Anda di halaman 1dari 18

Perbedaan Kemandirian dan Hasil Belajar Komjardas Karena Pengaruh Model

Pembelajaran Konstruktivistik yang Dipadukan POE

Differences of Self-Study and Learning Outcomes Komjardas Because of


Constructive Learning Models

Muhammad Danial Masruroini, Setiadi Cahyono Putro & Heru Wahyu Herwanto
Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur, Indonesia
muhammad.danial.1505336@students.um.ac.id, setiadicahyono@gmail.com, heru_wh@um.ac.id

Abstrak

Observasi yang telah dilakukan pada siswa di SMK Islam 1 Blitar kelas X TKJ menunjukkan siswa
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap guru pada saat pembelajaran. Permasalahan tersebut
melatarbelakangi penelitian untuk membandingkan penerapan model pembelajaran PBL yang
dipadukan POE (X1) dibandingkan dengan model pembelajaran problem solving yang dipadukan
POE (X2). Meneliti pengaruhnya terhadap kemandirian belajar (Y1) dan hasil belajar (Y2) komputer
dan jaringan dasar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat Y1 karena pengaruh
X1 dan X2; (2) mendeskripsikan tingkat Y2 karena pengaruh X1 dan X2; (3) mengungkapkan
signifikansi perbedaan Y1 antara penerapan X1 dan X2; serta (4) mengungkapkan signifikansi
perbedaan Y2 antara penerapan X1 dan X2. Sampel adalah 35 siswa kelas X TKJ 2 sebagai kelas A
dengan penerapan X1 dan 32 siswa kelas X TKJ 3 sebagai kelas B dengan penerapan X2. Instrumen
berupa lembar observasi kemandirian belajar, soal posttest hasil belajar pengetahuan dan lembar
observasi hasil belajar keterampilan. Hasil analisis deskriptif Y1 karena pengaruh X1 memiliki
kategori sangat tinggi dan Y1 karena pengaruh X2 memiliki kategori tinggi. Hasil analisis Y2 karena
pengaruh X1 dan X2 memiliki kategori sangat tinggi. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
signifikansi perbedaan Y1 karena pengaruh X1 dan X2 sebesar 0,012 dan Y2 karena pengaruh X1
dan X2 0,045. Kesimpulannya, Y1 karena pengaruh X1 dan X2 menunjukkan kategori sangat tinggi
dan tinggi. Kemudian Y2 karena pngaruh X1 dan X2 menunjukkan kategori sangat tinggi. Serta
terdapat perbedaan Y1 dan Y2 karena pengaruh X1 dan X2.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Kemandirian Belajar, PBL, POE, Problem Solving.

Abstract

Observations have been made at Islamic Vocational School 1 Blitar class X TKJ, showing students
have a high dependence on teachers during learning. The problem behind this research is to compare
the application of PBL learning models combined with POE (X1) with problem solving combined
with POE (X2). Examining their effects on learning independence (Y1) and learning outcomes (Y2)
on computers and basic networks. This study aims: (1) describe the level of Y1 because of the
influence of X1 and X2; (2) describe Y2 because of the influence of X1 and X2; (3) express the Y1
difference between the application of X1 and X2; and (4) reveal Y2 differences between the
application of X1 and X2. The results of the descriptive analysis Y1 because the effect of X1 has a
very high category and Y1 because the influence of X2 has a high category. Then Y2 because the
influence of X1 and X2 in the category is very high. Hypothesis test results show the significance
value of the difference Y1 because the effect of X1 and X2 is 0.012 and Y2 because the influence of
X1 and X2 is 0.045. In conclusion, Y1 because the influence of X1 and X2 shows the category of very
1
high and high. Then Y2 because the effect of X1 and X2 shows a very high category. And there are
differences between Y1 and Y2 because of the influence of X1 and X2.
Keywords: Learning Outcomes, Learning Independence, PBL, POE, Problem Solving.

I. PENDAHULUAN
Kemandirian sangatlah berpengaruh terhadap proses belajar terutama kesiapan siswa dalam
memasuki ranah dunia kerja. Banyak hal sederhana yang menjadi faktor keberhasilan proses
pembelajaran namun kurang diperhatikan oleh guru maupun siswa. Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Rachmanto (2015) menunjukkan kurangnya kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh guru
yang dalam penyampaian pembelajarannya masih bersifat teacher centered. Siswa yang belajar
mandiri seharusnya akan mampu menjadi aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-
masing. Solusi yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah menerapkan inovasi dan variasi baru
dalam model pembelajaran. Agar kemandirian belajar menjadi suatu kebiasaan yang positif bagi
siswa, diperlukan suatu sistem pembelajaran yang mampu mengatur hal tersebut, salah satunya
dengan mengarahkan siswa untuk belajar dengan mengandalkan inisiatif sendiri. Kemandirian belajar
ini dapat mempengaruhi hasil belajar dari siswa, dengan begitu setiap siswa memiliki tanggung jawab
terhadap proses belajar yang dilakukannya dan berupaya sebaik mungkin untuk berhasil dalam belajar
agar memperoleh nilai hasil belajar yang memuaskan.
Rendahnya tingkat hasil belajar komputer dan jaringan dasar siswa di SMK Islam 1 Blitar kelas
X TKJ mempunyai kaitan erat dengan aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Ketika
proses pembelajaran, siswa perlu saling berinteraksi dengan teman maupun guru agar dapat
memahami materi. Menelaah fenomena, menghubungkan keterkaitan antar konsep, membuat dugaan
cara menyelesaikan masalah dan merumuskan jawaban atas masalah yang sedang dipelajari, serta
mendiskusikan gagasan-gagasan, dapat terjadi jika siswa mau bekerja aktif dalam pembelajaran.
Serangkaian aktivitas tersebut bisa dilaksanakan guru, jika guru menerapkan pendekatan
pembelajaran yang cocok dengan suasana dan urgensi belajar siswa. Namun, pada kenyataannya tidak
semua proses pembelajaran bisa mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri. Sebagai contoh
saat kegiatan praktikum dalam pembelajaran, siswa merasa kurang percaya diri untuk melakukan
langkah praktikum serta mereka tidak mau bertanya kepada guru. Dengan begitu dapat diketahui jika
kemandirian belajar siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Guru perlu memperhatikan pemilihan model dan strategi pembelajaran yang menyenangkan,
membuat siswa aktif, serta mampu berpikir kritis. Kemandirian belajar dapat berkembang dengan
baik, jika guru bisa mengelola pembelajaran di mana siswa bisa berkembang dan memiliki keaktifan
serta inisiatif sendiri dalam belajar. Siswa dengan tingkat inisiatif belajar yang tinggi akan bersifat
partisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, perlu diterapkan

2
variasi model yang bersifat konstruktivistik. Yakni model yang memungkinkan meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Sehingga siswa bisa membangun sendiri pengetahuan yang ia miliki.
Penerapan model pembelajaran yang memungkinkan guru memulai melalui pengembangan
masalah yang bisa menangkap minat siswa melalui penghubungan dengan isu di dunia nyata. Setelah
itu memadukan isi tujuan dengan keterampilan untuk memecahkan masalah, mendatangkan
pengalaman belajar siswa sebelumnya, juga membutuhkan kerjasama antar siswa. Metode
menyelesaikan masalah mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian untuk menghimpun atau
memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Model pembelajaran
konstruktivistik menggunakan kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru untuk nantinya dianalisis oleh siswa. Menuntut siswa untuk mampu melihat
sebab-akibat suatu peristiwa, mengamati permasalahan, mencari keterkaitan hubungan antara
informasi yang telah dikumpulkan. Barulah di akhir rangkaian kegiatan siswa menarik kesimpulan
yang merupakan hasil dari pemecahan masalah.
Melalui memperbanyak analisis yang dilakukan oleh siswa, siswa akan mampu mengetahui
alasan mengapa masalah tersebut dapat muncul serta mengetahui secara pasti bagaimana masalah
tersebut bisa diselesaikan. Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian untuk
membandingkan antara dua model pembelajaran. Model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dibandingkan dengan model Problem Solving yang dipadukan POE kemudian
diterapkan pada mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tingkat kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar pada siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning yang dipadukan POE
dengan model Problem Solving yang dipadukan POE.
2. Mendeskripsikan hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar pada siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning yang dipadukan POE
dengan model Problem Solving yang dipadukan POE.
3. Mendeskripsikan hasil belajar keterampilan komputer dan jaringan dasar pada siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning yang dipadukan POE
dengan model Problem Solving yang dipadukan POE.
4. Mengungkapkan signifikansi perbedaan tingkat kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dan model Problem Solving yang dipadukan POE.
5. Mengungkapkan signifikansi perbedaan hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dan model Problem Solving yang dipadukan POE.
3
6. Mengungkapkan signifikansi perbedaan hasil belajar keterampilan komputer dan jaringan dasar
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dan model Problem Solving yang dipadukan POE.
Manfaat dari penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharap mampu menjadi masukan bagi guru mata
pelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Di samping itu, juga memberikan pemahaman
mengenai pentingnya penentuan suatu model pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Komputer
dan Jaringan Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Mata Pelajaran
Guru mendapatkan pengalaman baru mengenai perbedaan model Problem-Based Learning dan
Problem Solving yang dipadukan POE. Guru juga bisa menjadikannya sebagai alternatif lain untuk
menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik. Sehingga, bisa meningkatkan kemandirian siswa
dalam belajar serta hasil belajar siswa itu sendiri khususnya pada mata pelajaran Komputer dan
Jaringan Dasar.
b. Bagi Siswa
Memberikan masukan bagi siswa bahwa menggunakan model pembelajaran Problem-Based
Learning dan Problem Solving yang dipadu dengan strategi pembelajaran POE dapat menumbuhkan
kemandirian belajar serta hasil belajar yang baik bagi mereka.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya bisa menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi atau acuan untuk
melaksanakan penelitian sejenis mengenai perbandingan model Problem-Based Learning dan
Problem Solving yang dipadukan POE.

Kajian Pustaka
Belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas siswa yang kompleks yang secara sadar perilaku
belajar itu dilakukan oleh siswa sendiri. Dimyati dalam Anggraini (2017) menjelaskan siswa adalah
subjek kegiatan pembelajaran yang menentukan terjadi atau tidaknya proses belajar. Berhasil atau
tidaknya tujuan pembelajaran bergantung pada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, baik
ketika siswa tersebut berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Pembelajaran adalah
suatu konsep dari dua kegiatan (belajar dan mengajar) yang perlu direncanakan serta diaktualisasikan
dengan maksud untuk mencapai tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikator tertentu
sebagai perwujudan dari hasil belajar siswa (Majid, 2013). Mempersiapkan pembelajaran penting
dilakukan oleh seorang guru sebelum pembelajaran. Persiapan pembelajaran menjadi salah satu
4
komponen dari tahapan pembelajaran, yang memuat rincian kegiatan pada proses pembelajaran untuk
disajikan dalam beberapa kali tatap muka antara guru dengan siswa.
Belajar diartikan sebagai pembaruan siswa dalam mengembangkan dirinya untuk menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Dasarnya adalah pengetahuan dan keterampilan siswa yang diperoleh dari
adaptasi terhadap lingkungan atau interaksi dengan individu lain. Konstruktivisme merupakan proses
pembelajaran di mana pengetahuan disusun dalam pikiran siswa. Pembelajaran ini mengharuskan
guru tidak hanya memindahkan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa lah yang harus mampu
membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalamannya masing-masing (Subakti, 2010).
Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan interaksi edukatif yakni interaksi yang dilakukan secara
sadar dan memiliki tujuan untuk mendidik dan mengantarkan siswa mencapai keberhasilan belajar.
Proses pembelajaran memiliki berbagai macam model untuk mendukung tersampaikannya materi
kepada siswa. Model dikembangkan sedemikian rupa untuk dapat mendukung berjalannya kegiatan
pembelajaran dengan baik. Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya guru bisa memilih model pembelajaran yang sesuai serta efisien untuk mencapai
tujuan pendidikannya (Nawawi, 2018).
Model pembelajaran merupakan karangan konseptual, menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar sebagai pedoman bagi guru untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Joyce & Weil (dalam Darmawan & Wahyudin,
2018) mengemukakan bahwa model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Model pembelajaran adalah salah satu komponen utama dalam
menciptakan suasana belajar. Model pembelajaran yang menarik dan variatif dapat meningkatkan
minat maupun motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang terdapat di kelas.
Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning memberikan pengalaman belajar yang baik
kepada siswa dengan melakukan kerja ilmiah. Langkah-langkah dalam memecahkan masalah pada
model pembelajaran PBL menurut Pannen dalam Ngalimun, dkk. (2018) sedikitnya ada delapan
tahapan, yaitu: (1) identifikasi permasalahan; (2) mengumpulkan data; (3) menganalisis data; (4)
memecahkan masalah berdasarkan data yang sudah dikumpulkan beserta hasil analisisnya; (5)
memilih metode untuk memecahkan permasalahan; (6) merencanakan penerapan pemecahan
masalah; (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang sudah ditentukan; dan (8) melakukan
tindakan untuk memecahkan masalah.
Salah satu model pembelajaran lainnya yang berlandasakan teori konstruktivisme adalah
Problem Solving. Menurut Arifin (dalam Febriyanti, 2017) pembelajaran berdasarkan pemecahan
masalah adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir siswa, melalui pengajuan
masalah yang nantinya akan dianalisis oleh siswa secara individu maupun berkelompok dengan
5
tujuan untuk menjari jawaban atau solusi atas permasalahan di awal. Terdapat beberapa langkah yang
dijelaskan oleh John Dewey (dalam Febriyanti, 2017) tentang Problem Solving dalam pembelajaran,
yaitu: (1) siswa menghadapi suatu masalah; (2) siswa merumuskan masalah; (3) merumuskan
hipotesis; (4) mengumpulkan data dan mengolah data atau informasi; (5) menguji hipotesis mereka
berdasarkan data atau informasi yang telah dikumpulkan dan diolah; (6) menarik kesimpulan
berdasarkan hasil pengujian; dan (7) menerapkan hasil pemecahan masalah pada situasi baru.
Pembelajaran sebagai satu proses memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi, salah
satu komponen tersebut adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi belajar bagi guru berfungsi untuk
mengetahui dan memahami hasil belajar siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Selain itu,
juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Evaluasi
tidak hanya digunakan sebagai pengukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran,
melainkan evaluasi juga bisa berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerja dalam mengelola
pembelajaran (Sanjaya, 2011). Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang tergambarkan
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, pemahaman sikap, serta kecakapan ilmu. Hasil belajar
merupakan suatu proses di dalam kaitan pembelajaran, yang termasuk dari tiga unsur yakni tujuan
instruksional, hasil belajar dan pengalaman belajar (Sudjana, 2011). Kurikulum 2013 menyatakan
hasil belajar mencakup tiga aspek. Aspek-aspek tersebut dijelaskan sebagai objek penilaian hasil
belajar yang meliputi ranah pengetahuan, ranah keterampilan, dan ranah sikap. Proses kegiatan
belajar secara mandiri menuntut siswa berusaha mempelajari materi pembelajaran melalui media dan
sumber pembelajaran yang ada terlebih dahulu. Apabila terdapat kesulitan barulah siswa mengajukan
pertanyaan kepada guru atau melakukan diskusi dengan kelompok belajar, supaya permasalahan yang
ditemui bisa dipecahkan oleh siswa. Siswa yang mandiri haruslah mampu mencari informasi dari
media-media atau sumber-sumber belajar relevan. Siswa juga harus mempunyai kreativitas dan
inisiatif sendiri dengan tetap berada dalam bimbingan dari guru.
Kemandirian dalam belajar atau selft-regulated learning diperlukan agar siswa merasa
memiliki tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, disamping itu juga
mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri (Fitriana, 2010). Siswa disebut mampu
belajar sendiri jika mereka telah mampu melakukan tugas-tugas belajar sendiri tanpa bergantung
kepada orang lain. Karena pada dasarnya kemandirian adalah tingkah laku individu yang mampu
berinisiatif, mampu mengatasi atau memecahkan hambatan, mempunyai rasa percaya diri, juga
mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Proses kegiatan belajar secara mandiri menuntut
siswa berusaha mempelajari materi pembelajaran melalui media dan sumber pembelajaran yang ada
terlebih dahulu. Apabila terdapat kesulitan barulah siswa akan mengajukan pertanyaan kepada guru
atau melakukan diskusi dengan kelompok belajar, supaya permasalahan yang ditemui bisa
dipecahkan oleh siswa. Siswa yang mandiri haruslah mampu mencari informasi dari media-media
6
atau sumber-sumber belajar relevan. Sumber belajar dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
Siswa juga harus mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri dengan tetap berada dalam bimbingan
dari guru.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan salah satu penelitian semu (Quasi Experiment) dengan Pretest-
Posttest Design. Rancangan yang digunakan untuk penelitian eksperimen dengan menggunakan dua
kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen A dan kelas B. Adapun prosedur secara ringkas rancangan
penelitian yang dilakukan adalah seperti pada tabel berikut.

Tabel 1. Rancangan Penelitian Hasil Belajar


Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A O1 X1 P1

B O2 X2 P2

Tabel 2. Rancangan Penelitian Kemandirian Belajar


Kelompok Perlakuan Observasi Kemandirian

A X1 Q1

B X2 Q2

Keterangan:
A : Kelas eksperimen A
B : Kelas eksperimen B
O1 : pretest A sebelum diberi perlakuan
O2 : pretest B sebelum diberi perlakuan
X1 : perlakuan penerapan model PBL yang dipadukan POE
X2 : perlakuan penerapan model Problem Solving yang dipadukan POE
P1 : posttest A setelah diberi perlakuan
P2 : posttest B setelah diberi perlakuan
Q1 : observasi kemandirian belajar kelas A saat diberi perlakuan
Q2 : observasi kemandirian belajar kelas B saat diberi perlakuan

Terdapat dua rombongan belajar untuk kelas X di SMK Islam 1 Blitar yang akan digunakan
sebagai subjek penelitian dengan perincian seperti pada Tabel berikut.

7
Tabel 3. Perincian Subjek Penelitian
Kelas Jumlah Siswa
X TKJ 2 35
X TKJ 3 32
Jumlah Total 67

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Awal


Diperlukan pretest untuk memperoleh hasil kemampuan yang valid. Kemudian dilakukan
perhitungan dengan uji-t. Dua kelas yang dipilih untuk dijadikan sebagai eksperimen harus memiliki
kemampuan rata-rata yang hampir sama.

Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata


Kelas N Sig. (2-tailed)
Pretest X TKJ 2 35
0,194
X TKJ 3 32

Instrumen Perlakuan
Instrumen ini disesuaikan dengan masing-masing model pembelajaran yang diterapkan dan
menjadi pendukung penerapan model pembelajaran di kelas eksperimen. Instrumen perlakuan ini
akan divalidasi oleh dosen Pendidikan Teknik Informatika UM dan guru mata pelajaran Komputer
dan Jaringan Dasar di SMK Islam 1 Blitar. Instrumen perlakuan pada penelitian ini, adalah perangkat
pembelajaran berupa silabus, RPP, media pembelajaran dan jobsheet.
Instrumen Pengukuran
Pengukuran yang digunakan pada penelitian ini, berkaitan dengan tingkat kemandirian dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran komputer dan jaringan dasar selama pembelajaran dengan.
Instrumen pengkuran yang digunakan yaitu instrumen observasi kemandirian belajar, instrumen
pengukuran hasil belajar, dan instrumen observasi keterlaksanaan proses pembelajaran.
Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
layak atau tidak digunakan saat penelitian. Uji instrumen yang dilakukan oleh peneliti meliputi uji
validitas, uji reliabilitas.

Tabel 5. Hasil Validasi Butir Soal Uji Coba


No. Butir Soal Keterangan
1. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 Valid
2. 10 Tidak Valid

8
Berdasarkan tabel tersebut soal uji coba yang digunakan yaitu sejumlah 21 butir soal, 20 soal
dinyatakan valid dan 1 soal tidak valid. Soal yang tidak valid tersebut tidak dimasukkan dalam soal
pretest dan posttest.

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal


Angka Korelasi Cronbach's Alpha Kriteria
0,731 Tinggi

Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data subjek
yang telah terkumpul.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang di dapat dalam penelitian
terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan menggunaakan statistik
Kolmogorov-Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
data tidak terdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui karakteristik subjek yang digunakan dalam
penelitian, yaitu membandingkan rata-rata (mean) lebih dari dua sampel yang diklasifikasikan
menjadi dua faktor atau dua klasifikasi. Uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji
Levene’s Statistic dengan taraf signifikansi 5%. Jika taraf signifikansi > 0,05 maka data tersebut
homogen, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data tersebut tidak homogen.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemandirian belajar, hasil belajar pengetahuan dan hasil belajar keterampilan. Uji hipotesis dilakukan
menggunakan uji-t untuk 2 sampel tidak berpasangan (Independent Sample T-Test), hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H01 : Tidak terdapat perbedaan tingkat kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based
Learning yang dipadukan POE dan model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE.
H02 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based
Learning yang dipadukan POE dan model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE.

9
H03 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based
Learning yang dipadukan POE dan model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE.
Ha1 : Terdapat perbedaan tingkat kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar yang signifikan
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dan model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE.
Ha2 : Terdapat perbedaan hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar yang signifikan
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dan model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE.
Ha3 : Terdapat perbedaan hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar yang signifikan
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
yang dipadukan POE dan model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pengetahuan
Hasil belajar pengetahuan siswa kelas X TKJ SMK Islam 1 Blitar setelah diberikan perlakuan
model pembelajaran yang berbeda, menghasilkan nilai yang berbeda. Data hasil belajar pengetahuan
yang diperoleh pada penelitian ini menggunakan soal posttest.

Tabel 7. Hasil Belajar Pengetahuan Siswa


Kelas Std. Deviasi Min Max Rata-rata
X TKJ 2 13,066 55 95 76,14
X TKJ 3 12,759 45 90 69,69

Berdasarkan data hasil belajar pengetahuan, kedua kelas dikelompokkan ke dalam interval
kelas.

Tabel 8. Pengelompokan Hasil Belajar Pengetahuan Model Problem-Based Learning


Kategori Interval Frekuensi Lapangan Persentase
Sangat Tinggi 75-100 22 63%
Tinggi 58-74 10 29%
Sedang 42-57 3 9%
Rendah 25-41 0 0%
Sangat Rendah 0-24 0 0%

10
Tabel 9. Pengelompokan Hasil Belajar Pengetahuan Model Problem Solving
Kategori Interval Frekuensi Lapangan Persentase
Sangat Tinggi 75-100 14 44%
Tinggi 58-74 12 38%
Sedang 42-57 6 19%
Rendah 25-41 0 0%
Sangat Rendah 0-24 0 0%

Analisis Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan


Data hasil belajar keterampilan siswa diperoleh dari observasi proses kerja siswa pada kegiatan
praktikum saat pembelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh observer mengacu pada rubrik penilaian
pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Tabel 10. Hasil Belajar Keterampilan Siswa


Kelas Std. Deviasi Min Max Rata-rata
X TKJ 2 11,579 53 96 74,40
X TKJ 3 12,825 43 91 66,19

Berdasarkan data hasil belajar keterampilan kedua kelas dikelompokkan ke dalam interval kelas.

Tabel 11. Pengelompokan Hasil Belajar Keterampilan Model Problem-Based Learning


Kategori Interval Frekuensi Lapangan Persentase
Sangat Tinggi 75-100 17 49%
Tinggi 58-74 16 46%
Sedang 42-57 2 6%
Rendah 25-41 0 0%
Sangat Rendah 0-24 0 0%

Tabel 12. Pengelompokkan Hasil Belajar Keterampilan Kelas Experimen B


Kategori Interval Frekuensi Lapangan Persentase
Sangat Tinggi 75-100 8 25%
Tinggi 58-74 13 41%
Sedang 42-57 11 34%
Rendah 25-41 0 0%
Sangat Rendah 0-24 0 0%

Analisis Deskriptif Kemandirian Belajar


Data kemandirian belajar ini diperoleh melalui observasi siswa selama kegiatan pembelajaran.
Penilaian yang dilakukan oleh observer mengacu pada instrumen kemandirian belajar.
11
Tabel 13. Kemandirian Belajar Siswa
Kelas Std. Deviasi Min Max Rata-rata
X TKJ 2 2,161 7 16 11,49
X TKJ 3 1,901 6 13 10

Berdasarkan data kemandirian belajar kedua kelas dikelompokkan ke dalam interval kelas.

Tabel 14. Pengelompokan Kemandirian Belajar Model Problem-Based Learning


Kategori Interval Frekuensi Lapangan Persentase
Sangat Tinggi 12-16 17 49%
Tinggi 9-11 16 46%
Sedang 7-8 2 6%
Rendah 4-6 0 0%
Sangat Rendah 0-3 0 0%

Tabel 15. Pengelompokan Kemandirian Belajar Model Problem Solving


Kategori Interval Frekuensi Lapangan Persentase
Sangat Tinggi 12-16 7 22%
Tinggi 9-11 18 56%
Sedang 7-8 5 16%
Rendah 4-6 2 6%
Sangat Rendah 0-3 0 0%

Uji Normalitas Data


Uji Normalitas Hasil Belajar Pengetahuan
Data hasil belajar pengetahuan yang didapatkan dari hasil posttest pada model Problem-Based
Learning dan model Problem Solving memperoleh hasil uji normalitas seperti pada tabel berikut.

Tabel 16. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pengetahuan


Kolmogorov-Smirnov
Kelas
Statistic df Sig.
Tes X TKJ 2 0,141 35 0,075
X TKJ 3 0,135 32 0,148

Uji Normalitas Hasil Belajar Keterampilan


Data hasil belajar keterampilan yang didapatkan dari hasil observasi saat pelaksanaan kegiatan
praktikum ketika proses pembelajaran di kelas.

12
Tabel 17. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Keterampilan
Kolmogorov-Smirnov
Kelas
Statistic df Sig.
Tes X TKJ 2 0,113 35 0,2
X TKJ 3 0,107 32 0,2

Uji Normalitas Kemandirian Belajar


Data kemandirian belajar didapatkan dari observasi kepada siswa saat pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas.

Tabel 18. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemandirian Belajar


Kolmogorov-Smirnov
Kelas
Statistic df Sig.
Tes X TKJ 2 0,103 35 0,2
X TKJ 3 0,138 32 0,125

Uji Homogenitas Data


Uji Homogenitas Hasil Belajar Pengetahuan
Hasil perhitungan uji homogenitas hasil belajar pengetahuan pada model Problem-Based
Learning dan model Problem Solving dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pengetahuan


Test of Homogenity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Tes Based on Mean 0,221 1 65 0,640
Based on Median 0,238 1 65 0,627

Uji Homogenitas Hasil Belajar Keterampilan


Hasil perhitungan uji homogenitas hasil belajar keterampilan pada model Problem-Based
Learning dan model Problem Solving dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Keterampilan


Test of Homogenity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Tes Based on Mean 0,266 1 65 0,608
Based on Median 0,252 1 65 0,617

13
Uji Homogenitas Kemandirian Belajar
Hasil perhitungan uji homogenitas kemandirian belajar pada model Problem-Based Learning
dan model Problem Solving dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemandirian Belajar


Test of Homogenity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Tes Based on Mean 0,705 1 65 0,378
Based on Median 0,571 1 65 0,428

Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Hasil Belajar Pengetahuan Komputer dan Jaringan Dasar
Uji hipotesis ini berkaitan dengan hasil belajar pengetahuan siswa yaitu ada atau tidaknya
perbedaan hasil belajar antara kedua kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan. Hasil dari uji
hipotesis hasil belajar pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar Pengetahuan


Kelas N Sig. (2-tailed)
X TKJ 2 35
0,045
X TKJ 3 32

Uji Hipotesis Hasil Belajar Keterampilan Komputer dan Jaringan Dasar


Uji hipotesis ini berkaitan dengan hasil belajar keterampilan siswa yaitu ada atau tidaknya
perbedaan hasil belajar antara kedua kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan. Hasil dari uji
hipotesis hasil belajar keterampilan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar Keterampilan


Kelas N Sig. (2-tailed)
X TKJ 2 35
0,008
X TKJ 3 32

Uji Hipotesis Kemandirian Belajar Komputer dan Jaringan Dasar


Uji hipotesis ini berkaitan dengan kemandirian belajar yaitu ada atau tidaknya perbedaan hasil
belajar antara kedua kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan. Hasil dari uji hipotesis
kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel berikut.

14
Tabel 23. Hasil Uji Hipotesis Kemandirian Belajar
Kelas N Sig. (2-tailed)
X TKJ 2 35
0,004
X TKJ 3 32

3.2. Pembahasan
Deskripsi Beda Hasil Belajar Pengetahuan
Penelitian ini menerapkan dua model pembelajaran yakni Problem-Based Learning yang
dipadukan POE dan Problem Solving yang dipadukan POE. Harapan dari memadukan dengan strategi
pembelajaran POE adalah membantu meningkatkan keefektifan proses pembelajaran siswa pada mata
pelajaran komputer dan jaringan dasar. Ditinjau dari pengelompokan interval kelas dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara hasil belajar pengetahuan dari hasil penerapan kedua model
pembelajaran. Namun, model Problem-Based Learning yang dipadukan POE cenderung berimbang
antara kategori sangat tinggi dan kategori rendah. Sedangkan model Problem Solving yang dipadukan
POE cenderung masuk ke dalam kategori sedang.
Deskripsi Beda Hasil Belajar Keterampilan
Implementasi model pembelajaran Problem-Based Learning yaitu guru memberikan suatu
permasalah yang harus dipahami oleh setiap kelompok. Selanjutnya setiap kelompok membuat
dugaan penyelesaian masalah. Kemudian dilakukan praktikum untuk menguji hasil dugaan apakah
sesuai atau tidak dengan kenyataan. Tahap terakhir adalah menjelaskan hasil praktikum serta
kesesuaiannya dengan dugaan di awal. Implementasi model pembelajaran Problem Solving yaitu guru
memberikan pengantar materi sedikit di awal untuk mengembangkan pengetahuan awal siswa.
Kemudian guru memberikan suatu permasalah yang harus dipahami oleh setiap kelompok.
Selanjutnya masalah tersebut dianalisis cara pemecahannya dengan menyusun dugaan-dugaan.
Kemudian dilakukan praktikum untuk menguji hasil dugaan apakah sesuai atau tidak dengan
kenyataan. Tahap terakhir adalah menjelaskan hasil praktikum serta kesesuaiannya dengan dugaan di
awal. Ditinjau dari pengelompokan interval kelas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata
antara hasil belajar keterampilan dari hasil penerapan kedua model pembelajaran. Model Problem-
Based Learning yang dipadukan POE cenderung masuk ke dalam kategori sedang. Begitu pula model
Problem Solving yang dipadukan POE cenderung masuk ke dalam kategori sedang.
Deskripsi Beda Kemandirian Belajar
Penelitian yang dengan menerapkan perlakukan dua model pembelajaran yakni Problem-Based
Learning yang Dipadukan POE dan Problem Solving yang dipadukan POE, juga dilakukan
pengamatan terhadap kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa yang diterapkan model
Problem-Based Learning yang dipadukan POE cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan

15
siswa yang diterapkan model Problem Solving yang dipadukan POE di kelasnya. Kelas yang
menerapkan model Problem-Based Learning terdapat lebih banyak siswa yang aktif untuk mencari
dan mengolah informasi daripada kelas yang menerapkan model Problem Solving. Ditinjau dari
pengelompokan interval kelas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara kemandirian
belajar dari hasil penerapan kedua model pembelajaran. Model Problem-Based Learning yang
dipadukan POE cenderung masuk ke dalam kategori sedang. Sedangkan untuk model Problem
Solving yang dipadukan POE hampir berimbang antara kategori tinggi dan kategori rendah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian, perhitungan data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar yang diberikan model pembelajaran
Problem-Based Learning yang dipadukan POE dengan model pembelajaran Problem Solving
yang dipadukan POE menunjukkan kategori sangat tinggi dan tinggi. Penelitian yang telah
dilakukan pada siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem-Based Learning yang
dipadukan POE diperoleh kategori sangat tinggi. Indikator yang tertinggi adalah kemandirian
siswa dalam melakukan evaluasi hasil belajarnya. Sedangkan model pembelajaran Problem
Solving yang dipadukan POE diperoleh kategori tinggi, indikator yang paling tinggi adalah
kemandirian siswa dalam kecepatan belajar mereka.
2. Hasil belajar pengetahuan komputer dan jaringan dasar yang diberikan model pembelajaran
Problem-Based Learning yang dipadukan POE dan Problem Solving yang dipadukan POE
menunjukkan peningkatan hasil belajar pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan perolehan hasil belajar sebelum diberikan dan setelah diberikan perlakukan.
Penelitian terhadap hasil belajar pengetahuan siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Problem-Based Learning yang dipadukan POE diperoleh kategori sangat tinggi.
Sedangkan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Solving yang
dipadukan POE diperoleh kategori sangat tinggi. Indikator hasil belajar pengetahuan tertinggi
pada kedua kelas adalah siswa sudah baik dalam menjelaskan definisi, fungsi, tujuan
penggunaan serta karakteristik sumber daya berbagi pakai (sharing resources) pada jaringan
komputer.
3. Penelitian yang dilakukan terhadap hasil belajar keterampilan siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran Problem-Based Learning yang dipadukan POE diperoleh kategori sangat
tinggi. Kelas model Problem-Based Learning sudah baik dalam melakukan persiapan
praktikum dan kecepatan kerja mereka juga tinggi. Sedangkan siswa yang diajar menggunakan

16
model pembelajaran Problem Solving yang dipadukan POE diperoleh kategori tinggi, di mana
siswa sudah cukup baik dalam menyelesaikan praktikum dan menguji hasilnya.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat kemandirian belajar komputer dan jaringan
dasar antara siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran Problem-Based Learning yang
dipadukan POE dengan model Problem Solving yang dipadukan POE. Perbedaan kemandirian
belajar antara kedua kelas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004. Rata-rata hasil
kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar pada kelas Problem-Based Learning adalah
11,49, sedangkan pada kelas Problem Solving adalah 10.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat hasil belajar pengetahuan komputer dan
jaringan dasar antara siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran Problem-Based
Learning yang dipadukan POE dengan model Problem Solving yang dipadukan POE.
Perbedaan kemandirian belajar antara kedua kelas menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,045. Rata-rata hasil kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar pada kelas Problem-
Based Learning adalah 76,14, sedangkan pada kelas Problem Solving adalah 69,69.
6. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat hasil belajar pengetahuan komputer dan
jaringan dasar antara siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran Problem-Based
Learning yang dipadukan POE dengan model Problem Solving yang dipadukan POE.
Perbedaan kemandirian belajar antara kedua kelas menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,008. Rata-rata hasil kemandirian belajar komputer dan jaringan dasar pada kelas Problem-
Based Learning adalah 74,40, sedangkan pada kelas Problem Solving adalah 66,19.

DAFTAR RUJUKAN
Anggraini, S. Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Project-Based Learning dan Think
Pair Share Berbantuan Modul Digital Interaktif Terhadap Rata-Rata Kemandirian dan Hasil
Belajar Pemrograman Web pada Siswa Kelas X TKJ di SMKN 11 Malang. Skripsi. Malang:
FT UM.

Darmawan & Wahyudin. 2018. Model Pembelajaran di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fitriana, L. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation (GI) dan
STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa. Tesis.
Surakarta: Pascasarjana UNS.

Febriyanti, F. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan


Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi. Bandar
Lampung: Universitas Lampung.

17
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H.N.A. 2018. Perbandingan Penerapan Model Mind Mapping Dengan Model Problem-
Based Learning (PBL) Berbantuan Bahan Ajar Digital Terhadap Kemampuan Pemahaman
Konsep Mata Pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Negeri
3 Malang. Skripsi. Malang: Jurusan Elektro UM.

Ngalimun, Fauzani, M., & Salabi, A. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.

Rachmanto, E.D.R., Putro, S.C., & Pujianto, U. 2015. Perbandingan Kemandirian Belajar Teknik
Animasi 2D pada Penerapan Tiga Model Pembelajaran Terhadap Siswa SMK. Jurnal
Pendidikan Sains 3(2), 74-80. Dari: http://journal.um.ac.id/.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Premada
Media.

Subakti, Y.R. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme. Jurnal SPPS 24(1).
Dari: https://usd.ac.id.

Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai