Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan sehari -hari.Untuk
memenuhi kebutuhan tubuh kita memerlukan makanan yang memiliki gizi dan kualitas bahan
makanan yang baik. Makanan yang berkualitas akan memberikan dampak baik bagi
kesehatan tubuh demikian sebaliknya makanan yang mengandung zat berbahaya akan mem
bahayakan bagi kesehatan tubuh.
Dengan perkembangan zaman saat ini dan pengaruh ilmu pengetahuan di bidang
pangan, makanan ditambahkan dengan bahan kimia. Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan kota Bandung, bahan tambahan pangan ditambahkan pada makanan bertujuan
untuk mengawetkan pangan, membentuk pangan, memberikan warna, meningkatkan kualitas
pangan, menghemat biaya, memperbaiki tekstur,meningkatkan cita rasa dan meningkatkan
stabilitas.
Peraturan Menteri Kesehatan memberikan batasan penggunaan pada setiap bahan
tambahan pangan pada makanan. Seperti pada bahan tambahan pangan berupa pewarna.
Penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun yang dilarang) diatur
dalam surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui
surat keputusanMenteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan
pada makanan. Untuk penggunaan bahan tambahan pangan berupa pewarna pemerintah
menetapkan batasan penggunaan sebesar 30 –300 mg/kg bahan makanan.Dengan adanya
peraturan pemerintah tentang bahan pewarna hendaknya para produsen makanan mentaati
ketetapan yang telah ditentukan pemerintah tersebut agar bahan makanan yang dijual tidak
berbahaya. Akan tetapi masih adanya para pedagang makanan yang menambahkan zat
berbahaya pada makanan yang dijual. Menurut data BPOM kota Bandung tahun 2012,
sebanyak 9% penyalahgunaan zat berbahaya pada jajanan anak.Jumlah ini meningkat dari
tahun sebelumnya yang hanya 2%. Zat berbahaya ini berupa borak, formalin dan bahan
pewarna 2 buatan yang berbahaya yaitu rhodamin B dan metanil yellow.Penggunaan bahan
pewarna berbahaya ini tentu akan memberikan dampak yang buruk terhadap konsumen
berupa gangguang kesehatan.
Dinas Kesehatan menyebutkan bahwa penggunaan bahan pewarna berbahaya dapat
mengakibatkan keracunan, iritasi saluran pencernaan, kerusakan jaringan, gangguan fungsi
hati hingga kanker hati. Reni Wulan Sari, M.Kes dalam bukunya Dangerous Junk
Food(2008), menuliskan bahwa pewarna buatan masih diminati oleh para produsen makanan
karena harga yang jauh lebih murah dibandingkan pewarna alami dan memiliki stabilitas
yang lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun telah melalui proses pengolahan
dan pemanasan.Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah menggunakan bahan pewarna
makanan tradisional yang berasal dari bahan alami seperti kunyit untuk warna
kuning dan dan suji untuk warna hijau. Dikarenakan tidakmengandung bahan kimia, pewarna
alami lebih bagi kesehatan dibandingkan pewarna buatan. Pewarna alami juga memiliki
kandungan gizi dikarenakan terbuat dari bahan yang alami. Tetapi pewarna alami juga
memiliki kekurangan.
Reni Wulan Sari, M.Kes juga menyebutkan bahwa pewarna alami tidak stabil dalam
penyimpanan, kualitas warna dari pewarna alami akan berkurang dikarenakan suhu dan
kondisi lingkungan lainnya. Warna yang dihasilkan pewarna alami tidak secerah warna yang
dihasilkan pewarna buatan dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pengolahannya. Menurut Naftalia Kusumawardhani, M.Si,Psi, tidak ada warna khusus yang
disukai oleh anak, anak cenderung menyukai warna cerah dan memiliki ketakutan terhadap
sesuatu yang gelap .Oleh karena warna cerah yang dihasilkan pewarna buatan dalam produk
makanan seperti jajanan anak sekolah lebih disukai konsumen khususnya anak-anak.
Kenyataannya konsumen akan sulit membedakan makanan yang mengandung pewarna alami
ataupun pewarna buatan. Sehingga diperlukan adanya perhatian lebih. Bagaimana cara
membedakannya, bahaya yang ditimbulkan hingga kandungannya. Oleh karena itu makalah
ini dibahas mengenai hal - hal yang berkaitan dengan zat pewarna pada makanan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas identifikasi masalah yang dapat dijelaskan dari perancangan ini
adalah :
1. Pewarna buatan masih digunakan sebagai bahan pewarna makanan melebihi batas
yang telah ditentukan pemerintah sebesar 30 – 300 mg/kg bahan makanan.
2. Masih adanya penggunaan bahan pewarna yang telah dilarang pada makanan yaitu
rhodamin B dan metanil yellow.
3. Penggunaan bahan pewarna buatan yang berlebihan dan pewarna yang
dilarang dalam bahan makanan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
4. Warna yang dihasilkan pewarna buatan lebih cerah daripada warna
yang dihasilkan pewarna alami
5. Warna cerah yang dihasilkan pewarna buatan lebih menarik minat konsumen
khususnya anak - anak.
6. Pewarna alami kurang efektif dan efisien.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Penggunaan bahan pewarna buatan yang berlebihan karena didorong oleh tujuan
promosi penjualan makanan sehingga terjadinya penggunaan pewarna buatan
yang melebihi batas maksimum yang telah ditentukan.
2. Berhubung dengan penggunaan bahan pewarna buatan yang berlebihan pada
makanan dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia maka regulasi
penggunaannya harus dilaksanakan secara ketat dan masyarakat konsumen perlu
diberi pemahaman yang memadai.
1.4 Batasan Masalah
Masalah dibatasi pada penggunaan pewarna buatan pada kerupuk lilit berwarna merah
dan kuning di Pasar Rajawali Kota Palangkaraya.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya yang mengkonsumsi makanan yang
mengandung pewarna buatan akan pentingya mengkonsumsi makanan sehat.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan karena
mengkonsumsi pewarna buatan secara berlebihan.

1.6 Manfaat penelitian


Memberikan informasi pada masyarakat dan instansi terkait tentang ada tidaknya zat
warna berbahaya yang masih digunakan sebagai zat pewarna makanan yaitu
Rhodamin B dan methanil yellow pada kerupuk lilit yang di pasarkan di Pasar
Rajawali Kota Palangkaraya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Tambahan Pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI
nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih
secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Berikut ini adalah penggolongan
BTP (Depkes RI, 2007) :
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.
Contoh pewarna alami : Karamel (gula yang digosongkan), beta karoten (ekstrak
umbi wortel), dan kurkumin (ekstrak umbi kunyit).
2. Pemanis Buatan
Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu :
a) Rasanya lebih manis
b) Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
c) Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah
sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes).
d) Harganya lebih murah
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat
memperbaiki tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua,
yaitu pewarna alami dan sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna
khusus makanan (food grade). Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan
industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna nonmakanan
atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto, 2006).
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada
makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun
penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya,
BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambal
botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna
dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan
histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan
dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013)
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang
dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga
berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.
Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti
triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan
keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan
N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl
yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam
senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen (Nizma, 2013)

BAB III
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat
1) Beaker Glass 100 ml
2) Timbangan Analitik
3) Batang Pengaduk
4) Corong
5) Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
6) Pipet ukur 10 ml
7) Pipet tetes
8) Botol semprot
9) Blender

Bahan
1) Sampel kerupuk lilit merah 20 gram
2) Sampel kerupuk lilit kuning 20 gram
3) Aquadest
4) HCl pekat
5) H2SO4 pekat
6) NaOH 10%
7) NH4OH 10%
8) Kertas saring

BAB IV
PROSEDUR KERJA
Identifikasi Rhodamin B
Timbang sebanyak 20 gram sampel kerupuk lilit merah

Larutkan dengan 100 ml aquadest dihomogenkan lalu disaring dan tampung

Ambil filtrat masing – masing sebanyak 5 ml lalu masukkan kedalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan cara menambahkan pereaksi HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10%, dan NH4OH 10% pada masing – masing tabung reaksi sebanyak 3 tetes

Amati reaksi yang terjadi

Jika terbentuk warna merah muda maka sampel menunjukkan hasil positif menggunakan
rhodamin B

Identifikasi Methanil Yellow


Timbang sebanyak 20 gram sampel kerupuk lilit merah

Larutkan dengan 100 ml aquadest dihomogenkan lalu disaring dan tampung

Ambil filtrat masing – masing sebanyak 5 ml lalu masukkan kedalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan cara menambahkan pereaksi HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10%, dan NH4OH 10% pada masing – masing tabung reaksi sebanyak 3 tetes

Amati reaksi yang terjadi

Jika terbentuk warna merah ungu maka sampel menunjukkan hasil positif pada reaksi HCl
pekat dan H2SO4 pekat, Hasil positif pada pereaksi NaOH 10% dan NH4OH 10% jika
terbentuk warna jingga.

BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
Berat sampel kerupuk lilit merah = 20,0587 gram
Berat sampel kerupuk lilit kuning = 20,0462 gram
1.1Kontrol positif
Identifikasi Prosedur Kerja Hasil
Kontrol positif rhodamin Timbang 0,1 gram Merah muda
B rhodamin B (Positif)

Tambahkan aquadest ad
100 ml

Diteteskan larutan uji
Kontrol positif Methanil Timbang 0,1 gram
Yellow methanil yellow HCl pekat + H2SO4
↓ positif berwarna merah
Tambahkan aquadest ad ungu
100 ml
↓ NaOH 10%, NH4OH
Diteteskan larutan uji 10% positif berwarna
jingga
1.2 Kelompok II (Kerupuk lilit merah)
No. Prosedur Kerja Hasil Keterangan
1. 20,087 gram sampel Merah
(Perlakuan dilarutkan dalam 100 muda
Sampel) ml aquadest dan
disaring

5 ml filtrat → 4
tabung

2. + HCl pekat 3 tetes Merah (+)
(Pengujian I) ↓ muda
+ H2SO4 pekat 3 Merah (+)
tetes muda

+ NaOH 10% 3 tetes Merah (+)
muda
3. + HCl pekat 3 tetes Merah (+)
(Pengujian II) ↓ muda
+ H2SO4 pekat 3 Merah (+)
tetes muda

+ NaOH 10% 3 tetes Merah (+)
muda

Kelompok II (kerupuk lilit kuning)


No. Prosedur Kerja Hasil Keterangan
1. 20,087 gram Kuning bening
(Perlakuan sampel dilarutkan
Sampel) dalam 100 ml
aquadest dan
disaring

5 ml filtrat → 4
tabung

2. + HCl pekat 3 Kuning pucat (-)
(Pengujian I) tetes
↓ (-)
+ H2SO4 pekat 3 Kuning pucat
tetes
↓ (-)
+ NaOH 10% 3 Kuning pucat
tetes
3. + HCl pekat 3 Kuning pucat (-)
(Pengujian II) tetes
↓ (-)
+ H2SO4 pekat 3 Kuning pucat
tetes

+ NaOH 10% 3 Kuning pucat (-)
tetes
1.3 Data Kelas
Rhodamin B
Rhodamin B
Ke
Sampel Duplo HCl H2SO4
l NaOH 10% NH4OH 10%
pekat pekat
Putih
Putih Putih Putih
kemerah
1 Puding 1 kemerahmud kemerahmud kemerahmudaan
mudaan
aan (-) aan (-) (-)
(-)
Putih
Putih Putih Putih
kemerah
2 kemerahmud kemerahmud kemerahmudaan
mudaan
aan (-) aan (-) (-)
(-)
Kerupu Merah Merah muda Merah muda
2 k lilit 1 Merah muda (+)
muda (+) (+) (+)
merah
Merah Merah muda Merah muda
2 Merah muda (+)
muda (+) (+) (+)
Keruh
Keruh merah Keruh merah Keruh merah
3 Sosis 1 merah
muda (-) muda (-) muda (-)
muda (-)
Keruh
Keruh merah Keruh merah Keruh merah
2 merah
muda (-) muda (-) muda (-)
muda (-)

Kue ↓ Merah ↓ Merah ↓ Merah


4 1 ↓ Merah muda
Lapis muda muda muda
↓ Merah ↓ Merah ↓ Merah
2 ↓ Merah muda
muda muda muda
Saos Merah (-) Merah (-) Merah (-) Merah (-)
5 1
Tomat
2 Merah (-) Merah (-) Merah (-) Merah (-)
Merah
Merah muda Merah muda Merah muda
6 Ghetuk 1 muda
pucat (-) pucat (-) pucat (-)
pucat (-)
Merah
Merah muda Merah muda Merah muda
2 muda
pucat (-) pucat (-) pucat (-)
pucat (-)
Mie Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)
7 1
Yamin
2 Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)

Kue (-) (-) (-) (-)


8 1
apam
2 (-) (-) (-) (-)

Bon (-) (-) (-) (-)


9 1
cabe
2 (-) (-) (-) (-)

Kue
ongol –
10 ongol / 1 (-) (-) (-) (-)
Lapis
kentang

2 (-) (-) (-) (-)

Kue
11 bolu 1 (-) (-) (-) (-)
gulung
2 (-) (-) (-) (-)

Jely (-) (-) (-) (-)


12 1
merah
2 (-) (-) (-) (-)

Methanil Yellow
Rhodamin B
Ke
Sampel Duplo HCl H2SO4 NH4OH
l NaOH 10%
pekat pekat 10%
Bolu Putih Putih Putih Putih
1 1 kekuninga kekuningan kekuningan kekuningan
kuning
n (-) (-) (-) (-)
Putih Putih Putih Putih
2 kekuninga kekuningan kekuningan kekuningan
n (-) (-) (-) (-)
Kerupu Kuning Kuning Kuning Kuning
2 k lilit 1
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
kuning
Kuning Kuning Kuning Kuning
2
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
Biskuit Bening (-) Bening (-) Bening (-) Bening (-)
3 1
gula
2 Bening (-) Bening (-) Bening (-) Bening (-)
Rainbo Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
4 1
w cake
2 Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
Bingka Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
5 1
kentang
2 Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
Merah Merah Merah
Bika Merah muda
6 1 muda muda pucat muda pucat
ambon pucat (-)
pucat (-) (-) (-)
Merah Merah Merah
Merah muda
2 muda muda pucat muda pucat
pucat (-)
pucat (-) (-) (-)
Nasi Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)
7 1
kuning
2 Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)

8 Somay 1 (-) (-) (-) (-)


2 (-) (-) (-) (-)

Roti (-) (-) (-) (-)


9 1
manis
2 (-) (-) (-) (-)

10 Prol 1 (-) (-) (-) (-)


singkon
g kukus
2 (-) (-) (-) (-)

Kerpik
11 singkon 1 (-) (-) (-) (-)
g
2 (-) (-) (-) (-)

Jelly (-) (-) (-) (-)


12 1
kuning
2 (-) (-) (-) (-)

2. Pembahasan
Nama : Novanita Puspa Kencana
NPM : 15.71.106574

Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan


sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk
memperbaikiwarna, bentuk, cita rasa, tekstur atau memperpanjang daya
simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
membuat bahan lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan
pangan. Diantara beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan
adalah pemanis dan pewarnasintetis(Winarno,2004).
Zat Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses
pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan agar kelihatan lebih
menarik(Winarno,2004).
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua golongan
yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.
1. Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang zat warnanya diperoleh dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan seperti: karamel, coklat, daun suji, daun pandan dan
kunyit.
Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain:
a) Klorofil; yaitu zat warna alami hijau yang terdapat pada daun
b) Mioglobulin dan Hemoglobin; adalah zat warna merah pada daging.
c) Karotenoid; adalah kelompok pigmen yang berwarna orange, merah
orange dan larut dalam lipid.
d) Anthosiamin dan Anthoxanthim; warna pigmen merah, biru violet
terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2. Pewarna Sintesis / Buatan (certified color)
Ada 2 macam yang tergolong Certified Color yaitu Dye danLake. Keduanya
adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye telah
melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Food
and Drug Administration (FDA). Sedangkan zat pewarna lake yang hanya
terdiri dari 1 warna dasar, tidak merupakan warna campuran, juga harus
mendapat sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi yang
mencantumkan keterangan penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya
berbentuk garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya. Pewarna
sintesis memiliki kelebihan yaitu warnanya homogen dan penggunaannya
sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan
tetapi kelemahannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat,
pewarna jenis ini akan berbahaya.Dengan perkembangan teknologi
pengolahan bahan makanan yang sangat pesat, maka bahan-bahan tambahan
yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan semakin banyak
jumlahnya(Sudarmadji, 2001).
Beberapa zat pewarna sintetis yang berakibat pada gangguan kesehatan
seperti:
1. Rhodamin-B menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati.
2. Tartazine dan Methanil yellow menyebabkan tumor di ginjaldanadrenal.
3. Quinoline yellow dan carmine menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan
menimbulkan reaksi alergik.
4. Erythrosine menyebabkan tumor thyroid.
5. Amaranth menyebabkan kanker dan keracunan yang mempercepat
kematian(Yulianti,2007).
Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal
bewarna kehijauan, dalam bentuk larutan pada konsentrasi berwarna merah
keunguan dan konsentrasi rendah berwarna merah terang, termasuk golongan
pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari metadietilaminofenol dan ftalik
anhidrid suatu bahan yang tidak bisa dimakan serta sangat berfluoresensi
(Akbari, 2012). Rhodamine B memiliki berbagai nama lain, yaitu: Tetra ethyl
rhodamin, Rheonine B, D & C Red No. 19, C.I. Basic Violet 10, C.I. No
45179, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizan Rhodamone dan Briliant
Pink B. Sedangkan nama kimianya adalah N – [9-(carboxyphenyl) – 6 -
(diethylamino) - 3H – xanten – 3 - ylidene] – N-ethyleyhanaminium clorida.
Rumus molekul dari rhodamine B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat
molekul sebesar 479 g/mol. Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan
warna merah kebiru- biruan dan berfluorensi kuat Metanil Yellow merupakan
zat warna sintetis berbentuk serbuk padat berwarna kuning kecoklatan, larut
dalam air, agak larut dalam aseton.Metanil yellow bersifat sangat stabil.
Metanil yellow biasa digunakan untuk mewarnai wol, nilon, kulit, kertas, cat,
alumunium, detergen, kayu,dan bulu. Metanil yellow tidak boleh digunakan
untuk minuman, makanan, obat-obatan, kosmetik karena dalam paparan
waktu lama dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan kandung
kemih (Asmarani, 2009).
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai
kulit, mengenai mata dan tertelan.Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi
pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya
kanker pada kandung kemih dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat
menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan
tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker
pada kandung kemih dan saluran kemih(Akbari, 2012).
Metanil Yellow biasanya terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar
(jelly), minuman ringan, sirup, es puter dan jajanan basah, Sari buah, dan lain-
lain. Ciri Makanan yang Menggunakan Pewarna Metanil Yellow adalah :
1. Warnanya mencolok
2. Cerah mengilap
3. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal)
4. Ada sedikit rasa pahit
5. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya (syah,2005).
Pada praktikum ini , kami melakukan identifikasi bahan pewarna
dengan reaksi warna. Bahan pewarna yang kami identifikasi adalah pewarna
tekstil Rhodamin B dan Methanil Yellow dengan menggunakan reaksi warna.
Sampel yang kami gunakan adalah kerupuk lilit warna merah dan kuning yang
kami curigai mengandung pewarna tekstil karena memiliki tampilan yang
sangat merah mencolok dan kuning terang. Eluen yang kami gunakan dalam
percbaan identifikasi bahan pewarna dengan reaksi warna adalah H2SO4
pekat , HCL pekat, NAOH 10 % dan NH4OH 10% . Sebelum di lakukan
pengujian, sampel kami yaitu kerupuk lilit warna merah dan kuning, di
haluskan terlebih dahulu mengunakan blender hingga halus seperti butir-butir
pasir dan ditimbang seberat 20 gram per jenis kerupuk. Kemudian di larutkan
dalam air sebanyak 100 mL, hingga homogen, dan dimasukkan dalam 8
tabung reaksi dengan volume 5mL per tabung, karena akan melakukan
pengujian sebanyak duplo. Warna larutan sampel adalah merah muda.
Pengujian dilakukan dengan menambahkan larutan penguji yaitu H2SO4
pekat, HCL pekat, NAOH 10 % dan NH 4 OH sebanyak 3 tetes kedalam
masing – masing tabung, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi.
Pada pengujian bahan pewarna Rhodamin B pada kerupuk lilit merah, hasil
pengamatan menunjukkan positif mengandung Rhodamin B karena semua
tabung menunjukkan tetap berwarna merah muda, hal ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa rhodamin b jika di tambahkan H2SO4
pekat , HCL pekat, NAOH 10 % dan NH 4 OH akan berwarna merah muda
(Setyorini , 2010)
Pada pengujian bahan pewarna methanil yellow pada kerupuk lilit
kuning hasil pengamatan menunjukkan negatif mengandung methanil yellow
karena semua tabung berwarna kunin pucat, karena sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa methanil yellow jika di tambahkan H2SO4 pekat
atau HCL pekat , larutan akan berubah menjadi ungu dan jika di tambahkan
NAOH 10 % dan NH 4 OH akan berwarna merah jingga (Setyorini, 2010)

Nama : Sigit Pratomo


NIM :
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal,
berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan
berwarna merah terang berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat
warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan
kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun.
Nama lain rhodamin B adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC
Rhodamine B, Aizen Rhodamine,dan Brilliant Pink(3,4) Penggunaan
rhodamin B dalam pangan tentunya berbahaya bagi kesehatan.
Adanya produsen pangan yang masih menggunakan rhodamin B pada
produknya mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai
mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga
karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Selain itu, rhodamin
B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena harganya relatif lebih
murah daripada pewarna sintetis untuk pangan, warna yang dihasilkan lebih
menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami.
Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe
merah giling, agar-agar, arumanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup,
minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara
lain warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna terlihat
tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada produk, dan bila dikonsumsi
rasanya sedikit lebih pahit. Biasanya produk pangan yang mengandung
rhodamin B tidak mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap
lainnya.
Menurut WHO, rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena
sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung
senyawa klorin(Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang
berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha
mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam
tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, rhodamin B juga
memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat radikal sehingga
dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh. Methanyl
Yellow / Metanil yellow atau kuning metanil merupakanzat warna sintetis
berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan. Kuning metanil
umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil, dan cat. Saat ini banyak kuning
metanil disalahgunakan untuk pangan, beberapa telah ditemukan untuk
beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk,mie,pangan jajanan berwarna
kuning dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu. Ciri pangan dengan
pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan cenderung
berpendar, banyak memberikantitik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk)
Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan
menurut ”Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA)
dapat digolongkan dalambeberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin,
xantin,indigoid. Methanyl Yellow initermasuk ke dalam zat warna sintetis azo.
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenaimata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada
saluran pernafasan, iritasipada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada
kandung dan saluran kemih.Apabilatertelan dapat menyebabkan mual,
muntah,sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dantekanan darah rendah.
Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung dansaluran
kemih. Sesuai dengan judul percobaan kami kali ini yaitu (IDENTIFIKASI
BAHAN PEWARNA DENGAN REAKSI WARNA) yaitu mengidentifikasi
pewarna rhoamin B dan methanil yellow pada makanan, dan makanan yang
kelompok kami pakai adalah kerupuk lilit warna merah untuk mengidenfikasi
apakah memakai rhadamin B atau tidak dan kerupuk lilit warna kuning untuk
mengidentifikasi apakah memakai pewarna methanil yellow atau tidak.
Pertama-tama yang kami lakukan adalah karna terstur dari sampel yang kami
gunakan cukup keras yaitu kerupuk jadi kami menggunakan blender untuk
menghaluskan nya agar mudah di timbang dan di larutkan pada larutan
nantinya, kedua jenis sampel keruuk yang kami pakai di haluskan lalu timbang
sebanyak 20 gram kerupuk lilit warna merah merah dan kerupuk lilit warna
kuning.
Samppel kerupuk yang pertama kami uji adalah kerupuk lilit warna
merah yaitu untuk mengidentifikasi Rhodamin B hal yang kami lakukan
adalah timbang sampel sebanyak 20 gram sampel yang kami timbang
(20,0587 gram) lalu di larutkan dalam 100 ml aquadest hingga homogen abil 5
ml titrat masukan dalam 4 tabung reaksi yang berbeda lalu masing-masing
tabung reaksi dimasukan, tabung 1 + HCL pekat 3 tetes warna sampel
berwarna merah muda, tabung 2 + H2SO4 pekat 3 tetes warna sampel
berwarna merah muda, tabung 3 + NaOH 10% 3 tetes warna sampel berwarna
merah muda, tabung 4 + NH4OH 10% 3 tetes warna sampel berwarna merah
muda. Lakukan pengujian sebanyak duplo.
Sampel kedua adalah kerupuk lilit warna kunimg untuk menguji
methanil yellow perlakuan yang kami lakukan pertama kali adalah menimbang
sampel yang telah di haluskan sebanyak 20 gram timbangan sampel kami
(20,0463 gram) dilarutkan dalam 100 ml aquadest hingga homogen ambil 5 ml
filtrat masukan dalam 4 tabung reaksi yang berbeda lalu masing-masing
tabung reaksi ditambahkan, tabung reaksi 1 + HCL pekat 3 tetes warna sampel
berwarna kuning pucat, tabung reaksi 2 + H2SO4 pekat 3 tetes warna sampel
berwarna kuning pucat , tabung reaksi 3 + NaOH 10% 3 tetes warna sampel
berwarna kuning pucat, tabung reaksi 4 + NH4OH 10% warna sampel
berwrna kuning pucat. Lakukan perlakukuan sebanyak duplo
Jadi dapat di simpulkan bahwa hasil dari praktek yang kami lakukan
pada kerupuk lilit warna merah untuk mengidentifikasi Rhodamin B dan
kerupuk lilit warna kuning untuk mengidentifikasi methanil yellow dari kedua
sampel kerupuk, kerupuk merah lah yang menampakan warna yang sesuai
dengan control positif yang berarti kerupuk lilit warna merah positif
mengandung Rhodamin B dan kerupuk lilit warna kuning negatife
mengandung methanil yellow. Dari kedua belas sampel makanan dari dua
belas kelompok yang di teliti pada praktikum kali ini hanya kelompok kami
saja yang salah satu sampel nya positif mengandung Rhodamin B, sedangkan
sampel kelompok lain semua sampel nya negatif mengandung Rodamin B
maupun Methanil yellow.

Nama : Tiara Febriani


NIM : 15.71.016296
Zat pewarana makanan adalah zat yang sering digunakan untuk
memberikan efek warna pada makanan sehingga makanan terlihat lebih
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk mencicipinya. Menurut
Winarno (2004), yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan
makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi
pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan
yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan
yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Warna pada
makanan merupakan indikator kesegaran atau kematangan. Zat pewarna
makanan dapat diperoleh dari bahan alam atau dari bahan buatan.
Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk
menggugah selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar
makanan lebih menarik. Zat pewarna sendiri secara luas digunakan di seluruh
dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna
makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk
warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna
merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan,
yakni ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak
cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan
alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih
mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit
menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan
memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit,
suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan
demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk
menarik perhatian konsumen.
Jenis – jenis zat pewarna :
1. Pewarna Alami
Pewarna alami makanan adalah zat pewarna alami (pigmen) yang
diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral.
Biasanya zat pewarna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya
dianggap lebih aman daripada zat pewarna sintesis, seperti kunyit sebagai
pewarna kuning alami bagi berbagai jenis makanan.
Kandungan Pewarna Alami
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai
makanan seperti :
1) Karoten, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya
digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti
minyak goreng dan margarin.Dapat diperoleh dari wortel dan pepaya.
2) Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh
dari biji pohon bixa orelana yang terdapat di daerah tropis dan sering
digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung, dan salad
dressing.
3) Karamel , berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis
(pemecahan) karbohidrat, gula pasir, dan laktosa serta sirup malt. Karamel
terdiri atas tiga jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan
untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta
karamel kering.Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga
memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa atau pun es
cendol.
4) Klorofil, menghasilkan warna hijau diperoleh dari daun banyak
digunakan untuk makanan. Saat ini mulai digunakan pada berbagai
produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal
daun suji,pandan,dan katuk).
5) Antosianin, penyebab warna orange, ungu, merah, dan biru. Banyak
terdapat pada bunga dan buah-buahan, seperti bunga mawar,pacar air,
kembang sepatu,aster cina, buah apel, chery, anggur, strawberry, juga
terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Biasanya pigmen
antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk
minuman, sari buah, dan jus.
Kelebihan dan kekurangan pewarna alami
1) Kelebihan
 Aman dikonsumsi.
 Warna lebih menarik.
 Terdapat zat gizi.
 Mudah didapat dari alam.
2) Kekurangan
 Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan.
 Tidak stabil pada saat proses pemasakan.
 Konsentrasi pigmen rendah.
 Stabilitas pigmen rendah.
 Keseragaman warna kurang baik.
 Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis.
 Susah dalam penggunaannya.
 Pilihan warna sedikit atau terbatas.
 Kurang tahan lama.
2. Pewarna Buatan
Pewarna buatan adalah pewarna yang dihasilkan dari proses sintesis
melalui rekayasa kimiawi. Pewarna buatan terbuat dari bahan kimia
seperti tartazin untuk warna kuning, bliliant blue untuk warna biru,
alurared untuk warna merah. Adapun kelebihan dari bahan pewarna
buatan antara lain :
 Aman di konsumsi (dalam takaran tertentu)
 Warna yang dihasilkan baik/terang.
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia
buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang
mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa
contoh pewarna buatan yaitu :
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
Warna merah : rhodamin B, amaranth.
Warna biru : biru berlian
3. Pewarna Sintetis
` Pewarna sintetis adalah zat warna yang mengandung bahan kimia yang
biasanya digunakan didalam makanan untuk mewarnai makanan.Pewarna
sintetis ini mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna
alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih
seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamin dalam
makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil
menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui
pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini
juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam
tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan
sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan
sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan
berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya
dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah –
merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-
biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut
dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat
tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg,
dan Th dan titik leburnya pada suhu 165℃.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri,
didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak
hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa
anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin
B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen
(Subandi,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur
tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana
senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga
berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat
warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat
warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan
resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan
rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan
Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara
Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin
yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila
masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk
dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan
menyebabkan toksik dan karsinogen.
Methanyl Yellow atau kuning metanil merupakan zat warna sintetis
berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan. Kuning metanil
umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil, dan cat. Saat ini banyak kuning
metanil di salah gunakan untuk pangan, beberapa telah ditemukan untuk
beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie,pangan jajanan berwarna
kuning dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu. Ciri pangan dengan
pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan cenderung
berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk).
Zat pewarna kuning Metanil yellow, merupakan zat pewarna industri
tekstil yang dilarang untuk produk makanan, yang pada umumnya
menggunakan zat anorganik ataupun mineral alam. Zat warna anorganik
berasal dari persenyawaan logam berat seperti aluminium,besi, tembaga dan
lainnya. Zat warna ini bersifat racun dan berbahaya karena mengandungresidu
logam berat. Industri tekstil menggunakan logam berat sebagai bahan pengikat
warnaagar warna warna yang dihasilkan menjadi lebih terang dan indah.
Bahkan ada beberapa industri tekstil yang menggunakan logam berat sebagai
bahan pewarna. Logam berat yang terkandung di dalam pewarna tekstil dapat
dilihat dari jenis limbah yang dihasilkan industri tekstil tersebut, terutama
arsenic (Ar), Kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu),zinc/seng
(Zn) (Agus widodo, 2006)
Nama lain atau sinonim/nama dagang dari kuning metanil adalah
:Sodium phenylaminobenzene ,Metaniline Yellow ,CI Acid Yellow 36 ,CI No.
13065 ,Metanilyellow, Monoazo, Amacid Yellow M, Fenazo Yellow M, Kiton
Yellow MS, Acid Golden G,Metanil Yellow C, Metanil Yellow E, Metanil
Yellow F, Metanil Yellow G, Metanil YellowK, Metanil Yellow M, Metanil
Yellow O, Metanil Yellow S, Metanil Yellow Y, MetanileYellow O, Kiton
Orange MNO, Metanil Yellow PL, Metanil Yellow VS, Metanil Yellow WS.
Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut
”Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat
digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin,
indigoid. Methanyl Yellow ini termasuk ke dalam zat warna sintetis azo.
Berdasarkan struktur kimianya, metanil yellow dan beberapa pewarna
sintetik dikategorikan dalam golongan azo. Namun, metanil yellow termasuk
pewarna golongan azo yang telah dilarang digunakan pada pangan. Pada
umumnya, pewarna sintetik azo bersifat lebih stabil daripada kebanyakan
pewarna alami. Pewarna azo stabil dalam berbagai rentang pH, stabil pada
pemanasan, dan tidak memudar bila terpapar cahaya atau oksigen. Hal tersebut
menyebabkan pewarna azo dapat digunakan pada hampir semua jenis pangan.
Salah satu kekurangan pewarna azo adalah sifatnya yang tidak larut dalam
minyak atau lemak. Hanya bila pewarna azo digabungkan dengan molekul
yang bersifat larut lemak atau bila pewarna azo tersebut didispersikan dalam
bentuk partikel halus, maka lemak atau minyak dapat terwarnai.
Pewarna azo memiliki tingkat toksisitas akut yang rendah. Dosis toksik
akut pewarna azo tidak akan tercapai dengan mengkonsumsi pangan yang
mengandung pewarna azo. Kebanyakan pewarna azo (baik pewarna untuk
pangan maupun tekstil) memiliki nilai LD50 dengan kisaran 250 – 2000
mg/kg berat badan, yang mengindikasikan bahwa dosis letal dapat dicapai jika
seseorang mengkonsumsi beberapa gram pewarna azo dalam dosis tunggal.
Oleh karena pewarna azo memiliki intensitas warna yang sangat kuat, maka
secara normal pada pangan hanya ditambahkan beberapa miligram pewarna
azo per kilogram pangan. Berdasarkan perhitungan, rata-rata orang dewasa
akan memerlukan lebih dari 100 kg pangan yang mengandung pewarna azo
dalam satu hari untuk mencapai dosis letal.
Beberapa perwarna azo telah dilarang digunakan pada pangan karena
efek toksiknya. Namun, efek toksik tersebut bukan disebabkan oleh pewarna
itu sendiri melainkan akibat adanya degradasi pewarna yang bersangkutan.
Pada suatu molekul pewarna azo, ikatan azo merupakan ikatan yang bersifat
paling labil sehingga dapat dengan mudah diurai oleh enzim azo-reduktase
yang terdapat dalam tubuh mamalia, termasuk manusia. Pada mamalia, enzim
azo-reduktase (dengan berbagai aktivitasnya) dapat dijumpai pada berbagai
organ, antara lain hati, ginjal, paru-paru, jantung, otak, limpa, dan jaringan
otot.
Setelah ikatan azo terurai secara enzimatik, maka bagian amina
aromatik akan diabsorbsi oleh usus dan diekskresikan melalui urin. Oleh
karena beberapa produk hasil degradasi pewarna azo diketahui bersifat
mutagenik atau karsinogenik, maka beberapa pewarna azo kemudian dilarang
digunakan dalam pangan. Metanil yellow merupakan salah satu pewarna azo
yang telah dilarang digunakan dalam pangan. Senyawa ini bersifat iritan
sehingga jika tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Selain itu,
senyawa ini dapat pula menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam,
lemah, dan hipotensi. Pada penelitian mengenai paparan kronik metanil yellow
terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan melalui pakannya
selama 30 hari, diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan hispatologi dan
ultrastruktural pada lambung, usus, hati, dan ginjal. Hal tersebut menunjukkan
efek toksik metanil yellow terhadap tikus. Penelitian lain yang menggunakan
tikus galur Wistar sebagai hewan ujinya menunjukkan hasil bahwa konsumsi
metanil yellow dalam jangka panjang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
yang mengarah pada neurotoksisitas.
Pada praktikum kali ini kelompok kami menggunakan bahan
percobaan berupa kerupuk lilit berwarna merah dan kuning yang diduga
mengandung rhodamin B dan Methanil yellow. Kerupuk adalah suatu jenis
makanan kering yang terbuat dari bahan- bahan yang mengandung pati
cukup tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa kerupuk merupakan jenis
makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk
produk yang porus dan mempunyai densitas rendah selama proses
penggorengan. Demikian juga produk ekstrusi akan mengalami
pengembangan pada saat pengolahannya. Pengembangan kerupuk
merupakan proses ekspansi tiba-tiba dari uap air dalam struktur adonan
sehingga diperoleh produk yang volumenya mengembang dan porus.
Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan gelatinisasi pati
adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan
dikeringkan. Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan air yang
terikat dalam gel pati akibat peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap
yang mendesak gel pati sehingga terjadi pengembangan dan sekaligus
terbentuk rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng (Koswara,
2009).
Berdasarkan penggunaan proteinnya, kerupuk dibagi menjadi
kerupuk tidak bersumber protein dan kerupuk bersumber protein. Kerupuk
sumber protein merupakan kerupuk yang mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati. Sedangkan kerupuk bukan sumber protein,
tidak ditambahkan bahan sumber protein seperti ikan, udang, kedelai dan
sebagainya dalam proses pembuatannya.
Pada praktikum kali ini kelompok kami memilih kerupuk lilit dengan
warna merah dan kuning yang diduga mengandung rhodamin B dan juga
methanil yellow, kerupuk ini dibeli di daerah Pasar Rajawali kota
palangkaraya. Sebelum ditimbang kerupuk lilit dihaluskan menggunakan
blender agar memudahkan dalam proses penimbangan dan juga pelarutan
dengan larutan uji. Larutan uji yang digunakan adalah HCl pekat, H2SO4
pekat, NaOH 10%, DAN NH4OH 10%. Percobaan dilakukan sebnyak dua kali
(duplo), setelah larutan uji ditambahkan dengan larutan pereaksi kemudian
praktikan membandingkan hasilnya dengan kontrol positif yang telah dibuat
oleh kelompok 5 dan 6. Hasil dari percobaan yang kami dapatkan dengan
membandingkan laruta uji dengan kontrol positif dari rhodamin B dan
methanil yellow, bahwa kerupuk lilit merah positif mengandung rhodamin B
dikarenakan warna larutan uji yang telah ditambahkan larutan pereaksi
menghasilkan warna merah muda, sedangkan pada kerupuk lilit kuning negatif
mengandung methanil yellow karena pada saat penambahan larutan pereaksi
HCl pekat dan H2SO4 pekat larutannya berubah menjadi kuning pucat
sedangkan pada kontrol positif seharusnya larutan berubah warna menjadi
merah ungu dan pada saat penambahan larutan pereaksi NaOH 10% dan
NH4OH 10% larutan tetap berwarna kuning pucat, padahal pada kontrol ositif
methanil yellow seharusnya berubah warna menjadi jingga apabila positif
mengandung methanil yellow.

Nama : Devi Florina


NIM :
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang
dapat memperbaiki tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan
menjadi dua yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis. Selain itu, khusus
untuk makanan dikenal dengan pewarna (food grade). Ironisnya, di Indonesia
terutama industri kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak
menggunakan pewarna non makanan atau pewarna untuk pembuatan cat dan
tekstil (Mudjajanto, 2006).
Rhodamin B adalah zat warna sintesis berbentuk serbuk kistal
berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk tersebut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah
(Trestirati, 2003). Methanil Yellow adalah pewarna golongan azo, dimana
dalam strukturnya terdapat ikatan N=N, methanil yellow dengan warna kuning
dibuat dari asam metanilat dan difenilamin (Nainggolan dan Sihombing,
2001).
Pada praktikum ini sampel yang digunakan ada 24 sampel berupa 12
sampel makanan yang mengandung Rhodamin B dan 12 sampel makanan
yang mengandung Methanil Yellow. Sampel yang kelompok kami gunakan
adalah kerupuk lilit merah dan kerupuk lilit kuning yang diduga mengandung
pewarna makanan berbahaya.
Uji yang dilakukan yaitu dengan uji reaksi warna untuk mengetahui
apakah di dalam sampel makanan mengandung Rhodamin B dan Methanil
Yellow atau tidak. Uji reaksi warna menggunakan larutan HCl pekat, H2SO4
pekat, NaOH 10% dan NH4OH 10%. Hal yang pertama dilakukan adalah
sampel yang mengandung Rhodamin B dan Methanil Yellow dihancurkan
terlebih dahulu dengan cara di blender kemudian ditimbang sebanyak 20
gram, kemudian dilarutkan dengan aquadest, kemudian disaring menggunakan
kertas saring. Ambil filtratnya masing-masing 5 ml kedalam 4 tabung reaksi,
lalu teteskan sebanyak 3 tetes dengan larutan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10% dan NH4OH 10% dan amati reaksi yang terjadi, pada uji Rhodamin B
jika terbentuk warna merah muda maka sampel menunjukkan hasil positif
Rhodamin B, dan untuk Methanil Yellow jika terbentuk warna merah ungu
pada pereaksi HCl pekat dan H2SO4 maka hasil positif sedangkan pada
pereaksi NaOH 10% dan NH4OH 10% jika terbentuk warna jingga maka
hasilnya positif.
Tujuan penambahan alkohol adalah untuk melarutkan kandungan atau
zat-zat yang terkandung pada sampel sehingga jika ditambah reagent akan
menunjukkan hasil berupa perubahan warna. Tujuan dari penyaringan adalah
untuk memisahkan partikel-partikel yang belum halus atau masih berupa
butiran kasar dengan partikel yang sudah menjadi larutan yang homogen. Pada
uji identifikasi Rhodamin B pada kerupuk lilit merah yang kami gunakan
hasillnya posistif mengandung Rhodamin B, sedangkan pada uji identifikasi
pada Methanil Yellow hasilnya negatif, yang artinya pada smpel kerupuk lilit
merah terdapat kandungan berbahaya yaitu Rhodamin B yang tidak baik untuk
tubuh.
Pada 24 sampel yang digunakan, ada 1 sampel saja yang positif
mengandung Rhodamin B yaitu pada sampel kerupuk lilit merah yang
kelompok kami teliti. Pada sampel makanan lainnya dinyatakan aman karena
saat melakukan uji reaksi warna tidak ada perubahan warna yang terjadi.
Rhodamin B tidak baik digunakan pada makanan karena dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati atau kanker hati sedangkan Methanil Yellow tidak boleh
digunakan untuk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik karena dalam
paparan waktu lama dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan
kandung kemih (MENKES RI,1985).

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan dari 24 makanan yang diduga
mengandung rhodamin B dan methanil yellow hanya satu makanan yang positif
mengandung rhodamin B yaitu kerupuk lilit sedangkan makanan yang diduga
mengandung methanil yellow ternyata semuanya negatif.
2. Saran
Sebaiknya kita sebagai konsumen selalu waspada dan selalu memperhatikan
terlebih dahulu apabila membeli makanan dengan warna mencolok dan terang.

DAFTAR PUSTAKA
Wulan Sari, Rani . 2007. Dangerous Junk Food. Depok: Universitas Indonesia.

Mudjanto. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara.

Nizma. 2013. Pewarna Alami Makanan Dan Potensi Fungsionalnya. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.

Hamdani. 2013. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dalam Jajanan Yang Dipasarkan Di
PasarTradisional Kota Bandar Lampung. Lampung: Universitas Lampung.

Sudarmadji. 2004. Analiis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Pada
Jajanan Anak Di Sdn Kompleks Mangkura Kota Makassar. Makassar : UNHAS.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nainggolan, G dan Sihombing. 2001. Bahan Tambahan Pangan.Yogyakarta : Kanisius

Menteri Kesehatan RI.1985. Nomor :239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna


tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.

Asmarani, dkk 2009. Jurnal Ilmiah


Farmasi. UNSRAT Vol.2 No.2, Agustus
2013, Manado.

Departemen Kesehatan Repupblik


Indonesia .1992. Diktorat Pengawasan
Obat dan Makanan, Peraturan Menteri
Kesehatan RI
Akbari. 2009. Dampak Rhodamin
B Bagi Keshatan.Universitas Brawijaya,
Malang.
Setyorini.2010. Analisis
Keberadaan Rhodamin B Pada Ikan
Cakalang Kufu yang Beredar dipasaran
Kota Manado. Program Studi Farmasi
FMIPA UNSRAT, Manado.

Koswora. 2009. Analisa Penggunaan


Zat Warna Pada Keripik Balado yang
Diproduksi di Kecamatan Payakumbuh
Barat, Skripsi: Universitas Sumatera
Utara.

LAMPIRAN
Kerupuk lilit setelah dihaluskan dengan blender

Larutan uji dari kerupuk lilit setelah dilakukan penyaringan

Larutan uji rhodamin B setelah ditetesi larutan pereaksi


Perbandingan larutan uji rhodamin B yang diteteskan NH4OH 10% dengan
kontrol positif

Perbandingan larutan uji rhodamin B yang diteteskan HCl pekat dengan


kontrol positif

Perbandingan larutan uji rhodamin B yang diteteskan NaOH 10% dengan


kontrol positif
Perbandingan larutan uji rhodamin B yang diteteskan H2SO4 pekat dengan
kontrol positif

Larutan uji methanil yellow setelah ditetesi larutan pereaksi

Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan H2SO4 pekat dengan
kontrol positif
Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan NaOH 10% dengan
kontrol positif

Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan HCl pekat dengan
kontrol positif

Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan NH4OH 10% dengan
kontrol positif

Anda mungkin juga menyukai