Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)


TENTANG KEBUTUHAN OKSIGENASI

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S

SA
A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

DARMIATY
NIM. 18.31.1267

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
TENTANG KEBUTUHAN OKSIGENASI

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA

A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :
DARMIATY
NIM. 18.31.1267

Banjarmasin,
Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) (
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A DENGAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG CENDANA (P. DALAM) RSUD DR. ANDI ABDURRAHMAN
NOOR TANAH BUMBU
TANGGAL 4 APRIL S/D 14 APRIL 2019

OLEH :
DARMIATY
NIM. 18.31.1267

GI ILMU
NG K
TI
ES
H
SEKOLA

E HATAN

S T I K E S
C

SA

A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

DARMIATY
NIM. 18.31.1267

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017-2018

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A DENGAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG CENDANA (P. DALAM) RSUD DR. ANDI ABDURRAHMAN
NOOR TANAH BUMBU
TANGGAL 4 APRIL S/D 14 APRIL 2019

GI ILMU
NG K
TI
ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA

A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

DARMIATY
NIM. 18.31.1267

Banjarmasin,
Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik


( ) ( )

FORMAT LAPORAN

1. LAPORAN PENDAHULUAN
Hal yang wajib ada di LP :
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda dan gejala / manifestasi klinik
4. Patofisiologi (patway)
5. Pemeriksaan Fisik
6. Pemeriksaan penunjang (Lab, Rontgen, EKG dll)
7. Penatalaksanaan : Medis dan Keperawatan
8. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Analisa Data)
9. Diagnosa keperawatan
10. Nursing Care Planning (NCP)
11. Daftar pustaka

2. ASUHAN KEPERAWATAN (sesuaikan dengan format yang ada)


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab klien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. ra

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UNTUK SEMINAR (ASUHAN


KEPERAWATAN)
Laporan kasus kelolaan terdiri dari :
1. Laporan pendahuluan
2. Format pengkajian
3. Analisa data
4. Diagnosa keperawatan
5. Rencana asuhan keperawatan
6. Implementasi
7. Evaluasi

4. LAPORAN RESUME KASUS


1. Identitas klien
2. Alasan masuk (keluhan utama)
3. Riwayat penyakit
4. Analisa data
5. Diagnosa keperawatan
6. Rencana asuhan keperawatan
7. Implementasi
8. Evaluasi (SOAP)

FORMAT ANALISA JURNAL

1. Judul jurnal
2. Latar belakang masalah
3. Tujuan penelitian
4. Metodelogi penelitian
5. Hasil penelitian
6. Analisa pembahasan
7. Kesimpulan dan saran
8. Analisis PICOT
Metode Ada / Tidak ada Keterangan
P (Problem) :
I (Intervensi) :
C (Compare) :
O (Outcome) :
T (Time) :
9. Kelebihan
10. Kekurangan
11. Analisis / justifiikasikronologis (keterkaitan antar konsep atau variabel
dalam sebuah penelitian)
12. Manfaat dan Saran
13. Implikasi Keperawatan
INSTRUMEN EVALUASI LOG BOOK
1. Identitas klien
Nama :
Umur :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
2. Diagnosa Medis :
3. Tindakan yang dilakukan :
4. Persiapan
- Persiapan klien :
- Persiapan Alat :
5. Tujuan
6. Rasional Tindakan
7. Prosedur Tindakan
8. Dampak Gangguan KDM apabila tidak dilakukan
9. Evaluasi
10. Dokumentasi
GI ILMU
I NG K
T

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA

A
H G
B AY
A BAN
AN IN
JARMAS
Keperawatan Dasar Profesi
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak,
2007).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).

1.2 Fisiologi sistem/Fungsi normal system Oksigenasi


Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian yaitu menghirup udara (inpirasi),
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil. Menghembuskan
udara (ekspirasi) tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah
suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu :
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer, semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan
O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah
vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O²
kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kaviler.
Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar
Hb.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system Oksigenasi


– Saraf otonomik
– Hormone dan obat
– Alergi pada saluran napas
– Perkembangan
– Lingkungan
– Perilaku

1. Faktor Fisiologis

Setiap kondisi yang mempengaruhi kardiopulmunar secara langsung akan


mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Proses fisiologi selain yang mempengaruhi proses oksigenasi pada klien
termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa
oksigen, seperti anemia, peningkatan kebutuhan metabolisme, seperti
kehamilan dan infeksi.

2. Faktor Perkembangan

Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal


mempengaruhi oksigenasi jaringan. Saat lahir terjadi perubahan respirasi
yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi
udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk
dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
1) Bayi premature : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja : resiko saluran pernafasan dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Perilaku

Perilaku atau gaya hidup baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan meliputi: nutrisi,
latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi.

1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi


paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosclerosis
2) Exercise (olahraga berlebih) :Exercise akan meningkatkan kebutuhan
oksigen
3) Merokok : nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan coroner.
4) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depesi pusat pernafasan.

4. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

5. Faktor Psikologi

Stres adalah kondisi di mana seseorang mengalami ketidakenakan oleh


karena harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki
(stresor). Stres akut biasanya terjadi oleh karena pengaruh stresor yang
sangat berat, datang tiba-tiba, tidak terduga, tidak dapat mengelak, serta
menimbulkan kebingungan untuk mengambil tindakan. Stress akut tidak
hanya berdampak pada psikologis nya saja tetapi juga pada biologisnya ,
yaitu mempengaruhi sistem fisiologis tubuh, khususnya organ tubuh bagian
dalam yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jadi, stres tersebut
berpengaruh terhadap organ yang disyarafi oleh syaraf otonom.
Hipotalamus membentuk rantai fungsional dengan kelenjar pituitari
(hipofise) yang ada di otak bagian bawah. Bila terjadi stres, khususnya stres
yang akut, dengan cepat rantai tersebut akan bereaksi dengan tujuan untuk
mempertahankan diri dan mengadaptasi dengan cara dikeluarkannya
adrenalin dari kelenjar adrenal tersebut. Nah, adrenalin inilah yang akan
mempengaruhi alat dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita.
Terjadinya kegagalan dalam proses suplai oksigen ke organ-organ tersebut
karena organ-organ tubuh dalam bekerja selalu membutuhkan oksigen
secara teratur dalam jumlah yang cukup, dan oksigen tersebut dibawa oleh
darah yang mengalir ke organ-organ tersebut.
Ansietas atau kecemasan yang terlalu tinggi juga akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh berespons terhadap
ansietas dan stress lain dengan meningkatkan frekuensi kedalaman
pernafasan. Kebanyakan individu dapat beradaptasi, tetapi beberapa individu
yang mengalami penyakit kronik seperti infark miokard tidak dapat
mentoleransi kebutuhan oksigen akibat rasa cemas.

JENIS PERNAPASAN
– Pernapasan eksternal
– Pernapasan internal

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system oksigenasi


- Hipoksia
- Perubahan pola pernapasan
- Obstruksi jalan napas
- Pertukaran gas
- Tindakan Untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigen
II. Rencana asuhan keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
2.1. Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah
kebutuhan oksigenasi meliputi, ada atau tidaknya
riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat luka/
kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada system peredaran darah dan
kanker). Obstruksi nasal (kondisi akibat polip hipertensi
tulang hidung tumor dan influenza) dan keadaan lain
yang menyebabkan gangguan pernapasan.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik
Inspeksi, yang dilakukan adalah penetuan jalan nafas, seperti menilai
apakah nafas spontan melalui hidung, oral, nasal atau menggunakan selang
endorektal, ada atau tidaknya secret, perdarahan bengkak ada obstruksi
mekanaik.
Palpasi, untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang timbul akibat
luka, peradangan setempat, metastasis, dilakukan untuk menentukan besar,
konsistensi suhu apakah dapat atau tidak digerakan dari dasarnya. Melalui
palpasi dapa diteliti gerak dinding toraks pada saat proses inspirasi dan
ekspiasi.
Perkusi, untuk menilai normal tidaknya suara perkusi paru suara perkusi
noral adalah suara perkusi sonur yang berbunyi seperti kata (dug-dug-dug)
selain itu dianggap tidak normal adalah redup seperti pada infiltrate,
konsolidasi dan efusi pleura.
Auskultasi, untuk menilai adanya suara nafas diantaranya suara nafas
dasar dan suara nafas tambaha

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratotium
Selain pemeriksaan laboratoium hemoglobin, leukosit dan lain-lain yang
dilakukan secara rutin juga dilakukkan pemeriksaan sputum guna melihat
kuman dengan cara mikroskopis. Uji resitensi dapat dilakukan secara
kultur, untuk melihat sel tumor dangan pemeriksaan sitologi. Bagi pasien
yang menerima pengobatan dalam waktu lama, harus dilakukan
pemeriksaan sputum periodic
Pemeriksaan diagnostic
Rontgen dada, untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkolosis
mendeteksi adanya tumor dan benda asing yang ada di dalamnya.
Fluoroskopi, untuk mengetahui mekanisme kardiopulmonum, misalnya
kerja janutung, diafragma dan kontraksi paru.
Bronkografi, melihat secara visualbronkus sampai dengan cabang bronkus
pada penyakit gangguan otak kasus diplacement .
Angiograf, membantu menegakan diagnosis tentang keadaan paru emboli
atau tumor paru, kelainan kongiental, dll
Endoskopi bertujuan untuk melakukan diagnostic dengan cara mengambil
secret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan bropis jaringan untuk
pemeriksaan sitologi
Radio isotop bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli
paru
Merdiastinopi, merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat
penyebaran tumor

2.2. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
hyperventilasi. Ketidakefektifan pola
nafas
ketidakseimbangan antara
Intoleransi aktifitas
kebutuhan dan suplai oksigen.
perubahan status
kesehatan
Cemas

2.3. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

2.4. Nursing Care Planning (NURSING CARE PLANNING (NCP))


NIC
No NOC
Diagnosa Keperawatan (Nursing Intervention
(Nursing Outcome)
Clasification)
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Monitor tingkat,
nafas berhubungan
tindakan keperawatan irama kedalaman dan
selama ..... diharapkan usaha nafas.
dengan hyperventilasi. ..... dapat teratasi - Catat pergerakan
Kriteria Hasil : dada, kesimetrisan.
Indikator IR ER - Monitor kebisingan
respirasi.
- Palpasi ekpansi
Ket : dada.
Indikator - Auskultasi suara
Frekwensi nafas.
pernapasan rentang - Membuka jalan
normal. napas.
- Irama pernapasan - Memberi terapi
teratur. oksigen.
- Kedalaman - Posisikan pasien
inspirasi . untuk memaksimalkan
- Ekspansi dada ventilasi.
simetris. - Monitor pernapasan
- Mudah untuk lewat hidung.
Intoleransi aktivitas
bernafas.
2. berhubungan dengan - Tidak ada
- Kolaborasi dengan
ketidakseimbangan dispnea.
dokter & tenaga
- Tidak terdapat
antara kebutuhan dan nafas pendek
pendidik.
- bantu untuk
suplai oksigen. memfokuskan apa yang
harus pasien lakukan.
- Bantu untuk
mengelompok kan dan
mandapatkan
- Saturasi oksigen
penghasilan dari kegiatan
pada saaat
yang di inginkan.
beraktivitas dalam
- Intruksikan pasien
batas normal.
atau keluarga bagaimana
- nadi dalam batas
menampilkan keinginan
normal saat
aktivitas yang di
beraktivitas.
inginkan.
- respirasi rate
- Bantu dengan
Cemas dalam batas normal
aktivitas fisik yang biasa
berhubungan dengan saat beraktifitas.
di lakukan.
perubahan status - mudah bernafas
kesehatan. dalam beraktifitas.
3. – tekanan siastolik
dalam batas normal
saat beraktifitas.
– tekanan darah - Gunakan
diastolic dalam batas pendekatan yang
normal saat menyenangkan pasien.
beraktifitas. - Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur tindakan.
- Pahami perspektif
pasien terhadap situasi
stress keamanan dan
mengurangi rasa takut
- Bantu pasien
tanda-tanda cemas mengenal situasi yang
hilang. menimbulkan kecemasan.
- stimulasi - Dorong pasien untuk
lingkungan ketika mengungkapkan
cemas hilang perasaan ketakutan
– informasi yang persepsi.
dapat mengurangi - Instruksikan pasien
cemas menggunakan tehnik
– tidak ada manifestasi relaksasi
prilaku kecemasan - Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.

2.5. Implementasi Keperawatan


Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
S:
O:
A:
Indikator IR ER

P :

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan


Proses Keperawatan. Edisi 4. : Jakarta: Salemba Medika.
Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-
2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC :
Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Invention Classifications (NIC),
Edition 4. United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2004. Nursing Out Comes (NOC).
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:. EGC.
Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan.
Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1.
Muttaqin. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Medis
Pemantauan hemodinamika
Pengobatan bronkodilator
Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal
; nebulizer, kanul nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
Penggunaan ventilator mekanik
Fisioterapi dada.

PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi
meliputi, ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat luka/ kecelakaan,
penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada system
peredaran darah dan kanker). Obstruksi nasal (kondisi akibat polip
hipertensi tulang hidung tumor dan influenza) dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan.

Pola batuk dan produksi sputum


Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan cara mendesing, berat, dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker.
Pengkajian terhadap tempat tinggal (apakah berdebu, penuh asap dan
adanya kecenderungan mengakibatkan alergi), pwngkajian sputum
dilakukan dengan cara melihat warna sputum yang keluar saat dikeluarkan
pasien.
Sakit dada
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui bagian yang sakit,luas,
intensitas, factor yang menyebabkan rasa sakit perubahan nyeri dada
apabila posisi pasien berubah, serta ada tidaknya hubungan waktu inspirasi
dan ekskresi dengan rasa sakit.
Pengkajian fisik
Inspeksi, yang dilakukan adalah penetuan jalan nafas, seperti menilai
apakah nafas spontan melalui hidung, oral, nasal atau menggunakan selang
endorektal, ada atau tidaknya secret, perdarahan bengkak ada obstruksi
mekanaik.
Palpasi, untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang timbul akibat
luka, peradangan setempat, metastasis, dilakukan untuk menentukan besar,
konsistensi suhu apakah dapat atau tidak digerakan dari dasarnya. Melalui
palpasi dapa diteliti gerak dinding toraks pada saat proses inspirasi dan
ekspiasi.
Perkusi, untuk menilai normal tidaknya suara perkusi paru suara perkusi
noral adalah suara perkusi sonur yang berbunyi seperti kata (dug-dug-dug)
selain itu dianggap tidak normal adalah redup seperti pada infiltrate,
konsolidasi dan efusi pleura.
Auskultasi, untuk menilai adanya suara nafas diantaranya suara nafas
dasar dan suara nafas tambaha

Pemeriksaan laboratotium
Selain pemeriksaan laboratoium hemoglobin, leukosit dan lain-lain yang
dilakukan secara rutin juga dilakukkan pemeriksaan sputum guna melihat
kuman dengan cara mikroskopis. Uji resitensi dapat dilakukan secara
kultur, untuk melihat sel tumor dangan pemeriksaan sitologi. Bagi pasien
yang menerima pengobatan dalam waktu lama, harus dilakukan
pemeriksaan sputum periodic
Pemeriksaan diagnostic
Rontgen dada, untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkolosis
mendeteksi adanya tumor dan benda asing yang ada di dalamnya.
Fluoroskopi, untuk mengetahui mekanisme kardiopulmonum, misalnya
kerja janutung, diafragma dan kontraksi paru.
Bronkografi, melihat secara visualbronkus sampai dengan cabang bronkus
pada penyakit gangguan otak kasus diplacement .
Angiograf, membantu menegakan diagnosis tentang keadaan paru emboli
atau tumor paru, kelainan kongiental, dll
Endoskopi bertujuan untuk melakukan diagnostic dengan cara mengambil
secret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan bropis jaringan untuk
pemeriksaan sitologi
Radio isotop bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli
paru
Merdiastinopi, merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat
penyebaran tumor
Hari :………………… Tanggal :…………Ruangan :…………

Ttd
No Jam Kegiatan NamaKlien
perawat

Banjarmasin,……………………
Pembimbing
(……………………………….)
ANALISASINTESATINDAKAN KEPERAWATAN/LOG BOOK

1. Tindakankeperawatanyangdilakukan:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………

2. Namaklien :…………………………………………………

3. Diagnosamedis :…………………………………………………

4. Diagnosakeperawatan:

………………………………………………………………………………………………

……………………

5. Justifikasi tindakan

………………………………………………………………………………………………

……………………

6. Prinsip-prinsiptindakandanrasional:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………

7. Bahaya-bahayayangmungkinterjadiakibaattindakantersebutdancarapencegahannya:
………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………

8. Tujuantindakantersebutdilakukan:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………

Anda mungkin juga menyukai