Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondasi merupakan bagian paling bawah (sub structure) dari suatu


konstruksi dan merupakan bagian yang sangat penting karena pondasi berfungsi
memikul beban bangunan di atasnya (upper structure) dan beban lainnya seperti
angin, gempa dan sebagainya ke lapisan tanah yang ada di bawahnya. Suatu
perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan pondasi ke
tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah
dilampaui, maka penurunan yang berlebihan dan keruntuhan dari tanah akan terjadi.
Kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakan pada konstruksi yang berada di
atas pondasi tersebut.
Pondasi yang digunakan di proyek apartemen icon Gresik adalah pondasi
tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah salah satu jenis pondasi yang biasa
digunakan untuk membangun rumah skala kecil ataupun bangunan besar seperti
perkantoran, hotel, apartemen dll.
Tiang pancang sebagai pondasi utamanya disebut juga sebagai reinforced concrete
pile, yaitu material beton bertulang dengan kekuatan yang sangat baik.Material
tiang pancang memang tidak hanya terbuat dari beton karena ada juga tiang
pancang yang dibuat dari kayu serta baja.

Banyaknya keunggulan yang dimiliki pondasi tiang pancang membuatnya


menjadi pondasi unggulan karena terpercaya untuk menahan beban yang berat
dari sebuah bangunan.

Sebagai pondasi yang terkenal kuat, tentu tiang pancang memiliki beberapa
kegunaan lainnya, seperti:
1. Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah ke
dalam tanah melalui lapisan tanahnya. Pondasi tiang pancang memiliki
kemampuan untuk mengirim gaya vertikal serta gaya lateral.

2. Dapat digunakan untuk menahan gaya dorongan dari dalam tanah seperti
pondasi tapak. Selain itu, dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki
tiang bangunan agar tidak terjadi gagal guling.

3. Tiang pancang mampu memadatkan endapan tanah yang lepas bebas ketika
terjadi perpindahan tiang pancang dan getaran saat pemancangan.

4. Untuk menurunkan kaki-kaki atau tapak bangunan pada tanah tepi yang
lapisan kemampatannya tinggi.

5. Dapat digunakan untuk memadatkan tanah di bawah pondasi dan mengontrol


amplitudo getaran serta efek alami dari mesin pemancang.

Selain itu, beberapa kelebihan atau keunggulan pondasi tiang pancang adalah:

1. Pondasi tiang pancang terbuat dari beton terbaik sehingga mempunyai


tegangan yang terjamin kekuatannya. Hal ini bisa menjadi salah satu
faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membeli tiang pancang.

2. Penggunaan pondasi tiang pancang akan meminimalisir galian pada tanah


karena pengaplikasian tiang pancang tidak dipengaruhi tinggi muka air
tanah.

3. Pondasi tiang pancang atau reinforced concrete pile dapat juga dianggap
sebagai fiction pile atau bearing pile.

4. Material tiang pancang dapat awet hingga puluhan tahun.


5. Bila Anda memilih tiang pancang yang terbuat dari beton berkualitas baik,
pasti beton dekkingnya pun tebal. Hal ini akan membantu melindungi
bagian dalam tulang beton dari pengaruh kontak langsung dengan air
ataupun zat kimia korosif. Dijamin tiang pancang akan awet di segala
kondisi.

Bagaimanapun, tiang pancang juga memiliki kekurangan yang harus Anda jadikan
pertimbangan agar kemungkinan buruknya dapat lebih diantisipasi.

Beberapa kekurangan yang akan Anda temui ketika memilih pondasi tiang
pancang untuk rumah Anda di antaranya:

1. Kekurangan pertama adalah soal bobotnya. Produk tiang pancang terutama


dari beton tentu memiliki bobot yang sangat berat. Selain itu, dimensinya
pun rata-rata berukuran besar.

2. Kekurangan kedua adalah waktu produksi yang cukup lama. Hal ini
dikarenakan pada saat pembuatannya, kualitas beton harus dipastikan agar
tingkat kekerasannya maksimal, sehingga daya tahan terhadap beban
ketika digunakan pun maksimal.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan study case ini adalah:

1. Menghitung daya dukung pondasi menggunakan hasil data N-SPT


pada pondasi tiang pancang 400x400
1.3 Batasan Penelitian
Batasan penelitian pada penulisan tugas akhir ini adalah menghitung daya
dukung pondasi dengan data nilai N-SPT mengacu pada perhitungan manual
menggunakan metode konvensional dan metode meyerhof

Jenis Dimensi(mm) Kedalaman(m) Panjang eff.(m)

Tiang Pancang 400x400 12 11

BAB 2
STUDI LITERATUR

2.1 Pendahuluan
Pembangunan suatu konstruksi, pertama – tama sekali yang dilaksanakan
dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi ( struktur bawah ) baru
kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi
sangat besar fungsinya pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi didefinasikan
sebagai bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat
bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang
disekitarnya.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam
suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicermati karena kondisi ketidaktentuan dari
tanah berbeda-beda. Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang
pertama-tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi
(struktur bawah). Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam
suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan
suatu beban yang bekerja 2 diatasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi ini akan
menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam
lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.

Penyelidikan tanah dengan menggunakan metode statis adalah penyelidikan


sondir dan standart penetrasi test (SPT). Penyelidikan sondir bertujuan untuk
mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan
indikasi dari kekuatan daya dukung lapisan tanah dengan menggunakan rumus
empiris.

Penyelidikan standart penetrasi test (SPT) bertujuan untuk mendapatkan


gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan
secara visual, sifat-sifat tanah, karakteristik tanah. Data standart penetrasi test (SPT)
dapat digunakan untuk menghitung daya dukung.

Perencanaan pondasi tiang pancang mencakup rangkaian kegiatan yang


dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan
perencanaan teknis. Semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu
konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis.

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Definisi Tanah


Tanah merupakan dasar suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi
bangunan gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang lainnya. Jadi seorang
ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal
usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat
pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya
dukung terhadap beban dan lain-lain.

Dalam pengertian teknik, tanah adalah akumulasi partikel mineral yang


tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang terbentuk akibat pelapukan
dari batuan. Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi
secara fisis dan kimiawi. Secara fisis dapat diakibatkan dengan erosi oleh air, angin
atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan. Sedangkan cara
kimiawi, mineral batuan induk diubah menjadi mineral-mineral baru melalui reaksi
kimia. Air dan karbon dioksida dari udara membentuk asam-asam karbon yang
kemudian bereaksi dengan mineral-mineral batuan dan membentuk mineral-
mineral baru ditambah garam-garam terlarut. Akibat dari pembentukan tanah secara
kimiawi, maka tanah mempunyai struktur dan sifat-sifat yang berbeda

2.2.2 Definisi Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar. Pondasi yang
cukup kuat dapat menahan tanpa terjadinya penurunan yang berlebihan dan
keruntuhan geser.

Dalam perencanaan pondasi pada suatu konstruksi terdapat macam-macam tipe


pondasi untuk menentukan tipe pada pondasi di dasarkan pada;

1. Keadaan tanah pondasi


2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas (upper structure)

3. Keadaan daerah sekitar lokasi

4. Waktu dan biaya pekerjaan

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang


bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain
pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda
dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah dengan
karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung
tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat
akan dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak
direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang
lebih besar dari bagian sekitarnya.

2.2.3 Klasifikasi Pondasi

Pondasi dibagi dalam 2 jenis yaitu:

1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)

Pondasi dangkal disebut juga pondasi langsung, pondasi ini digunakan


apabila lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu mendukung beban yang
dilimpahkan terletak tidak dalam (berada relatif dekat dengan permukaan tanah).

Persyaratan Pondasi Dangkal :

1. Apabila kedalaman fondasi lebih kecil atau sama dengan lebar fondasi,
maka fondasi tersebut bisa dikatakan sebagai fondasi dangkal.
2. Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur fondasi ke lapisan
tanah di bawahnya yang berupa lapisan penyangga lebih kecil atau sama
dengan lebar fondasi ke lapisan tanah
Pondasi dangkal (pondasi langsung) menurut bentuk konstruksinya biasa dibagi
menjadi empat macam:

1. Pondasi memanjang (continunous footing)

2. Pondasi telapak (individual footing)

3. Pondasi rakit (Raft Foundation)

2. Pondasi Dalam (Deep Foundation)

Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban bangunan


ke tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh dari permukaan tanah, pondasi
tiang pancang dan pondasi sumuran merupakan pondasi dalam yang umum
digunakan dilapangan, kecuali proses mobilisasi kendaraan dengan medan yang
cukup sulit, penggunaan bore pile sebagai alternative penggunaan pondasi dalam.
Pondasi dalam digunakan jila lapisan tanah keras atau lapisan tanah dengan daya
dukung yang memadai berada pada kedalaman tanah yang cukup dalam dari
permukaan dan pada lapisan tanah atas berupa tanah lunak, sehingga mengharuskan
pondasi dipancang mencapai lapisan tnah keras tersebut. Adapun jenis-jenis
pondasi dalam:

1. Pondasi Sumuran

Merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang,


digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam.
diameter pondasi ini antara 60 sampai 80 cm dengan kedalaman yang beragam
mulai dari 1 meter hingga ada yang mencapai 5 meter.

Pondasi ini biasanya digunakan untuk kondisi tanah yang labil seperti tanah
bekas timbunan rawa, atau kondisi tanah yang berlumpur, biasanya pada bagian
atas pondasi diberikan pembesian supaya dapat mengikat sloof yang memiliki
ukuran lebih besar daripada sloof pada umumnya.
2. Pondasi Tiang Pancang

Digunakan bila tanah Pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu
mendukung bebannya, dan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam.
Demikian pula, bila Pondasi bangunan terletak pada tanah timbunan yang cukup
tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh
penurunan yang besar. Bedanya dengan Pondasi sumuran adalah Pondasi tiang
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang.

Pondasi tiang pancang biasa digunakan untuk tanah pada rawa atau yang
memiliki struktur tanah lembek dan memiliki kadar air yang tinggi, sengingga
untuk menemukan tanah yang keras dibutuhkan kedalaman yang lebih, bahan untuk
membuat pondasi ini antar lain kayu, besi, baja, dan beberapa campuran beton
bertulang.

a. Tiang Pancang Kayu

Tiang-pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah


dipotong dengan hati-hati dan biasanya diberi bahan pengawet, dan didorong
dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang
ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah
yang sangat lembek di mana tanah tersebuat akan bergerak kembali melawan poros
dan dengan ujung tebal terletak pada lapisan yang keras untuk dukungan yang
diperbesar.

Buku pedoman ASCE (dicetak ulang ASCE (1959) tetapi sekarang tidak dicetak
lagi) mengkategorikan tiang pancang sebagai berikut :

Kelas A : Digunakan untuk beban-beban berat dan/atau panjang tak bertopang yang
besar. Diameter minimum dari ujung tebal 360 mm.

Kelas B : Untuk beban-beban sedang. Diameter ujung tebal minimum 300 mm.
Kelas C : Gunakan di bawah bidang batas air jenuh atau untuk pekerjaan yang
bersifat sementara. Diameter ujung tebal minimum adalah 300 mm. Kulit kayu
(bark) dapat ditinggalkan (dibiarkan) pada kelas tiang-pancang ini.

b. Tiang Pancang Beton

Tiang pancang beton dapat dibedakan menjadi :

 Tiang-tiang Beton Pracetak (Precast Pile)

Tiang-pancang dalam kategori ini dibentuk di tempat pencoran sentral sesuai


dengan panjang tiang pancang yang sudah ditentukan, diobati, dan kemudian
dikirimkan (dikapalkan) ke tempat konstruksi. Jika ruangan tersedia dan jumlah
yang diperlukan sudah mencukupi, maka halaman pencoran dapat disediakan di
proyek untuk mengurangi biaya transportasi.

 Tiang-Pancang yang Dicor Langsung di Tempat (Cast-In Place Piles)

Tiang-pancang yang dicor langsung di tempat, dibentuk dengan membuat


sebuah lubang dalam tanah dan mengisinya dengan beton. Lobang tersebut dapat
dibor (seperti di dalam kaison), tapi lebih sering dibentuk dengan memancangkan
sebuah sel (shell) atau corong ke dalam tanah. Corong (casing) tersebut dapat diisi
dengan sebuah paksi (mandreal), dengan kondisi pada penarikan balik paksa akan
mengosongkan corong. Corong dapat juga dipancang dengan sebuah ujung
pemancang pada titik, yang menyediakan sebuah sel yang siap untuk segera diisi
dengan beton, atau corong dapat dipancang dengan ujung terbuka, dan tanah yang
terperangkap dalam corong dapat dikeluarkan setelah pemancangan diselesaikan.

c. Tiang Pancang Baja


Jenis-jenis tiang-pancang baja ini bisanya berbentuk H yang digiling atau
merupakan tiang-pancang pipa. Balok yang mempunyai flens lebar (wide-flange
beam) atau balok-1 dapat juga digunakan ; tapi, bentuk H khususnya dibuat
sebanding untuk menahan tegangan pancangan yang keras yang mungkin dialami
oleh tiang-pancang tersebut. Dalam tiang- pancang H flens dan badan mempunyai
tebal yang sama; bentuk W yang standar dan bentuk H biasanya mempunyai badan
yang lebih tipis dari flens.

d. Tiang Pancang Komposit

Tiang pancang komposit merupakan perpaduan antara tiang pancang baja dan
beton.

Klasifikasi tiang yang didasarkan pada metode pelaksanaannya adalah sebagai


berikut:

 Tiang pancang (driven pile) : Tiang di pasang dengan cara membuat bahan
berbentuk bulat/bujursangkar memanjang yang di cetak terlebih dahulu
kemudian di pancang ke dalam tanah.
 Tiang bor (drilled shaft) : Mengebor tanah lebih dulu sampai kedalaman
tertentu, kemudian tulangan baja dimasukkan dalam lubang bor dan
kemudian diisi/di cor dengan beton.
 Kaison (caisson) : Suatu bentuk kotak silinder yang di cetak, dimasukkan
ke dalam tanah pada kedalam tertentu kemudian diisi beton.

Menurut cara pemindahan beban tiang pancang dibagi 2, yakni:

a. Point bearing pile (End bearing pile)

Tiang pancang dengan tahanan ujung. Tiang ini meneruskan beban melalui tahanan
ujung kelapisan tanah keras.

b. Friction pile
 Friction pile pada tanah dengan butir-butir tanah kasar
(coarce grained) dan sangat mudah melakukan air (very
pormeble moil). Tiang ini meneruskan beban ke tanah
melalui geseran kulit (skin friction). Pada proses
pemancangan tiang-tiang ini dalam suatu grup (kelompok)
tiang yang mana satu sama lainnya saling berdekatan akan
menyebabkan pori- pori tanah tanah dan mengcompactkan
tanah diantara tiang-tiang tersebut dan tanah disekeliling
kelompok tiang tersebut. Karena itu tiang-tiang yang
termasuk kategori ini disebut juga “Compaction Pil”.

 Friction pile pada tanah dengan butir-butir halus (very fine


grained) dan sukar melakukan air. Tiang ini juga
meneruskan beban ke tanah melalui kulit (skin friction),
akan tetapi pada proses pemancangan kelompok tiang tiang
tidak menyebabkan tanah diantara tiang-tiang ini menjadi
compact.

2.2.4 Standard Penetration Test

SPT (Standard penetration test) adalah salah satu jenis uji tanah yang sering
digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah selain CPT. SPT dilaksanakan
bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah
maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT
terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1
ft) vertikal. dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedalam lubang
bor sedalam 450 mm menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian
760 mm, Yang dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan penetrasi
sedalam 150 mm. Jumlah pukulan yang digunakan adalah pada penetrasi sedalam
300 mm terakhir. Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman
pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan
diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel
sampler). Setelah tabung ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat
diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul
dari atas.

Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual


Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter tanah secara kualitatif melalui
korelasi empiris Keunggulan SPT Profil kekuatan tanah tidak menerupakan
Dalam sistem beban jatuh ini, digunakan palu dengan beban 140 lb (63,5 kg) yang
dijatuhkan secara berulang dengan ketinggian 30 in (0,76 m). Pelaksanaan
pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 6 in (150 mm)
untuk masing-masing tahap.

Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk


memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai
pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan /0,3 m atau pukulan
per foot(ft)). Uji SPT dilakukan pada setiap 2m pengeboran dan dihentikan pada
saat uji SPT N diatas 60 N berturut turut sebanyak 3 kali.

Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah satu


uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan
besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan
yang diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak
pukulan yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat
disimpulkan juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah tersebut.

SPT Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah


satu uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan
batangan besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah
pukulan yang diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm.
Semakin banyak pukulan yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang
diteliti, dan dapat disimpulkan juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah
tersebut

Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai


kerapatan relatif dari lapisan tanah yang diuji.Untuk melakukan pengujian SPT
dibutuhkan sebuah alat utama yang disebut Standard Split Barrel Sampler atau
tabung belah standar.Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor
terlebih dahulu dengan alat bor.Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan
diturunkan hingga ujungnya menumpu ke tanah dasar.Setelah menumpu alat ini
kemudian dipukul (dengan alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas.

Pada pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam 15 cm.Kemudian


dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua sedalam 30 cm dan dilanjutkan
sedalam 45. Pukulan kedua dan ketiga inilah muncul nilai "N" yang merupakan
manifestasi jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung standar
mencapai kedalaman 45 cm.

Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam
tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah
sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan
berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m.
Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150
mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan,
sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga
dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan
dalam pukulan/0,3 m).

Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk


mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan
adalah teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir
(auger boring). Peralatan yang digunakan pada masing-masing teknik pemboran
harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji
SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila digunakan teknik bor
bilas maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping
mata bor dan bukan melalui ujung mata bor.

Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar lubang
keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada
gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang
seharusnya.

2.2.5 Penyelidikan Tanah Untuk Perencanaan Pondasi

Penyelidikan tanah bertujuan untuk menentukan jenis dan kedalaman


pondasi, mengevaluasi beban - daya dukung pondasi, memperkirakan penurunan,
memperkirakan air tanah, memperkirakan tekanan tanah lateral misal :untuk
dinding penahan tanah, dan menentukan cara pelaksanaan ( construction method).
Sasaran utama yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
parameter-parameter tanah yang diperlukan perencana untuk merencanakan
konstruksi pondasi, yang secara teknis paling sesuai dengan karakteristik dan
kekuatan tanah pada masing-masing lokasi yang bersangkutan, serta bebannya
struktur atas yang akan dipikul oleh pondasi. Penyelidikan tanah yang biasa
dilakukan sebelum merencanakan pondasi yaitu :

a. Pemboran, baik dangkal (tangan) maupun pemboran dalam (mesin).


b. Uji SPT (Standard Penetration Test) yang biasanya dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan pemboran dalam.

c. Pengambilan contoh tanah (sampling) untuk diuji dilaboratorium.

d. Uji Vane Shear yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pemboran
pada tanah lunak.

e. Uji Sondir (CPT/Cone Penetration Test)

f. Test pit.

g. Plate Bearing Test.

h. Uji Laboratorium, untuk menentukan index properties dan engineering


properties.

Hasil akhir dari penyelidikan tanah ini salah satunya berupa interpretasi
pelapisan tanah pada seluruh area yang diselidiki (stratigrafi). Dengan adanya
stratigrafi ini selanjutnya perencanaan pondasi bisa dilakukan setelah analisa
struktur atas selesai dikerjakan dan beban yang akan diterima pondasi ditentukan.

2.2.6 Faktor Lokasi dan Bangunan

1. Bangunan darat

 Penggunaan ketiga kategori tiang (displacement dan non displacement)


bisa dilakukan.

 Biasanya tiang bor (bored & cast in situ piles) merupakan alternatif yang
lebih murah. Diameter tiang bor bisa dibuat cukup besar. Untuk
mendapatkan daya dukung yang lebih besar, bisa dilakukan pebesaran
pada ujung bawah tiang. Tiang jenis ini sangat cocok untuk daerah
perkotaan, karena bisa mengurangi kemungkinan terangkatnya tanah
(ground heave), kebisingan dan getaran.
 Untuk beban upper structure yang cukup berat biasa digunakan driven &
cast in situ piles. Meskipun demikian tiang pancang mempunyai harga
lebih mahal daripada tiang bored & cast in situ piles.

 Tiang pancang kayu diperguankan untuk upper structure yang relatif


ringan.

2. Bangunan laut

Biasanya tipe tiang yang dipakai adalah tipe displacement piles dan
dipergunakan pada konstruksi dermaga, platform, jetty dan lain-lain

 Untuk Perairan Dangkal: Dapat digunakan tiang pracetak (precast solid


piles) atau tiang pratekan. Sedang untuk konstruksi sementara (tak
permanen) digunakan tiang pancang tipe kayu.

 Untuk Perairan Dalam: Penggunanaan tiang pancang beton masif begitu


menguntungkan. Karena bobot tiang yang terlalu besar sehingga susah saat
dipancangkan. Tiang yang sering dipergunakan adalah profil H atau pipa.
Tiang pipa lebih banyak dipergunakan karena tiang pipa akan menerima
gaya friksi (drag forces akibat gelombang dan arus) yang lebih kecil.

2.2.7 Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.
Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah
yang lebih dalam.
Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak ke dalam tanah
dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah,
material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di klasifikasikan
berbeda-beda.

Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer
beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahananan, dan
hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau.
Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang.
Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam
tanah dengan tangan atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang
mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (Steel pile) sudah
digunakan selama 1800 dan Tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi
industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving melalui
penemuan mesin uap dan mesin diesel.

 Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah :
untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras

 untuk menahan beban vertical, lateral, dan beban uplift


Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar
tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil
pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil &
kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat
diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih
jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang
pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain
dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Kelebihan Dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang

Perkembangan desain pondasi tiang pancang telah maju dengan pesat


seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi rancang bangun dalam dunia
teknik sipil. Penggunaan Tiang Pancang dalam berbagai konstruksi sipil turut
mengalami perbaikan dan penyempurnaan, jenis pondasi ini masih menjadi
pilihan yang utama terutama untuk daerah (site) lapangan yang kurang
menguntungkan.

Perilaku dan respon tiang pancang maupun struktur tanah di sekitarnya


akan membantu proses desain berjalan dengan baik dengan tingkat akurasi dan
validitas hasil desain yang tinggi.

Hambatan utama yang dihadapi dalam melakukan desain pondasi adalah


kurang di dapatnya informasi yang memadai mengenai perilaku dan respon pondasi
maupun struktur tanah di bawah permukaan tanah. Kesulitan ini selain masih
terbatasnya peralatan yang secara langsung dapat memantau perilaku dan respon
tiang di kedalaman tanah, juga sifat kenonlinearan tanah mempengaruhi hasil
desain yang diperoleh.

Penggunaan Program Komputer untuk menyelesaikan permasalahan desain


pondasi tiang pancang banyak dipergunakan dengan berbasis pendekatan metode
beda hingga (difference finite method) untuk penyelesaian secara numerik.
Diantaranya Program Komputer GROUP yang digunakan untuk penyelesaian
desain kelompok pondasi tiang pancang dan analisis perilaku pondasi tiang
pancang.
Pondasi tiang pancang termasuk dalam kategori pondasi dalam, dapat
mendaya-gunakan kekuatan friksi tanah maupun bearing. Tentu saja ini tergantung
dari jenis tanahnya dan panjang pondasi tersebut. Sangat cocok jika kedalaman
tanah keras cukup jauh dari permukaan tanah. Tetapi dalam pelaksanaannya
memerlukan alat pancang, jika cukup panjang dan beban berat maka tiang
pondasinya harus dibuat dari precast PC Pile atau tiang baja, untuk beban ringan
mungkin precast RC Pile masih bisa. Pondasi sumuran hanya mengandalkan
fenomena bearing saja, sehingga cocok jika tanah keras dekat permukaan tanah.
Jika tanah keras terlalu dalam maka pelaksanaannya menjadi masalah tersendiri.
Kadang-kadang dihitung sebagai pondasi dangkal.

Tiang pancang unggul terhadap beban vertikal, jika ada beban horizontal
maka daya dukungnya relatif kecil. Oleh karena itu jika dalam perencanaan
strukturnya menerima gaya horizontal maka diperlukan juga tiang pancang miring.
Semakin miring semakin besar daya dukung horizontalnya tetapi pelaksanaannya
tidak gampang, jika terlalu miring lalu pakai alat pancang biasa. Bisa-bisa tiangnya
patah karena ada eksentrisitas.

Gerakan tanah akibat gempa akan bersama-sama dengan pondasi. Pondasi


sumuran, ukurannya lebih masif dibanding tiang pancang, sehingga kemungkinan
untuk dapat bergerak bersama-sama dengan tanah lebih banyak. Jadi jika
pondasinya tertanam cukup dalam maka fondasinya sendiri relatif tahan terhadap
kondisi tersebut.

Kerusakaan akan terjadi jika gerakan tersebut mempunyai pengaruh pada


struktur di atasnya yang karena mempunyai massa maka akan mengakibatkan gaya
dinamik. Jika gaya dinamik struktur di atas pondasi dan pondasi tidak selaras maka
timbul gaya restraint. Ini yang harus diwaspadai.
Karena umumnya sistem jembatan, struktur atas dan struktur bawah tidak menyatu
maka dapat terjadi slip (deformasi horizontal yang berbeda satu sama lain).
Mekanisme tersebut dapat menyerap enerji gempa. Yang perlu diwaspadai adalah
mekanisme slip perlu diberi ruang gerak yang cukup, jangan sampai girder
jembatan lepas dari tumpuannya.

2.2.8 Kapasitas daya dukung data lapangan

1. Berdasarkan hasil Standart Penetration Test (SPT)


Metode SPT adalah metode pemancangan batang (yang memiliki ujung
pemancangan) ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan
mengukur jumlah pukulan perkedalaman penetrasi. Cara ini telah dibakukan
sebagai ASTMD 1586 sejak tahun 1958 dengan revisi – revisi secara berkala
sampai sekarang.

Pemancangan biasanya dilakukan dengan beban 140 lbs ( ± 63.5 kg ) yang


dijatuhkan dari ketinggian 30” atau ± 75 cm.

Pengamatan dan perhitungan dilakukan sebagai berikut :

a. Mula – mula tabung SPT dipukul kedalam tanah sedalam 45 cm


yaitu kedalaman yang diperkirakan akan terganggu oleh
pengeboran.
b. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm dicatat jumlah pukulan
yang dibutuhkan untuk memasukkannya. Jumlah pukulan untuk
memasukkan split spoon 15 cm pertama dicata sebagai N1. jumlah
pukulan untuk memasukkan 15 cm kedua adalah N2 dan jumlah
pukulan untuk memasukkan 15 cm ketiga adalah N3. jadi total
kedalaman setelah pengujian SPT adalah 45 cm dan menghasilkan
N1, N2 dan N3.
c. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan
terakhir (N2+N3) pada setiap interval pengujian dan dicatat pada
lembaran Drilling Log.
d. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor
kepermukaan tanah untuk diambil contoh tanahnya dan dimasukkan
kedalam kantong plastik untuk diamati di laboratorium.

Hasil dari pekerjaan Bor dan SPT kemudian dituangkan dalam lembaran
drilling log yang berisi :

a. Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat


plastisitas dan ketebalan lapisan tanah masing – masing.

b. Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed sample (UDS)

c. Pengujian Standart Penetration Test (SPT)

d. Muka air tanah

e. Tanggal pekerjaan dan berakhirnya pekerjaan.

Jumlah N pukulan memberikan petunjuk tentang kerapatan relatif


dilapangan khususnya tanah pasir atau kerikil dan hambatan jenis tanah terhadap
penetrasi. Uji ini biasanya digunakan untuk tanah yang keras.

Tujuan Percobaan Standart Penetration Test (SPT) :

a. Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut


dari pengambilan contoh tanah dengan tabung, dapat
diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap – tiap lapisan
kedalaman tanah tersebut.

b. Memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi


tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak
berkohesi yang biasanya sulit diambil sampelnya.

Kegunaan Percobaan Standart Penetration Test (SPT)

a. Menentukan kedalaman dan tebal masing – masing lapisan


tanah tersebut
b. Contoh tanah terganggu digunakan untuk identifikasi jenis
tanah, sehingga interpretasi kuat geser dan deformasi tanah
dapat diperkirakan dengan baik.

Formula empiris untuk menghitung daya dukung axial pondasi


berdasarkan nilai SPT:

Qu dan Qe = menghitung daya dukung (ton)

Nc = Nilai SPT rata-rata dihitung dari ujung tiang sampai 4 kali diameter di
bawahnya

Ns = Nilai SPT rata-rata sepanjang selimut tiang

Ae = Luas penampang tiang (m2)

As = Luas Selimut (m2)

Fs = 4
BAB 3
METODE ANALISA

3.1 Data Umum Proyek

Nama Proyek : Icon Mall dan Apartemen


Lokasi Proyek : Komplek Green Garden, Jalan
Dr. WahidinSudirohusodo 788 Kembangan, Kebo
mas,kabupaten Gresik, Jawa Timur 61124
Nilai Kontrak : Rp. 275.000.000.000 ( include Ppn 10%)
Pemilik Proyek : PT. Raya Bumi Nusantara Permai
Main Contractor : PT. WIKA Bangunan Gedung
Konsultan Arsitektur : PT. WIKA Bangunan Gedung
Konsultan Struktur : PT. WIKA Bangunan Gedung
Konsultan MEP : PT. WIKA Gedung
Konsultan MK : PT. RAP
Nomor Kontrak : Surat Perjanjian Pemborongan 146/SPK-
RBNPP.APT/XI/2016
Tanggal Perolehan : 10 Oktober 2016
Waktu Penyelsaian : 1146 hari kalender atau 38 bulan (10 November
2016 s/d. 31 Desember 2019)
Waktu Pemeliharaan : 180 ( Seratus Delapan Puluh) hari sejak BeritaAca
ra Serah Terima 100%
Lingkup Pekerjaan : Struktur Bawah, Atas, Finishing, MEP,
hardscape

Luas Tanah : 6337 m2


Luas Bangunan : 79.801 m2
Manajer Proyek : Fachrul Razi

3.2 Data Teknis Proyek

Data teknis diperoleh dari lapangan menurut perhitungan dari pihak


konsultan, dengan data sebagai berikut :

1. Tipe pile : tiang pancang

2. Panjang tiang : 12.00 m

3. Mutu beton tiang pancang : K-500

4. Mutu Baja : ST – 37
Data tanah hasil pengujian untuk rencana pembangunan gedung rumah susun
Daan Mogot. Pekerjaan yang dilakukan diarea lokasi sebanyak 1 titik pemboran
dalam (deep boring), 4 titik sondir (CPT) yang telah ditentukan pihak
perencana. Uji tanah yang dilakukan meliputi:

a. Standar Penetration Test (SPT)


Pekerjaan SPT dan pencatatannya dilakukan setiap interval 1.5 m, pekerjaan
SPT didasarkan pada ASTM standart D1586-84

3.3 Metode pengumpulan data

Gambar teknik pada gedung Apartemen Icon Gresik diberikan oleh unit
engineering drafter yang telah tersedia meliputi denah, site plan, tampak,
potongan detail dan lainnya sebagainya.

3.4 Metode Analisa data


Review dan studi literatur serta
pembahasan teori-teori yang
berkaitan dengan
pemancangan

peninjauan langsung ke
lokasipengambilan data (lokasi
proyek)

pengumpulan data-data dari


lokasi meliputi data SP

Analisis data berdasarkan


formula formula yang ada

Analisis hasil perhitungan dan


kesimpulan

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Daya Dukung Lapangan Pada Pondasi Tiang pancang


400x400 Berdasarkan Nilai SPT

4.1.1 Metode Meyerhoff

Ap = Panjang × Lebar

= 0,40 × 0,40
= 0,16 m2

Qu = 𝟒𝟎 × 𝑵𝒃 × 𝑨𝒑

= 𝟒𝟎 × 𝟏𝟔 × 𝟎, 𝟏𝟔

= 102,4 ton

Qu = Daya dukung batas pondasi tiang pancang


Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar tiang pancang

Ap = luas penampang dasar tiang pancang (m2)

Qsi = qs × Asi

Qsi = Tahanan limit gesekkulit


qs = 0.2N—– untuktanahpasir
0.5N—– untuktanahlempung
Asi = keliling penampang tiang × tebal lapisan

Pada lapisan tanah hingga kedalaman 1- 10 m adalah


jenistanah lempung, dan lapisan tanah pada kedalaman 10-12 m
adalah pasir.

qs —>untukpasir 0.2N
qs —>untuklempung 0.5N

kedalaman 0-10 (lempung)


qs1 = 0.5N × Asi

Asi = keliling penampang tiang pancang × tebal


Asi = (0.4 × 0,4) ×10; –>Asi = 16 m2
qs1 = 0.5× 48 × 16 ; –> qs1=384ton

kedalaman 12 m —>jenistanahpasir

qs2 = 0.2N*Asi

Asi = 0.4 × 0,4 × 2


Asi = 3.2 m 2
qs2 = 0.2 × 48 × 3.2
= 30.72 ton

Qsi = qs1 + qs2

Qsi = 384 + 30.72


Qsi = 414.75 ton

Dayadukungsatutiangpancangberdasarkan SPT

Pu = (Qu +Qsi)÷ 𝟑

Pu = (102,4 + 414.75) ÷ 𝟑
Pu = 172,383 ton

Anda mungkin juga menyukai