Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


TENTANG DISASTER MANAGEMENT PADA SISWA DAN SISWI PALANG
MERAH REMAJA (PMR) DI SMA NEGERI 01 MUKOMUKO

OLEH:

QRESTHA UTAMI
NPM. 1726010027. P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Bantuan Hidup Dasar ( BHD)


Sub Pokok Bahasan : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar
Dengan Kesiapan Penolong
Sasaran : Anggota PMR
Waktu : 30 menit
Tempat : SMP Negeri 01 ULU MUSI
Hari/Tanggal :

A. Latar Belakang

Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana. Seringkali

resiko tersebut tidak terbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan

baik. Dampak paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana

terjadi penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan

mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan kapasitasnya

sendiri. Kondisi ini harus bisa direspons secara cepat, dengan tujuan utama

pemenuhan kebutuhan dasar komunitas korban sehingga kondisi kualitas hidup tidak

makin parah atau bahkan bisa membaik. Tetapi setelah situasi darurat itu direspons,

bencana harus ditangani secara menyeluruh. Sebagaimana setiap akibat pasti

mempunyai penyebab dan dampaknya, agar penanganan bencana tidak terbatas pada

simpton-simpton persoalan, tetapi menyentuh substansi dan akar masalahnya.

Dengan demikian kondisi darurat perlu dipahami sebagai salah satu fase dari

keseluruhan resiko bencana itu sendiri. Penanganan kondisi darurat pun perlu

diletakkan dalam sebuah perspektif penanganan terhadap keseluruhan siklus

bencana. Setelah kondisi darurat, biasanya diikuti dengan kebutuhan pemulihan


(rehabilitasi), rekonstruksi (terutama menyangkut perbaikan-perbaikan infrastruktur

yang penting bagi keberlangsungan hidup komunitas), sampai pada proses kesiapan

terhadap bencana, dalam hal ini proses preventif (Azisah, 2011).

Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana

dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat dikenalkan secara lebih dini

kepada seluruh peserta didik, misalnya dengan mengintegrasikan pendidikan

pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah dan kegiatan

ekstrakurikuler, dan lain-lain. Kemudian upaya untuk memastikan bahwa

lingkungan pendidikan sekolah dan fasilitas pendidikan aman dari bencana dan

bukan merupakan tempat yang dapat membahayakan kehidupan peserta didik,

guru dan tenaga kependidikan lainnya (Gogot et al, 2015).

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan Pendidikan Kesehatan diharapkan siswa dan

siswi palang merah remaja SMP Negeri 01 ULU MUSI dapat memahami tentang

Bantuan Hidup Dasar.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan siswa

dan siswi palang merah remaja SMP Negeri 01 ULU MUSI mampu:

a. Menyebutkan pengertian BHD

b. Menyebutkan jenis – jenis BHD

c. Menyebutkan siklus bencana

d. Menyebutkan evakuasi kesiapsiagaan bencana


C. Sasaran

Siswa dan siswi palang merah remaja SMP Negeri 01 ULU MUSI

D. Materi

1. Pengertian Bencana

2. Jenis – jenis Bencana

3. Siklus bencana

4. Evakuasi kesiapsiagaan bencana

E. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi

F. Media

1. Lembar balik leaflet

2. Materi (Power Point)

G. Metode Evaluasi

1. Siswa dan siswi palang merah remaja mampu menyebutkan pengertian bencana

2. Siswa dan siswi palang merah remaja mampu menyebutkan jenis – jenis

bencana

3. Siswa dan siswi palang merah remaja mampu menyebutkan siklus bencana

4. Siswa dan siswi palang merah remaja mampu menyebutkan evakuasi

kesiapsiagaan bencana
H. Proses Pelaksanaan Kegiatan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience

1. 5 Menit Pembukaan :

1. Narasumber memulai penkes 1. Menjawab salam

dengan mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan penkes 3. Memperhatikan

4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan

diberikan

5. Membagikan leaflet 5. Menerima dan membaca

2. 20 Menit Pelaksanaan :

1. Menjelaskan apa yang dimaksud 1. Memperhatikan

dengan bencana 2.

2. Menjelaskan tentang jenis – jenis2. Memperhatikan

bencana

3. Menjelaskan tentang siklus 3. Memperhatikan

bencana

Menjelaskan tentang evakuasi Memperhatikan

kesiapsiagaan bencana

Memberikan kesempatan pada 5. Bertanya dan mendengarkan

audience untuk bertanya dan jawaban

memberikan jawaban atas

pertanyaan
3. 5 Menit Terminasi :

1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Memperhatikan

perhatian yang diberikan

2. Mengucapkan salam penutup Membalas salam


MATERI PEMBELAJARAN

1. Konsep Disaster Management

a. Pengertian Bencana

Menurut (Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut World Health Organization (WHO), bencana adalah kejadian

yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, dan

memburuknya derajat atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang

memerlukan respon dari masyarakat wilayah yang terkena bencana (Efendi dan

Makhfudli, 2009).

Menurut The United National Disaster Management Training Program,

bencana adalah kejadian yang datang tiba-tiba dan mengacaukan fungsi normal

masyarakat atau komunitas. Peristiwa atau rangkaian kejadian yang menimbulkan

korban jiwa, kerusakan atau kerugian infrastruktur, pelayanan umum, dan

kehidupan masyarakat. Peristiwa ini diluar kapasitas normal dari masyarakat

untuk mengatasinya, sehingga memerlukan bantuan dari luar masyarakat tersebut

(Kollek, 2013).
b. Jenis - Jenis Bencana

Menurut (Tyas, 2016) dan berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007,

bencana diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:

1) Bencana Alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

2) Bencana Non Alam

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-

alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit. Bencana non-alam termasuk terorisme, biologi dan biokimia,

tumpahan bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan

transportasi, konflik bersenjata, dan tindakan perang.

3) Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial

antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

4) Kegagalan Teknologi

Kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan

oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia

dalam penggunaan teknologi dan atau insdustri yang menyebabkan

pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.


Menurut (Amhar & Darmawan, 2007), terdapat tiga jenis bencana

berdasarkan penyebabnya, yaitu sebagai berikut:

1) Bencana Geologis

a) Earthquake (gempa bumi)

Yaitu peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi

(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Waktu terjadinya

gempa bumi tidak bisa diprediksi.

b) Tsunami

Disebabkan oleh gempa bumi di laut dalam kondisi tertentu,

selain dapat juga oleh letusan gunung api bawah laut atau jatuhnya

asteroid besar ke dalam laut. Kapan tsunami akan menghantam daratan

dapat diprediksi sehingga dapat dibuat Early Warning System meskipun

waktu yang tersisa hanya berkisar 5-20 menit.

c) Volcano

Yaitu aktivitas vulkanik (gunung api) yang waktu kejadiannya

dapat diprediksi dengan baik karena aktivitas gunung api yang selalu

dipantau.

d) Landslide (longsor)

Waktu kejadiannya tidak bisa diprediksi namun tanda-tanda

tanah yang akan longsor biasanya dapat dideteksi.

2) Bencana Meteorologis

Semua bencana meteorologis saat ini termasuk fenomena alam yang

dapat diprediksi cukup baik setelah ada sistem pemantauan yang terpadu

dengan stasiun pemantau dan satelit cuaca. Bencana meteorologis juga


selalu memiliki interaksi dengan aktivitas manusia (lahan hijau/ lahan

resapan air, drainase, pintu air, pompa). Bencana Meteorologis terdiri dari:

a) Flood (banjir)

Yaitu peristiwa ketika debit air (air yang masuk ke suatu tempat

dari curah hujan, limpahan atau run-up pasang laut) lebih besar dari

kredit air (air yang keluar dari tempat tersebut baik karena meresap ke

dalam tanah, diuapkan maupun dibuang ke tempat lain.

b) Wave (gelombang laut), yang dapat menyebabkan abrasi.

c) Wildfire (kebakaran liar)

Sebagian dapat disebabkan faktor manusia (pembukaan lahan),

namun kebakaran yang meluas hanya dimungkinkan oleh kondisi hutan

atau belukar yang kering.

d) Drought (kekeringan), yang umumnya diikuti oleh gagal panen.

e) Storm (topan).

3) Bencana Anthropogenis

Bencana anthropogenis adalah bencana yang secara langsung

muncul karena kesalahan, kesengajaan atau kelalaian manusia yang

berakibat luas pada lingkungan. Bencana anthropogenis misalnya kerusakan

industri (contoh kerusakan pabrik kimia di Bhopal atau ledakan PLTN di

Chernobyl) atau kecelakaan transportasi (misalnya kebocoran tanker Exxon

Waldez di Alaska). Bencana anthropogenis lain yang dapat terjadi misalnya

terorisme, sabotase, kerusuhan dan konflik sosial.


c. Siklus Bencana

Menurut (Amhar & Darmawan, 2007) Siklus bencana di bagi menjadi 3 tahapan,

yaitu sebagai berikut :

1) Tahap Pra Bencana

a) Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika

mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya Melarang pembakaran

hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di daerah yang

curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.

b) Mitigasi Bencana (Mitigation)

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat

dilakukan melalui:

(1) Pelaksanaan penataan ruang.

(2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan.

(3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara

konvensional maupun modern.

c) Kesiapsiagaan (Preparedness)

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah

yang tepat guna dan berdaya guna.

d) Peringatan Dini (Early Warning)

Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya


bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya untuk

memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera

terjadi. Pemberian peringatan dini harus menjangkau masyarakat

(accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent),

bersifat resmi (official).

2) Tahap Saat Terjadi Bencana

a) Tanggap Darurat (response)

Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk

yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi

korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa

aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain:

(1) Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya.

(2) Penentuan status keadaan darurat bencana.

(3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

(4) Pemenuhan kebutuhan dasar.

(5) Perlindungan terhadap kelompok rentan.

(6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

b) Bantuan Darurat (relief)

Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang, Tempat tinggal

sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.


3) Tahap Pasca Bencana

a) Pemulihan (recovery)

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan

kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan

melakukan upaya rehabilitasi.

b) Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca

bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara

wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pasca bencana.

c) Rekonstruksi (reconstruction)

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-

langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk

membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem

kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan

sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan

partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di

wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas

program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.


d. Evakuasi Kesiapsiagaan Bencana

(1) Evakuasi Bencana Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan gejala alam berupa goncangan atau

getaran tanah yang timbul akibat terjadinya patahan atau sesar karena

aktivitas tektonik. Selain itu, gempa bumi juga disebabkan aktivitas

vulkanik, hantaman benda langit (misalnya, meteor dan asteroid), atau

ledakan bom.

Dalam situasi gempa bumi yang terjadi tiba-tiba, seseorang biasanya

sulit bergerak dan harus mengambil keputusan. Untuk selamat dari bencana

ini, yang terpenting adalah memahami pengetahuan dan keterampilan

sebelum bencana terjadi. Berikut langkah-langkah evakuasi bencana gempa

bumi di dalam gedung atau sekolah :

(a) Hal pertama yang kita lakukan adalah jangan panik atau menimbulkan

kepanikan yang bisa mengakibatkan korban.

(b) Hindari benda-benda yang bisa jatuh menimpa badan.

(c) Jika berada dilantai satu atau dasar, segera keluar bangunan menuju

tempat terbuka sembar lindungi kepala jika memungkinkan.

(d) Jika berada dilantai dua atau lebih tinggi, berlindunglah di bawah meja

yang kokoh sambil memegang kaki meja.

(e) Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya

melindungi kepala.

(f) Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat eskalator.

Jika memungkinkan, merapatlah ke sana.

(g) Jauhi jendela kaca, rak, lemari dan barang-barang yang tergantung,
seperti lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung, dan lain-lain

(h) Jika sedang berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga

kesimbangan agar tidak jatuh.

(i) Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas yang bisa

mengakibatkan ledakan.

(j) Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.

(k) Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau

pemadam api. Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.

(l) Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan

kebakaran atau ledakan.

(m) Gunakan tangga darurat, jangan gunakan eskalator. Menggunakan

eskalator dapat berisiko terjebak di dalam.

(n) Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat

bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus

berteriak. Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan

pertolongan.

(o) Jangan berdiri dekat tiang, benda, bangunan, pohon yang berpotensi

menimpa.

(2) Evakuasi Bencana Tsunami

Secara harfiah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu berarti

“pelabuhan” dan nami berarti “gelombang”. Secara umum tsunami diartikan

sebagai gelombang laut yang besar di pelabuhan. Jadi, secara bebas kita

bisa mendeskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode

panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium


laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi

vulkanik (meletusnya gunung api) di laut, longsoran di laut, atau jatuhnya

meteor di laut. Berikut langkah-langkah evakuasi bencana tsunami :

(a) Segera jauhi pantai dan sungai, berlarilah ke tempat tinggi saat gempa

kuat terjadi.

(b) Waspada apabila terjadi air surut. Jangan hampiri, tetapi segeralah naik

ke tempat tinggi.

(c) Ciri-ciri gempa kuat adalah jika goncangan yang menyebabkan kita

sulit berdiri serta mengalami pusing.

(d) Jika tidak terjadi gempa, namun terdengar suara gemuruh yang keras

seperti kereta api atau pesawat jet segara jauhi pantai dan pergi ke

tempat yang lebih tinggi.

(e) Mulailah dengan menyelamatkan diri sendiri. Tahan untuk tidak

gegabah mencari keluarga yang hilang.

(f) Jika berada dalam perahu/kapal di tengah laut, dan mendengar kabar

tsunami, jangan mendekat ke pantai, tetapi arahkan perahu ke laut.

(g) Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan

segera turun ke daerah rendah. Biasanya, gelombang berikutnya akan

menerjang.

(h) Dalam kondisi ramai, hati-hati dalam bergerak sehingga tidak

menimbulkan kepanikan yang mengakibatkan korban.

(i) Lakukan evakuasi dengan berjalan kaki ke tempat tinggi, atau tempat

kumpul terdekat. Jangan gunakan kendaraan roda dua maupun roda

empat.
(j) Tetaplah bertahan sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak

berwajib tentang keadaan aman

(k) Jika memungkinkan, bantulah orang disabilitas, wanita hamil, anak-

anak, atau mereka yang membutuhkan bantuan.

(3) Evakuasi Bencana Kebakaran Gedung/Pemukiman

Kebakaran adalah proses perusakan suatu benda oleh api. Di daerah

perkotaan yang penuh perumahan penduduk, kebakaran sering terjadi dan

dapat meluas dari satu rumah ke rumah yang lain. Jika tidak diantisipasi,

maka kebakaran dapat menimbulkan bencana atau kerugian harta benda

bahkan jiwa.

Sifat dari kebakaran adalah cepat menyebar, panas, menghasilkan

asap yang gelap dan mematikan dikarenakan berasal dari api. Ada 4 unsur

utama pemicu awal terjadinya kebakaran, yaitu adanya oksigen, adanya

bahan bakar atau bahan-bahan mudah terbakar, adanya reaksi kimia, atau

keadaan panas yang melampaui titik suhu kebakaran. Berikut langkah-

langkah evakuasi kebakaran :

(a) Jika terjadi kebakaran merangkak lah dan upayakan untuk menutup

mulut. Tajamkan intuisi untuk mencari jalan keluar dengan mata

tertutup.

(b) Saat terjadi kebakaran dan asap kebakaran semakin tebal, kemungkinan

kita tidak dapat melihat apapun.

(c) Jika jalan keluar harus melewati api, tutup kepala dan badan dengan

kain/selimut basah.

(d) Balut tangan saat memegang pegangan pintu yang kemungkinan


panas akibat terbakar, atau keluar lewat jendela. Jika pegangan pintu

tidak panas, buka perlahan dan lihatlah apakah jalan terblokir oleh

asap atau api. Apabila terblokir, keluar lah melalui jendela.

(e) Jika ada asap, merunduklah karena udara bersih berada di bawah.

(f) Setelah keluar rumah, segera minta bantuan dan telpon pemadam

kebakaran.

(g) Gulingkan badan di lantai jika pakaian kita terbakar. Jika pakaian

terbakar atau terkena api, jangan lari melainkan rebahkan tubuh ke

tanah dan berguling untuk mematikan api.

(4) Evakuasi Bencana Banjir

Banjir adalah bencana yang paling sering dan rutin melanda

Indonesia. Penyebab utama bencana ini adalah curah hujan tinggi dan air

laut yang pasang. Penyebab lainnya adalah permukaan tanah yang lebih

rendah dari laut, atau letak wilayah berada pada cekungan yang dikelilingi

perbukitan dengan pengaliran air keluar yang sempit. Selain itu, ulah

manusia juga berperan pada terjadinya banjir. Misalnya, penggunaan

lahan yang tidak tepat, membuang sampah ke sungai, pemukiman di daerah

bantaran sungai, dan sebagainya.

Banjir terdiri dari tiga jenis, yakni banjir genangan, banjir bandang,

dan banjir rob yang diakibatkan naiknya permukaan laut. Banjir adalah

bencana yang tidak boleh disepelekan. Maka, kesiapsiagaan masyarakat,

khususnya di daerah rawan banjir, mesti dibangun. Pemahaman atas

prosedur evakuasi yang benar mesti dimiliki masyarakat sebagai bagian dari

kesiapsiagaan. Berikut adalah langkah-langkah evakuasi bencana banjir :


(a) Ketika melihat air datang, jauhi secepat mungkin daerah banjir. Segera

selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang

tinggi.

(b) Hindari berjalan di dekat saluran air sebab berisiko terseret arus banjir.

(c) Matikan listrik di dalam rumah atau menghubungi PLN untuk

mematikan listrik di wilayahi terdampak.

(d) Jika air terus naik letakkan barang-barang berharga ke tempat tinggi

dan aman.

(e) Jika air telanjur meninggi, jangan keluar dari rumah dan sebisa

mungkin mintalah pertolongan.

(f) Jika air terus meninggi, hubungi instansi atau pihak berwenang,

misalnya, kantor kepala desa, lurah, atau camat.

(5) Evakuasi Bencana Gerakan Tanah

Umumnya masyarakat menyebut gerakan tanah sama dengan

longsor. Gerakan tanah mencakup semua jenis/proses perpindahan

(pergerakan) massa tanah atau batuan menuruni lereng, akibat kestabilan

tanah atau batuan penyusun lereng tersebut terganggu. Longsor adalah

proses perpindahan massa tanah/batuan pada lereng melalui bidang

gelincir lengkung atau lurus. Dengan demikian, longsor merupakan salah

satu jenis gerakan tanah. Bencana ini dipengaruhi oleh kondisi morfologi

(terutama kemiringan lereng), kondisi batuan atau tanah penyusun lereng,

dan kondisi hidrologi lereng.


Longsor tidak akan terjadi tanpa adanya proses pemicu. Pemicu

longsor, yakni peningkatan kandungan air dalam lereng, getaran akibat

gempa bumi atau ledakan, penggalian, serta getaran alat atau kendaraan

berat pada lereng. Pemicu lainnya adalah Pemanfaatan lahan pada lereng

yang tidak tepat seperti pembebanan lereng yang berlebihan oleh rumah

atau bangunan dan pohon yang terlalu lebat dan pemotongan lereng tanpa

perhitungan. Berikut langkah-langkah evakuasi bencana gerakan tanah :

(a) Jika muncul gerakan tanah, pengembungan lereng atau rembesan air,

segera menyelamatkan diri keluar dari daerah longsoran atau aliran

reruntuhan puing ke area yang lebih stabil.

(b) Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda

seperti bola ( posisi duduk dan lutut ditekuk kearah dada) dengan

kuat dan lindungi kepala Anda. Posisi ini akan memberikan

perlindungan terbaik untuk badan Anda.

(6) Evakuasi Bencana Letusan Gunung Api

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik

yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua aktivitas gunung api

berkaitan dengan zona kegempaaan aktif, sebab berhubungan dengan

batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan

suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material di sekitarnya,

yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau

tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.


Letusan gunung api sangat berbahaya sebab menghasilkan aliran

lava panas, awan panas, gas beracun (mematikan), dan lahar letusan.

Berikut langkah-langkah evakuasi bencana letusan gunung api :

(a) Lindungi diri dari abu letusan, awan panas.

(b) Persiapkan diri untuk bencana susulan.

(c) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan

panjang, celana panjang, topi dan lainnya.

(d) Jangan memakai lensa kontak.

(e) Gunakan masker/kain untuk menutupi mulut dan hidung.

(f) Jika awan panas turun, usahakan menutup wajah dengan kedua belah

tangan. (Supartini et al, 2017)


DAFTAR PUSTAKA

Amhar, F & Darmawan, M. 2007. A Study on Multihazard Maps, Panduan Pengenalan


Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta: Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.

Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana.

Kollek, D. 2013. Hospital Disaster Readiness : why are unprepared ?.Research paper
in Canadian Association of Emergency Physician Disaster Committe

Supartini, E, et al. 2017. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana. Jakarta :


Direktorat Kesiapsiagaan Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB

Tyas, M. D. C. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana.


Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai