Makalah Khilaffah Fatimiah
Makalah Khilaffah Fatimiah
Dosen : ................................
Disusun oleh :
KELOMPOK 8
1. Angga (18524
2. Andita Rizky Fadilah (18524014)
3. Athala (18524)
4. Faiz (18524)
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Dengan ridhanya, kami dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan keadaan sehat wal’afiat. Dan kami diberi kelancaran dalam mengerjakan
makalah ini hingga selesai.
karya ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Islam Ulil Albab. Melalui
penyusunan makalah ini, mudah-mudahan kami bisa menambah wawasan dan pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan Khilafah Fathimiyah.
Tidak lupa, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini terutama kepada :
Atas segalanya kami mohon maaf jika di dalam karya ilmiah ini ada informasi yang salah atau
ada penulisan kata yang kurang tepat, mohon di maklumi.
Tim penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini kesadaran umat Islam mengenai sejarah Islam sendiri sangatlah
memprihatinkan. Kondisi umat Islam saat ini sudah semakin jauh dari akar yang
membuat peradaban Islam terang-benderang seribu tahun yang lalu. Sejarah mengenai
perjalan Islam setelah ditinggal Rasulullah saw hingga Islam yang berkontribusi besar
dalam kebangkitan Eropa menuju dunia modern. Begitu pula mengenai
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga umat Islam sendiri terpecah
menjadi beberapa
aliran...............................................................................................................................
.........................................................................................................................................
........................................
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis akan mengajukan
rumusan masalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Pada daerah al-Magrib sekelompok orang Syi’ah yang mendapatkan banyak dukungan
dari orang penganut mazhab Maliki. Daerah itu kemudian berkembang dan menjadi cikal-bakal
berdirinya Dinasti Fatimiah. Pada kesempatan itu orang Syi’ah mendirikan Dinasti Fatimiah dan
dipimpin oleh Sa’id ibn Husain yang kemungkinan ia adalah keturunan dari Abdullah ibn
Maimun, pemimpin Syi’ah dari Persia. Sekitar abad ke- 9 M, Abu Abdullah al-Husain al-Syi’i,
salah satu seorang propagandis utama pemimpin Syi’ah Isma’lilah, berasal dari Yaman,
memperkenalkan diri di kalangan orang Kitama, anak dari suku Berber di Afrika Utara, sebagai
utusan utama dari Imam Mahdi. Pada saat itu, Dinasti Aghlabiah 903-909 M yang dipimpin oleh
Ziadatullah al-Aghlabi sedang berkuasa di Afrika Utara dengan pusat pemerintahan di Sijilmasa.
Pasukan al-Syi’i berhasil mengalahkan pasukan Aghlabi sebanyak dua kali. Al-Syi’i kemudian
menggundang Sa’id agar datang untuk memangku jabatan sebagai pemimpin. Mendengar
kemjuan al-Syi’i, Sa’id akhirnya meninggalkan Salamiah, pusat kegiatan Syi’ah secara rahasia,
menuju ke Afrika Utara dengan menyamar sebagai pedagang. Berita kepergian Sa’id berhasil
didengar oleh Khalifah Abbasiah di Baghdad yang kemudian mengirimkan mata-mata untuk
menangkap Sa’id dan juga pengikutnya. Akhirnya Sa’id dan pengikutnya tertangkap. Mendengar
tertangkapnya Sa’id, al-Syi’i akhir pergi menuju Sijilmasa dan berhasil mengalahkan Ziadatullah.
Pada saat itulah Sa’id mengumumkan dirinya sebagai pendiri Dinasti Fatimiah di Raqqadah.
Sejak saat itu berdirilah Kekhalifahan Fatimiah dengan khalifah pertama adalah Sa’id dengan
gelar ‘Ubaidillah al-Mahdi.
Sepeninggal al-Mahdi, al-Qaim 934-952 M naik tahta. Pada masa ini armada Fatimiah
menyerang pantai selatan Prancis dan menaklukkan Genoa. Penggantinya al-Mansyur 946-952
M. Semasa Khalifah IV, Mu’iz li Dinillah 952-975 M, Kekhalifahan Fatimiah memasuki era
baru. Pada era tersebut Mu’iz menyerang Mesir dengan alasan untuk melindungi kaum Syi’ah
yang ada disana. Pada masa Mu’iz inilah, puncak kejayaan Fatimiah terukir, ia berhasil
menyamai keberhasilan Abdurahman III di Andalusia. Pada saat itu Khalifah berkenan
mengirimkan bala tentara yang dipimpin oleh Jenderal Jawhar dengan alasan untuk melindungi
para penganut Syi’ah sekaligus merebut kekuasaan dari tangan gubernur Abbasiah, Abu al-
Khawarij, pada 969 M. Selama tiga tahun Jawhar berusaha untuk mendirikan dan membangun
pusat pemerintahan, Mesir baru, diberi nama al-Qahira (Kairo) sebagai ganti dari Fustat (ibu
kota Mesir pada 639-969 M). Sekitar tahun 971 M Mu’iz datang dan Kairo resmi dijadikan
sebagai pusat pemerintahan Fatimiah.
Pada masa Khalifah Abu Mansur Nizar al-aziz 975-996 M yang terkenal pandai, pecinta
ilmu, dan ambisius, kekuasaan Fatimiah mencapai puncak kejayaannya. Kemudian ia
membangun Dar al-Hikmah di Kairo untuk kegiatan ilmiah. Setelah wafat ia digantikan oleh
putranya al-Hakim bi Amrillah. Al-Hakim berhasil membangun observasium di pegununggan
Mukattam. Jika diamati secara historis, pemikiran, paham dan keyakinan yang dianut oleh
Khalifah Hakim serta para pengikutnya yang masih eksis dan terkenal sebagai kelompok
Hakimiah atau Daruzi sangatlah jauh dari inti ajaran Islam. Terutama mengenai kepercayaan
mereka yang sesat akan keyakinan, bahwa khalifah keenam dari Dinasti Fatimiah, Hakim (996-
1021 M) memiliki kekuatan ketuhanan dan sejak ia hilang di pegununggan Makattam, maka
menurut para pengikutnya akhir tanda Tuhan sudah lenyap dari muka bumi. Mereka percaya
bahwa Hakim tidak mati dan akan kembali sebagai imam Mahdi.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007.