perasaan sesama teman. Jika diberi pengertian, anak
sudah mau berbagi dengan teman-temannya. Berbagi mainan,
berbagi kue, atau alat-alat peraga.

Sementara mereka yang belum siap bersosialisasi, masih selalu


mementingkan dirinya sendiri, tak mau mencoba bergaul, tak mau
mengerti perasaan teman, sehingga perilakunya tak disukai teman,
bahkan mengganggu berlangsungnya kegiatan di kelas.

Untuk mereka yang hendak ke SD, harus sudah mampu


bersosialisasi dengan baik. Sudah memiliki keinginan untuk
mematuhi perintah di lingkungannya. Bahkan mereka sudah
menikmati pola permainan yang terikat pada berbagai peraturan
bersama antarpemain, sebagai wujud keinginan untuk berdisiplin
itu.

Perkembangan intelektual

Kemampuan intelektual jangan disama-artikan dengan kemampuan


menghafal beberapa jenis materi. Kemampuan anak TK B
mengurut bilangan dari satu hingga seratus, menambah angka dari
satu hingga sembilan, juga kemampuan membaca, belum bisa
dijadikan ukuran kesiapan anak masuk SD.

Yang dimaksud sebagai kemampuan intelektual di sini lebih pada


kemampuan daya tangkap anak, daya cerna terhadap informasi
yang diberikan, dan kemampuan memahami konsep-konsep dasar
ilmu pengetahuan. Seperti konsep sebab akibat, konsep penarikan
kesimpulan dari hal-hal khusus menuju ke umum atau sebaliknya
dari hal-hal umum menuju ke khusus.
Jangan terkecoh dengan terlalu dini mengajarkan pelajaran
berhitung dan membaca kepada anak hanya supaya terlihat
pandai, tetapi pengasahan daya nalarnya justru terabaikan. Anak-
anak ini hanya akan menonjol di kelas satu (tentu saja, karena
sudah memperoleh pelajarannya di masa TK) tetapi karena dasar
intelektualnya lemah, pelan-pelan akan menurun pada tingkatan
berikutnya.

Perkembangan jasmani/motorik

Kesehatan dan kekuatan tubuh mutlak diperlukan agar anak bisa


mengikuti kegiatan-kegitan yang ada di TK maupun SD. Mereka
yang mudah sakit, mudah lelah, dan lambat dalam mengikuti
kegiatan praktek serta olah raga, tentu saja akan mengurangi
kegembiraannya bersekolah. Hambatan fisik inipun bisa
melemahkan rasa percaya diri mereka. Bahkan ada kemungkinan
mereka akan terasingkan dari pergaulan, karena tidak bisa
mengimbangi keaktifan permainan teman-temannya.

Apalagi bagi siswa SD yang jadwal pelajarannya padat, dibutuhkan


kesehatan prima untuk mengikutinya. Absen berkali-kali karena
sakit bisa merugikan perkembangan pelajarannya. Bahkan dalam
kasus sakit yang mengharuskan anak beristirahat berminggu-
minggu, kadang terpaksa membuat anak harus tinggal kelas
karenanya. Tentu kejadian ini akan membuatnya kecewa dan
menghambat percaya dirinya.

Anda mungkin juga menyukai