Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam bahasa kedokteran inggris, pinggang dikenal sebagai ‘low back’ .


secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh
tulang sakrum dan otot otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit
struktural dalam berbagai sikap tubuh Dan gerakan ditinjau dari sudut mekanika.
Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia.
Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, dan
melindungi beberapa organ penting.

Peranan otot otot erektor trunksi adalah memberikan tenaga imbangan


ketika mengangkat benda. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang
ditempatkan didalam nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat
diselidiki pada berbagai sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan
intradiskal ketika berdiri tegak.

Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu
diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan thoraks. Hal ini dapat diungkapkan
oleh penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa
dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat petunjuk
tekanan didalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa
30% sampai 50% dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi
dengan mengencangkan otot otot torakal dan abdominal sewaktu melakuakan
pekerjaan dan dalam berbagai posisi.

Hernia nukleus pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak ‘’low
back pain’’ akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan
dimasyarakat, dan biasanya dikenal sebagai ‘’loro boyok’’. Biasanya mereke
mengobatinya dengan pijat urat dan obat obatan gosok, karena anggapan yang

1
salah bahwa penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ketungkai
bawah terutama pada saat aktivitas membungkuk (sholat mencangkul). Penderita
mayoritas melakukan suatu aktivitas mengangkat beban yang berat dan sering
membungkuk. (Ariani, 2012)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Medis dari Hernia Nukleus Pulposus?
2. Bagaimana konsep keperawatan hernia nukleus pulposus?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Konsep Medis dari Hernia Nukleus Pulposus
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari hernia nukleus
pulposus

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Hernia Nucleus Pulposus(HNP) adalah turunnya kandungan annulus
fibrosus dari diskus intervertebralislumbal pada spinal canalatau rupture annulus
fibrosusdengan tekanan dari nucleuspulposusyang menyebabkan kompresi pada
element saraf.Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5
dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerveL4, L5, dan
S1. Hal ini akanmenyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas
dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita
HNP. Weaknesspada grup otot tertentu namun jarangterjadi pada banyak
grup otot. (Hurst , 2016)

Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan


lunak diantara ruas ruas tulang belakang mengalami tekanan dan pecah , sehingga
terjadi penyempitan dan terjepitnya urat urat saraf yang melalui tulang belakang
saraf terjepit lainnya adalah disebabkan oleh nukleus pulposus dari diskus melalui
robekan amnulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan nyeri yang hebat.
(Ariani, 2012)

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)


adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke
dalam kanalisvertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas
sebagian tersendiri di dalamkanalis vertebralis (ruptur discus). Diskus
intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri
dariserabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus
fibrosus yangmengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat
yang kuat. Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral

3
pada daerahlumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini
biasa berhubungandengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan
yang berlebihan, biasanyadisebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat
tekanan yang berlebihan (berat).Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah
lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerahservikal dan thorakal tapi kasusnya
jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi
dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus
bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke
kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus kedalam korpus
vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus. (Hurst ,
2016)

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Tulang
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah
tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal
dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan
koksigeus. Diskus intervertebrale merupkan penghubung antara dua korpus
vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang
belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae.
Lumbal tersusn atas lima vertebra yang masing – masing ruas dipisahkan
oleh adanya discus intervertebralis, vertebra pada regio ini ditandai dengan
korpusnya yang besar, laminya besar dan kuat korpusnya jika dilihat dari atas
tampak seperti ginjal dan foramen vertebranya bervariasi mulai dari oval (VL1)
samapi (VL5).
Pada daerah lumbal facet terletak pada bidang vertical sagital
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada
sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua facet saling mendekat
sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi

4
sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga
memungkinkan gerakan ke lateral berputar.

2. Discus
Discus adalah bantalan sendi yang terletak diantara tulang sebagai
pelindung untuk mengatasi beban kejut dan melindungi tulang dari pergesekan.
Discus terletak diantara dua corpus vertebra, terdiri dari :
a. Nukleus pulposus
Bagian tengah diskus yang bersifat semi gelatin nukleus ini
mengandung berkas – berkas serabut kolagen sel – sel jaringan
penyambung dan sel – sel tulang rawan. Berfungsi Sebagai peredam
benturan antara korpus vertebra yang berdekatan dan Pertukaran
cairan antara diskus dan pembuluh darah.
b. Anulus Fibrosus
Terdiri atas cincin – cincin fibrosa konsentrik yang mengelilingi
nukleus pulposus. Befungsi memungkinkan gerakan anatar kopus
bertebra (disebabkan oleh struktur spinal dan serabut – serabut untuk
menopang nukleus pulposus meredam benturan Kandungan air diskus
ber < bersamaan dengan bertambah dengan bertambahnya usia (dari
90% pada masa bayi menjadi 70% pada orang lanjut usia) serabut –
serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi

5
3. Persendian dan ligament
Persendian adalah tempat pertemuan antara tulang yang satu dengan yang
lainnya, persendian terdiri dari : Synovial joints (joint capsule), superior and
inferior facet joint, cartilaginous joints, intervertebral disc and superior/inferior
vertebral bodies. Masing – masing segmen memiliki mobilitas yang kecil, tetapi
secara keseluruhan memungkinkan mobilitas yang besar.
Ligamentnya terdiri dari :
a. Supraspinosus ligament ( menempel pada processus spinosus)
b. Interspinosus ligament (terdapat diantara processus spinosu dan
menghambat gerak fleksi dan rotasi)
c. Ligamnet flavum (menghubung antar lamina yang berdekatan serta
memperkuat facet joint)
d. Longitudinal anterior ligament
e. Longitudianal posterior ligament
f. Intertransversum ligament

4. Myologi (Otot)
Pada semua otot rangka dikenal dua perlengketan otot, yaitu origo dan
insersio. Pada anggota badan origo terletak di proksimal pada tulang yang kurang
bergerak dan tidak akan berggerak pada waktu otot berkontraksi.
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi
gerakannya. Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan

6
secara aktif mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum,
M. sacrospinalis, M. intertransversarii dan M. interspinalis. Otot fleksor lumbalis
adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus abdominis, M.
internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M.
psoas mayor dan M. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus
lumborum, M. psoas mayor dan minor, kelompok M. abdominis dan M.
intertransversari.
Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi
menggerakkan punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh
berdiri.

Pada penderita HNP lumbal, nyerinya menjalar hingga ke tungkai


sehingga berpengaruh juga pada otot – otot ekstremitas bawah yaitu : M.
quadriceps femoris, M.hamstring dan M. gastrocnemius.

5. Persarafan
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang
terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital
magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis
terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas : 8 pasang
saraf cervical, 15 pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf
sacral, 1 pasang saraf cogsigeal.
Nervus ischiadicus terdiri atas nervus yang terpisah didalam satu
selubung, yaitu nervus peroneus communis dan nervus tibialis.Nervus femoralis
merupakan cabang yang terbesar dari fleksus lumbalis. Nervus ini berasal dari tiga
bagian posterior fleksus, yang asalnya dari nervus lumbalis kedua, ketiga dan
keempat, munculnya dari tepi lateral M. psoas tepat diatas ligamentum pouparti
dan berjalan turun dibawah ligamentum ini memasuki trigonum femoral pada sisi
lateral arteri femoralis. (Muttaqin, 2010)

7
C. ETIOLOGI
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosusmengalami perubahan
karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosusbiasanya di
daerah lumbal dapat menyembul atau pecah .
Hernia nucleus pulposus(HNP) kebanyakanjuga disebabkanoleh karena
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralissehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus
kapsulnyamendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposusterdorong terhadap sakus doralatau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. (Hurst , 2016)

D. PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosusbersifat sirkum
ferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi,
maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya
presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak

8
menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan
sebagainya.Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposusdapat mencapai kekorpus
tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung kekanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposuske dalam korpus vertebra
dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl.
Sobekan sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosusdiskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus schmorlmerupakan kelainan yang
mendasari low back painsubkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh
nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgiaatau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposuske kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus
pulposus menekan radiks yang bersama sama dengan arteria radikularis yang
berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi
lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralismengalami lisis,
sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. (Kowalak,
2016)

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri d punggung
bawah disertai otot-otot sekitarlesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral
dan lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan
retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri
tekan yang terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan
betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki
berkurang dan reflex achillernegative. Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan
nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m. gastrocnemius(plantar
fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus(ekstensi ibu jari kaki).
Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus lateralisdan bagian
lateral pedis. (Hurst , 2016)

9
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen.
Pemeriksaan rektal danvaginal untuk menyingkirkan kelainan pada
pelvis.
2. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah :
a) Foto polos : Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal
dan panggul (sendi sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk
melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif,
kelainan bawaan dan vertebra yang tdak stabil.(spondililistesis)
Pemakaian kontras Foto rontgen dengan memalai zat kontras
terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi,
diskografiserta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
b) MRI Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan
gambaran secara seksional padalapisan melintang dan
longitudenal.
c) Scanning : Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan
bahan radioisotop (SR danF)>Pemeriksaan ini terutama untk
menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.

G. KOMPLIKASI
HNP dapat menekan caudia equine yang terletak dipunggung bawah dan
mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti:
1. Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita
akan kesulitan mengeluarkan urine atau tinja hingga kemandulan
secara seksual.
2. Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat
memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah,atau kaku.
3. Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau
sensai dititik paha bagian dalam, tungkai belakang dan sekitar dubur.

10
4. Kelumpuhan pada ekstremias bawah
5. Cedera medulla spinalis.
6. Radiklitis( iritasi akar saraf)
7. Parestese
8. Disfungsi seksual

H. PENGOBATAN
1. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap dalam posisi setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi
punggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per , dengan
demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutupi dengan lembar
busa tipis, tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut.
Pada HNP , klien memerlukan tirah baring dalam waktu yang lebih lama. Setelah
tirah baring , klien melakukan latihan atau dipasang korset unutk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan fungsi fungsi otot.

2. Kompres hangat dingin


Kompres hangat dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi, beberapa pasien
merasakan nyeri hilang pada pengompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengompresan dingin.

3. Medikamentosa (obat-obatan)
a. Simptomatik
a) Analgesik dan NSAID (Non steroid anti inflamasi drug)
Obat ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
b) Obat pelemas otot
Bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme otot

11
c) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgesik biasa yang
jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan
toleransi dan ketergantungan obat.
d) Kortikosteroid oral
Bermanfaat untuk mengurangi berat dan inflamasi jaringan
e) Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran
anastesi lokal dan kortikosteroid kedalam jaringan lunak/otot
pada titik picu disekitar tulang punggung.
f) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam ) untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Aktifitas/Istirahat.Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat
benda berat,duduk, mengemudidalam waktu lama, membutuhkan
papan atau matras yang keras saat tidur, penurunanrentang gerak dari
ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukanaktifitas yang biasa dilakukan.Tanda : Atrofi otot pada
bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
b) Eliminasi.Gejala : konstipasi, adanya inkontinensia urine.
c) Integritas ego.Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas,
masalah pekerjaan.Tanda : cemas, depresi, menghindar dari keluarga
atau orang terdekat.
d) Neurosensori, Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/
kaki.Tanda : penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, nyeri
tekan dan spasmeotot.

12
e) Nyeri/ Kenyamanan.Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang akan
semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan
badan, mengangkat beban, defekasi, mengangkat kakiatau fleksi pada
leher ; nyeri yang tidak ada hentinya, ; nyeri yang menjalar kekaki,
bokong (lumbal), atau bahu/lengan, ; kaku pada leher (servikal),
terdengar adanya suara ”krek” saat nyeri baru timbul/ saat trauma atau
merasa ”punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/
membungkuk kedepan.Tanda : sikap dengan cara bersandar dari
bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan,berjalan dengan
terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuhyang
terkena, nyeri pada saat palpasi.
f) Keamanan.Gejala: adanya riwayat masalah ”punggung” yang baru
saja terjadi.
g) Penyuluhan/ Pembelajaran.Gejala : gaya hidup yang monoton atau
hiperaktif.\
h) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pada sistem dan terarah
dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 brain, dan B6
bone dan dihubungkan dengan keluhan klien.
i. B1 Breathing
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada
pemeriksaan inspeksi, ditemukan klien mengalami batuk,tidak
sesak napas, dan frekuensi pernapasan normal. Palpasi ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan kiri, Perkusi ditemukan adanya
suara resonan pada seluruh lapang paru, Auskultasi ditemukan
tidak terdengan bunyi nafas tambahan.
ii. B2 Blood
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya
kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah nirmal, pada
auskultasi tidak ditemukan bunyi jantung tambahan.

13
iii. B3 Brain
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya. Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan,
pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring,
muskulatur paravetebral atau pantat yang asimetris,postur tungkai
yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung,pelvis,dan
tungkai selama bergerak.
iv. Tingkat kesadaran klien biasanya komposmentis

B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b/d agen pecedera Fisiologis ( penjepitan saraf pada diskus
invertebralis) di tandai dengan mengeluh nyeri, gelisah, frekuensi ndi
meningkat, bersikap protektif, tampak meringis, tekanan darah
meningkat, menarik diri, pola napas berubah.
2. Gamgguam mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal, kecemasan,
dan keengganan melakukan pergerakan di tandai dengan, gerakan
terbatas, nyeri saat bergerak, merasa cemas saat bbergerak, fisik lemah.
3. Resiko gangguan integritas kulit b/d tidak adekuatnya sirkulasi perifer,
tirah baring lama.

C. INTERVENSI
1. Dx 1
a) Kaji terhadap nyeri dengan skala 1-10 rasionalisasi
Rasional : nyeri merupakan respon subjektif ang bisa dikaji dengan
menggunakan skala nyeri.
b) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non
farmaklogis dan non invasif
Rasional : pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan kefektifan dalam
mengurangi nyeri.

14
c) Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
Rasional : akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan
oksigen oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi dengan dokter ,pemberian analgesik
Rasional: analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.

2. Dx 2
a) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan di rumah dan
kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama.
b) Ajarkan dan bantu pasien dalam proses pergerakan aktivitas sehari-
hari
c) Anjurkan kepada keluarga dan pasien untuk melakukan terapi ROM
aktif atau pastif untuk meningkatkan serta mempertahankan
kekuatan otot.
d) Kolaborasikan dengan psikoterapi sebagai sumber dalam
perencanaan aktivitas perawatan pasien.

3. Dx 3
a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika
mungkin
Rasional: meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b) Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional: menghindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang
menonjol
c) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi.
Rasional: menghindari kerusakan kerusakan kapiler
d) Bersihkan dan keringkan kulit ,jagalah linen tetap kering.
Rasional: meningkatkan integritas kulit dan mengurangi resiko
kelembapan kulit.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan
lunak diantara ruas ruas tulang belakang mengalami tekanan dan pecah , sehingga
terjadi penyempitan dan terjepitnya urat urat saraf yang melalui tulang belakang
saraf terjepit lainnya adalah disebabkan oleh nukleus pulposus dari diskus melalui
robekan amnulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan nyeri yang hebat.

B. SARAN
Mahasiswa harus lebih banyak belajar dan memperbanyak referensi, oleh
karena itu dimakalah ini kami membutuhkan saran dan kritik dari dosen
pembimbing.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, F. (2012). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta:


EGC.

Hurst , M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Kowalak, J. (2016). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai