Anda di halaman 1dari 10

Memahami karateristik siswa tidak hanya bisa dilakukan dalam proses belajar di sekolah tapi bisa juga

kita pelajari dari lingkungan sekitar anak itu tinggal, contoh kasus saya yang mengajar di daerah yang
menurut saya sangat-sangat baru dan saya harus menyesuikan diri dan mempelajari karateristik siswa
itu sendiri lingkungan, adat istiadat, agama, budaya dan sebagainya. dan oleh karena itu saya tidak
dapat mengetahui karateristik siswa hanya dengan proses belajar di sekolah sehingga saya harus
mempelajari karateristik lingkungannya.

1. Untuk menjadi olahragawan yang baik sikap dan sifat apa yang perlu di
kembangkan dalam berbagai sikap / bidang,Jelaskan!!

Yang dilakukan oleh seorang olahragawan adalah

Yang pertama adalah pengembangan karakter, Karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. Terdapat
sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: (1)
karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan
tanggungjawab, (3) kejujuran, amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5)
dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong serta kerjasama, (6) percaya
diri dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (9) baik dan rendah hati,
(9) karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan (Suyanto, Urgensi Pendidikan
karakter. Karakter merupakan sebuah konsep moral yang tersusun dari sejumlah
karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat
nilai-nilai yang baik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga, antara lain:
rasa kasih sayang (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif (sport-
personship), dan integritas (integrity) (Weinberg dan Gould.2007:552). Menurut
Martens, untuk membentuk karakter peserta didik dapat ditempuh dengan tiga
tahap: (1) mengidentifikasi prinsip-prinsip karakter yang akan ditransferkan, (2)
mengajarkan prinsip-prinsip karakter, dan (3) memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mempraktikkan karakter. Pada tahap mengajarkan prinsip-
prinsip karakter meliputi enam strategi pendekatan yang dipakai, yaitu: (1)
menciptakan suasana moral tim yang kondusif, (2) model perilaku moral, (3)
menyusun regulasi untuk perilaku yang baik, (4) menerangkan dan mendiskusikan
perilaku moral, (5) menggunakan dan mengajarkan pengambilan keputusan yang
etis, dan (6) memotivasi pemain untuk mengembangkan karakter yang baik. Pada
tahap memberikan kesempatan kepada partisipan olahraga untuk praktik melalui
rutinitas perilaku yang baik dalam setiap latihan dan pertandingan, dan
memberikan hadiah bagi olahragawan, pelatih, dan pembina olahraga yang
memiliki perilaku karakter yang baik. Pada tahap identifikasi karakter yang perlu
ditanamkan kepada para partisipan akitivitas olahraga di antaranya seperti yang
terangkum dalam tabel berikut ini (Martens, 2004: 59). Identifikasi karakter
olahraga dan nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari atau
dalam aktivitas olahraga. 1. Rasa hormat - Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menghormati pada orang lain

Menghormati peralatan bermain

Menghormati pada lingkungan

Menghormati pada diri sendiri

- Dalam Aktivitas Olahraga

Menghormati peraturan permainan dan tradisinya

Menghormati lawan bermain

Menghormati para ofisial

Menghormati kemenangan atau kekalahan

2. Bertanggung jawab - Dalam Kehidupan Sehari-hari

Memenuhi kewajiban diri

Dapat dipercaya

Dapat mengontrol diri sendiri

Gigih

- Dalam Aktivitas Olahraga


Persiapkan diri sendiri untuk menjadi yang terbaik

Tepat waktu saat berlatih dan bermain

Disiplin diri

Dapat bekerja sama dengan kawan setim

3. Peduli - Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menghibur orang lain dan berempati

Mudah memberi maaf

Murah hati dan sayang (baik hati)

Menghindari mementingkan diri sendiri atau licik/nakal

- Dalam Aktivitas Olahraga

Bantu kawan setim untuk bermain yang terbaik

Mendukung kawan setim saat kacau

Murah hati dengan pujian; pelit dengan kritikan

Bermain untuk tim, bukan untuk diri sendiri

4. Jujur - Dalam Kehidupan Sehari-hari

Jujur dan terus terang

Bertindak dengan ketulusan hati

Dapat dipercaya

Berani melakukan sesuatu yang benar

- Dalam Aktivitas Olahraga

Bermain sesuai dengan aturan

Setia pada tim

Bermain bebas dari obat-obatan


Mengakui kesalahan diri sendiri

5. Adil - Dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengikuti aturan yang baik

Toleransi (lapang dada) dengan orang lain

Mau berbagi dengan orang lain

Hindari mengambil keuntungan dari orang lain

- Dalam Aktivitas Olahraga

Perlakukan pemain lain seperti perlakuan orang lain terhadap anda

Jujur dengan semua pemain, termasuk pemain yang berbeda sekalipun

Beri pemain lain kesempatan

Bermain untuk menang dengan mengikuti peraturan

6. Menjadi warga masyarakat yang baik - Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menaati hukum dan peraturan

Terdidik dan menyatakan yang sebenarnya

Memberikan sumbangan kepada masyarakat

Melindungi orang lain

- Dalam Aktivitas Olahraga

Menjadi model (contoh) yang baik

Berjuang untuk yang terbaik

Berikan masukan pada olahraga

Mendorong kawan seregu untuk menjadi masyarakat yang baik


akibat adanya faktor dari dalam dirinya (Intrinsik) dan dari luar (Ekstrinsik) dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Robins, 1999: 164) Motivasi yang intrinsik
berarti bahwa suatu perbuatan memang diinginkan pada seseorang senang
melakukannya. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu sendiri. Sebaliknya
motivasi ekstrinsik berarti bahwa suatu perbuatan dilakukan atas dasar dorongan
atau paksaan dari luar, motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi yang
intrinsik. Bila motivasi sudah menjadi intrinsik maka orang telah menjadi begitu
bermotivasi sehingga tiada rintangan yang akan menghambatnya melakukan
perbuatan tersebut. Bila dikaitkan dengan seseorang siswa yang mempunyai
motivasi intrinsik yang besar, maka ia akan selalu konsisten terhadap tugasnya dan
tekun dalam mengikuti proses belajar mengajar, khususnya pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan. Selain itu siswa yang memiliki motivasi intrinsik yang
tinggi akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, disiplin. Seseorang akan
terdorong untuk berbuat dengan segala upaya dikarenakan oleh adanya
rangsangan-rangsangan yang begitu menggiurkan seperti hadiah-hadiah yang
disediakan, harapan-harapan terhadap pujian dan sebagai nilai penghargaan

Strategi yang dilakukan guru untuk membangkitkan memotivasi belajar siswa


yaitu:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru


menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada
siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.

4. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau


pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar diatas,


adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang
sifatnya positif. Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam
kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan
cara-cara seperti yang diatas lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah
seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya menghindari cara
yang negatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi dalam olahraga, diantara


adalah:
1. Menetapkan Sasaran (Goal Setting)
Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet
untuk dilewati. Secara sederhana, goal setting merangsang atlet untuk mencapai
sesuatu baik dalam proses latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa
batasan tentang metode goal setting ini agar berjalan secara efektif.
Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus spesifik agar atlet
mempunyai ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat
kesulitan sasaran. Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi persepsi atlet tentang
kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat atlet ragu untuk bisa
mencapainya. Seandainya gagal, hal itu justru akan melemahkan keyakinan diri
atlet. Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan
memberi rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin menantang sasaran yang harus
dicapai, upaya dari seorang atlet untuk meraihnya juga akan semakin besar (Wann,
1997).
Sasaran juga harus dibuat bertingkat dengan membedakan sasaran jangka pendek
dan jangka panjang. Sasaran jangka pendek digunakan sebagai batu loncatan untuk
meraih sasaran yang lebih tinggi. Misalnya, Olimpiade sebagai sasaran jangka
panjangnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka seorang atlet harus menjuarai
level Sea Games atau Asian Games terlebih dahulu.
Mengikuti kompetisi yang rutin dan berjenjang adalah salah satu bentuk
menentukan sasaran yang efektif. Dengan banyak mengikuti kompetisi, seorang
pelatih akan lebih mudah menentukan prioritas dari kompetisi tersebut. Ada
kalanya kompetisi dijadikan sebagai ajang pemanasan untuk mematangkan kondisi
fisik, sehingga targetnya tidak perlu terlalu tinggi.
Berikutnya, atlet harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia
selesaikan. Denganfeedback yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan
dan kekuatan dirinya, sehingga atlet akan mempunyai informasi untuk
meningkatkan dirinya. Dengan menetapkan sasaran yang tepat, maka motivasi atlet
akan selalu terpacu untuk tampil dan menyelesaikan setiap tantangan yang
dihadapi.
2. Persuasi Verbal
Persuasi Verbal adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan. Pelatih,
ofisial, atau keluarga adalah orang-orang yang sering memberikan persuasi secara
verbal ini. Persuasi verbal adalah membakar semangat atlet dengan ucapan-ucapan
yang memotivasi.
Selain itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan oleh atlet sendiri atau sering disebut
dengan istilah Self talk. Self talk adalah metode persuasi verbal untuk atlet sendiri.
Prinsip dasar dari self talk ini sebenarnya adalah membantu atlet untuk
mendapatkan gambaran yang positif baik tentang kemampuannya atau mengenai
suasana pertandingan. Self talk ini diyakini mampu menumbuhkan keyakinan diri
atlet baik sebelum bertanding atau pada saat menjalani pertandingan. Dengan
mengucapkan kalimat-kalimat yang membakar semangat maka gambaran
pesimisme atlet akan hilang dari persepsinya.
3. Imagery Training
Metode berikutnya yang cukup membantu memacu motivasi para atlet
adalah dengan melakukanimagery training atau latihan pembayangan. Dalam
latihan pembayangan ini atlet diajak untuk memvisualisasikan situasi pertandingan
yang akan dijalani. Secara detil, atlet harus menggambarkan keseluruhan
pertandingan, mulai dari situasi lapangan, penontong, lawan dan segala macam
yang terlibat dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran yang riil, maka
atlet diajak untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin muncul dalam
pertandingan.
Sebagian pemain mengembangkan persepsi bahwa di lapangan akan menghadapi
lawan yang berat, tangguh dan sulit dikalahkan. Persepsi semacam ini terkadang
muncul akibat ketegangan sebelum pertandingan. Atlet tidak secara objektif
menilai kemampuan diri sendiri. Konsentrasi atlet terfokus pada kekuatan lawan
dan situasi pertandingan yang berat. Situasi inilah yang melemahkan motivasi atlet
sebelum bertanding. Metode Imagery training mengajak para pemain untuk
mencari atas kemungkinan persoalan yang muncul di lapangan. Membayangkan
kekuatan diri, pukulan andalan atau kelemahan musuh, menciptakan kondisi
objektif pada persepsi seorang atlet.
4. Motivasi Supertisi ( Takhayul )
Adalah suatu bentuk kepercanyaan kepada susuatu yang menrupakan suatu simbul
dan yang di anggap mempunyai daya kekuatan atu daya dorongan mental, motivasi
ini dapat mengubah tngkah laku menjadi lebih semangat, ambisius, dan lebih besar
kemauanya untk sukses.
5. Motivasi Dengan Gambar
Terutama gambar atau poster yang ada berhubungnya dengan cabang
olahraga yang di geluti misalnya, gambar Ben Johnson yang sedang lari,gambar
adegan yang menarik dalam pertandingan sepak bola, ganbar Mike Tyson dan alin-
lain.
6. Meningkatkan Kemampuan Atlet
Kemampuan atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill dan fisik yang bagus,
akan mempengaruhi keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Skill yang
prima dapat dilihat dan dievaluasi melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet.
Untuk itu diperlukan metode kepelatihan yang modern dan efektif untuk
meningkatkan keterampilan seorang atlet. Pelatih juga harus paham dengan
pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.
7. Motivasi insentif (Reward)
Reward ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memacu
motivasi atlet. Bonus, hadiah atau jabatan tertentu digunakan untuk memotivasi
atlet. Reward ini ditujukan untuk menggugah motivasi ekstrinsik dari atlet. Dengan
iming-iming bonus yang besar, diharapkan atlet akan terpacu tampil terbaik dan
mengalahkan lawannya.
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan menciptakan
ketergantungan dari para atlet. Banyak atlet hanya termotivasi hanya untuk
mendapatkan bonus tersebut daripada alasan lain, Sehingga tidak jarang atlet
melakukan upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang. Penggunaan doping
adalah salah satu cara yang paling sering ditempuh oleh seorang atlet demi tampil
maksimal dan mendapatkan hadiah atas kemenangannya. Untuk itulah, reward ini
harus diberikan sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara
bijaksana.
8. Motivasi Karena Takut
Ketakutan atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat bagi
seseorang.:
 Perasaan yang takut atau malu jika atlit tidak tau peraturan pertandingan tersebut
(sportif).
 Kekuatan atlit dalam porsi latihan yang diberikan.
 Perasaan takut atau malu ketika tidak ikut serta dalam team (diskors).
 Perasaan takut atau malu jika tidak bias mamanuhi harapan-harapan atau sasaran
yang di tetapkan oleh pelatih. Sehingga atlit akan beruasaha sekuat tenaga dalam
batas sportitifitas.

Anda mungkin juga menyukai