Anda di halaman 1dari 37

Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten

Lamongan Tahun 2011-2015

BAB II
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN LAMONGAN

2.1 KONDISI GEOGRAFIS

1. Posisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6º 51’ 54”


sampai dengan 7º 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur
timur 112° 4’ 41” sampai 112° 33’ 12” bujur timur. Kabupaten
Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara
181.280 Ha atau + 3.78 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur.
Wilayah Kabupaten terdiri dari daratan rendah dan bonorowo
dengan tingkat ketinggian 0 – 25 meter seluas 50,17 %, sedangkan
ketinggian 25 – 100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4.15 %
berketinggian diatas 100 meter diatas permukaan air laut, dan
memiliki panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah
administratif Kabupaten Lamongan adalah :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Jombang


dan Kabupaten Mojokerto

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten


Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

Bab II-1
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Gambar 2.1
Peta Wilayah Kabupaten Lamongan

Wilayah Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo,


dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi tiga
karakteristik yaitu :

 Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif


subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat,
Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran,
Sarirejo dan Kembangbahu

 Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur


berbatu–batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari
Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame,
Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro.

 Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang


merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi
Kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi,
Karangbinangun dan Glagah.
Kondisi tata guna tanah Kabupaten Lamongan Tahun 2010 adalah
sebagai berikut :

Bab II-2
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Tabel 2.1
Kondisi Tata Guna Tanah Kabupaten Lamongan

No Jenis Penggunaan Luas Prosentase


Lahan (ha) (%)
1 Permukiman 13.030,00 7,16
2 Sawah Irigasi 45.841,00 25.19
3 Sawah Tadah Hujan 33.479,00 18.40
4 Perkebunan 9.919,14 5.45
5 Hutan 33.717,30 18.53
6 Hutan Rakyat 7.098,10 3.90
7 Tambak 1.380,05 0.76
8 Sungai 8.760,00 4.81
9 Waduk 8.719,50 4.79
10 Tegalan/Ladang 12.838,91 7.06
11 Pertambangan 1.200,00 0.66
12 Peruntukan Lainnya 5.997,00 3.30
(rawa,tanah tandus dll)
Jumlah 181.980,03 100
Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2008-2028

2. Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari


ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan.
Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa
dengan ketinggian 0-20 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten
Lamongan, daratan ketinggian 25-100 m seluas 45,68% dan sisanya
4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m.
Tabel 2.2
Luas Daerah Per Kecamatan Menurut Klasifikasi Kemiringan
Kabupaten Lamongan

Luas
No. Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% (Ha)
1 Sukorame 2.923 1.224 - - 4.147
2 Bluluk 3.503 1.850 62 - 5.415
3 Ngimbang 5.069 1.452 4.912 - 11.433
4 Sambeng 5.116 11.806 2.390 232 19.544
5 Mantup 8.217 1.060 30 - 9.307

Bab II-3
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Luas
No. Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% (Ha)
6 Kembangbahu 6.352 32 - - 6.384
7 Sugio 7.020 2.027 82 - 9.129
8 Kedungpring 6.041 1.930 472 - 8.443
9 Modo 5.953 1.407 420 - 7.780
10 Babat 5.361 772 162 - 6.295
11 Pucuk 4.386 98 - - 4.484
12 Sukodadi 5.232 - - - 5.232
13 Lamongan 4.038 - - - 4.038
14 Tikung 5.299 - - - 5.299
15 Sarirejo 4.739 - - - 4.739
16 Deket 5.005 - - - 5.005
17 Glagah 4.052 - - - 4.052
18 Karangbinangun 5.288 - - - 5.288
19 Turi 5.869 - - - 5.869
20 Kalitengah 4.335 - - - 4.335
21 Karanggeneng 5.132 - - - 5.132
22 Sekaran 4.965 - - - 4.965
23 Maduran 3.015 - - - 3.015
24 Laren 7.285 2.315 - - 9.600
25 Solokuro 2.110 7.850 142 - 10.102
26 Paciran - 4.314 425 50 4.789
27 Brondong 5.047 2.337 75 - 7.459
JUMLAH 131.352 40.474 9.172 282 181.280
Sumber : Lamongan Dalam Angka 2009

3. Klimatologi

Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan.


Keadaan iklim di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang
dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan dan
musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember
sampai dengan bulan Mei, sedangkan pada bulan-bulan lain curah
hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2009 dari

Bab II-4
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak


1.403 mm dan hari hujan tercatat 71.16 hari.

4. Hidrologi

Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 (tiga) sungai besar yaitu


Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 km, Kali Blawi sepanjang ±
33 km dan Kali Lamong sepanjang ± 32 km serta dialiri beberapa
sungai kecil. Selain dialiri oleh ketiga sungai besar tersebut, kondisi
hidrologi ditentukan oleh adanya telaga dan mata air yang banyak
digunakan oleh masyarakat untuk minum dan sarana rekreasi
masyarakat.
Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar
bahkan pada beberapa wilayah dijumpai cekungan – cekungan yang
saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area
dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama
setengah bulan sampai dengan tiga bulan diwaktu musim kemarau.

5. Wilayah Rawan Bencana Alam

Wilayah rawan bencana di Kabupaten Lamongan sebagian besar


karena adanya wilayah yang mempunyai ketinggian 0 – 7 meter di
atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut berpotensi rawan
terhadap risiko banjir/tergenang. Lokasi wilayah rawan terhadap
resiko banjir adalah pada kecamatan yang dilalui Sungai Bengawan
Solo dan kecamatan yang berada pada posisi Bengawan Jero.
Lokasi kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Babat,
Maduran, Sekaran, Karanggeneng, Laren, Kalitengah, Turi,
Karangbinangun dan Glagah.

6. Kawasan Lindung.
Penetapan Kawasan Lindung di Kabupaten lamongan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor : 55 Tahun
2000 yang meliputi:

Bab II-5
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya

 Kawasan perlindungan setempat

 Kawasan suaka alam dan cagar budaya


Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
terdiri dari a) Kawasan Hutan Lindung seluas 252,90 Ha yang
terdapat di Kecamatan Sugio, Sambeng, Modo dan Ngimbang, b)
Kawasan lindung lainnya, c) Kawasan Resapan Air. Sedangkan
kawasan perlindungan setempat terdiri dari: a) Kawasan sekitar
mata air, b) Sempadan Sungai: c) Kawasan Sekitar Telaga, d)
Kawasan sekitar waduk, e) sekitar rawa. Suaka alam cagar budaya
adalah: a) Kawasan Suaka, b) Kawasan Suaka alam laut dan
perairan lainnya, c) Kawasan pantai.
Daerah yang merupakan kawasan cagar alam geologi adalah Goa
Maharani di Kecamatan Paciran yang merupakan bentukan batuan
sedimen yang membentuk stalakmit dan stalaktit. Goa Maharani
saat ini sudah dikonservasi dan menjadi tempat wisata.

2.2 KONDISI PEREKONOMIAN DAERAH

1. Kinerja Perekonomian Daerah

Kondisi perekonomian Kabupaten Lamongan ditentukan oleh faktor


eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu kondisi secara
makro diantaranya perkembangan situasi perekonomian nasional
maupun internasional serta berbagai kebijakan Pemerintah Pusat
baik yang berkaitan dengan sektor riil maupun moneter yang
mempengaruhi perekonomian regional Jawa Timur, termasuk
Lamongan. Kondisi tersebut di pertengahan tahun 2010 sudah mulai
membaik dilihat dari menguatnya nilai Rupiah, meningkatnya
pendapatan per kapita penduduk dan tingkat inflasi yang relatif
rendah. Walaupun kondisi makro sangat menentukan, namun
demikian tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan

Bab II-6
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

secara umum juga ditentukan oleh faktor-faktor internal yang berasal


dari daerah itu sendiri seperti ketersediaan sumber daya alam,
kualitas sumber daya manusia, kemampuan mengadaptasi teknologi
terkini, serta meningkatnya permodalan dan kewirausahaan.
Seiring adanya berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, dan berbagai kebijakan
pembangunan daerah yang didukung oleh kondisi politik dan
keamanan yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif
bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Lamongan.
Kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lamongan pada lima
tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat, yakni dari 5.08% pada tahun 2005 meningkat menjadi
6.31% pada tahun 2009.
Sementara laju inflasi mengalami penurunan dari 11,25 % pada
tahun 2005, menjadi 4,24 % pada tahun 2009. Namun, laju inflasi ini
masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi propinsi Jawa Timur pada
tahun 2009 yang sebesar 3,62 %, serta laju inflasi nasional sebesar
2,78 %.
Pertumbuhan ekonomi Lamongan didorong oleh seluruh sektor yang
ada dan pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi terbesar
disumbangkan oleh lima sektor yaitu sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan (9.20%), sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (8.49%), sektor Pengangkutan dan Komunikasi (8.36%),
sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (6.07%) dan sektor Pertanian
(5.17%). Meskipun dengan pertumbuhan yang cukup fluktuatif,
sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai pertumbuhan
terus meningkat, pada tahun 2005 sektor ini memberikan kontribusi
sebesar 1,71 % dan pada tahun 2009 mencapai 5,17 %.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun
terakhir memberikan indikasi bahwa kegiatan ekonomi di Lamongan
terus berlangsung dan semakin membaik.

Bab II-7
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Bila diukur dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


berdasarkan harga berlaku (ADHB), menunjukkan peningkatan
sebesar 65,89 % dimana pada Tahun 2005 PDRB sebesar Rp.
5.305.878.890.000,00 meningkat menjadi sebesar Rp.
8.801.877.490.000,00 pada Tahun 2009. Sedangkan berdasarkan
harga konstan dengan tahun dasar 2005, PDRB Lamongan juga
menunjukkan peningkatan. Pada Tahun 2005 PDRB Kabupaten
Lamongan sebesar Rp 3.883.701.780.000,00 meningkat menjadi
sebesar Rp. 4.888.536.450.000,00 pada Tahun 2009 atau tumbuh
sebesar 25,87%.
Tabel 2.3
Perbandingan Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Lamongan Tahun 2005 & 2009
( Juta Rupiah)

ADHB ADHK
Lapangan Usaha
2005 2009 2005 2009
 Pertanian 2.178.534,38 3.338.324,07 1.734.688,56 1.980.402,58
 Pertambangan dan
14.878,12 22.159,65 7.759,12 8.848,04
Penggalian
 Industri Pengolahan 274.012,91 484.399,32 209.626,03 275.614,09
 Listrik, Gas dan Air Bersih 112.691,04 167.923,38 100.225,67 129.524,48
 Bangunan/Konstruksi 197.702,56 297.941,62 130.557,85 153.787,13
 Perdagangan, Hotel &
1.588.442,87 2.996.468,81 1.094.083,22 1.564.349,88
Restoran
 Pengangkutan dan
97.145,69 176.945,89 63.567,28 88.815,15
Komunikasi
 Keuangan, Persewaan &
188.986,08 375.313,65 141.942,93 215.060,74
Jasa Perusahaan
 Jasa-Jasa 653.485,23 942.401,10 401.251,13 472.134,35
Jumlah 5.305.878,89 8.801.877,49 3.883.701,78 4.888.536,45
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan

Struktur perekonomian Lamongan terbagi menjadi tiga golongan


besar yakni sektor primer (sektor pertanian dan pertambangan
galian), sektor sekunder (sektor industri pengolahan; listrik, gas dan
air bersih serta kontruksi) dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan

Bab II-8
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan


jasa perusahaan serta jasa-jasa).
Kondisi perekonomian Lamongan mengalami transformasi struktur
dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Dilihat dari
perkembangan sampai dengan Tahun 2009, kontribusi terbesar
terhadap sektor primer masih didominasi oleh sektor pertanian.
Peranan sektor primer selama lima tahun terakhir semakin menurun
yakni dari 41,35% pada Tahun 2005 menjadi 38,19% pada Tahun
2009 terhadap total nilai PDRB Atas Berdasar Harga Berlaku
(ADHB). Hal tersebut disebabkan perkembangan sektor pertanian
tergantung dari luas lahan yang semakin lama semakin berkurang
bergeser ke sektor tersier seperti peruntukan sarana perdagangan,
hotel dan restoran. Pada periode yang sama sektor sekunder juga
mengalami sedikit penurunan dari 11,02% menjadi 10,79%.
Sebaliknya sektor tersier justru mengalami peningkatan yaitu dari
47,63% pada Tahun 2005 menjadi 51,02% pada Tahun 2009
dimana penggerak utamanya adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran dimana pada tahun 2005 mencapai 29.93% lima tahun
kemudian meningkat menjadi 34.04%.
Indikator lain untuk mengetahui kinerja perekonomian dan tingkat
kesejahteraan masyarakat adalah PDRB perkapita maupun income
perkapita. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir PDRB perkapita
Kabupaten Lamongan terus membaik. Pada Tahun 2009 PDRB
perkapita ADHB sebesar Rp. 7.398.929,00 meningkat 65,59% dari
Tahun 2005 yang mencapai Rp. 4.468.093,00. Sedangkan income
perkapita Tahun 2009 mencapai Rp. 7.020.104,00 atau meningkat
65,59% dibanding Tahun 2005 yang hanya mencapai Rp.
4.239.327,00. Kedua indikator mengalami peningkatan yang relatif
sama, dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum
tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamongan semakin
baik. Kinerja investasi yang diharapkan mampu mendukung
peningkatan akselerasi perekonomian daerah, relatif masih belum
optimal. Walaupun demikian dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Bab II-9
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

menunjukkan peningkatan realisasi investasi khususnya di bidang


Pariwisata, Industri dan Perhubungan khususnya di wilayah Pantura.
Realisasi pengembangan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan
Mazoola, Lamongan Integrated Shore Base (LIS), dan
pembangunan Pelabuhan ASDP diharapkan semakin meningkatkan
kegiatan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Lamongan. Pengembangan kawasan perdagangan di kota
Lamongan dan Babat diharapkan juga semakin meningkatkan
kinerja perekonomian daerah dan kapasitas fiskal Lamongan.
Walaupun Pemerintah Kabupaten telah berusaha meningkatkan
investasi dengan skala besar, namun perlu disadari bahwa
peningkatan investasi di sektor Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) sebagai salah satu basis perekonomian
masyarakat sangat diperlukan, disamping sektor Pertanian.

2. Pertanian

Tahun 2010 produksi pertanian kenaikannya cenderung variatif dan


sebagian besar telah memenuhi target yang ditetapkan, namun
demikian masih ada beberapa komoditi yang belum memenuhi
target. Untuk komoditi tanaman padi pada tahun 2010 produksinya
mencapai 857.638 ton GKG, terjadi peningkatan rata-rata sebesar
2,61 %. Kenaikan produksi juga terjadi pada komoditi jagung,
dimana pada tahun 2010 produksinya 294.115 ton atau meningkat
rata-rata sebesar 5,02 %. Data selengkapnya produksi komoditi
pertanian Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010 sebagaimana
tabel berikut :

Bab II-10
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Tabel 2.4
Data Produksi Komoditi Pertanian
Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010

Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010 Keterangan
No Komoditi
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
I Tanaman Pangan
1 Padi 776,085.0 819,823 839,986 892,613 857,638 GKG
2 Jagung 249,991.0 273,265 338,717 338,717 294,115 Pipilan Kering
3 Kedelai 28,866.0 18,512 23,779 30,977 31,125 Ose Kering Kedelai
4 Kacang tanah 6,736.0 7,224 8,641 9,349 10,825 Ose Kering Kacang Tanah
5 Kacang hijau 7,905.0 8,617 8,808 9,163 4,957 Ose Kering Kacang Hijau
6 Ubi kayu 39,691.0 38,508 35,962 47,882 35,631 Ose Ubi Basah
II Buah-buahan (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) (Kw)
1 Blimbing 1,929.90 2,296.50 1,791.90 2,988.00 5,730.00 Buah Segar
2 Jambu Air 692.20 3,487.00 3,799.00 1,561.00 2,765.00 Buah Segar
3 Jambu Biji 3,971.70 1,780.00 2,983.00 757.00 2,458.00 Buah Segar
4 Jeruk 16.30 9.00 452.00 175.00 525.00 Buah Segar
5 Mangga 115,771.50 116,956.10 104,602.90 129,408.00 117,600.00 Buah Segar
6 Nangka 49,982.60 51,159.90 52,720.70 57,854.40 22,483.00 Buah Segar
7 Nanas 1.00 3.00 23.00 15.00 21.00 Buah Segar
8 Pepaya 14,163.00 14,205.50 11,303.10 14,160.00 8,492.00 Buah Segar
9 Pisang 56,316.50 56,451.60 59,986.50 55,203.00 45,717.00 Buah Segar
10 Rambutan 684.90 60.00 60.00 79.00 49.00 Buah Segar
11 Salak 241.00 87.00 88.00 125.00 113.00 Buah Segar
12 Sawo 332.00 756.00 807.00 895.00 876.00 Buah Segar
13 Sirsak 67.00 459.00 615.00 561.00 543.00 Buah Segar
14 Sukun 8,530.10 13,056.50 2,800.00 12,280.00 1,728.00 Buah Segar
15 Melon *) 25,274.70 162,288.00 - 212,890.00 346.00 Buah Segar
16 Semangka *) 36,492.90 364,943.10 169,249.00 351,458.00 137,857.00 Buah Segar
III Sayuran (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) (Kw)
1 Bawang Merah 1,160.00 3,490.00 3,677.00 1,399.00 5,644.00 Sayuran Segar
2 Bawang Daun 468.00 620.00 122.00 90.00 45.00 Sayuran Segar
3 Sawi 64.00 45.00 50.00 13.00 17.00 Sayuran Segar
4 Kacang Panjang 1,222.00 1,200.00 1,120.00 1,127.00 1,816.00 Sayuran Segar
5 Lombok kecil 28,553.6 31,792.5 24,450.0 31,616.00 18,440.00 Sayuran Segar
6 Tomat 390.0 275.0 967.0 933.00 1,784.00 Buah Segar
7 Terong 1,104.0 853.0 1,358.0 275.00 730.00 Sayuran Segar
8 Ketimun 675.0 825.0 750.0 649.00 745.00 Sayuran Segar
9 Kangkung 8,136.0 9,702.0 3,930.0 824.00 - Sayuran Segar
10 Bayam 150.0 48.0 57.0 - - Sayuran Segar
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan

3. Perikanan
Potensi perikanan di Kabupaten Lamongan meliputi penangkapan
ikan di laut, budidaya tambak, sawah tambak dan kolam serta
penangkapan ikan di perairan umum. Luas areal kegiatan perikanan
budidaya dan perairan umum selama kurun waktu lima tahun adalah
berkisar 35.000 Ha.
Produksi ikan yang dihasilkan dengan peningkatan rata-rata dari
tahun 2006 hingga 2010 yakni sebesar 12,58 %. Adapun data

Bab II-11
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

produksi ikan selengkapnya untuk tahun 2006 s/d 2010


sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.5
Perkembangan Produksi Ikan di Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 s/d 2010

Produksi Ikan (Ton)


Kegiatan
2006 2007 2008 2009 2010
Penangkapan di Laut 37.618,32 38.317,04 63.593,97 63.911,94 61.431,53
Penangkapan Perairan
2.036,11 2.125,01 2.192,17 2.243,65 2.945,16
Umum
Budidaya 26.220,55 28.645,45 29.759,78 32.365,03 35.167,26

Jumlah 65.874,98 69.087,50 95.545,92 98.520,62 99.543.95


Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan

4. Peternakan

Populasi ternak pada tahun 2010 di Kabupaten Lamongan jika


dibandingkan dengan kondisi tahun 2006 mengalami kenaikan hal
ini disebabkan semakin membaiknya kondisi kesehatan hewan-
hewan ternak setelah adanya penanganan dan penyuluhan dari
instansi terkait terhadap pencegahan penyakit ternak terutama
unggas sehingga hal ini turut berperan serta mengurangi persepsi
dan sugesti negatif masyarakat terhadap pengembangan ternak
kecil maupun unggas. Selanjutnya tabel perkembangan populasi
produksi ternak di Kabupaten Lamongan tahun 2006 s/d 2010
sebagai berikut :
Tabel 2.6
Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 s/d 2010

Satuan : Ekor / Tahun

2006 2007 2008 2009 2010


Komponen
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Ternak Besar 37.916 42.444 51.836 58.251 69.657
Ternak Kecil 62.498 72.425 84.599 94.332 102.327
Unggas 1.207.087 1.353.828 2.271.579 2.513.563 26.525.669
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab. Lamongan

Bab II-12
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

5. Kehutanan
Keberhasilan upaya rehabilitasi dan konservasi lahan di Kabupaten
Lamongan dapat dilihat dari penurunan luas lahan kritis tiap
tahunnya. Penurunan ini sebagai hasil positif dari kegiatan
pembinaan, penyuluhan serta pelaksanaan Gerakan Sejuta Pohon
dan GNRHL yang dilakukan setiap tahun. Secara keseluruhan, luas
hutan di Kabupaten Lamongan seluas 33.717,30 Ha dengan rincian
33.464,40 Ha merupakan hutan produksi yang terdapat di
Kecamatan Laren, Brondong, Sukorame, Sugio, Sambeng, Bluluk,
Kedungpring, Mantup, Ngimbang dan Modo dan selebihnya 252,9
Ha merupakan hutan lindung yang terdapat di Kecamatan Sugio,
Sambeng, Modo dan Ngimbang.
Adapun produksi hasil hutan negara tahun 2006-2010 adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.7
Produksi Hasil Hutan Negara Tahun 2006 s/d 2010

Tahun
Jenis tanaman Sat.
2006 2007 2008 2009 2010
Tebangan Kayu Bundar
- Jati M³ 4.751.076 9.305.297 4.294.020 8.141.572 4.859.223
- Rimba M³ 110.730 3.827.570 1.784.824 4.714.474 7.106.334

Daun Kayu Putih Ton 150,620 141,720 169,666 206,496 344,444


Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan

6. Perkebunan

Di Kabupaten Lamongan perkebunan tersebar di seluruh kecamatan


di Kabupaten Lamongan, dimana untuk pemanfaatan dilakukan
dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Luas
kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan sebesar 9.919,14 Ha
atau sekitar 5,47 % dari luas wilayah yang tersebar di Kecamatan
Sukorame, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan
Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Kembangbahu,
Kecamatan Sugio, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Modo,
Kecamatan Babat, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren,

Bab II-13
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran dan Kecamatan


Brondong.
Pada sektor perkebunan dengan jenis komoditi yang paling dominan
adalah tebu dengan jumlah produksi 10.934 ton pada tahun 2010
dan Kecamatan Mantup adalah penghasil komoditi tebu terbesar.
Potensi di sektor perkebunan sangat ditunjang dan tergantung pada
kesesuaian dan kemampuan tanah terhadap jenis tanaman yang
ada. Potensi perkebunan jenis komoditi tebu sangat dimanfaatkan
oleh penduduk karena untuk pengolahan komoditi ini, cukup mudah
dan relatif menguntungkan bagi petani. Untuk satu kali tanam, petani
tebu dapat memanen sebanyak 3 kali dengan biaya produksi cukup
murah.
Pada beberapa tahun belakangan ini khusus komoditi tebu dan
kapas mengalami penurunan karena sampai dengan Oktober 2010
belum semuanya dipanen (proses penimbangan). Sedangkan
komoditi tembakau di tahun 2010 terjadi penurunan disebabkan
curah hujan yang cukup tinggi. Adapun produksi komoditi
perkebunan Kabupaten Lamongan 2006 s/d 2010 sebagai berikut :
Tabel 2.8
Produksi Komoditi Perkebunan Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 s/d 2010

2006 2007 2008 2009 2010)*


Komoditi Prod Prod Prod Prod Prod Keterangan
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
Temb. Virginia 868.5 19,889 2,178.4 2,423.2 2092 Krosok
Tembakau Jawa 708 9,860 2,009.7 3,881.6 1337 Rajangan
Tebu 23,134.6 132,086.2 14,361.8 15,394.5 10,934 Kristal
Kenaf 1,433.9 15,646 53.6 1,579 - Serat
Kapas 156.9 1,569,7 247.3 270 101 Serat Berbiji
Kelapa 961.9 162.15 1,777.59 1,950.10 1,910.56 Buah
Siwalan 96 145 190 210.6 220.4 Buah
Cabe Jamu 321.2 321.24 97.05 125 115 Buah
)* Data sampai dengan akhir Oktober tahun 2010
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan

Bab II-14
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

7. Koperasi
Koperasi sebagai salah satu unsur lembaga ekonomi masyarakat
memiliki spektrum dan akses pemberdayaan terhadap masyarakat
pedesaan, maka koperasi di daerah dituntut adanya restrukturisasi,
revitalisasi dan upaya partisipasi dalam pembangunan ekonomi
daerah. Adapun sasaran utama pengembangan koperasi adalah
terwujudnya peningkatan struktur permodalan yang kokoh dan sehat
sehingga mampu meningkatkan akses kepada sumber-sumber
pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun Keragaan
Koperasi di Kabupaten Lamongan selama lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.9
Data Keragaan Koperasi di Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 s/d 2010

Uraian Set 2006 2007 2008 2009 2010

Jml Koperasi Kop. 379 407 468 647 1.006


Jml Anggota Org. 145.200 144.469 137.217 137.439 152.912
Jml Manajer Org. 35 66 76 64 64
Jml Karyawan Org. 4.356 7.375 7.454 3.092 4.382
Jml Pengurus Org. 1.094 1.119 1.304 1.775 4.550
RAT Kop. 172 199 215 185 185
Modal Sendiri Rp. 000 61.723.392 96.635.459 106.718.103 127.298.421 125.776.697
Modal Luar Rp. 000 111.083.746 166.491.010 182.824.138 250.198.406 261.348.426
Volume Usaha Rp. 000 250.056.577 458.198.644 544.481.905 549.923.586 571.657.527
SHU Rp. 00 5.928.878 8.446.174 8.927.981 12.406.190 12.977.112

Sumber : Dinas Kopindag Kab. Lamongan

8. Perindustrian dan Perdagangan


Dalam konstelasi perindustrian dan perdagangan di era otonomi
daerah menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian daerah
untuk semakin tumbuh dan berkembang secara mandiri sekaligus
melebur dalam era globalisasi yang menekankan adanya peluang
dan kompetisi dalam memenangkan pasar. Kondisi perindustrian
dan perdagangan di Kabupaten Lamongan masih dominan
diarahkan pada pengembangan industrialisasi pedesaan.
Perkembangan industri berdasarkan unit usaha dan penyerapan

Bab II-15
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

tenaga kerja serta nilai investasi selama lima tahun terakhir adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.10
Perkembangan Bidang Industri Berdasarkan Unit Usaha, Penyerapan Tenaga
Kerja Dan Nilai Investasi Tahun 2006 s/d 2010

Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi ( Rp.000 )


Formal Non Formal Non Formal Non
Formal Formal Formal
2006 305 10.522 5.428 12.191 35.880.670 22.575.115
2007 325 10.977 5.928 12.226 42.560.100 24.030.200
2008 355 11.432 6.530 12.262 50.750.250 25.441.320
2009 325 11.887 7.025 12.302 57.960.620 26.881.264
2010 400 12.337 7.526 12.337 62.430.000 27.419.233
Sumber : Dinas Kopindag Kab. Lamongan

9. Penanaman Modal

Di era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini, kita dituntut


untuk lebih kompetitif guna menyongsong perdagangan bebas.
Termasuk di dalamnya kegiatan investasi yang sangat ketat
persaingannya. Menghadapi hal tersebut Pemerintah Daerah
diwajibkan melakukan regulasi melalui kebijakan–kebijakan yang
terfokus pada upaya untuk memacu pertumbuhan investasi
sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Selain itu,
daerah harus memiliki dan menyediakan pelayanan penunjang
untuk menarik investor agar dapat berinvestasi pada suatu daerah.

10. Kapasitas Keuangan Daerah


Perkembangan kemampuan keuangan daerah sangat ditentukan
oleh kondisi ekonomi nasional, kebijakan fiskal Pemerintah Pusat
serta kebijakan Pemerintah Daerah sendiri. Namun demikian
kebijakan Pemerintah Pusat masih merupakan faktor dominan
dalam menentukan kemampuan keuangan daerah. Hal ini
dikarenakan kapasitas keuangan daerah masih sangat bergantung
kepada Dana Alokasi Umum (DAU). Hal ini disebabkan Pendapatan

Bab II-16
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Asli Daerah (PAD) hanya mampu memberikan proporsi 6% – 7%


dari seluruh pendapatan daerah.
Otonomi Daerah menuntut adanya kemandirian dalam pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan, demikian juga dalam hal
keuangan daerah. Untuk itu dalam rangka mengurangi
ketergantungan keuangan daerah dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kabupaten Lamongan perlu merumuskan kebijakan-
kebijakan yang kreatip dan cerdas dalam meningkatkan PAD tanpa
harus mengganggu kepentingan sektor riil, yang efeknya akan
menggangu perkembangan ekonomi secara keseluruhan.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir PAD Kabupaten Lamongan
menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada Tahun 2007
pendapatan asli daerah sebesar Rp. 55,664 milyar, Tahun 2008
meningkat 16,43 % menjadi 66,612 milyar, sedangkan Tahun 2009
meningkat 21,95 % menjadi 71,320 milyar, dan pada Tahun 2010
meningkat 40.82 % menjadi 94,066 milyar. Demikian juga kapasitas
fiskal (Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak) dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat dari sebesar
Rp. 59,500 milyar pada Tahun 2007 meningkat menjadi 11.73%
atau sebesar 67,406 milyar pada Tahun 2008. Tahun berikutnya
2009 sedikit menurun menjadi Rp. 66,459 milyar atau menyumbang
7.02% terhadap total pendapatan daerah. Secara rata-rata setiap
tahunnya, Penerimaan Pendapatan Daerah mengalami peningkatan
10 %, namun pada tahun 2009 ini penerimaan Pendapatan Daerah
Kabupaten Lamongan hanya mengalami kenaikan sebesar 7.06%
dibanding tahun 2008. Meskipun begitu, kenaikan kapasitas fiskal ini
juga memberikan peran sebagai salah satu usaha penunjang
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Seiring dengan hal tersebut proporsi DAU terhadap total pendapatan
daerah menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif pada tiga tahun
terakhir dari 68.90% atau sebesar Rp.599,29 milyar pada Tahun
2008, pada tahun berikutnya menjadi hanya 61,41% atau sebesar
Rp.581,71 milyar, kemudian pada Tahun 2010 naik lagi menjadi

Bab II-17
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

68.78% atau sebesar Rp 606,70 milyar. Namun demikian disadari


sepenuhnya bahwa peranan Dana Alokasi Umum (DAU) masih
merupakan sumber pendapatan terbesar bagi daerah. Dimasa
mendatang diharapkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) akan semakin dikembangkan, khususnya melalui intensifikasi
dalam rangka meningkatkan kapasitas keuangan daerah dan
menurunkan ketergantungan keuangan daerah dari Pemerintah
Pusat.

2.3 KONDISI SOSIAL BUDAYA

1. Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan masyarakat Lamongan relatif
tinggi, rata-rata penduduk berpendidikan setingkat SLTP. Angka
Partisipasi Murni (APM) SD/MI tahun 2010 sebesar 99,93 % dari
target sebesar 95,00%, Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP/MTS
sebesar 112,43% dari target 84,87% sedangkan Angka Partisipasi
Kasar (APK) SMA/SMK/MA naik sebesar 76,77% dari target 75%.
Berdasarkan kondisi tahun 2007 jumlah penduduk penyandang
buta aksara berusia 10 – 44 tahun berjumlah 6.467 orang, dari
semuanya telah tuntas dilakukan pemberantasan. Sedangkan
penyandang buta aksara usia 45 s/d 65 tahun keatas sebanyak
23.258 orang, terhadap permasalahan ini pemerintah pusat, propinsi
maupun daerah secara bertahap berupaya melakukan
pemberantasan buta huruf melalui Program Keaksaraan Fungsional
(KF) dengan melibatkan lembaga lain. Hasil perkembangannya
penyandang Buta Aksara Tahun 2009 berkurang menjadi 17.664
orang dan pada tahun 2010 telah berkurang menjadi tinggal 10.164
orang.
Permasalahan pendidikan yang paling mendasar adalah masih
kurangnya kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan
serta rendahnya mutu pendidikan seperti : rendahnya kualitas

Bab II-18
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

lulusan, belum optimalnya kualitas proses belajar mengajar, belum


optimalnya kemampuan mengajar dari kalangan guru-guru,
rendahnya manajemen sekolah serta kurangnya sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai.
Sebagaimana diamanatkan Amandemen Undang-undang Dasar
1945 Pasal 31 ayat (2) : “Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya“, Dengan
demikian pemerintah wajib menyiapkan segala prasarana dan
sarana, namun hambatannya adalah kondisi prasarana gedung
sekolah dasar negeri di Kabupaten Lamongan kurang baik. Dari
635 gedung SD, yang kondisinya baik sejumlah 1.557 ruang kelas
rusak berat berjumlah 1.303 ruang kelas dan rusak sedang
berjumlah 929 ruang kelas. Upaya rehabilitasi selalu dilakukan
setiap tahun, namun karena dana pemeliharaan yang terbatas, dilain
pihak tingkat kerusakannya sudah parah maka kondisi gedung SD
tidak banyak berubah. Oleh karena itu perlu kiranya
memprioritaskan penanganan rehabilitasi gedung SD secara tuntas.
Selama periode 5 tahun (2006 s/d 2010) keberadaan sarana dan
prasarana pendidikan (Lembaga) untuk jenjang pendidikan SD/MI
terus mengalami penurunan dengan adanya Regrouping rata-rata
sebesar 2,90%, untuk jenjang SMP/MTs mengalami kenaikan rata-
rata sebesar 2,37% dan untuk jenjang SMA/SMK/MA mengalami
rata – rata sebesar 3,34% dan untuk jenjang Perguruan Tinggi relatif
stabil.
Tabel 2.11
Sarana Pendidikan

Jenjang Banyaknya
No
Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI 1258 1252 1167 1150 1151
2 SLTP/MTs 289 296 308 308 310
3 SMU/MA 133 135 139 140 141
4 SMK 40 45 55 55 56
6 PT 10 11 12 12 12
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan

Bab II-19
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Secara umum salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di


Kabupaten Lamongan adalah lemahnya manajemen sekolah.
Manajemen sekolah yang baik merupakan kekuatan dominan
menuju keberhasilan pendidikan. Solusi kearah pengelolaan sekolah
yang baik telah dirintis dengan menerapkan dan mengembangkan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diseluruh lembaga pendidikan.
Program ini telah dirintis dan diuji coba oleh UNICEF & UNESCO di
Kabupaten Lamongan sejak tahun 2002. Selain meningkatkan
manajemen sekolah, unsur penting lainnya adalah penambahan
kualifikasi pendidik karena mutu pendidikan terutama masih
dipengaruhi oleh kualitas SDM dari tenaga pendidik (guru), sehingga
dalam prioritas Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mengatasi
masalah hal ini adalah dengan meningkatkan kualitas mutu tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam hal ini salah satu
wujudnya dengan penyetaraan kualifikasi guru menjadi minimal
berijazah S-1.

2. Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Kesehatan adalah
investasi yang mengandung makna bahwa kesehatan adalah
kekayaan dan anugerah yang patut disyukuri, dijaga, dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya.
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Lamongan telah
dilaksanakan melalui program-program Pelayanan Kesehatan dan
Upaya Kesehatan Rujukan, Kesehatan Keluarga, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit, Penyehatan Lingkungan Permukiman,
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Makanan dan
Minuman, dan Sumber Daya Kesehatan.
Untuk menunjang pelayanan di Bidang Kesehatan, Kabupaten
Lamongan telah melengkapi sarana dan prasarana antara lain :
Pusling sebanyak 44 unit, Puskesmas 33 unit, Puskesmas

Bab II-20
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Pembantu 108 unit, Polindes 403 unit, Posyandu 1.732 unit.


Sumber Daya Manusia Kesehatan yang tersedia adalah: Tenaga
Medis sebanyak 353 orang, Paramedis Perawatan 1.375 orang, Non
Paramedis Perawatan 389 orang dan Non Perawatan 832 orang,
serta didukung oleh Tenaga Kader Kesehatan sebanyak 5.763
orang, Rumah Sakit Swasta 4 unit dan Rumah Sakit Daerah (RSD.
Dr. Soegiri) 1 unit, Balai Pengobatan 35 unit, Rumah Bersalin 3 unit,
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) 3 unit dan Apotik sebanyak 53
unit.
Puskesmas sebagai pelayan kesehatan terdepan pada tahun 2010
mampu melayani 1.255.558 orang, sedangkan pelayanan kesehatan
rujukan yang dilakukan Rumah Sakit Umum pada tahun 2010
sebanyak 107.781 orang, peningkatan jumlah kapasitas pelayanan
ini disebabkan karena semakin bertambahnya poli pelayanan dan
penambahan dokter spesialis.
Tabel 2.12
Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Banyaknya (Th 2010)

1. Rumah Sakit 5

2. Rumah Bersalin 3

3. Balai Pengobatan 38

4. BKIA 3

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan

3. Kependudukan

Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung


dengan masyarakat/penduduk. Peran serta penduduk dalam
pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai
dengan tempat tinggalnya. Karakteristik sosial yang dimaksud disini
adalah karakter dari masing-masing penduduk.

Bab II-21
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Untuk perkembangan jumlah penduduk pada tiap-tiap kecamatan


dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 2.13
Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan
Tahun 2005 s/d 2009

Jumlah Penduduk Tahun


No Kecamatan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Sukorame 22,007 21,851 22,180 22,265 22,698
2 Bluluk 23,406 23,128 23,374 23,882 24,326
3 Ngimbang 46,169 45,893 46,500 47,566 48,519
4 Sambeng 52,205 51,259 50,269 50,999 52,030
5 Mantup 46,305 45,868 46,510 47,015 47,689
6 Kembangbahu 52,438 52,181 53,503 53,038 52,506
7 Sugio 61,948 64,154 65,972 67,187 68,456
8 Kedungpring 64,923 64,111 65,546 66,634 68,240
9 Modo 51,307 51,362 51,951 53,044 54,459
10 Babat 89,968 88,684 89,597 92,120 94,760
11 Pucuk 54,213 53,621 54,264 54,864 56,293
12 Sukodadi 56,400 56,807 57,797 59,328 60,495
13 Lamongan 67,998 66,698 67,552 69,497 70,854
14 Tikung 43,114 42,267 42,885 43,630 44,049
15 Sarirejo 25,840 25,373 25,724 26,048 26,186
16 Deket 47,403 45,905 46,631 47,725 48,221
17 Glagah 48,265 47,330 47,412 47,558 48,322
18 Karangbinangun 44,375 43,765 43,722 43,489 44,694
19 Turi 54,498 53,239 54,410 55,913 56,955
20 Kalitengah 36,887 36,612 37,904 38,391 38,724
21 Karanggeneng 48,250 47,928 48,643 49,942 50,264
22 Sekaran 55,066 55,678 57,479 59,052 60,360
23 Maduran 44,069 43,832 44,502 45,956 47,169
24 Laren 54,482 54,603 55,446 57,225 57,783
25 Solokuro 45,451 45,938 46,636 47,135 57,529
26 Paciran 89,698 90,914 92,177 95,701 98,556
27 Brondong 66,446 71,052 73,800 74,682 77,929
Jumlah 1.393.131 1.390.053 1.412.386 1.439.886 1.478.066
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2005-2009

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Kabupaten Lamongan Tahun 2005 hingga 2009 pertumbuhan

Bab II-22
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

penduduk Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut : Pada


Tahun 2005 jumlah penduduk adalah 1.393.131 jiwa yang terdiri dari
695.997 laki-laki dan 697.134 perempuan. Pada tahun 2009
menjadi 1.478.066 jiwa yang terdiri dari 738.996 laki-laki dan
739.070 perempuan, kemudian pada tahun 2010 tercatat jumlah
penduduk Kabupaten Lamongan sebesar 1.499.971 jiwa, yang
terdiri dari 749.804 laki-laki dan 750.167 perempuan. Sehingga
selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2010 terjadi
penambahan penduduk sebesar 106.840 jiwa dengan tingkat
pertumbuhan per tahunnya 1.49%. Apabila dibandingkan dengan
luas wilayah Kabupaten Lamongan yang sebesar 1.812,80 km2,
maka tingkat kepadatan penduduk mencapai 827,43 jiwa/km2 pada
tahun 2010. Berkenaan dengan hal tersebut untuk menekan
pertumbuhan penduduk, salah satu cara untuk mengatasinya adalah
peran Gerakan Keluarga Berencana.
Dalam upaya tertib administrasi bidang kependudukan, serta
peningkatan pelayanan, telah dikembangkan Sistem Informasi
Kependudukan (SIMDUK) dengan bentuk pelayanan berupa
pemberian KTP, KK, Lahir Mati Pindah Data, Akta Kelahiran,
Perkawinan, Kematian, Perceraian, Pengakuan dan Pengesahan
Anak.

4. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Lamongan bila dilihat dari


jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak sesuai dengan lapangan
kerja yang ada. Pencari kerja di Kabupaten Lamongan hingga tahun
2009 adalah sebanyak 4.376 jiwa dengan komposisi tamatan SD
sebanyak 8 jiwa, SLTP sebanyak 106 jiwa, SLTA sebanyak 2.002
jiwa, Diploma sebanyak 843 jiwa dan tamatan Sarjana sebanyak
1.417 jiwa. Pada tahun 2010, tenaga kerja formal tercatat sebanyak
7.526 orang dan tenaga Kerja Informal terdidik tercatat 241 orang
dan data pengangguran murni tercatat sebanyak 6.725 orang.
Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri tahun 2010

Bab II-23
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

tercatat sebanyak 302 orang naik 65.23% dibanding tahun 2009


yang hanya 197 orang.
Persoalan di bidang pembangunan ketenagakerjaan di Kabupaten
Lamongan adalah pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi
dengan pertumbuhan kesempatan kerja, hal ini merupakan kondisi
faktual dewasa ini. Selain itu persoalan TKI ilegal, persoalan SDM
tenaga kerja yang belum mampu bersaing dan siap pakai untuk
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri maupun luar negeri.

5. Agama
Masyarakat lamongan adalah masyarakat yang relegius, Pemerintah
Kabupaten Lamongan sangat mendorong terciptanya pembangunan
masyarakat seutuhnya. Sampai dengan tahun 2010 Pemerintah
Kabupaten telah membantu pembangunan 445 unit tempat ibadah
dan juga telah dibantu sebanyak 146 kegiatan keagamaan untuk
tahun 2010.
Demikian juga terhadap kerukunan umat dalam satu agama maupun
kerukunan antar pemeluk agama, Pemerintah Kabupaten Lamongan
telah memfasilitasi kegiatan dialog antar umat beragama maupun
turut serta dalam dialog antar agama yang diadakan di Propinsi,
namun sampai saat ini belum terbentuk forum kerukunan antar umat
beragama. Perkembangan yayasan keagamaan/pondok pesantren
sampai tahun 2010, terdapat 273 Pondok Pesantren. Pembangunan
fisik sarana ibadah selama periode 5 tahun (2006 s/d 2010)
mengalami pertumbuhan sebesar 1% atau pertahunnya sebesar
0.20%.

Bab II-24
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Tabel 2.14
Sarana Ibadah

Banyaknya
No Tempat ibadah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Masjid 1618 1618 1633 1633 1633
2 Langgar 274 274 299 299 299
3 Mushola 3763 3763 3813 3813 3813
4 Gereja 11 11 11 12 12
5 Pura 2 2 2 2 2
7 Pondok Pesantren 258 258 258 258 273
Jumlah 5926 5926 6016 6017 6032
Sumber : Bagian Kesmasy Sekretariat Daerah Kabupaten Lamongan

6. Pemuda dan Olah Raga


Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan berupaya membina
pemuda secara individu maupun kelompok melalui pelayanan,
penyadaran, pemberdayaan, pengembangan, koordinasi dan
kemitraan. Jumlah pemuda berprestasi dalam bidang olahraga di
Kabupaten Lamongan sampai dengan tahun 2010 sebesar 1.14%.
Di tingkat Nasional pada Kejurnas 2006, Kabupaten Lamongan
meraih Juara II untuk cabor atletik Lari 200 m dan Juara III untuk
cabor catur. Di tingkat Propinsi pada tahun yang sama Lamongan
berhasil merebut Juara I pada cabor gulat. Pada even POR SD
tingkat Propinsi di tahun 2007, Lamongan berhasil meraih Juara I, II
dan III pada cabor panahan. Cabor panahan, panjat tebing dan gulat
merupakan cabor yang paling sering mendapatkan penghargaan.
Pada tahun 2008 cabor panahan berhasil mendapatkan 43
penghargaan baik tingkat Propinsi maupun Nasional yaitu di
kejuaraan POPDA, PON XVII dan Kejurnas. Cabor gulat
memperoleh 23 penghargaan di even POPDA dan Kejurda.
Berdasarkan data daftar prestasi dari Dinas Pemuda Olahraga
Kabupaten Lamongan, pemuda/atlet di Kabupaten Lamongan
berhasil menoreh prestasi terbanyak pada kurun waktu 2008 yaitu
sebanyak 88. Di tahun 2009 memperoleh 57 penghargaan dan
tahun 2010 hingga akhir Oktober ini, sejauh ini Kabupaten

Bab II-25
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Lamongan telah mengoleksi 43 penghargaan dari berbagai cabor


yaitu gulat, panahan dan atletik.
Selain prestasi diatas, prestasi membanggakan lainnya antara lain :
 Pada tahun 2008 meraih Juara 2 Tingkat Nasional untuk
kategori Pemuda Pelopor bidang Tehnologi Tepat Guna atas
nama Drh. Imam Ghozali dari Desa Banjarejo Kecamatan
Kedungpring;
 Tahun 2009 berhasil meraih Juara 2 tingkat Propinsi pada
kategori Pemuda Pelopor bidang Kewirausahaan atas nama
Purwanti dari Kembangbahu dan Juara 2 bidang Pariwisata
dan Seni Budaya atas nama Ninin Desinta Y, S.Sn dari
Kecamatan Lamongan.
 Tahun 2010, Sdri. Ervina terpilih sebagai peserta pertukaran
Bhakti Pemuda antar Propinsi mewakili Jawa Timur.
Untuk mendorong pemuda lebih aktif berpartisipasi dalam
pembangunan terdapat 191 organisasi masyarakat, orpol dan
pemuda, serta organisasi kemasyarakatan yang telah dibina
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan untuk memberikan
motivasi, memfasilitasi diskusi dan dialog dan memberikan stimulan
bagi para pemenang tingkat Propinsi dan Nasional.

7. Seni Budaya.
Keragaman dan kekayaan budaya Lamongan secara historis terbagi
menjadi 2 (dua) wilayah sesuai karakteristik nudaya dan kesenian,
yaitu :
a. Wilayah selatan yang kental dengan budaya jawa (Majapahit).
b. Wilayah utara yang sangat dominan dan monumental dengan
budaya Islam (Budaya Pesisir).
Adanya perbedaan kondisi budaya tersebut melahirkan aneka seni
budaya jawa di kawasan selatan seperti wayang kulit, lindur, sandur,
ketoprak, tayub, kepang dor dan sebagainya. Sedangkan di kawasan
utara yang diilhami oleh kesenian dan budaya Islam antara lain,

Bab II-26
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

sampro, seni hadrah, jidor, sholawatan, kentrung, pencak silat,


qasidah dan sebagainya.
Terdapat 188 kelompok seni dan 4 padepokan seni di Kabupaten
Lamongan, satu padepokan seni dan budaya telah mengikuti dan
berprestasi di festival seni tingkat nasional, serta terdapat 14 cagar
budaya yang dilindungi dari 61 cagar budaya yang ada.Budaya
tersebut perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai upaya untuk
menyatukan dan memperkokoh budaya bangsa.

2.4 KONDISI PRASARANA DAN SARANA DAERAH

1. Transportasi
Sistem transportasi di Kabupaten Lamongan lebih didominasi oleh
transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian sarana kereta
api. Sedangkan untuk transportasi laut saat ini hanya sebatas
prasarana penangkapan ikan, akan tetapi saat ini telah
dikembangkan pelabuhan laut nasional-internasional oleh PT.
Lamongan Integrated Shorebase di wilayah utara Lamongan.
Total panjang jalan kabupaten sebesar 346,732 Km. Selama kurun
waktu 5 tahun (2006 - 2010) telah dicapai peningkatan kondisi jalan
dan jembatan sebagai berikut : pada tahun 2010, kondisi jalan (baik
dan sedang) menurun sebesar 37,10 %, sedangkan Kondisi Jalan
Rusak, naik sebesar 27,50 %, Kondisi jembatan baik naik sebesar
0.08%, Kondisi jembatan sedang menurun sebesar 0,04%, Kondisi
jembatan rusak menurun sebesar 0.38%.

Bab II-27
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Tabel 2.15
Kondisi Jalan dan jembatan

KONDISI
No URAIAN TH. 2006 TH. 2007 TH.2008 TH.2009 TH. 2010

Km Km % Km % Km % Km %
Jln Baik &
1 326.582 285.360 82,30 292.701 84,42 299.923 86,49 156.723 45,20
Sedang
2 Jln Rusak 11.65 61.372 17,7 54.031 15,58 46.809 13,50 190.009 54,80

3 Jemb. Baik 136 Bh 144 Bh 61,02 148 Bh 62,71 149 Bh 63,13 149 Bh 63,13

4 Jemb. Sedang 74 Bh 70 Bh 29,66 71 Bh 30,09 71 Bh 30,09 71 Bh 30,09

5 Jemb. Rusak 26 Bh 22 Bh 9,32 17 Bh 7,20 16 Bh 6,78 16 Bh 6,78

Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. Lamongan

Tabel 2.16
Panjang Jalan Menurut Jenis Perkerasan
(dalam Km)

Jalan
Jenis Perkerasan
Negara Propinsi Kabupaten
Aspal 70,63 57,23 266.372,00
Beton - - 80.360,00
Kerikil
Tanah - - -
Tidak dirinci - - -
Jumlah - - 346.732,00
Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. Lamongan

Trayek regional dilayani oleh Terminal Lamongan dan Teminal


Babat. Sementara untuk trayek lokal berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Dinas Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 551.2/ 2173/110/1993,
tanggal 19 Agustus 1993 tentang Ijin Trayek Angkutan Penumpang
Umum di Wilayah Kabupaten Lamongan dan Nomor :
551.2/2174/110/1993, tanggal 19 Agustus 1993 tentang Penetapan
Jaringan Trayek Angkutan Penumpang Umum di Wilayah
Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:
a. Angkutan Penumpang Umum yang melayani dalam kota
Kabupaten Lamongan dengan rute Terminal Lamongan– Dalam
Kota Lamongan – Perumnas Made – Perumda Deket

Bab II-28
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

b. Angkutan Penumpang Umum Pedesaan yang melayani trayek


antar Kecamatan dalam Kabupaten Lamongan terdiri dari 13
(tiga belas) rute yaitu :
- Lamongan – Tikung – Mantup – Babatan
- Lamongan – Tikung – Kembangbahu – Gondang
- Lamongan – Sugio – Gondang
- Lamongan – Deket – Kr. Binangun – Glagah
- Lamongan – Babat
- Sukodadi – Kr. Geneng – Banjarwati
- Pucuk – Laren - Blimbing
- Laren – Blimbing
- Babat – Kalen – Kedungpring – Gondang
- Babat – Modo – Bluluk – Sukorame
- Sukorame – Kabuh - Ploso – Ngimbang
- Brondong – Paciran – Sd. Duwur – Solokuro - Nggodog
- Ngimbang – Sambeng – Mantup – Balonggpanggang.

2. Utilitas
1) Air Bersih
Pembangunan sarana dan prasarana air bersih bagi suatu
wilayah perkotaan merupakan salah satu pokok yang harus
dipersiapkan, karena dapat mempengaruhi pengembangan
perekonomian wilayah tersebut. Dengan kesiapan sarana dan
prasarana air bersih, maka keinginan masyarakat untuk tinggal di
wilayah tersebut semakin tinggi. Dengan semakin pesatnya
masyarakat tinggal di wilayah tersebut, tentunya kegiatan
masyarakat juga semakin meningkat, baik dalam kegiatan
perdagangan, perkantoran, industri dan lain-lain. Dengan
semakin tinggi aktifitas yang ada, maka kebutuhan air bersih juga
semakin meningkat.

Bab II-29
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Begitu pula dengan Kabupaten Lamongan, dengan pertumbuhan


pemukiman penduduk yang semakin meningkat maka diperlukan
pula peningkatan pelayanan kebutuhan air di wilayah tersebut.
Pemenuhan kebutuhan air hingga saat ini diambilkan dari Sungai
Bengawan Solo, dan pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh
masyarakat melalui kelompok HIPPAM (Himpunan Penduduk
Pengguna Air Minum). Sampai dengan tahun 2010 pelayanan
PDAM Kabupaten Lamongan baru melayani 10 dari 27
kecamatan di Kabupaten Lamongan melalui 12 area pelayanan
yaitu di Kecamatan Lamongan, Sukodadi, Deket, Brondong,
Kembangbahu, Sugio, Sekaran, Babat, Kedungpring dan
Ngimbang.

2) Persampahan

Penanganan persampahan di Kabupaten Lamongan terpusat di


3 lokasi, yakni Kota Lamongan, Babat dan Paciran-Brondong,
dimana ketiganya telah dilengkapi sarana TPA dengan metode
pananganan control landfill, masing-masing dengan luasan 3,74
Ha (terletak di Desa Tambakrigadung Kecamatan Tikung) untuk
Kota Lamongan 0,063 Ha (Desa Gendongkulon Kecamatan
Babat) untuk Kota Babat, dan seluas 0,09 Ha (di Desa Dadapan,
Kecamatan Solokuro) untuk Kota Brondong-Paciran. Adapun
penanganan persampahan di tingkat masyarakat dilakukan oleh
masyarakat sendiri.
Sampah dari masyarakat dikumpulkan di sebelas TPS (Tempat
Pembuangan Sementara) melalui manajemen yang dikelola oleh
masyarakat sendiri, kemudian sampah yang telah terkumpul
tersebut di bawah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dengan
menggunakan 6 buah dum truck dengan produksi 80 M3/hari.
Adapun untuk Kota Babat dan Brondong-Paciran menggunakan
container (sebagai TPS). Tersedia 4 kontainer di wilayah Kota
Brondong-Paciran dan 3 kontainer di wilayah Kota Babat,
masing-masing dilayani 1 amrol truck dengan produksi sampah

Bab II-30
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

perharinya 30 M3 – 36 M3. Untuk lokasi TPA Kota Lamongan


telah dilengkapi dengan 3 buah boulduzer, 2 unit tanki air 6000
liter sedangkan pada 2 TPA lainnya untuk pekerjaan perataan
dan pemadatan didatangkan boulduzer dari Kota Lamongan.

3) Telekomunikasi

Telekomunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat


vital bagi masyarakat dalam menghadapi kemajuan di bidang
teknologi informasi. Teknologi informasi memungkinkan
masyarakat akan memperoleh kemudahan serta percepatan
akses dalam penyebaran informasi.
Kondisi hingga saat ini, seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten
Lamongan telah terjangkau oleh sarana telekomunikasi baik
melalui sarana telepon kabel (oleh PT. TELKOM) maupun yang
menggunakan sarana telekomunikasi seluler (PT. TELKOMSEL,
PT. INDOSAT, PT. EXCELCOMINDO, dll).
Sementara di bidang pemerintahan pengembangan jaringan
komunikasi dan informasi juga menjadi suatu hal yang sangat
penting, khususnya sebagai sarana interaksi antar perangkat
daerah dalam hal penyediaan data atau informasi secara cepat,
tepat dan akurat. Dalam hal ini Kabupaten Lamongan telah
mengembangkan jaringan komunikasi dan informasi melalui
media Wireless LAN di 19 titik (18 kecamatan dan perpustakaan
umum daerah).

4) Listrik

Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke


wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan
akan listrik harus dilakukan melalui peningkatan penyediaan
listrik di perkotaan dan pedesaan .
Dengan meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik
akan terjadi pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten

Bab II-31
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Lamongan, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan


memperoleh layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada
masyarakat yang belum terlayani. Pada tahun 2009 terdapat
penambahan layanan energi listrik sebanyak 94 KK baru,
sehingga sampai dengan tahun 2010 jumlah KK desa yang
belum terlayani energi listrik sebanyak 50 KK.

3. Pengairan
Manajemen pengelolaan sumberdaya air dalam kaitannya dengan
penyediaan air bagi kegiatan pertanian dan perikanan di Kabupaten
Lamongan terbagi dalam 7 wilayah Unit Pelayanan Teknis (UPT),
yaitu UPT Lamongan, Kedungpring, Babat, Karanggeneng,
Sukodadi, Kuro dan Laren yang meliputi 55 Daerah Irigasi (DI)
dengan luasan area sawah 45.841 Ha, meliputi 14.730 Ha
merupakan jaringan irigasi teknis, 10.551 Ha jaringan irigasi semi
teknis dan 20.560 Ha jaringan irigasi sederhana.

4. Sarana Pasar
Perkembangan sarana pasar di Kabupaten Lamongan untuk tahun
2010 telah dibangun 2 Pasar Modern baru yaitu Lamongan Plaza
dan Pasar Agrobis Semando Babat. Pasar Agrobis Babat
diharapkan dapat mengembangkan eksistensi pedagang tradisional
di tengah serbuan sarana perdagangan ritel modern. Keseluruhan
terdapat 9 unit Pasar Daerah, yaitu Pasar Baru, Pasar
Modern/Lamongan Plaza , Pasar Sidoharjo, Pasar Ikan, Pasar
Babat, Pasar Agrobis, Pasar Blimbing/Brondong, Pasar Maduran,
Pasar Hewan Tikung dan Pasar Hewan Babat. Sementara itu,
Pasar Desa hingga tahun 2010 berkembang menjadi 112 unit.

2.5 KONDISI PEMERINTAHAN UMUM

Kebijakan Otonomi Derah yang diarahkan untuk mempercepat


terwujudnya kesejahteraan masyarakat, mengamanatkan Daerah untuk
dapat mengatur dan mengurus sendiri urusannya. Dalam kurun waktu tahun

Bab II-32
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

2006-2010 Pemerintah Kabupaten Lamongan telah menyelenggarakan


urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangannya sesuai dengan norma
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Implementasi dari
kebijakan tersebut telah membawa dampak pada peningkatan pembangunan
pada semua sektor diantaranya peningkatan pelayanan kepada masyarakat
dan swasta, serta memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat.

1. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur

Penyelenggaraan Pemerintahan selalu diarahkan untuk lebih


meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, untuk itu
peningkatan kemampuan dan profesionalisme aparatur, baik secara
teknik maupun manajerial mutlak diperlukan. Disamping itu
penanaman disiplin, sikap mental dan dedikasi perlu terus
ditingkatkan. Untuk itu program peningkatan mutu aparatur melalui
pendidikan, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan telah
dilaksanakan dan akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya.
Kemajuan penyelenggaraan pemerintahan di daerah telah
memperoleh dukungan dari seluruh aparatur yang makin profesional
dalam bidangnya, pada tahun 2010 jumlah PNS di Kabupaten
Lamongan telah mencapai sebanyak 13.155 PNS dengan dibantu
tenaga kontrak sebanyak 470 personil. Sampai dengan akhir
Oktober tahun 2010 keadaan jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kabupaten Lamongan dapat diperlihatkan pada tabel di bawah :

Bab II-33
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Tabel 2.17
Keadaan Jumlah PNSD Kabupaten Lamongan

Golongan Kepangkatan
No. Eselon/Jabatan
IV III II I Jml

1. II. a - - - - -
2. II. b 28 - - - 28
3. III. a 58 6 - - 64
4. III. b 65 40 - - 105
5. IV. a 86 416 - - 502
6. IV. b 0 96 - - 96
7. Pejabat fungsional 4.540 1.908 218 - 6.666
8. Staf 26 2.780 2.683 205 5.694
JUMLAH 4.803 5.246 2.901 205 13.155

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan

Dalam rangka pembinaan karier PNS, bagi yang memenuhi


persyaratan sesuai ketentuan dapat diberikan kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi. Adapun PNSD yang diberikan kenaikan
pangkat sampai dengan Tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.18
Kenaikan Pangkat PNSD Kabupaten Lamongan

Jenis Kenaikan Golongan Usulan KP Golongan Realisasi KP


Pangkat IV III II I Jml IV III II I Jml
KP. Reguler 37 390 242 25 694 37 390 242 25 694
KP. Pilihan 658 483 61 - 1.202 658 483 61 - 1.202
KP. Pengabdian - - - - - - - - - -
KP. Anumerta - - - - - - - - - -
Jumlah 695 873 303 25 1.896 695 873 303 25 1.896
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan

Untuk meningkatkan kinerja SDM Aparatur, maka Badan


Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan memberikan
penertiban perijinan bagi aparatur yang melanjutkan studi kejenjang
yang lebih tinggi, seperti pada data di bawah ini :

Bab II-34
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Tabel 2.19
Ijin Belajar PNSD Kabupaten Lamongan

PNS yang
No. Jenis Diklat mengajukan Ijin Realisasi
Belajar
Ijin Belajar dari
1. SD ke SLTP - -
2. SLTP ke SLTA 5 5
3. SLTA ke Diploma 42 42
4. SLTA ke S-1 203 203
5. Diploma ke S-1 121 121
6. D.IV ke S-1 - -
7. D.IV/S-1 ke S-2 134 134
8. S-2 ke S-3 - -
JUMLAH 505 505
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan

2. Kecamatan dan Kelurahan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No. 08 Tahun


2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan
Kabupaten Lamongan, Kecamatan yang sebelumnya dibawah
koordinasi Bagian Pemerintahan Setda berubah menjadi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pelaksanaannya baru
terealisasikan pada tahun 2010. Dengan demikian Kecamatan
mempunyai wewenang untuk mengelola anggarannya sendiri

Camat sesuai kedudukan tugas, peran dan fungsinya sebagaimana


Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
disamping melaksanakan tugas Desentralisasi melalui pelaksanaan
pelimpahan sebagian kewenangan Kepala daerah kepada Camat
untuk menangani sebagian urusan Otonomi daerah bersama-sama
dengan Dinas, Instansi lain, juga melaksanakan tugas
Dekonsentrasi yakni menjalankan tugas umum pemerintahan.
Camat juga melaksanakan tugas pembantuan serta tugas tampung
tantra yakni melaksanakan segala urusan yang tidak dapat ditangani
oleh masyarakat, harus di urus dan ditangani oleh Pemerintah.

Bab II-35
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Terkait dengan adanya ketentuan tersebut, kedudukan Camat


sebagai unsur perangkat Pemerintah Daerah, di dalam menjalankan
tugas dan fungsinya di bidang pemerintahan belum dapat dilakukan
secara optimal, sehingga tugas-tugas lain yang berada di luar
organisasi Kecamatan, sebagaimana tertuang dalam Keputusan
Bupati Lamongan Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pelimpahan
sebagian Kewenangan Kepala Daerah kepada Camat (yang masih
mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999) yang
meliputi (1) Penyelenggaraan Tugas-Tugas Pemerintahan Umum,
Pembinaan Keagrariaan, dan Pembinaan Politik Dalam Negeri ; (2)
Pembinaan Pemerintahan Desa/Kelurahan ; (3) Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban di Wilayah; (4) Pembinaan
Pembangunan, yang meliputi Pembinaan Perekonomian, Produksi
dan Distribusi serta Pembinaan Sosial.

3. Pelayanan Perijinan
Pemerintah Kabupaten Lamongan bertekad untuk memperbaiki
sistem dan kinerja yang berkaitan di bidang pelayanan melalui
pembentukan unit pelayanan terpadu (Samsat Perijinan/UPT
Perijinan) pada tahun 1993 dengan pelayanan sebanyak 5 jenis
perijinan dan 2 Pelayanan Umum antara lain Ijin Mendirikan
Bangunan; Ijin Gangguan (HO) dan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU);
Ijin Penggilingan Padi; Ijin Pemasangan Reklame; Ijin
Hiburan/Tontotan; KTP/KK; Akta Catatan Sipil.
Pada Tahun 2002 telah dikembangkan Kantor Perijinan melalui
Perda Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perijinan Kabupaten Lamongan.
Sedangkan jenis perijinan yang telah dikelola oleh Kantor Perijinan
Kabupaten Lamongan ada 16 jenis pelayanan antara lain
Persetujuan Prinsip; Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); Ijin Gangguan
(HO); Ijin Penggilingan Padi; Ijin Pemasangan Reklame; Ijin Hiburan;
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Tanda Daftar Perusahaan
(TDP); Tanda Daftar Industri (TDI); Ijin Usaha Industri; Tanda Daftar

Bab II-36
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Lamongan Tahun 2011-2015

Gedung (TDG); Ijin Operasional BP/RB/BKIA/RS dan Ijin Praktek


Para Medis; Ijin Optikal; Ijin Apotik/Toko Obat; Ijin Laboratorium; Ijin
Usaha Jasa Konstruksi (IUJK).
Untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
memenuhi pelayanan yang cepat dan tepat serta transparan maka
telah terbit Keputusan Bupati Lamongan Nomor 37 Tahun 2003
tentang Mekanisme dan Prosedur Pengajuan dan penerbitan Ijin di
Kabupaten Lamongan.

Bab II-37

Anda mungkin juga menyukai