Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP.

UNIVESITAS MATARAM

STUDI PERBANDINGAN PENUTUPAN DAN KERAPATAN LAMUN DI PERAIRAN


PEWARINGAN KECAMATAN SEKOTONG BARAT.

Muhammad Rojiman Ariadi, Yuni Safrian hadi, Niswatul Audah, Adela Septiana, Baiq Riris Wandalia,
Husnul Azizaturrizkina.
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.
email: rojimanariadi06@gmail.com

Abstrak
Penelitian mengenai Studi Perbandingan Penutupan dan Kerapatan Lamun telah dilakukan di
Perairan Pewaringan Kecamatan Sekotong Barat, Lombok Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengentahui kondisi padang lamun berdasarkan tingkat kerapatan dan penutupan lamun di Peraiaran
Pewaringan Kecamatan Sekotong Barat, Lombok Barat. Penelitian ini dilakukan dengan metode
membentangkan alat transek sebanyak sembilan kali transek dengan panjang 80 meter tegak lurus dengan
garis pantai menggunakan kuadrat berukuran 50x50 cm² yang dibagi menjadi empat sub kuadrat berukuran
25 cm. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 6 jenis yaitu Enhalus acoroides, Halophila minor, Cynodocea
rotundata, Syringodium isoetifoium, Halodule ovalis, dan Halodule pinifolia. Nilai kerapatan jenis lamun
Halodule pinifolia 21 Ind/m2, Syringodium isoetifoium 9 Ind/m2, Enhalus acoroides 4 Ind/m2 dan
Halophila minor, Cynodocea rotundata, Halodule ovalis 1 Ind/m2. Total kerapatan seluruh jenis lamun 36
ind/m2. Penutupan jenis lamun Halodule pinifolia 14,5%/m2, Enhalus acoroides 13%/m2, Syringodium
isoetifoium 6,88%/m2, Cynodocea rotundata 1,63%/m2, Halodule ovalis 0,75%/m2, dan Halophila minor
0,63%/m2. Penutupan total seluruh jenis lamun adalah 37,38%.
Kata kunci: Lamun, Kerapatan, Penutupan.

PENDAHULUAN Kabupaten Lombok Barat yang memiliki


Lamun merupakan kelompok tumbuhan penyebaran padang lamun yang cukup luas. Hal ini
tingkat tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang dapat dilihat di sepanjang perairan pesisir yang
memili ki kemampuan beradaptasi terhadap dangkal terdapat ekosistem lamun. Menurut Adli,
salinitas yang tinggi, menempati perairan laut Rizal, & Ya'la (2016) kawasan pesisir merupakan
dengan suhu berkisar 38-42°C dan berada didaerah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut,
intertidal sampai kedalaman 70 m. Keberadaan kawasan pesisir memiliki ekosistem yang beragam,
lamun dalam jumlah banyak terdapat dikawasan lamun umumnya terletak diantara mangrove dan
perairan tropis seperti di wilayah perairan terumbu karang yang bertindak sebagai daerah
Indonesia, terdapat 13 jenis spesies lamun dari tujuh penyangga yang baik, sehingga dapat mengurangi
marga, tiga diantaranya (Enhalus, Thalassia, energi gelombang dan dapat mengalirkan nutrisi ke
Halophila) termasuk suku Hydrocaritaceae, ekosistem terdekatnya.
sedangkan empat lainnya (Halodule, Cymodocea, Ekosistem lamun mempunyai peranan
Syringodium dan Thallasodendron) (Fahruddin, penting dalam ekologi kawasan pesisir, karena
Yulianda, & Setyobudiandi, 2017) menjadi habitat berbagai biota laut termasuk tempat
Desa Pewaringan merupakan salah satu mencari makan bagi penyu huaju, ikan, gastropoda
kawasan Pesisir di Kecamatan Sekotong Barat dan Echinodermata. peran lain adalah menjadi

1 Praktikum Lapangan Biologi Laut


PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

barrier (penghalang) bagi ekosistem terumbu


karang dari ancaman sedimentasi yang berasal dari Pengambilan Data Lapangan
daratan (Fahruddin, Yulianda, & Setyobudiandi, Pengambilan data penutupan dan kerapatan
2017). Menurut Fajarwati, Setianingsih, & Muzani lamun dilakukan dengan menggunakan peralatan
(2015) sebagai ekosistem pesisir, keberadaan dasar selam (snorkeling). Metode pengambilan data
ekosistem lamun ini memiliki ancaman kerusakan penutupan lamun dilakukan dengan cara
yang dapat mengurangi jumlah populasinya, membentangkan alat transek (roll meter) sebanyak
kerusakan ekosistem lamun disebabkan dari sembilan kali transek dengan panjang 80 meter
kegiatan manusia dan juga dari aktivitas alam tegak lurus dengan garis pantai kearah tubir laut,
sehingga sangat mempengaruhi penyebaran dan kemudian dilanjutkan dengan meletakkan kuadrat
pertumbuhan dari ekosistem lamun dan hal tersebut pertama 50 x 50 cm² pada titik 0, di sebelah kanan
sudah tampak terlihat dari aktivitas masyarakat di transek. Jarak antara kuadrat satu dengan kuadrat
pesisir Pewaringan, maka perlu diketahui kondisi yang lainnya adalah 10 meter. Titik 0 transek
ekosistem lamun di kawasan tersebut. Untuk diletakkan pada pertama kali lamun di jumpai dari
mengetahui kondisi ekosistem lamun, metode yang arah pantai. Lamun yang berada dalam transek
digunakan adalah melihat tingkat kerapatan dan kuadrat dicatat jenisnya, luas tutupan, kerapatan,
tutupan lamun. jenis substrat, dan kualitas perairannya. Identifikasi
lamun langsung dilakukan pada saat pengamatan
METODE PENELITIAN dengan berpatokan pada buku panduan identifikasi
lamun.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan pewaringan Kualitas Perairan
kecamatan sekotong barat, kabupaten lombok barat, Pengambilan data kualitas air dilakukan
nusa tenggara barat, pada bulan desember 2018. hanya sekali sebelum transek dilakukan dengan
menggunakan alat Refractometer. Pengukuran
kualitas air bertujuan untuk mengetahui salinitas air
(‰) yang ada dilokasi transek.

Analisis data
Perhitungan data penutupan dan kerapatan
lamun menggunakan metode menurut Kepmen LH
No.200 tahun (2004), dan yang ditetapkan oleh
COREMAP CTI LIPI (2014). Kemudian diolah
menggunakan perangkat Microsoft Excel dengan
tahap mencari perbandingan penutupan jenis dan
Gambar: Peta lokasi pengambilan data penutupan kerapatan jenis lamun.
lamun. Mengetahui ekosistem lamun dilakukan
dengan menggunakan struktur komposisi lamun,
Alat dan Bahan meliputi penghitungan penutupan jenis, penutupan
Alat dan bahan yang digunakan dalam relatif, kerapatan jenis, dan kerapatan relatif. Untuk
penelitian ini adalah; roll meter, alat tulis, kantung mengetahui peranan suatu jenis lamun dalam suatu
plastic untuk pengambilan sampel subsrat, ekosistem, digunakan indeks ekologi, yakni indeks
Refractometer, Global Positioning System (GPS), dominasi. Indeks dominasi berguna untuk
patok, kuadrat berukuran 50 x 50 cm² yang dibagi mendapatkan informasi suatu jenis lamun di
menjadi 4 sub kudrat berukuran 25 cm, dan buku perairan pewaringan ada yang mendominasi.
panduan identifikasi lamun.
2 Praktikum Lapangan Biologi Laut
PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

A. Penutupan Jenis (Pj) memiliki persamaan (Tuwo, 2011) :


Penutupan jenis dapat diketahui dengan KR = ni x 100%
membandingkan antara luas area yang ditutupi jenis ∑n
lamu ke-n dengan jumlah total area yang ditutupi Keterangan:
seluruh lamun. Penutupan lamun dihitung dengan KR = Kerapatan relatif (%)
persamaan (Tuwo, 2011) : ni = Jumlah individu jenis ke-i
(ind/m2)
PJ = ɑi
A ∑n = Jumlah individu seluruh jenis (ind/m2)
Keterangan: E. Indeks Dominansi
2
PJ = Penutupan jenis ke-i (%/m ) Indeks Dominansi Simpson, 1949 dalam
ɑi = Luas total penutupan jenis ke-i (%) Odum, 1996 dihitung dengan rumus :
2
A = jumlah total area yang ditutupi lamun (m ) C = ∑ (ni/N)2
Keterangan:
B. Penutupan Relatif (PR) C = Indeks dominansi
Perbandingan antara penutupan jenis ke-n Ni = Jumlah individu spesies-i
dengan total penutupan seluruh jenis disebut N = Jumlah individu seluruh spesies
penutupan relatif. Penutupan relatif memiliki
persamaan (Tuwo, 2011) : Kategori indeks dominansi lamun
PR = Pi x 100% dibagi atas 3, yaitu : 0,00 < C ≤ 0,50 termasuk
P kedalam kategori rendah; 0,50 < C ≤ 0,75
Keterangan: termasuk kedalam kategori sedang, nilai indeks
PR= Penutupan relatif (%/m )
2 dominansi 0,75 < C ≤ 1,00 termasuk kedalam
2 kategori tinggi (Setyobudiandy, 2009 dalam
Pi = Penutupan jeni ke-i (%/m ) Harpiansyah et al., 2014).
2
P= Penutupan seluruh jenis lamun (%/m )
HASIL DANPEMBAHASAN
C. Kerapatan Jenis (Kj) A. Jenis- jenis Lamun di Perairan
Kerapatan jenis yaitu perbandingan antara Pewaringan
total jumlah individu lamun ke-n dengan total unit Lamun yang ditemukan di Desa
area yang diukur. Kerapatan jenis memiliki Pewaringan Kecamatan Sekotong Lombok Barat
persamaan (Tuwo, 2011) : sebanyak 6 jenis yaitu Enhalus acoroides,
KJi = Ni Halophila minor, Cynodocea rotundata,
A Syringodium isoetifoium, Halodule ovalis,
Keterangan : Halodule pinifolia. Menurut (Asriyana & Yuliana,
KJi = Kerapatan jenis ke-i (tegakan/m2) 2012) vegetasi campuran adalah vegetasi yang
Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i terdiri dari 2 sampai 12 jenis lamun yang tumbuh
(tegakan) bersama–sama dalam satu substrat.
B. Kondisi Lamun di Perairan Pewaringan
A = Luas area total pengambilan sampel (m2)
1. Krapatan Jenis Dan Kerapatan Relatif
D. Kerapatan Relatif (KR)
Kerapatan relatif adalah perbandingan
antara jumlah individu jenis ke-n dengan jumlah
total individu semua jenis. Kerapatan relatif

3 Praktikum Lapangan Biologi Laut


PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

Sumber: Data primer penelitian (2019). Sumber: Data primer penelitian (2019).
Berdasarkan Tabel diatas, diketahui bahwa Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan
jenis lamun yang memiliki jumlah tegakan jenis yang dilakukan, diperoleh data yaitu lamun
tertinggi yaitu dengan jumlah tegakan Halodule jenis memiliki kerapatan yang paling tinggi
pinifolia yaitu dengan jumlah tegakan 1069 dibandingkan dengan lamun jenis lain yang
tegakan, selanjutnya diikuti oleh lamun jenis ditemukan yaitu Halodule pinifolia dengan nilai
Syringodium isoetifoium dengan jumlah tegakan kerapatan 21 Ind/m2. Syringodium isoetifoium
yaitu 430 tegakan, selanjutnya diikuti oleh jenis dengan nilai kerapatan 9 Ind/m2, Enhalus
Enhalus acoroides dengan jumlah tegakan lamun acoroides dengan nilai kerapatan yaitu 4 Ind/m2,
yaitu 206 tegakan, selanjutnya diikuti oleh jenis sedangkan Halophila minor Cynodocea rotundata,
Cynodocea rotundata dengan jumlah tegakan Halodule ovalis merupakan lamun dengan nilai
lamun yaitu 60 tegakan, kemudian diikuti oleh kerapatan paling rendah dibandingkan dengan jens
jenis Halodule ovalis dengan jumlah tegakan lain yaitu dengan nilai kerapatan 1 Ind/m2.
lamun yaitu 31 tegakan dan lamun dengan jumlah
tegakan terendah yaitu jenis Halophila minor Kerapatan jenis tertinggi di perairan Desa
dengan jumlah tegakan yaitu 28 tegakan. Pewaringan yaitu Halodule pinifolia. Berdasarkan
skala kerapatan menurut (Haris, 2012), Halodule
Kondisi kerapatan lamun di perairan Desa pinifolia dengan nilai 21 Ind/m2 kerapatan
Pewaringan termasuk dalam skala 1 dengan nilai tergolong dalam skala 1 dengan kerapatan < 25
kerapatan < 25 ind/m2 yang berarti lamun di Desa yang termasuk lamun dengan kondisi kerapatan
Pewarigan tergolong lamun dengan kondisi sangat sangat jarang.
jarang, skala kerapatan lamun diketahui untuk
menentukan kondisi padang lamun. Hasil
perhitungan rata-rata kerapatam jenis lamun di
perairan Desa Pewarigan dapat dilihat pada
Gambar berikut:

4 Praktikum Lapangan Biologi Laut


PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

Oleh karena itu lamun jenis Halodule pinifolia


memiliki jumlah tegakan paling tinggi karena
substrat di perairan Desa Pewaringan merupakan
pasir berlumpur.
2. Penutupan Jenis Dan Penutupan Relatif.
Hasil perhitungan penutupan jenis dan
kerapatan relatif lamun di perairan pewaringan
dapat dilihat pada table berikut:

Sumber: Data primer penelitian (2019).


Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan
relative, lamun yang memiliki nilai kerapatan
relatif tertinggi yaitu jenis Halodule pinifolia
dengan nilai persentase kerapatan 59% dari seluruh
jenis lamun yang ditemukan di perairan Desa Sumber: Data primer penelitian (2019).
Pewaringan. Sedangkan kerapatan relatif terendah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa,
yaitu jenis Halophila minor dengan persentase nilai
yaitu 1% dari seluruh jenis lamun yang ditemukan. rata-rata penutupan total lamun di perairan Desa
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Pewaringan adalah sebesar 37,38%/m2.
lamun yang tumbuh pada daerah yang berada jauh Berdasarkan penentuan status padang lamun
dari garis pantai memiliki kerapatan yang lebih menurut Kepmen LH no.200 tahun 2004, lamun di
tinggi dibandingkan dengan lamun yang tumbuh di perairan Desa Pewaringan tergolong dalam kondisi
perairan yang dekat dengan garis pantai di perairan penutupan kurang sehat dengan nilai persentase
Desa Pewaringan. Hal ini diduga disebabkan oleh penutupan yaitu 30-59, 9% . Kriteria baku
pengaruh kondisi pasang surut perairan, pada saat kerusakan padang lamun merupakan ukuran batas
surut lamun yang berada di dekat garis pantai perubahan fisik hayati padang lamun yang dapat
mengalami surut kering sehingga lamun kurang ditenggang yang ditetapkan berdasarkan
mampu beradaptasi terhadap pancaran sinar persentase luas penutupan lamun yang hidup
matahari langsung tanpa tergenang oleh air laut. Status padang lamun menurut Kepmen LH nomor
200 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan
Halodule pinifolia merupaka spesies pioneer yang dan pedoman penentuan status padang lamun
dominan dalam lingkungan perairan yang berdasarkan penutupannya dibagi atas tiga kriteria
mengalami gangguan atau di lingkungan yang tidak yaitu kaya/sehat dengan penutupan >60 %, kurang
menguntungkan bagi spesies lamun lainnya. Jenis kaya/kurang sehat dengan penutupan 30– 59,9
lamun ini yang hidup di zona sublittoral, biasanya %, dan miskin dengan penutupan < 29, 9%. Total
tumbuh di dasar berpasir atau berlumpur. rata-rata penutupan lamun di perairan dalam
Obeservasi menunjukkan bahwa spesies ini hidup kategori kurang sehat (30-59,9%), kondisi
di lingkungan energy tinggi maupun rendah, penutupan lamun yang kurang sehat di perairan
namun sebagian besar berada di wilayah yang Desa Pewaringan disebabkan oleh adanya aktivitas
tergenang air saat surut terendah (Sakey, 2015).
5 Praktikum Lapangan Biologi Laut
PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

penangkapan masyarakat yang mencari biota


seperti gastropoda, bivalvia, dan crustacea yang
bernilai ekonomis, serta alur pelayaran sampan
nelayan.

Sumber: Data primer penelitian (2019).


Berdasarkan Gambar di atas dapat dilihat
Sumber: Data primer penelitian (2019). bahwa lamun yang memiliki tingkat petutupan
yang tertinggi dari seluruh jenis lamun yang
Berdasarkan hasil perhitungan penutupan
ditemukan di perairan Desa Pewaringan yaitu jenis
lamun diketahui bahwa, persentase penutupan jenis
Halodule pinifolia dengan nilai persentase 39%.
Halodule pinifolia lamun paling tinggi yaitu jenis
Kemudian dilanjutkan oleh jenis Enhalus
dengan nilai persentase penutupan sebesar
acoroides dengan nilai persentase 35%. Satu
14,5%/m2. Kemudian dikuti oleh Enhalus individu Enhalus acoroides akan memiliki nilai
acoroides dengan persentase nilai penutupan yaitu penutupan yang lebih tinggi karena ukuran daun
13%/m2, selanjutnya jenis Syringodium Enhalus yang jauh lebih besar dan panjang.
isoetifoium dengan persentase nilai penutupan Menurut (Rifai & I, 2013) penutupan lamun
yaitu 6,88%/m2, Cynodocea rotundata dengan berhubungan erat dengan habitat atau bentuk
morfologi dan ukuran suatu spesies lamun.
persentase nilai penutupan yaitu 1,63%/m2, Kepadatan yang tinggi dan kondisi pasang surut
Halodule ovalis dengan persentase nilai penutupan saat pengamatan juga dapat mempengaruhi nilai
yaitu 0,75%/m2. Halophila minor dengan estimasi penutupan lamun.
persentase nilai penutupan yaitu 0 , 6 3 %/m2. 3. Indeks Dominansi Jenis Lamun
Hasil perhitungan penutupan relatif lamun di Hasil perhitungan indeks dominasi jenis
perairan desa Sebong Pereh dapat dilihat pada lamun di perairan pewaringan dapat dilihat pada
Gambar berikut. tabel berikut:

Sumber: Data primer penelitian (2019).


Hasil perhitungan indeks dominansi lamun
diperoleh nilai dominansi lamun di perairan Desa
Pewaringan yaitu 0,41 yang tergolong dalam
dominansi rendah yaitu 0,00 < C ≤ 0,50. Indeks
dominansi dapat digunakan untuk melihat

6 Praktikum Lapangan Biologi Laut


PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

seberapa besar suatu spesies lamun menguasai pemerintah dan masyarakat lebih memperhatikan
atau mendominansi habitatnya (Izuan, 2014) lagi kondisi lingkungan pesisir dan laut terutama
Rendahnya nilai indeks dominansi lamun di pada ekosistem lamun di perairan pewaringan.
perairan desa Sebong Pereh disebabkan oleh
UCAPAN TERIMAKASIH
semakin kecil perbedaan jumlah antara spesies
sehingga kecenderungan dominasi oleh jenis Penulis mengucapkan terimakasih kepada
tertentu tidak ada. dosen pengampu matakuliah biologi laut Drs.
Didik Santoso, M.Sc., dan Co’as Praktikum.yang
4. Pengkuran Kualitas Perairan
telah ikut berpartisipasi besar dalam penelitian
Pertumbuhan lamun membutuhkan
tentang Studi Perbandingan Penutupan dan
salinitas optimum berkisar 24-35‰ (Hillman &
Kerapatan Lamun di Perairan Pewaringan
McComb dalam Hillman et al, 1989). Namun
Kecamatan Sekotong barat. Ucapan terimakasih
Menurut Hemminga & Duarte (2000), Beberapa
juga kami sampaikan kepada Mahasiswa Program
lamun dapat hidup pada kisaran salinitas 10-45‰.
Pendidikan Biologi semester lima yang juga ikut
Salinitas air laut di perairan pewaringan
berpartisipasi dalam pengambilan data lapangan.
mempunyai kisaran salinitas 40‰. Sesuai dengan
teori Hemmingan & Duarte (2000). Kisaran
salinitas tersebut dapat mendukung pertumbuhan
jenis lamun seperti yang di temukan di lokasi
DAFTAR PUSTAKA
penelitian, antara lain jenis Enhalus acoroides,
Adli, A. R. (2016). Profil Ekologi Lamun Sebagai
Halophila minor, Cymodocea rotundata,
Salah Satu Indikator Kesehatan Pesisir
Syringodium isoetifolium, Halodule ovalis,
Perairan Sabang Tende Kabupaten Tolitoli.
Halodule pinifolia. Tingginya salinitas tersebut di
Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, V(1),
sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
49-62.
sirkulasi air, penguapan, dan aliran sungai yang
barada dekat dengan lokasi penelitian. Asriyana, &. Y. (2012). Produktifitas Perairan.
Jakarta: Bumi Aksara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Fahruddin, M. Y. (2017). Kerapatan dan Penutupan
Kesimpulan Ekosistem Lamun di Pesisir Desa Bahoi,
Lamun yang ditemukan di perairan Desa Sulawesi Utara. Ilmu dan Teknologi
Pewaringan Kecamatan Sekotong barat, Lombok Kelautan Tropis, IX(1), 375-383.
Barat adalah Enhalus acoroides, Halophila minor, Fajarwati, S. S. (2015). Analisis Kondisi Lamun
Cynodocea rotundata, Syringodium isoetifoium, (seagrass) di Perairan Pulau Pramuka,
Halodule ovalis, dan Halodule pinifolia. Kondisi Kepulauan Seribu. Wahana Komunikasi
lamun di perairan Desa Pewaringan Kecamatan dan Informasi Geografi, XIII(1), 22-32.
Sekotong Barat, Lombok Barat berdasarkan
kerapatannya dikategorikan kedalam kondisi sangat Haris, A. G. (2012). Studi Kerapatan dan Penutupan
jarang (< 25 ind/m2) dan berdasarkan penutupan Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde,
lamun tergolong dalam kondisi kurang sehat Torani. Ilmu Kelautan dan Perikanan,
XXII(3), 256-262.
(37,38%/m2.
Harpiansyah, P. A. (2014). Struktur Komunitas
Saran Padang Lamun di Perairan Desa
Pengelolaan kawasan pesisir dan laut di Pengudang Kabupaten Bintan. Universitas
pewaringan masih kurang dilakukan masyarakat Maritim Raja Ali Haji.
dan pemerintah. Untuk itu diharapkan bagi
7 Praktikum Lapangan Biologi Laut
PENDIDIKAN BIOLOGI Januari 2019. FKIP. UNIVESITAS MATARAM

Hemminga, M. D. (2000). Seagrass Ecology.


Australia: Cambridge University Press.
Hillman, K. W. (1989). Productivity and Nutrient
Limitation of Seagrasses. Di dalam:
Larkum, A.W., McComb. D.A.J &
Shepherd, S.A. (eds). Biology of Seagrasses
. Netherland: Elsevier Science Publishers.
Hutomo, M. N. (2014). Panduan Monitoring
Padang Lamun. Jakarta: COREMAP CTI
LIPI.
Izuan, M. V. (2014). Kajian Kearapatan Lamun
Terhadap Kepadatan Siput Gonggong
(Strombus epidromis) di Pulau Dompak.
FIKP: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200.
(2004). Kriteria Baku Kerusakan dan
Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.
Meliala, A. S. (2015). Studi Tutupan dan Kerapatan
Lamun di Desa Sitardas Kecamatan Badiri
Kabupaten Tapanuli Tengah. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
Rifai, H. &. (2003). Struktur Komunitas Padang
Lamun di Perairan Pulau Mantehage
Sulawesi Utara. Ilmiah Platax, I(4), 1-7.
Sakey, W. (2015). Variasi Morfometrik pada
Beberapa Lamun di Perairan Semenanjung
Minahasa. I(1), 1-7.
Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir
dan Laut . Surabaya: Brilian Internasional.

8 Praktikum Lapangan Biologi Laut

Anda mungkin juga menyukai