PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan sehari -hari.Untuk
memenuhi kebutuhan tubuh kita memerlukan makanan yang memiliki gizi dan kualitas bahan
makanan yang baik. Makanan yang berkualitas akan memberikan dampak baik bagi
kesehatan tubuh demikian sebaliknya makanan yang mengandung zat berbahaya akan mem
bahayakan bagi kesehatan tubuh.
Dengan perkembangan zaman saat ini dan pengaruh ilmu pengetahuan di bidang
pangan, makanan ditambahkan dengan bahan kimia. Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan kota Bandung, bahan tambahan pangan ditambahkan pada makanan bertujuan
untuk mengawetkan pangan, membentuk pangan, memberikan warna, meningkatkan kualitas
pangan, menghemat biaya, memperbaiki tekstur,meningkatkan cita rasa dan meningkatkan
stabilitas.
Peraturan Menteri Kesehatan memberikan batasan penggunaan pada setiap bahan
tambahan pangan pada makanan. Seperti pada bahan tambahan pangan berupa pewarna.
Penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun yang dilarang) diatur
dalam surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui
surat keputusanMenteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan
pada makanan. Untuk penggunaan bahan tambahan pangan berupa pewarna pemerintah
menetapkan batasan penggunaan sebesar 30 –300 mg/kg bahan makanan.Dengan adanya
peraturan pemerintah tentang bahan pewarna hendaknya para produsen makanan mentaati
ketetapan yang telah ditentukan pemerintah tersebut agar bahan makanan yang dijual tidak
berbahaya. Akan tetapi masih adanya para pedagang makanan yang menambahkan zat
berbahaya pada makanan yang dijual. Menurut data BPOM kota Bandung tahun 2012,
sebanyak 9% penyalahgunaan zat berbahaya pada jajanan anak.Jumlah ini meningkat dari
tahun sebelumnya yang hanya 2%. Zat berbahaya ini berupa borak, formalin dan bahan
pewarna 2 buatan yang berbahaya yaitu rhodamin B dan metanil yellow.Penggunaan bahan
pewarna berbahaya ini tentu akan memberikan dampak yang buruk terhadap konsumen
berupa gangguang kesehatan.
Dinas Kesehatan menyebutkan bahwa penggunaan bahan pewarna berbahaya dapat
mengakibatkan keracunan, iritasi saluran pencernaan, kerusakan jaringan, gangguan fungsi
hati hingga kanker hati. Reni Wulan Sari, M.Kes dalam bukunya Dangerous Junk
Food(2008), menuliskan bahwa pewarna buatan masih diminati oleh para produsen makanan
karena harga yang jauh lebih murah dibandingkan pewarna alami dan memiliki stabilitas
yang lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun telah melalui proses pengolahan
dan pemanasan.Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah menggunakan bahan pewarna
makanan tradisional yang berasal dari bahan alami seperti kunyit untuk warna
kuning dan dan suji untuk warna hijau. Dikarenakan tidakmengandung bahan kimia, pewarna
alami lebih bagi kesehatan dibandingkan pewarna buatan. Pewarna alami juga memiliki
kandungan gizi dikarenakan terbuat dari bahan yang alami. Tetapi pewarna alami juga
memiliki kekurangan.
Reni Wulan Sari, M.Kes juga menyebutkan bahwa pewarna alami tidak stabil dalam
penyimpanan, kualitas warna dari pewarna alami akan berkurang dikarenakan suhu dan
kondisi lingkungan lainnya. Warna yang dihasilkan pewarna alami tidak secerah warna yang
dihasilkan pewarna buatan dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pengolahannya. Menurut Naftalia Kusumawardhani, M.Si,Psi, tidak ada warna khusus yang
disukai oleh anak, anak cenderung menyukai warna cerah dan memiliki ketakutan terhadap
sesuatu yang gelap .Oleh karena warna cerah yang dihasilkan pewarna buatan dalam produk
makanan seperti jajanan anak sekolah lebih disukai konsumen khususnya anak-anak.
Kenyataannya konsumen akan sulit membedakan makanan yang mengandung pewarna alami
ataupun pewarna buatan. Sehingga diperlukan adanya perhatian lebih. Bagaimana cara
membedakannya, bahaya yang ditimbulkan hingga kandungannya. Oleh karena itu makalah
ini dibahas mengenai hal - hal yang berkaitan dengan zat pewarna pada makanan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas identifikasi masalah yang dapat dijelaskan dari perancangan ini
adalah :
1. Pewarna buatan masih digunakan sebagai bahan pewarna makanan melebihi batas
yang telah ditentukan pemerintah sebesar 30 – 300 mg/kg bahan makanan.
2. Masih adanya penggunaan bahan pewarna yang telah dilarang pada makanan yaitu
rhodamin B dan metanil yellow.
3. Penggunaan bahan pewarna buatan yang berlebihan dan pewarna yang
dilarang dalam bahan makanan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
4. Warna yang dihasilkan pewarna buatan lebih cerah daripada warna
yang dihasilkan pewarna alami
5. Warna cerah yang dihasilkan pewarna buatan lebih menarik minat konsumen
khususnya anak - anak.
6. Pewarna alami kurang efektif dan efisien.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Penggunaan bahan pewarna buatan yang berlebihan karena didorong oleh tujuan
promosi penjualan makanan sehingga terjadinya penggunaan pewarna buatan
yang melebihi batas maksimum yang telah ditentukan.
2. Berhubung dengan penggunaan bahan pewarna buatan yang berlebihan pada
makanan dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia maka regulasi
penggunaannya harus dilaksanakan secara ketat dan masyarakat konsumen perlu
diberi pemahaman yang memadai.
1.4 Batasan Masalah
Masalah dibatasi pada penggunaan pewarna buatan pada kerupuk lilit berwarna merah
dan kuning di Pasar Rajawali Kota Palangkaraya.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya yang mengkonsumsi makanan yang
mengandung pewarna buatan akan pentingya mengkonsumsi makanan sehat.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan karena
mengkonsumsi pewarna buatan secara berlebihan.
Bahan Tambahan Pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI
nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih
secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Berikut ini adalah penggolongan
BTP (Depkes RI, 2007) :
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.
Contoh pewarna alami : Karamel (gula yang digosongkan), beta karoten (ekstrak
umbi wortel), dan kurkumin (ekstrak umbi kunyit).
2. Pemanis Buatan
Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu :
a) Rasanya lebih manis
b) Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
c) Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah
sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes).
d) Harganya lebih murah
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat
memperbaiki tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua,
yaitu pewarna alami dan sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna
khusus makanan (food grade). Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan
industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna nonmakanan
atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto, 2006).
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada
makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun
penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya,
BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambal
botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna
dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan
histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan
dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013)
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang
dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga
berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.
Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti
triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan
keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan
N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl
yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam
senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen (Nizma, 2013)
BAB III
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat
1) Beaker Glass 100 ml
2) Timbangan Analitik
3) Batang Pengaduk
4) Corong
5) Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
6) Pipet ukur 10 ml
7) Pipet tetes
8) Botol semprot
9) Blender
Bahan
1) Sampel kerupuk lilit merah 20 gram
2) Sampel kerupuk lilit kuning 20 gram
3) Aquadest
4) HCl pekat
5) H2SO4 pekat
6) NaOH 10%
7) NH4OH 10%
8) Kertas saring
BAB IV
PROSEDUR KERJA
Identifikasi Rhodamin B
Timbang sebanyak 20 gram sampel kerupuk lilit merah
↓
Larutkan dengan 100 ml aquadest dihomogenkan lalu disaring dan tampung
↓
Ambil filtrat masing – masing sebanyak 5 ml lalu masukkan kedalam 4 tabung reaksi
↓
Lakukan uji reaksi dengan cara menambahkan pereaksi HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10%, dan NH4OH 10% pada masing – masing tabung reaksi sebanyak 3 tetes
↓
Amati reaksi yang terjadi
↓
Jika terbentuk warna merah muda maka sampel menunjukkan hasil positif menggunakan
rhodamin B
BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Berat sampel kerupuk lilit merah = 20,0587 gram
Berat sampel kerupuk lilit kuning = 20,0462 gram
1.1Kontrol positif
Identifikasi Prosedur Kerja Hasil
Kontrol positif rhodamin Timbang 0,1 gram Merah muda
B rhodamin B (Positif)
↓
Tambahkan aquadest ad
100 ml
↓
Diteteskan larutan uji
Kontrol positif Methanil Timbang 0,1 gram
Yellow methanil yellow HCl pekat + H2SO4
↓ positif berwarna merah
Tambahkan aquadest ad ungu
100 ml
↓ NaOH 10%, NH4OH
Diteteskan larutan uji 10% positif berwarna
jingga
1.2 Kelompok II (Kerupuk lilit merah)
No. Prosedur Kerja Hasil Keterangan
1. 20,087 gram sampel Merah
(Perlakuan dilarutkan dalam 100 muda
Sampel) ml aquadest dan
disaring
↓
5 ml filtrat → 4
tabung
↓
2. + HCl pekat 3 tetes Merah (+)
(Pengujian I) ↓ muda
+ H2SO4 pekat 3 Merah (+)
tetes muda
↓
+ NaOH 10% 3 tetes Merah (+)
muda
3. + HCl pekat 3 tetes Merah (+)
(Pengujian II) ↓ muda
+ H2SO4 pekat 3 Merah (+)
tetes muda
↓
+ NaOH 10% 3 tetes Merah (+)
muda
Kue
ongol –
10 ongol / 1 (-) (-) (-) (-)
Lapis
kentang
Kue
11 bolu 1 (-) (-) (-) (-)
gulung
2 (-) (-) (-) (-)
Methanil Yellow
Rhodamin B
Ke
Sampel Duplo HCl H2SO4 NH4OH
l NaOH 10%
pekat pekat 10%
Bolu Putih Putih Putih Putih
1 1 kekuninga kekuningan kekuningan kekuningan
kuning
n (-) (-) (-) (-)
Putih Putih Putih Putih
2 kekuninga kekuningan kekuningan kekuningan
n (-) (-) (-) (-)
Kerupu Kuning Kuning Kuning Kuning
2 k lilit 1
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
kuning
Kuning Kuning Kuning Kuning
2
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
Biskuit Bening (-) Bening (-) Bening (-) Bening (-)
3 1
gula
2 Bening (-) Bening (-) Bening (-) Bening (-)
Rainbo Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
4 1
w cake
2 Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
Bingka Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
5 1
kentang
2 Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
Merah Merah Merah
Bika Merah muda
6 1 muda muda pucat muda pucat
ambon pucat (-)
pucat (-) (-) (-)
Merah Merah Merah
Merah muda
2 muda muda pucat muda pucat
pucat (-)
pucat (-) (-) (-)
Nasi Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)
7 1
kuning
2 Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)
Kerpik
11 singkon 1 (-) (-) (-) (-)
g
2 (-) (-) (-) (-)
2. Pembahasan
Nama : Novanita Puspa Kencana
NPM : 15.71.106574
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan dari 24 makanan yang diduga
mengandung rhodamin B dan methanil yellow hanya satu makanan yang positif
mengandung rhodamin B yaitu kerupuk lilit sedangkan makanan yang diduga
mengandung methanil yellow ternyata semuanya negatif.
2. Saran
Sebaiknya kita sebagai konsumen selalu waspada dan selalu memperhatikan
terlebih dahulu apabila membeli makanan dengan warna mencolok dan terang.
DAFTAR PUSTAKA
Wulan Sari, Rani . 2007. Dangerous Junk Food. Depok: Universitas Indonesia.
Mudjanto. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Nizma. 2013. Pewarna Alami Makanan Dan Potensi Fungsionalnya. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hamdani. 2013. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dalam Jajanan Yang Dipasarkan Di
PasarTradisional Kota Bandar Lampung. Lampung: Universitas Lampung.
Sudarmadji. 2004. Analiis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Pada
Jajanan Anak Di Sdn Kompleks Mangkura Kota Makassar. Makassar : UNHAS.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
LAMPIRAN
Kerupuk lilit setelah dihaluskan dengan blender
Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan H2SO4 pekat dengan
kontrol positif
Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan NaOH 10% dengan
kontrol positif
Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan HCl pekat dengan
kontrol positif
Perbandingan larutan uji methanil yellow yang diteteskan NH4OH 10% dengan
kontrol positif