Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

TUMBUH KEMBANG ANAK DAN PERKEMBANGAN MOTORIK


HALUS BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PENUMPING SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:

ROHMILIA KUSUMA
J500080009

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Rohmilia Kusuma

NIM : J500080009

Fakultas/Jurusan : Kedokteran Umum

Jenis : Skripsi

Judul : Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh


Kembang Anak dan Perkembangan Motorik Halus Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Penumping Surakarta

Dengan ini saya menyetujui untuk

1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalihformatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta dari saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya.

Surakarta, Januari 2012


Yang Menyatakan

Rohmilia Kusuma
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
TUMBUH KEMBANG ANAK DAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

ABSTRAK

Rohmilia Kusuma., dr. Burhannudin Ichsan M. Med, Ed., dr. Sri Wahyu Basuki

Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia
dimasa akan datang. Pertumbuhan otak bayi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
termasuk stimulasi, serta pengasuhan orang tua. Tumbuh kembang dikatakan
terlambat jika seorang anak tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang diharapkan pada umur yang semestinya. Penelitian yang dilakukan di Equador,
tercatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus
balita di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.
Metode penelitian ini yaitu penelitian survey analitik dengan pendekatan
cross sectional. Diambil sampel 50 orang ibu dan anak, dengan teknik purposive
sampling. Menggunakan uji alternatif chi square yaitu uji Fisher.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu sebanyak 39 ibu (78%)
berpengetahuan baik, 38 balitanya (76%) memiliki perkembangan motorik halus
normal serta 1 balita (2%) memiliki perkembangan motorik diduga. Sedangkan dari
11 ibu (22%) berpengetahuan tidak baik, terdapat 7 balita (14%) dengan
perkembangan motorik halus normal dan 4 balita (8%) memiliki perkembangan
motorik halus diduga. Dari hasil uji alternatif chi square didapatkan p=0,004.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus di
wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

Kata Kunci: Pengetahuan ibu, motorik halus


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun


manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak
yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Untuk
mempersiapkan SDM yang berkualitas dimasa yang akan datang, maka anak
perlu dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya (Narendra, 2008).
Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak tidak
mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada umur
yang semestinya, dengan ketertinggalan dalam populasi yang normal (Sacker,
2011). Prevalensi keterlambatan di suatu populasi sangat bervariasi, studi yang
dilakukan Dudley mencatat 3,3%-17% anak mengalami keterlambatan
(Dudley, 2010).
Kemampuan motorik merupakan salah satu proses tumbuh kembang
yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik
kasar (Kartika, 2002). Seringkali orang tua lebih terfokus pada perkembangan
motorik kasar saja, padahal perkembangan motorik kasar merupakan indikator
yang tidak sensitif dalam hal kemampuan mental keseluruhan (Alpers, 2006).
Penelitian yang dilakukan di Equador pada anak 48-61 bulan tahun
2003-2004, tercatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus
(Handal, 2007). Sedangkan dari jurnal penelitian Indonesia yang diambil dari
dua rumah sakit di Jakarta menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami
keterlambatan perkembangan motorik halus (Widyastuti, 2005).
Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka
terhadap lingkungan, maka masa balita disebut sebagai “masa keemasan”
(golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa
kritis” (critical period) (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Kebutuhan-kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak terutama
dicukupi oleh ibu, ayah, anggota keluarga serta lingkungan sekitar. Upaya
mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dilakukan melalui interaksi
yang adekuat, terus menerus, sesuai dengan tahapan umur. Semakin erat dan
semakin sering faktor di lingkungan tersebut berinteraksi dengan anak, maka
faktor tersebut semakin besar peranannya dalam menentukan kualitas tumbuh
kembang anak (Widyastuti, 2005).
Sebagian besar pertumbuhan otak bayi terjadi setelah lahir dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk stimulasi, serta pengasuhan orang
tua. Pengasuhan yang baik merupakan pengasuhan yang bertanggung jawab,
dalam hal ini memerlukan pengetahuan yang baik dari orang tua khususnya ibu
(Narendra, 2008).
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya
suatu tindakan. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan
tingkat pengetahuan (Wawan, 2010). Dari data yang didapatkan dari Dinas
Kesehatan kota Surakarta, di Kecamatan Laweyan tahun 2009 terdapat
sebanyak 24.450 orang yang menyelesaikan pendidikan tingkat SLTA. Untuk
penduduk yang menamatkan tingkat SLTP adalah sebanyak 15.985 orang,
sedangkan untuk tamatan SD adalah 15.494 orang (Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, 2009).
Di Indonesia seperti juga kemungkinan besar di negara-negara yang
sedang berkembang lainnya masih banyak ditemukan praktik pengasuhan
balita yang kurang kaya stimulasi mental dini. Dari hasil penelitian di daerah
kumuh di Kelurahan Pulogadung Jakarta ditemukan bahwa pengetahuan ibu
tentang stimulasi bagi perkembangan anak masih sangat kurang. sekitar 64,3%
berpengetahuan rendah (Hariweni, 2003).
Puskesmas Penumping merupakan salah satu puskesmas yang memiliki
posyandu mandiri terbanyak di Surakarta yaitu sejumlah 27 posyandu. Selain
itu, berdasarkan laporan puskesmas tahun 2009, puskesmas yang sudah
melakukan deteksi dini tumbuh kembang salah satunya adalah Puskesmas
Penumping yaitu sebesar 82,65% (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2009).

B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Penumping Surakarta?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus balita.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat
khususnya dibidang kesehatan ibu dan anak
b. Pengembangan ilmu pengetahuan antara lain kualitas pengetahuan ibu
tentang tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus balita
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan bagi ibu agar selalu memperhatikan kualitas tumbuh
kembang anaknya
b. Sebagai masukan bagi puskesmas untuk selalu memantau
perkembangan anak serta memberi perhatian lebih jika terdapat
keterlambatan
c. Sebagai masukan bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian ini
ataupun melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan
penelitian ini
II. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dalam penelitian cross sectional, variabel independen atau bebas
dan dependen atau terikat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau
dikumpulkan secara simultan (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2011. Lokasi
penelitian di Puskesmas Penumping, Kecamatan Penumping, Kelurahan
Laweyan, Kota Surakarta.

C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita dan ibunya
yang berada di Kecamatan Penumping Surakarta.

D. Sampel dan Teknik Sampling


1. Sampel
Sampel penelitian adalah anak balita dan ibunya yang datang ke wilayah
kerja Puskesmas Penumping Surakarta.
2. Teknik Sampling
Teknik yang digunakan adalah dengan purposive sampling.

E. Estimasi Besar Sampel


Sampel anak dan ibu yang dipilih untuk mewakili populasi berdasarkan
rumus analitik korelatif, yaitu: (Dahlan, 2009).
Zα : Deviat baku alfa = 1,96
Zβ : Deviat baku beta = 0,842
r : Nilai korelasi = 0,537 (Wani, 2010)
n= +3
, ( )

, ,
= , +3
, ( ,
)

= 49
Dari rumus di atas, didapatkan sampel minimal sebesar 49 anak dan ibu.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Data mengenai identitas, pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang, dan
status kesehatan anak selama tiga bulan terakhir didapatkan dari pengisian
kuesioner pada ibu secara langsung.
2. Perkembangan motorik halus balita diperoleh dengan mengukur langsung
balita menggunakan Denver Development Screening Test II (Denver II).

G. Kriteria Restriksi
Kriteria inklusi untuk ibu adalah seorang ibu yang membawa anak
balitanya ke Puskesmas Penumping Surakarta. Sedangkan kriteria eksklusi
adalah ibu yang tidak bersedia diteliti.
Anak yang diteliti adalah anak yang memiliki kriteria inklusi yaitu
balita yang dibawa ibunya ke Puskesmas Penumping Surakarta serta kesediaan
dari ibu untuk menjalani pemeriksaan. Kriteria eksklusi ditetapkan bila anak
mengalami penyakit kronis atau mengalami retardasi mental seperti Down
syndrom.

H. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel bebas adalah pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak.
2. Variabel terikat adalah perkembangan motorik halus balita.
I. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
Kemampuan untuk menjawab soal pengetahuan tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak (Pramusinta, 2002).
Skala : Ordinal
Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi baik, cukup, dan kurang
(Wawan cit Arikunto, 2010)
Baik : Hasil presentase 76% - 100% dari soal pengetahuan
Cukup : Hasil presentase 56% - 75% dari soal pengetahuan
Kurang : Hasil presentase <56% dari soal pengetahuan
2. Perkembangan motorik halus
Motorik halus merupakan kemampuan anak untuk mengontrol gerakan
tubuh yang melibatkan koordinasi aktif saraf dan otot-otot kecil
(Pramusinta, 2002).
Skala : Nominal
Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi normal dan diduga (Rydz,
2005)
Normal : Tidak ada keterlambatan dan maksimal terdapat 1
diduga
Diduga : Gagal atau menolak tugas perkembangan dimana
garis umur terletak pada atau antara 75% dan 90%.

J. Jalannya Penelitian
1. Tahapan persiapan
Pada tahapan persiapan diawali dengan melakukan studi literatur. Tahap
berikutnya dilakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Penumping
Surakarta. Setelah itu, mengajukan izin penelitian ke Dinas Kesehatan Kota
Surakarta untuk melakukan penelitian di Puskesmas Penumping.
2. Tahapan penelitian
Pada tahapan penelitian, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
mengambil data primer. Tahapannya yaitu sebagai berikut:
a. Memilih ibu dan balita yang akan diteliti.
b. Melakukan penghitungan umur balita yang akan diteliti. Menurut Wani
(2010), contoh penghitungan umur adalah sebagai berikut:
Contoh 1
Tahun Bulan Hari
Tanggal tes 2009 7 15
Tanggal lahir anak -2007 -3 -10
Umur anak 2 4 5
Jadi anak pada contoh 1 berumur 2 tahun 4 bulan 5 hari
Contoh 2
Tahun Bulan Hari
18
8 6 45
Tanggal tes 2009 7 15
Tanggal lahir anak -2007 -10 -28
Umur anak 1 8 17
Jadi anak pada contoh 2 berumur 1 tahun 8 bulan 17 hari
c. Melakukan pengambilan data primer perkembangan motorik halus
balita dengan menggunakan Denver Development Screening Test II
(Denver II) sesuai dengan umur balita.
d. Saat dilakukannya tes Denver II, ibu mengisi soal pengetahuan untuk
pengambilan data pengetahuan tentang tumbuh kembang.
3. Tahapan penyusunan
Pada tahap ini dilakukan interpretasi hasil penelitian, analisis hasil
penelitian, dan generalisasi hasil penelitian dengan merujuk landasan teori
dan hasil penelitian terdahulu.
K. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dilakukan untuk menilai perkembangan motorik halus
balita yaitu dengan menggunakan lembar Denver Development Screening Test
II. Adapun material yang digunakan antara lain: gulungan benang wool,
kerincingan dengan gagang kecil, cangkir plastik kecil, kubus dengan berbagai
warna, manik-manik atau kismis, pulpen, dan kertas kosong.
Sedangkan alat yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu
tentang tumbuh kembang anak adalah dengan soal pengetahuan yang terdiri
dari 25 butir soal.

L. Teknik dan Analisis Data


Soal pengetahuan serta hasil tes Denver II dikumpulkan dan disusun,
kemudian dilakukan editing, penetapan skor untuk masing-masing kelompok
data, kemudian dianalisis dengan bantuan Statistical Program for Social
Science 16.0 (SPSS 16.0). Analisis data menggunakan uji alternatif dari chi
square yaitu uji Fisher untuk melihat hubungan.

M. Jadwal Penelitian
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Penyusunan
proposal
Ujian
proposal
Perbaikan
proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
& analisis
data
Penyusunan
skripsi
Ujian skripsi
Perbaikan
skripsi
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
Jumlah penduduk di kecamatan Laweyan sebesar 93.336 jiwa dengan
jumlah rumah tangga 24.667 kepala keluarga dan kepadatan penduduk
10.802,78 setiap km2. Jumlah balita sebanyak 1.201 anak dengan posyandu
mandiri sebanyak 27 buah. Di samping itu Puskesmas Penumping telah
melakukan deteksi dini tumbuh kembang sebesar 82,65% yang telah
melebihi target SPM tahun 2008 yaitu sebesar 75% (Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, 2009).

2. Karakteristik Ibu
Responden penelitian ini adalah ibu yang membawa anak balitanya.
Jumlah sampel yang diteliti adalah 50 ibu dan anak.Adapun pendidikan
terakhir ibu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Persentase
Frekuensi
Ibu (%)
Tidak tamat SD 2 4
Tamat SD 3 6
SMP/sederajat 18 36
SMA/sederajat 24 48
Perguruan tinggi 3 6
Total 50 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu


adalah SMA atau sederajat yaitu sebesar 24 orang (48%). Pendidikan ibu
terbanyak kedua yaitu SMP atau sederajat yaitu 18 orang (36%). Sedangkan
tingkat pendidikan tamat SD dan perguruan tinggi masing-masing sebanyak
3 orang (6%). Dan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD sebanyak 2
orang (4%).
Penelitian pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dilakukan
dengan menggunakan soal pengetahuan. Pada responden penelitian
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2: Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang tumbuh kembang anak
Pengetahuan ibu Frekuensi Persentase
(%)
Baik 39 78
Cukup 10 20
Kurang 1 2
Total 50 100

Tabel 2 menunjukkan ibu sebagian besar berpengetahuan baik yaitu


sebanyak 39 ibu (78%), sedangkan ibu berpengetahuan cukup sebanyak 10
orang (20%), dan ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (2%).

3. Karakteristik Balita
Penelitian perkembangan motorik halus dilakukan pada balita yang
dibawa oleh ibunya. Adapun karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin
adalah:
Tabel 3: Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 18 36
Perempuan 32 64
Total 50 100

Berdasarkan data pada tabel 3, balita terbanyak berjenis kelamin


perempuan yaitu sebanyak 32 orang (64%). Sedangkan balita yang berjenis
kelamin laki-laki sebesar 18 orang (36%).
Untuk mengetahui perkembangan motorik halus balita digunakan tes
Denver II. Pada skrining perkembangan motorik halus pada subyek
penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4: Distribusi subjek penelitian berdasarkan perkembangan motorik
halus
Perkembangan motorik halus Frekuensi Persentase (%)
Normal 45 90
Diduga 5 10
Total 50 100

Berdasarkan data diatas didapatkan sebanyak 45 balita memiliki


perkembangan motorik halus normal (90%), sedangkan balita yang
perkembangan motorik halusnya diduga adalah 5 orang (10%).

4. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak


dan Perkembangan Motorik Halus Balita
Dari data pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dan
perkembangan motorik halus balita yang diperoleh, terdapat nilai 0 pada ibu
dengan pengetahuan kurang yang perkembangan motorik halus anaknya
normal. Sehingga tidak diperkenankan untuk dilakukan analisis data. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2 yaitu
pengetahuan ibu baik dan tidak baik. Data pengetahuan ibu kurang akan
digabungkan dengan data pengetahuan ibu cukup dan menjadi data
pengetahuan ibu tidak baik. Dari cut off point yang telah ditetapkan,
didapatkan kategori sebagai berikut:
Pengetahuan ibu baik : Hasil presentase ≥76% dari soal pengetahuan
Pengetahuan ibu tidak baik : Hasil presentase <76% dari soal pengetahuan
Adapun hubungan antara pengetahuan ibu dan perkembangan
motorik halus balita dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5: Hubungan antara pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
dan perkembangan motorik halus balita
Pengetahuan Perkembangan Motorik Halus
Jumlah
Ibu Normal Diduga
Baik 38 1 39
Tidak Baik 7 4 11
Total 45 5 50

Tabel 5 menunjukkan jumlah ibu terbanyak berpengetahuan baik


yaitu 39 ibu (78%), dimana 38 balitanya (76%) memiliki perkembangan
motorik halus normal serta 1 balita (2%) memiliki perkembangan motorik
diduga. Sedangkan 11 ibu (22%) yang berpengetahuan tidak baik, terdapat 7
balita (14%) dengan perkembangan motorik halus normal dan 4 balita (8%)
memiliki perkembangan motorik halus diduga.
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang anak dan perkembangan motorik halus balita di wilayah kerja
Puskesmas Penumping maka data hasil penelitian di atas dianalisa dengan
uji chi square menggunakan program SPSS 16 for Windows.
Setelah dimasukkan dalam program SPSS didapatkan hasil yaitu
tidak layak untuk diuji chi square karena sel yang nilai expected nya kurang
dari 2 ada 50% jumlah sel. Oleh karena itu yang digunakan adalah uji
alternatifnya, yaitu uji Fisher. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6: Hasil uji Fisher
Pengetahuan Perkembangan Motorik Halus Jumlah
p
Ibu Normal (%) Diduga (%) (%)
Baik 76 2 78
0,004
Tidak Baik 14 8 22
Total 90 10 50

Dari tabel 6 dapat dilihat hasil uji statistik dengan uji Fisher
menggunakan program SPSS 16 for windows didapatkan nilai p=0,004. Oleh
karena nilai p=0,004 sehingga p<0,05, maka pada penelitian ini terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
dan perkembangan motorik halus balita.
Arah korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat adalah positif
(+) atau searah, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang anak, maka semakin baik pula perkembangan motorik
halus balita. Untuk melihat kekuatan korelasinya (r) maka dilakukan uji
lambda, kemudian didapatkan hasil senilai 0,00. Dari nilai tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa kekuatan korelasi antara variabel bebas dan
variabel terikat adalah sangat lemah.

B. Pembahasan
Unsur-unsur yang berpengaruh dalam perkembangan anak adalah
orang tua, keluarga, masyarakat, serta lingkungan tempat ia tumbuh dan
berkembang. Interaksi anak dengan orang tua akan menimbulkan keakraban
yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yang tidak tertutup. Orang tua
memegang peranan terbesar dalam mendidik anak (Herlina, 2010).
Orang tua memiliki peran yang penting untuk merangsang potensi yg
dimiliki oleh anak. Tugas pengasuhan umumnya diserahkan kepada ibu yang
didasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan ibu. Apabila ibu
memiliki pengetahuan yang tinggi maka akan lebih aktif dalam mencari
informasi untuk meningkatkan keterampilan dalam pengasuhan anak (Hastuti,
2010).
Penelitian ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh
Latifah, tentang stimulasi pendidikan dalam rangka mengembangkan
kemampuan kognitif, motorik, serta sosial emosi anak, menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan positif antara pengetahuan ibu mengenai
tumbuh kembang dengan stimulasi psikososial. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin baik tingkat pendidikan orang tua berhubungan
erat dengan semakin baiknya kualitas stimulasi psikososial yang diberikan
kepada anaknya (Latifah, 2010). Stimulasi lebih ditujukan pada adanya proses
belajar dan peningkatan cara mengendalikan dan mengkoordinasikan otot
yang melibatkan emosi dan pikiran. Selain itu, stimulasi yang sesuai untuk
membentuk rangsangan pada aktivitas otot yaitu jenis stimulasi sensorik
(Subagyo, 2010).
Studi yang dilakukan di Kota Cimahi dengan menggunakan metode
pemberian intervensi pada ibu. Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi dan kelompok perlakuan
yang diberi intervensi berupa penyuluhan dan stimulasi. Menunjukkan
perubahan yang sangat mendasar pada kontrol dan perlakuan. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan perbedaan tingkat perkembangan balitanya
(Aminah, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian dari wawancara anak saat melakukan
DDST oleh Herlina (2010), sebagian besar anak yang memiliki perkembangan
diduga mengalami kegagalan dalam sektor personal sosial dan motorik halus
dikarenakan orang tua yang jarang bahkan tidak pernah mengajari anaknya.
Mereka cenderung membiarkan anaknya berkembang apa adanya, bahkan
jarang berinteraksi dan memberikan stimulasi kepada anaknya dikarenakan
kesibukan orang tua.
Studi Eapen (2010) menyebutkan bahwa banyak anak dengan
keterlambatan tumbuh kembang tidak terdeteksi setelah mereka masuk ke
sekolah. Selain itu, penelitian menyebutkan bahwa anak dengan
keterlambatan tumbuh kembang 4,5 kali lebih tinggi kejadiannya jika orang
tuanya buta huruf dibanding orang tuanya yang sekolah di perguruan tinggi.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan terutama adalah tidak
melibatkan peran anggota kelarga yang lain (seperti ayah, nenek atau anggota
yang lain) dan peran lingkungan tempat tinggal, padahal sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan motorik anak. Keterbatasan yang lain
yaitu mengenai sampel yang jumlahnya masih sedikit untuk dapat
memberikan hasil yang signifikan.
Selain itu, terdapat juga keterbatasan dalam hal instrumen penelitian
yaitu soal pengetahuan tentang tumbuh kembang anak yang dibuat oleh
penulis sendiri berdasarkan teori yang ada di beberapa sumber pustaka. Soal
pengetahuan tersebut tidak diujikan kepada responden, oleh sebab itu validitas
instrumen menjadi tidak sempurna.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus balita di wilayah
kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

B. Saran
1. Perlu usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang yang baik melalui berbagai kegiatan penyebaran informasi,
penyuluhan, dan berbagai media publik.
2. Perlu dilakukan evaluasi perkembangan anak yang mengacu pada deteksi
dini tumbuh kembang di puskesmas atau posyandu.
3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan perkembangan motorik halus balita seperti keterkaitan lingkungan
serta pola asuh agar usaha mengoptimalkan laju perkembangan generasi
penerus dapat terwujud.
V. DAFTAR PUSTAKA

Alpers A., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC pp. 9-12.
Aminah M & Judiono., 2008. Pengaruh Intervensi (Konseling dan Stimulasi)
Terhadap Perkembangan dan Status Gizi Balita di Wilayah Kota Cimahi,
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 1(1): 34-46. (26 Maret 2011)
jurnal.pdii.lipi.go.id
Asiyah S., Koekoeh H, & Suwoyo., 2010. Efektifitas Metode Stimulasi Satu Jam
Bersama Ibu Terhadap Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan, Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 1(2): 105-114. (12 Juli 2011)
static.schoolrack.com
Berhman R., 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Dahlan M. S., 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika pp. 18-
30.
Departemen Kesehatan RI., 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Diperbanyak Oleh Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat pp. 4-65.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta., 2009. Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun
2009 dan Pencapaian SPM BK Tahun 2009. Pemerintah Kota Surakarta
Dudley L & Vasche T., 2010. Vision Therapy For a Patient With Developmental
Delay, Journal of Behavioral Optometry. 21(2): 39-45. (31 Mei 2011)
www.oepf.org/jbo/journals/21-2%20Dudley.pdf
Eapen V, et al., 2006. Prevalence and Psychososial Correlates of Global
Developmental Delay in 3 Year Old Children in The United Arab
Emirates, Journal of Psychosomatic Research. 61: 321-326.
Gunarsa S & Yulia S., 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia pp. 4-13.
Handal A, et al., 2007. Sociodemographic and Nutritional Correlates of
Neurobehavioral Development: A Study of Young Children In A Rural
Region of Ecuador, Pan Am J Public Health. 21(5): 292-300. (26 Maret
2011) journal.paho.org/uploads/1184094920.pdf
Hariweni T., 2003. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak
Bekerja tentang Stimulasi pada Pengasuhan Anak Balita. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. (11
Juni 2011)

Hastuti D., Alfiasari., & Chandriyani., 2010. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial,
dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan
Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Jurnal Ilmu Kesehatan
dan Konseling. 3(1): 27-34. (11 Juni 2011) journal.ipb.ac.id

Herlina T., Subagyo, & Agustin R., 2010. Perbedaan Perkembangan Anak Usia 4-
5 Tahun Antara yang Ikut PAUD dan Tidak Ikut PAUD, Jurnal Penelitian
Kesehatan Forikes. 1(4): 249-258. (18 Juli 2011) static schoolrack.com

Hurlock E., 2001. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga pp. 76-111.

Kartika V & Latinulu., 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan


Motorik Anak Usia 12-18 Bulan di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin,
Penelitian Gizi dan Makanan. 25(2): 38-48.

Latifah E., Dwi H, & Melly L., 2010. Pengaruh Pemberian ASI dan Stimulasi
Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial-Ekonomi Anak Balita pada
Keluarga Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja, Jurnal Ilmu Keluarga dan
Konseling. 3(1): 35-45. (12 Juli 2011) journal.ipb.ac.id

Latifah M., Alfiasari, & Neti H., 2009. Kualitas Tumbuh Kembang, Pengasuhan
Orang Tua, dan Faktor Resiko Komunitas Pada Anak usia Prasekolah
Wilayah Pedesaan di Bogor, Junal Ilmu Keluarga dan Konseling. 2(2):
143-153. (26 Maret 2011) journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/view
/1506/580
Meadow S & Simon J., 2005. Lecture Notes Pediatrika. Jakarta: Erlangga pp. 46-
50.
Meliegy E & Sabbagh M., Etiology of Developmental Delay in Egyptian
Children, The International Journal of Child Neuropsychiatry. 1(1): 29-40.
(26 Maret 2011) www.cnp.org.eg
Monks F.J, et al., 2001. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press pp. 82-108.
Narendra M., Titi S., & Soetjiningsih., 2008. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja. Jakarta: CV Sagung Seto pp. 1-60.
Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
pp. 37-41.
Papalia D., Sally, W., & Ruth D. 2009. Perkembangan Manusia. Jakarta:
Salemba Medika pp.g 176-98.
Pramusinta BPH., 2002. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Usia
Remaja Tentang Stimulasi Perkembangan Dengan Perkembangan
Motorik Anaknya yang Usia di Bawah Dua Tahun. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Ibu dan Anak. Program
Pascasarjana UGM Yogyakarta. Tesis.
Ranuh I, et al., 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
CV Sagung Seto pp. 2-7.

Rydz D, et al., 2005. Developmental Screening. Journal of Child Neurology.


20(1): 4-21. (9 Juni 2011) jcn.sagepub.com
Sacker A., Quigley, M., & Kelly Y., 2006. Breastfeeding and Developmental
Delay: Findings From the Millennium Cohort Study, Pediatric. 118(3):
e682-e689. (26 Maret 2011) www.pediatrics.org
Santrock J., 2009. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga pp. 216-19.

Schwartz M., 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC pp. 32-5.
Shevell M., 2010. Present Conceptualization of Early Childhood
Neurodevelopmental Disabilities, Journal of Child Neurology, 25(1): 120-
126. (26 Maret 2011) jcn.sagepub.com
Subagyo & Wisnu N., 2010. Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Sesuai
Usia Oleh Orang Tua Balita, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,
1(1): 1-6 (26 Maret 2011) static schoolrack.com

Wani Y., 2010. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Pada Anak-
Anak Stunted Usia 1-3 Tahun di Pemukiman Kumuh Kota Surakarta.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Gizi dan
Kesehatan. Program Pascasarjana FK UGM Yogyakarta. Tesis.
Wawan A & Dewi N., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika pp. 15-20.
Wenar C & Patricia K., 2006. Developmental Psychopatology From Infancy
Through Adolescence. New York: McGraw-Hill pp. 25-7.
Widyastuti S., Soedjatmiko., & Agus F., 2005. Growth and Development Profile
of Children at Two Day Care Centers in Jakarta, Paediatrica Indonesiana,
41(11-12): 275-279.

Anda mungkin juga menyukai