PENDAHULUAN
1
karakter kepribadian yang unggul dan terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul.
Dalam Pelatihan Dasar ini juga diharapkan agar CPNS dapat menerapkan nilai-
nilai dasar yang terkandung dalam agenda tiga, Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Dengan diterapkan nilai-nilai
dasar ini, dapat meningkatkan mutu pelayanan publik dan menjadi PNS yang
mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya sehingga mampu melaksanakan
tugas jabatannya secara efktif dan efisien.
2
d. Tahapan Aktualisasi
Proses aktualisasi dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiridari lima rangkaian
kegiatan, yaitu merancang aktualisasi nilai dasar, mempresentasikan rancangan
aktualisasi, mengaktualisasikan nilai dasar di tempat tugas selama 30 hari kerja,
melaporkan pelaksanaan aktualisasi nilai dasar, mempresentasikan laporan
aktualisasi dan menyusun rencana aksi penyempurnaan aktualisasi nilai-nilai dasar
profesi ASN.
1. Merancang Aktualisasi
Dalam merancang aktualisasi ini, setiap peserta dituntut untuk :
1. Mengidentifikasi, menyusun, dan menetapkan isu atau permasalahanyang
terjadi dan harus segera dipecahkan;
2. Mengajuan gagasan pemecahan isu dengan menyusunnya dalam daftar
rencana, tahapan, dan output kegiatan;
3. Mendeskripsikan keterkaitan antara isu dan kegiatan yang disuslkan dengan
mata pelatihan Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of
Government dalam satu atau keseluruhan perspektif mata pelatihan, baik
secara langsung maupun tidak langsung;
4. Mendeskripsikan rencana pelaksanaan kegiatan dan kontribusi hasil
kegaiatan yang didasari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS
5. Mendeskripsikan hasil kegiatan yang dilandasi oleh substansi mata
pelatihan terhadap pencapaian visi, misi, tujuan organisasi dan penguatan
terhadap nilai organisasi.
3
3. Proses dan kualitas dalam mengelola dan menjalankan inisiatif dan
identifikasi dampak hasil inisiatif, level dampak, dan keberlangsungan
inisiatif;
4. Kontribusi hasil kegiatan terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi;
5. Kontribusi hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai organisasi.
3. Mengaktualisasikan Rancangan Aktualisasi
Setelah berada di tempat kerja,peserta dituntut untuk segera melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dengan penuh disiplin dan
tanggungjawab, sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.Terdapat 3 hal
mendasar yang perlu dilakukan peserta Pelatihan Dasar Kader PNS saat off
campus, yaitu :
1. Melakukan pendalaman terhadap core issue yang dipilih dan dukungan
konsep pokok mata pelatihan yang melandasi pemilihan core issue dan
penetapan inisiatif pemecahan core issue yang dipilih.
2. Melaksanakan penerapan terhadap usulan inisiatif baik berupa pikiran
konseptual dan atau aktivitas dalam rangka memecahkan core issue.
3. Melakukan analisis terhadap dampak hasil inisiatif danmenjaga
keberlangsungan inisiatif yang telah dilakukan.
4. Melaporkan Pelaksanaan Aktualisasi
Padasaat melaksanakan pembelajaran aktualisasi di tempat kerja selama masa off
campus, peserta menyusun atau membuat periode tertentu sesuai kesepakatan
bimbingan dengan Coach dan Mentor dengan memanfaatkan berbagai media
komunikasi yang dapat diakses untuk mempermudah proses bimbingan. Proses
ini dimulai ketika peserta kembali ke tempat kerja peserta hingga kembali ke
tempat pelatihan dengan menggunakan format yang sederhana dan komunikatif
di bawah bimbingan coach.
Muatan laporan aktualisasi adalah deskripsi core issue yang terjadi dan strategi
pemecahannya, proses menerapkan inisiatif gagasan kreatifitas yang telah
dirancang yang didukung oleh bukti-bukti berupa dokumen, notulensi, foto,
video, rekaman, dan sebagainya, serta mendeskripsikan analisis terhadap
dampak yang ditimbulkan.
4
5. Mempresentasikan Laporan Aktualisasi
Tujuan presentasi ini adalah untuk mendapatkan penilaian atas aktualisasi yang
telah dilakukan dan mendapatkan masukan agar ke depannya kualitas aktualisasi
dapat dilanjutkan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya. Ada beberapa
komponen utama yang harus dipresentasikan peserta adalah :
1. Argumentasi terhadap core issue yang dipilih yang didukung konsep
pokok mata pelatihan dan penetapan inisiatif pemecahan core issue yang
dipilih.
2. Proses dan kualitas mengelola dan menjalankan inisiatif, dan identifikasi
dampak hasil inisiatif, level dampak dan keberlangsungan inisiatif.
3. Kontribusi hasil kegiatan terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi.
4. Kontribusi hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai organisasi
5
dan penataan perumahan, kawasan permukiman beserta sarana dan prasarana
pendukung yang berkualitas dan berkelanjutan. ; Mewujudkan pengelolaan dan
penataan pertamanan, ruang terbuka hijau dan pemakaman yang nyaman dan asri. ;
Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana serta SDM yang
mendukung terwujudnya perumahan, kawasan permukiman dan ruang terbuka hijau
yang tertata, nyaman, dan berkelanjutan.
Kota Batam
6
1.7 Gambar Struktur Organisasi Puskesmas
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT, PERMUKIMAN DAN PERTAMANAN SUB BIDANG PERUMAHAN
RAKYAT KOTA BATAM
SEKSI RUMAH SUSUN SEKSI RUMAH UMUM DAN SEKSI RUMAH KHUSUS
KOMERSIL DAN SWADAYA
7
8
9
Kedudukan penulis dalam struktur organisasi yaitu Pengelola Perumahan dan
Permukiman dimana nama penulis tidak ada pada struktur organisasi dikarenakan
Penulis masih bagian dari staff Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan
Petamanan.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Membentuk PNS profesional yang berkarakter yaitu PNS yang dibentuk
oleh sikap perilaku nilai – nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI, serta menguasai bidan tugasnya sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesionalisme sebagai pelayana
masyarakat.
Peserta mampu menyusun rancangan aktualisasi dengan
menginternalisasikan perilaku, nilai – nilai dasar PNS, , dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI, serta menganalisis dampak
kegiatan di unit kerja.
b. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas aktualisasi dan menanamkan nilai – nilai ANEKA
dalam kegiatan Habitualis seperti nilai jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung
jawab, kerja keras, kesederhanaan, berani, adil, kerjasama, terbuka, transparan
dan lainnya. Diharapkan semua rancangan kegiatan yang telah disusun dapat
berjalan lancer selama proses aktualisasi dan habituasi mengenai upaya dalam
menentukan calon Penerima Bantuan Peningkatan Kualitas rumah swadaya di
Kota Batam sehingga bantuan tersalurkan dengan tepat sasaran.
2. Manfaat
a. Bagi peserta
1. Mampu menerapkan perilaku sesuai dengan nilai – nilai ASN
dilingkungan kerja yang berupa akuntabilitas, nasionalisme, etika public,
komitmen mutu, dan anti korupsi ( ANEKA ).
2. Memiliki pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
untuk menjalankan fungsi ASN sebagai kebijaksan public, pelayan
public, dan perekat dan pemersatu bangsa.
10
3. Mampu mengidentifikasi jika perilaku bela negara, penerapan nilai –
nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan PNS dalam NKRI
Tidak Diterapkan.
4. Dengan dilakukannya proses aktualisasi dan habituasi mengenai upaya
dalam menentukan calon Penerima Bantuan Peningkatan Kualitas rumah
swadaya di Kota Batam sehingga bantuan tersalurkan dengan tepat
sasaran.
b. Bagi Organisasi
1. Mendapatkan PNS yang berkarakter yang mampu menerapkan perilaku
bela negara, menerapkan nilai – nilai PNS dan memahami kedudukan
PNS dalam NKRI.
2. Meningkatkan mutu pelyanan di Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman,
dan Pertamanan
1.4 Ruang Lingkup
Aktualisasi ini berkaitan dengan penyelesaian isu yang di temukan di Dinas
Perumahan Rakyat, Permukiman, dan Pertamanan yang merupakan salah satu
penyalur bantuan rumah Swadaya kepada masyarakat Kota Batam,sehingga
perlunya data calon penerima bantuan program Peningkatan Kualitas Rumah
Swadaya di Kota Batam. Pelaksanaan ini diaktualisasi kan mulai tanggal 12 Juli –
19 Agustus 2019. Rencana kegiatan dan tahapan dalam rancangan ini berkaitan
dengan tugas dan fungsi dari penulis.
a. Peserta
Nama : LQ PARULIAN SANJAYA. S. A.md
NIP : 199506202019031001
Tempat/Tanggal Lahir : Batam/ 20 Juni 1995
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bida ayu Blok B4 No 20, Tanjung Piayu Batam
Pangkat/Gol.Ruang : Pengatur/IIc
Jabatan : Pengelola Perumahan dan Permukiman
11
1.5.1 Analisis Isu
Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam (Dinas
Perakimtan) dibentuk Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 10 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Penyusunan Perangkat Daerah Kota Batam. Dinas
Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam, mempunyai tugas
pokok membantu Walikota dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah dibidang Perumahan Rakyat, Permukiman dan
Pertamanan dan tugas pembantuan yang diberikan kepada walikota. OPD ini
dipimpin seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah. Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota
Batam (Dinas Perakimtan) memiliki sub bagian Perumahan Khusus dan Rumah
Swadaya yang tugas dan fungsinya sesuai dengan Permen PUPR No
21/PRT/M/2017, dimana selama penulis melaksanakan tugas di Dinas Perumahan
Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam (Dinas Perakimtan) yang terdiri
dari :
1. Upaya memberi penjelasan Program Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya
kepada Kelurahan yang mendapat bantuan Program Peningkatan Kualitas
Rumah Swadaya Kota Batam.
2. Belum optimalnya Nilai Pelayanan Publik di lingkungan di Dinas
Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam (Dinas
Perakimtan)
3. Belum optimalnya pengelolaan berkas di Sub Bidang Rumah Khusus dan
Rumah Swadaya Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan
Kota Batam (Dinas Perakimtan)
4. Belum optimalnya database Penerima bantuan Program Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya Kota Batam.
5. Upaya mengoptimalkan penetuan calon penerima bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya kepada Kelurahan yang mendapat
bantuan Program Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya Kota Batam.
12
Kelayakan ). Aktual artinya isu tersebut benar – benar terjadi, kekhalayakan
artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak, problematika artinya
isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, kelayakan artinya isu
tersebut masuk akal dan realitis serta relevan untuk dicari pemecahan
masalahnya.
Dalam menentukan prioritas masalah, pertama penulis menggunakan
metode AKPK untuk memilih 1 dari 5 isu yang ada, dengan mentapkan rentang
penilaian ( 1- 5 ) kemudian dilanjutkan dengan metode USG ( Urgency,
Seriousness, dan Growth ) untuk memastikan isu paling tertas hasil metode
AKPK. Analisa dilakukan dengan menggunkan table angka dan tanpa cheklist.
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode AKPK tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut :
Kriteria AKPK
NO Identifikasi Isu Prioritas Total Prioritas
A K P K
1 Upaya memberi penjelasan
Program Peningkatan Kualitas
Rumah Swadaya kepada
Kelurahan yang mendapat 5 3 2 3 13 II
bantuan Program Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya
Kota Batam.
2 Belum optimalnya Nilai
Pelayanan Publik di
lingkungan di Dinas
Perumahan Rakyat, 2 3 2 2 9 V
Permukiman dan Pertamanan
Kota Batam (Dinas
Perakimtan)
3 Belum optimalnya
pengelolaan berkas di Sub
Bidang Rumah Khusus dan
Rumah Swadaya Dinas
3 3 2 2 10 IV
Perumahan Rakyat,
Permukiman dan Pertamanan
Kota Batam (Dinas
Perakimtan)
13
4. Belum optimalnya database
Penerima bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah 3 3 3 3 12 III
Swadaya Kota Batam.
5. Upaya mengoptimalkan
penetuan calon penerima
bantuan Program Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya
kepada Kelurahan yang 5 4 5 3 17 I
mendapat bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah
Swadaya Kota Batam.
Kriteria AKPK
NO Identifikasi Isu Prioritas Total Prioritas
A K P K
1. Upaya memberi penjelasan
Program Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya
kepada Kelurahan yang 5 5 5 5 20 II
mendapat bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah
Swadaya Kota Batam.
14
2. Belum optimalnya database
Penerima bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah 3 3 3 3 12 III
Swadaya Kota Batam.
3. Upaya mengoptimalkan
penetuan calon penerima
bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah
Swadaya kepada Kelurahan 3 3 3 3 12 I
yang mendapat bantuan
Program Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya
Kota Batam.
Keterangan :
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth
1.6 Rumusan Isu
Setelah dilakukan analisi isu alat bantu analisis AKPK dan USG, maka isu
yang perlu ditindak dan dilakukan perbaikan segera serta diprioritaskan adalah
Upaya mengoptimalkan penetuan calon penerima bantuan Program Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya di Kelurahan yang mendapat bantuan Program
Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya Kota Batam..
1.7 Identifikasi Sumber Isu
Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya merupakan program pemerintah untuk
mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam peningkatan kualitas rumah.
Maka Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam untuk
merealisasikan program pemerintah tersebut melakukan penyeleksian calon
penerima bantuan agar tepat sasaran. Adapun langkah yang penulis lakukan dalam
menentukan tepatnya calon penerima bantuan adalah membentuk tim fasilitator
lapangan dan Koordinator Fasilitator yang mana akan bertugas untuk mensurvei
warga calon penerima bantuan yang layak untuk mendapatkan bantuan. Hasil dari
survei tersebut menjadi data yang akan diusulkan kepada kepala daerah sebagai
penerima bantuan. Melalaui Surat Keputusan Kepala Daerah yang berisi data calon
penerima Bantuan Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan akan
15
melaksanakan peningkatan kualitas rumah warga danpelayanan yang diberikan
haruslah sesuai agar Tercapai tujuan visi dan misi. Isu yang diangkat berkaitan
dengan Peran dan Kedudukan ASN dalam Pelayanan Publik.
Dalam aktualisasi isu, dilakukan kerjasama antara Dinas Perumahan Rakyat,
Permukiman, dan Pertamanan Kota Batam dan Kelurahan lokasi Penerima Bantuan
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan yang profesionalisme serta
akuntabilitas.
1.8 Lembar Komfirmasi
Tabel 1.3
Persetujuan Coach dan Mentor
PERSETUJUAN COACH DAN MENTOR
COACH MENTOR
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Akuntabilitas
1. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya kedua hal tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggungjawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS
adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
17
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan public dengan kepentingan sector,
kelompok, dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktisi
3. Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan public
4. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggaraan pemerintah.
2. Nilai-Nilai Akuntabilitas
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel dari atas kebawah dimana pimpinan memainkan
peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya. Pimpinan
mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan
memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya komitmen
yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif
bagi pihak lain yang berkomitmen pula, terhindarnya dai aspek-aspek yang
dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan politisi maupun
keterbatasan sumber daya, sehingga dengan adanya saran dan penilaian yang
adil dan bijaksana sebagai solus.
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah :
a. Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama
antara kelompok internal dan eksternal;
b. Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak
seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
c. Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-
keputusan;Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada
pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas
18
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hokum yang berlaku, undang-undang, kontrak,
kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi,
dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik.
4. Tanggung jawab
Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas perorangan dan responsibilitas
institusi.
a. Responsibilitas Perorangan :
Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan
dan tindakan yang telah dilakuan.
Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan
keputusan
Adanya keterlibatan konstituen yang tepat.
b. Responsibiltas Institusi :
Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan
Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensi.
Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
fungsinya untuk melindungi sumber daya organsasi
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara
dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini akan
melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.
19
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya dikatakan akuntabel,
mereka harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
9. Konsistensi
Konsistensi menjadi stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah
kebijakan, prosedur, sumber daya akan memilki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya
komitmen dan kredibiltas anggota organisasi.
b. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan Negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila
adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan
tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Rasa kebangsaan adalah
kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan
masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.
Fungsi dan peranan Pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara :
1. Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai ciri-ciri dan tujuan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
4. Pancasila sebagai pandangan hidup untuk mempersatukan bangsa.
20
dan santun dalam memberikan pelayanan, variasi model pelayanan,
kenyamanan, bersikap adil dan deskriminatif.
2. ASN yang berintegritas tinggi, dengan melaksanakan tugasnya dengan jujur,
bertanggungjawab dan berintegritas tinggi, melaksanakan tugasnya dengan
cermat dan disiplin, melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan,
melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan, menjaga kerahasiaan yang menyangkut
kebijakan Negara, menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien, menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan dalam menjalankan tugas, memberikan informasi secara benar
dan tidak menyesakan kepada pihak lain yang memerlukan informasi, tidak
menyalahgunakan informasi, dan melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. ASN sebagai pemersatu bangsa yang bersikap netral dan adil, mengawali
kepntingan kelompok-kelompok minoritas, menjadi teladan dilingkungan
masyarakat.
c. Etika Publik
Etika publik merupakan penuntun perilaku yang paling mendasar, norma etika
justru sangat menentukan perumusan kebijakan maupun pola tindakan yang ada
didalam organisasi publik. Jika aparat pemerintah maupun masyarakat memiliki
dasar norma etika yang kuat, ketaatan terhadap norma hukum akan mengikuti dan
biasanya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk penyimpangan lain
akan dapat dicegah sejak dini.
Kode etik adalah rumusan tentang kaida-kaidah atau norma yang harus ditaati
secara sukarela oleh para pegawai didalam organisasi publik. Setiap jenjang
pemerintah memiliki lingkup kekuasaan masing-masing yang dipegang oleh
pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang pejabat, semakin besar juga
implikasi dari penggunaan kekuasaan bagi warga masyarakat.Oleh sebab itu, azas
etika publik mensyaratkan agar setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan
norma etika maupun norma hukum.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode tik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:
21
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegrasi tinggi.
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintah
e. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
f. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggungjawab, efektif dan efisien.
g. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
h. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan
i. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau untuk orang lain.
j. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integrasi ASN.
k. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
22
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
d. Komitmen Mutu
Terdapat empat elemen pada komitmen mutu, yaitu :
1. Efetktivitas
Efektifitas menunjukan tingkat ketercapaian target yang telahdirencanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
2. Efisiensi
Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan
sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme
yang ke luar alur.
3. Inovasi
Suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah adaatau yang sudah dikenal
sebelumnya dan bermanfaat.
a. Mutu
Mutu mencerminkan keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan
melampaui harapannya. Mutu adalah salah satu standaryang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan
sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis
lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing.
23
d. Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang
e. Membangun kerjasama antara pegawai yang dilandasi kepercayaan
dan kejujuran
f. Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal
maupun eksternal
g. Menampilkan kinerja tanpa cacat dan tanpa pemborosan, sejak
memulai setiap pekerjaan.
h. Menjalankan fungsi pengawasan secara efektif dan efisien dalam
bekerja.
e. Anti Korupsi
Korupsi adalah perbuatan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara(UU Nomor
31 tahun 1999 dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi)
Ciri-ciri korupsi:
a. Dilakukan lebih dari 1 orang.
b. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin diraih.
c. Berhubungan dengan kekuasaan atau kewenangan tertentu.
d. Berlindung dibalik pembenaran hokum
e. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum.
f. Menghianati kepercayaan.
Faktor benyebab korupsi :
a. Penegak hukum tidak konsisten.
b. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan.
c. Langkahnya lingkungan anti korupsi.
d. Rendahnya pendapatan penyelenggara Negara
e. Kemiskinan, keserakahan.
f. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
g. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah dari pada keuntungan
korupsi
h. Budaya perisif atau serba membolehkan.
i. Gagalnya pendidikan agama dan etika.
24
Tujuh kelompok tindak pidana korupsi berdasarkan UU Nomor 31
Tahun 1999 jo UU No 21 Tahun 2001, yaitu :
1. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelola ASN untuk pengelolaan ASN untuk
mengahasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etikaprofesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
25
nepotisme.Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumberdaya aparatur sipil Negara
angunggul selaras dengan perkembangan zaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna untuk menciptakan birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam
UU ASN tersebut harus jelas.Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
26
penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering
terjadi adanya isu putra daerah yang hamper terjadi dimana-mana sehingga
perkembangan birokrasi menjadi di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan
ancaman bagi kesatuan bangsa.
2. Peran ASN
Untuk menjankan kedudukannnya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik
2) Pelayanan publik
3) Perekat dan pemersatu bangsa
27
tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk profesional
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau
masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditunjukan untuk
memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu :
1. Organisasi penyelenggaraan pelayanan public
2. Penerima layanan, yaitu orang, masyarakat atau orgamisasi yang
berkepentingan
3. Kepuasan yang diberikan atau diterima oleh penerima layanan
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah;
a. Partisipatif
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi hasil.
b. Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga Negara untuk
mengetahui segala hal terkait pelayanan publik yang
diselenggarakan. Masyarakat juga harus diberi akses untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila merasa
tidak puas terhadap pelayanan publik pemerintah.
28
c. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga Negara.
Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai agen pelayanan public.
a. Tidak diskriminatif
Tidak ada perbedaan pemberian layanan kepada masyarakat atas
dasar perbedaan identitas warga Negara.
b. Mudah dan murah
g. Berkeadilan
Penyelenggara pelayanan public harus dapat dijadikan sebagai alat
pelindung kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
29
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok kuat.
c. Whole of Government
WoG adalah sebuat pendekatan penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sector dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan public, oleh karena itu WoG juga dikenal
sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Terdapat beberapa alas an yang menyebabkan mengapa WoG menjadi penting
dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Pertama, adalah adalah faktor-faktor eksternal seperti dorongan public dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan pemerintah yang lebih baik, selain itu perkembangan teknologi
informasi, situasi dan dinamika kebijakan dan layanan public. Kedua, terkait faktor-
faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai
akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrasi bangsa. Dalam hal ini WoG menjadi penting, karena diperlukan sebuah
upaya untuk memahami pentingnya kebersamaan dari seluruh sektor guna mencapai
30
tujuan bersama. Sikap, perilaku, dan nilai yang berorientasi sektor harus dicairkan
dan dibangundalam fondasi kebangsaan yang lebih mendasar, yang mendorong
adanya semangat persatuan dan kesatuan.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa Negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus
3. Membentuk gugus tugas
4. Koalisi social
Terdapat beberapa tantangan dalam penerapan WoG, yaitu kapasitas SDM dan
institusi, nilai dan budaya organisasi dan kepemimpinan jenis pelayanan publiknyang
dapat didekati dengan pendekatan WoG adalah pelayanan yang bersifat administratif,
pelayanan jasa, pelayanan barang, pelayanan regulative. Dalam memanfaatkan
pendekatan WoG, terdapat beberapa prasyarat agar pendekatan dapat diterapkan
antara lain budaya dan filosofi, cara kerja yang baru, cara baru pengembangan
kebijakan, mendesain program dan pelayanan. Kategori hubungan kelembagaan
dalamWoG, yaitu koordinasi, integritas dan kedekatan dan pelibata.
31
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
1. Unit kerja :
Kegiatan Aktualisasi Upaya mengoptimalkan penetuan calon penerima bantuan
Program Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya kepada Kelurahan yang mendapat
bantuan Program Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya Kota Batam.
2. RancanganKegiatan
3. RancanganAktualisasi
32
Belum optimalnya penerapan Pencegahan Infeksi pada alat bekas pakai (partus
set) pada ruang persalinan di Puskesmas Letung
4. IdentifikasiIsu :
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-kompenen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan, dan tenaga kesehatan untuk mengurangi infeksi karena
bakteri, virus dan jamur. Salah satu yang menyebabkan petugasnya tidak
melakukan tindakan sesuai dengan SOP yaitu karna belum optimalnya upaya
penerapan pencegahan infeksi pada alat partus di Puskesmas Letung, sehingga
lupa akan prinsip pencegahan infeksi yaitu setiap orang (orang, bayi baru lahir,
penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan infeksi penyakit karena
infeksi dapat bersifat tanpa gejala. Sehingga bisa terjadi ketidak puasan pasien
karna tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan, serta dengan adanya
ketidakpuasan pasien maka berkurangnya mutu pelayanan. pelayanan prima
merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang
memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan
dan kepuasan pelanggan/masyarakat.Maka kesesuaian antara SOP dan
pelayanan yang diberikan haruslah sesuai agar tercapainya tujuan visi dan misi
.isu yang diangkat berkaitan dengan mata pelajaran Manajemen ASN. Dalam
aktualisasi isu, dilakukan kerjasama antara ruang persalinan serta kepala
puskesmas dan tenaga medis lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan yang profesionalisme serta akuntabilitas .
5. Isu yang diangkat :
Belum Optimalnya Penerapan Upaya Pencegahan Infeksi Alat Bekas Pakai
(Partus Set) pada Ruang Persalinan di Puskesmas Letung
6. Gagasan Pemecahan Isu :
Penerapan upaya pencegahan infeksi alat bekas pakai (partus set) pada ruang
persalinan di Puskesmas Jemaja
33
34
35